PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1
suatu gerakan rangkaian yang dapat memberikan dukungan terhadap gerakan
selanjutnya guna mencapai lompatan yang optimal.
Dalam upaya mencapai gerakan, gerakan dalam lompat jauh yang
berkesinambungan perlu ditunjang oleh proses latihan yang teratur, kontinyu,
mntensif dan terencana yang pada akhimya akan tercipta suatu bentuk rangkaian
gerakan yang sempurna, cepat, tepat, luwes dan lancar. Tujuan dari lompat jauh
adalah mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Oleh karena itu, ada empat hal yang
perlu diperhatikan untuk mencapai jarak lompatan optimal diantaranya awalan,
tolakan, sikap badan diudara dan sikap mendarat (Ballesteros, 1979; Bernhard, 1993).
Pada cabang olahraga atletik khususnya lompat jauh gaya jongkok di SMP
Negeri 1 Lempuing Jaya OKI sulit untuk dikembangkan karena kurangnya
pembinaan dan minat siswa dan tidak adanya seorang pelatih yang berkualitas dalam
cabang olahraga lompat jauh. Siswa lebih banyak mengikuti latihan sepak bola, bola
voli, dan bola basket.
Pengaruh kondisi fisik seperti kecepatan akan berfungsi pada saat melakukan
awalan dan power otot tungkai akan berfungsi pada saat melakukan tolakan lompat
jauh. Sedangkan keserasian gerak awalan dan kekuatan tolakan sangat bergantung
pada kemampuan tekniknya. Apabila kecepatan lari dan kekuatan ini dilakukan
dengan teknik yang baik akan menghasilkan lompatan yang baik pula. J.M
Ballesteros, (1979:54) mengemukakan bahwa, “Lompat jauh adalah hasil dari
kecepatan horizontal yang dibuat sewktu dari awalan dengan gaya vertical yang
dihasilkan dari kekuatan kaki tolak. Hasil dari kedua gaya menentukan gerak
parabola dari titik pusat grafitasi”.
Cabang olahraga lompat jauh juga merupakan cabang olahraga yang
diperlombakan dalam pekan olahraga (POPDA) mulai dari tingkat SD, SMP, dan
SMA. Kegiatan POPDA merupakan agenda rutin yang dilaksanakan tiap tahun mulai
dari tingkat kecamatan sampai dengan tingkat provinsi. Berkaitan dengan kegiatan
POPDA tersebut, sebagai guru pendidikan jasmani selalu bertanggung jawab dalam
mengirimkan atlet-atletnya. Kegiatan yang dilakukan sebagian besar guru pendidikan
jasmani SMA dalam upaya melakukan pemilihan bibit atlet untuk mengikuti
2
pelatihan/ kegiatan ekstrakurikuler untuk persiapan seleksi POPDA sering mengalami
kesulitan, hal ini disebabkan kurangnya pemahaman tentang cara pencarian bibit
siswa yang mempunyai kemampuan pada cabang olahraga tertentu. Hal yang biasa
dilakukan adalah dengan mengadakan seleksi secara klasikal untuk mengetahui
prestasi terbaik siswa sesuai dengan cabang olahraga yang dipertandingkan atau
dilombakan.
Berkaitan dengan dengan cara atau upaya pemilihan bibit atlet menurut
Cholik (1995) dalam andi suhendro ( 2002: 2.18) mengatakan ada beberapa indikator
penting yang perlu diperhatikan sebagai kriteria untuk mengidentifikasi dan
menyeleksi bibit atlet berbakat secara obyektif antara lain “Kesehatan, antropometri,
kemampuan fisik, psikologis, keturunan (heredity) dan maturitas”.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka peneliti ingin membuktikan tentang
indikator-indikator tersebut di atas hubungannya dengan kemampuan nomor lompat
jauh gaya jongkok di SMP Negeri 1 Lempuing jaya OKI. Adapun judul penelitian ini
adalah “Pengaruh Latihan sprint 40 meter terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok
di SMP Negeri 1 Lempuing Jaya OKI”.
3
meter terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VIII Putra di SMP Negeri
1 Lempuing Jaya OKI”.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian Latihan
Harsono (1988:101), latihan (training) adalah proses yang sistematis dari berlatih
atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian menambah
jumlah latihan atau pekerjaannya. Bompa (1986:4) mengemukakan “Latihan fisik
yang teratur dan berkesinambungan yang dituangkan dalam suatu program latihan
akan meningkatkan kemampuan fisik secara nyata, namun tidak demikian bila
dilakukan secara teratur”.
Halry (1989:67) berpendapat bahwa latihan adalah proses yang sistematis dari
berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang dengan kian hari kian
meningkatkan jumlah beban latihan atau pekerjaan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa latihan adalah
aktifitas fisik atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dan teratur untuk
meningkatkan fisik yang diinginkan.
