SKRIPSI
Oleh :
Seftiana
NIM : 6301418015
2021
Nama : Seftiana
NIM : 6301418015
Hari :.......................
Tanggal :.......................
Pembimbing I Pembimbing II
NIP. NIP.
Mengetahui.
NIP. 196911131998021001
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut Dirjen Kebudayaan ada 5 pilar pembangunan budaya di Indonesia, ada lima
pilar pembangunan budaya di Indoensia, dan kelima pilar tersebut antara lain adalah:
Dengan lima pilar tersebut makin mempertajam yang mengarah pada pencak dan
budaya bangsa Indonesia, yang kian hari tergerus dengan berbagai budaya luar yang masuk
ke Indonesia.
Pencak Silat merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia yang sudah
berkembang sejak jaman dahulu kala. Pencak silat berakar pada budaya Melayu dan telah
dikenal luas di berbagai Negara seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura, tentu akan menarik
jika dikaitkan dengan kondisi dari berbagai pilar yang ada.Khususnya pilar pembangunan jati
diri dan karakter bangsa.
Induk organisasi pencak silat di Indonesia saat ini adalah Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI). Ada pula organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat dari
berbagai Negara yang bernama Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (PERSILAT) yang
dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.Hal tersebut makin
dikuatkan dengan adanya pilar pembungunan kebudayaan yakni kelembagaan
Bentuk gerakan dasar anatomis yang ditekankan pada kemampuan explosive power
pada saat melakukan lompatan adalah antara lain fleksi paha (sartorius, illiacus, gracillis),
ekstensi lutut dan tungkai (quadriceps, femoris, semitendisus, semimbranous), fleksi lutut dan
kaki (biceps fomoris) serta kelompok otot adductor.
Otot yang berperan dan terlatih adalah ekstensi lutut femoris, vactus lateralis, medius
intermesiaus), fleksi paha (hamstring muscles, gluteus), fleksi kaki (gatronecmeus) serta
kelompok otot adductor dan abductor paha (gluteal, adductor longus, brevi magnus dan
haalucius).
Pada cabang olahraga pencak silat khususnya dalam kemampuan memukul, kekuatan
otot lengan sangat diperlukan sebagai tenaga untuk gerakkan pukulan. Apabila kekuatan otot
lengan bagus dan kuat maka akan lebih sulit untuk diantisipasi oleh lawan sehingga dapat
menghasilkan poin bagi atlet. Tapi sebaliknya bila kekuatan otot lengan tidak kuat maka akan
mudah diantisipasi oleh lawan sehinggatidak menghasilkan poin.
Pengertian biomekanika dapat digali dari kata-kata pembentuknya, yaitu bio dan
mekanika. Kata bio berkaitan dengan kehidupan atau sistem biologi, sedangkan mekanika
berhubungan dengan analisis gaya (force) dan dampaknya. Biomekanika dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari gaya dan efeknya pada sistem hidup atau ilmu tentang
struktur dan fungsi sistem biologi dalam sudut pandang metode mekanika (McGinnis,
2013:3). Mekanika sendiri merupakan cabang dari fisika yang menaruh perhatian pada gerak
dan bagaimana gaya menyebabkan gerak. Tidak mengherankan jika prinsip mekanika juga
berlaku pada makhluk hidup di mana gerak merupakan ciri-ciri utamanya. Biomekanika
dengan demikian menyediakan kerangka konseptual dan matematis yang dibutuhkan dalam
memahami bagaimana suatu sistem biologi bergerak (Knudson, 2007a:3).
Analisis biomekanika yang berorientasi pada hukum-hukum mekanika akan bertemu
dengan istilah-istilah dalam gerak seperti kinematik dan kinetik. Subdivisi mekanika yang
berkaitan dengan perpindahan (displacement), kecepatan dengan arah (velocity), dan
percepatan (acceleration) disebut kinematik, sedangkan kinetik berkaitan dengan gaya yang
menyebabkan gerak.
Berdasarkan prestasi atlet berasal dari kemauan individual dan latihan yang efektif
dan optimal. Sebagai seorang pelatih harus mengetahui karakteristik seorang atlet agar dapat
menyesuaikan kondisi fisik atlet supaya menghasilkan prestasi yang baik. Penelitian ini saya
ambil dari salah satu perguruan yang berasal dari Bangka Barat yaitu perguruan Mawar Putih.