5
Latihan teknik ialah latihan yang ditekankan pada upaya
menyempurnakan teknik-teknik dasar gerakan yang diperlukan dalam
cabang olahraga tertentu yang diperlukan seorang atlet.
2.1.2.Prinsip-prisip latihan
1. Prinsip beban berlebih (overload)
Prinsip ini menyatakan bahwa beban latihan yang diberikan kepada atlet haruslah
cukup berat dan cukup bengis, serta harus diberikan secara berulang-ulang kali
dengan intensitas yang cukup tinggi. (Harsono, 1988:103)
2. Spesifik
Setiap latihan yang diberikan kepada atlet harus berhubungan serta dan relevan
dengan cabang olahraganya, dan sesekali tidak dibenarkan memberikan bentuk
latihan yang gerakannya berlawanan dengan gerakan pada cabang olahraganya.
Sekalipun tujuan latihan tersebut untuk memperbesar atau memperkuat otot-otot
tertentu dengan kata lain “latihan berbeda” (Halry, 1988:67).
3. Metabolisme energi
Pada banyak kegiatan, kelompok sistem harus benar-benar diingat adanya
sumbangan anaerobik (LA-O2) : sumbangan (O2) aerobik.
6
4. Prinsip individualis
Seluruh konsep latihan haruslah sesuai dengan kekhasan setiap individu agar
tujuan latihan dapat tercapai sejauh mungkin.
2.1.3.Tujuan latihan
Menurut Harsono (1988:100), tujuan serta sasaran utama dalam latihan adalah
untuk membantu atlet meningkatkan keterampilan prestasinya semaksimal mungkin.
Sedangkan menurut Halry (1989:67), latihan harus ditekankan kepada komponen-
komponen fisik, seperti : daya tahan, kekuatan, daya gerak, kecepatan, kelincahan
dan ketahanan.
Adapun pengaruh latihan, menurut Sudrajat-Irawan (2004:3-4). Antara lain
sebagai berikut ; 1). Pengaruh latihan akan meningkatkan efisiensi kerja jantung, 2).
Pengaruh latihan akan meningkatkan daya kerja paru-paru secara efisien, 3).
Meningkatkan tumbuh dan kurangnya pembuluh darah, 4). Meningkatkan volume
darah, 5). Meningkatkan ketegangan otot dan pembuluh darah dan mengubah
jaringan yang lemah dan lunak menjadi jaringan yang kuat dan kokoh, 7). Mengubah
kondisi tubuh yang terlampau gemuk menjadi tubuh yang tegap berisi.
7
gerak vertikal yang dihasilkan dari kaki tumpu, formulasi dari kedua aspek tadi
menghasilkan suatu gaya gerak parabola dari titik pusat gravitasi”.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kecepatan merupakan faktor penentu untuk mencapai hasil lompatan yang optimal,
dengan kecepatan yang maksimal sewktu ancang-ancang maka dorongan masa saat
melayang di udara akan lebih besar yang berarti hasil lompatannya akan lebih jauh.
8
2.3. Kerangka Fikir
Berdasarkan kajian teori di atas dapat diuraikan kerangka berfikir sebagai
berikut :
Hasil belajar lompat jauh sangat ditentukan oleh kecepatan lari pada waktu
melakukan awalan dan tenaga lompatan. Untuk dapat melompat jauh ke depan
diperlukan berlari secepat mungkin bertujuan untuk meningkatkan kecepatan
horizontal secara maksimal tanpa menimbulkan hambatan pada waktu melompat.
Makin cepat melakukan lari pada saat awalan akan menghasilakn lompatan yang
semakin jauh.
Hasil belajar lompat jauh sangat tergantung pada kemampuan pada
kemampuan mengangkat titik berat badannya. Untuk dapat mengangkat titi berat
badan pelompat memerlukan kekuatan daya ledak otot tungkai. Makin kuat tolakan
atau daya ledak yang dimiliki pelompat maka akan semakin jauh kemungkinan
melakukan lompatan.
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis berasal dari dua
penggalan kata, “hypo” yang artinya “dibawah”, dan “thesa” yang artinya
“kebenaran”. Hipotesis merupakan alat yang sangat besar kegunaannya dalam
penyelidikan ilmiah karena merupakan petunjuk kea rah proses penelitian untuk
menjelaskan permasalahan yang harus dicari pemecahannya.
Berdasarkan kajian teori serta kerangka berpikir yang telah dikemukakan di
atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ada pengaruh latihan sprint
40 meter terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok siswa kelas VIII Putra di SMP
Negeri 1 Lempuing Jaya OKI”.
9
BAB III
Metode Penelitian
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Menurut Margono(2010:1), metode penelitian adalah semua kegiatan pencarian,
penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk
mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan
pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta teknologi.
Selanjutnya, Menurut Narbuko(2009:1), penelitian adalah suatu kegiatan untuk
mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.
Menurut Arikunto (2004:5) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang
selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.
Dalam penelitian ini menggunakan 2 kelompok sampel, yaitu :
1. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberikan metode latihan sprint
40 meter.
2. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberikan perlakuan.
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen komparatif dengan pretest
dan post tes, design, yaitu untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas terhadap
variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
latihan sprint 40 meter, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil lompat jauh.
Desain Penelitian :
POPULASI
KE TREEATMEN P TEST
TTA P Test
PRE TES OP
RANDOM SAMPEL
OP P Test
KK
10
Keterangan:
R : random
Pretest : tes awal lompat jauh
OP : ordinal pairing
KE : kelompok 1
KK : kelompok 2
TA : latihan sprint 40 meter
TB : control
Post test : tes akhir lompat jauh
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kelompok siswa pada saat
mengambil tes lompat jauh. Tes awal dirangking, kemudian dibagi dan dimasukkan
dalam kekompok 1 dan kelompok 2. Dengan demikian kelompok tersebut sebelum
diberi perlakuan kemampuan yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan,
maka hal ini disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan.
11
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang
mempunyai sifat-sifat umum. Populasi merupakan sumber data yang sangat penting,
karena tanpa kehadiran populasi penelitian tidak akan berarti serta tidak akan
terlaksana. Menurut Arikunto (2002:98), populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.
Menurut Sudjana (2000:6), populasi adalah total semua nilai yang mungkin
hasil penghitung atau pengukuran kualitatif dan kuantitatif, mengenai karakteristik
tertentu, dari semua anggota kumpulan lengkap dan jelas, yang ingin dipelajari sifat-
sifatnya.
Pada penelitian ini populasi yang diambil berdasarkan dengan jenis populasi
terbatas, yaitu sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif, sehingga dapat
dihitung jumlahnya. Populasi penelitian terdapat di SMP Negeri 1 Lempuing Jaya
OKI dengan jumlah siswa putra kelas VIII yaitu 98 orang.
12
Jaya OKI diambil dari populasi yaitu 60 orang siswa putra kelas VIII secara random
sampling.
13
kontrol tidak diberi perlakuan. Tahap akhir mengambil tes lompat jauh kepada kedua
kelompok.
3.5.2 Prosedur Latihan
Perlakuan yang diberikan merupakan latihan lari sprint 40 meter selama 6
minggu. Sebelum latihan pelatih memberikan pemanasan(warming up).
Metode analisis data merupakan suatu cara yang di tempuh guna memperoleh
atau menganalisis data yang telah diperoleh. Analisis data bertujuan untuk kebenaran
hipotesis yang dirumuskan. Suatu hipotesis akan diterima atau ditolak tergantung
hasil data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t..
rata – rata
= modus
S = simpangan
14
Data dikatakan normal jika harga K terletak antara -1 sampai +1(-1<K<+1).
Keterangan : : rata-rata
( Sudjana, 2005 : 77 )
Keterangan : Mo : modus
p : panjangan kelas
15
( Sudjana, 2005 : 95)
: tanda kelas
N : banyak data
3.9.2.Uji Hipotesis
t=
kriteria pengujian hipotesis terima Ho jika t hitung <t tabel(1-α) dan terima Ha jika thitung >
ttabel(1-α) yang didapat dari tabel berdistribusi t dengan dk = n1+n2-2 dan peluang (1-α).
adalah : terima Ho jika –t(1-1/2α) < t < t(1-1/2α) , dimana t1-1/2α didapat dari daftar distribusi t
16
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, Tudor. O. 1986. Theory And Methdology Of Training. The Key to Athletic
Performance. Dubuqe, Kandall/Hunt Publishing.
Halry, Junusul. 1989. Fisiologi Olahraga Jilid 1. Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti
PPLTK.
http://translate.google.co.id/translate?.hl=id&sL=en&tL=http%3A%2F.www.
Branmac.co.uk%.2Fsircuit.htm.akses 21 mei 2011
http://translate.googleUsercontent.Com/translate_C?
hL=id&rurl=translate.google.branmac.co.uk./
endurance.htm&usg=ALkjrhgCqMmx4vLoLx9rQ.cg8Ay2cT8mdUw.akses 21
mei 2011
17
http://3.bp.blogspot.com/-1qk9IUUW0XA/SLfE-SMgiUI/AAAAAAAAAk/
X8kFTDrL5rK / S1600-h / Scan 0007-Png
Sukirno. 2012 dasar-dasar atletik dan latihan fisik. Palembang: universitas sriwijaya
18