Saya akan melakukan analisis gerakan-gerakan silat yang berhubungan dengan biomekanika
yang menyebabkan terjadinya penurunan prestasi terhadap atlet dari perguruan Mawar Putih,
dan kondisi ini nampak jelas berdasarkan data dari perguruan tersebut.
Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah bahwa kurangnya penerapan
terhadap ilmu biomekanika terhadap dunia olaharaga, dan bisa menyebabkan cidera jika
mengikuti pertandingan
Dari identifikasi masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang dapat
diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendekatan ilmu biomekanika dalam olaharaga?
2. Bagaimana implementasi biomekanika olahraga tentang hukum newton terhadap
beladiri pencak silat ?
Hasil dari penelitian tuntunya harus membawa manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis. Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Memberikan pemikiran terhadap dunia kepelatihan olahraga supaya dijadikan
acuan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi.
b. Hasis penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan penelitin-penelitian selanjutnya
yang mempunyai objek penelitian yang sama.
2. Secara Praktisi
a. Bagi Atlet Perguruan
Atlet dapat memperbaiki latihan yang lebih efektif dan efesien
b. Bagi Pelatih Perguruan
Untuk meningkatkat pola latihan yang lebih baik dan optimal
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Pendekatan Ilmu Biomekanika Dalam olaharaga
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yang pertama General Biomechanic
merupakan bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum-hukum dan
konsepkonsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik manusia baik dalam posisi diam
maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu: Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum
yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan
kecepatan seragam (uniform) dan Biodinamics adalah bagian dari biomekanik umum yang
berkaitan dengan gambaran gerakan-gerakantubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).
Yang kedua, adalah Occupational Biomechanic, didefinisikan sebagai bagian dari
biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material
dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar
produktifitas kerja dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam penelitian
kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Dalam
biomekanik ini banyak melibatkan bagian tubuh yang saling berkolaborasi untuk
menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi Tulang,
Connective Tissue atau jaringan penghubung, Otot (muscle) anaerobic dan aerobic.
Setiap pelatih olahraga tentu ingin membantu para atletnya meraih hasil terbaik.
Mereka dituntut dapat meningkatkan keterampilan gerak sekaligus mengurangi risiko cedera
yang mungkin dialami atletnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pelatih dapat
memanfaatkan bantuan analisis biomekanika olahraga. Dalam hal ini, prinsip dan penelitian
biomekanika olahraga seharusnya menjadi sumber pengetahuan utama bagi pelatih dalam
melakukan analisis gerak olahraga. Pada mulanya analisis biomekanika olahraga sangat
diwarnai oleh pendekatan kuantitatif melalui matematika dan fisika. Seiring waktu,
pendekatan biomekanika kualitatif semakin mengakar dan berkembang sehingga menjadi
bagian penting dalam menganalisis gerak dan memberikan masukan kepada atlet. Prinsip-
prinsip biomekanika kualitatif pun dinilai dapat menjembatani antara teori dan aplikasi guna
mendapatkan analisis biomekanika olahraga yang lebih bermakna. Dalam hal ini penyusunan
kerangka prinsip-prinsip biomekanika kualitatif dalam olahraga dapat disebut sebagai
penerapan sport science. Upaya isi tentunya selaras dengan penerapan sport science sebagai
semangat yang dibawa dari kebangkitan olahraga nasional, khususnya setelah Asian Games
2018.
Sikap dasar pencak silat adalah sikap-sikap statis yang dilakukan untuk melatih
kekuatan otot-otot tungkai, kaki sebelum melakukan gerak dinamis sehingga akan menjadi
kokoh. Pembentukan sikap merupakan dasar dari pembentukan gerak yang meliputi sikap
jasmaniah dan sikap rohaniah. Sikap jasmaniah adalah kesiapan fisik untuk melakukan
gerakan-gerakan dengan kemahiran teknik yang baik. Adapun sikap rohaniah adalah kesiapan
mental dan pikiran untuk melakukan tujuan dengan waspada, siaga, praktis dan efisien (Atok
Iskandar, 1992: 72).
1. Sikap Berdiri
Ada tiga sikap berdiri dalam pencak silat, antara lain : sikap berdiri tegak,
sikap berdiri kuda-kuda, dan sikap pasang. Sikap berdiri tegak terdiri dari empat sikap
tegak, yang meliputi :
Sikap pasang adalah teknik sikap dan gerak kesiap-siagaan dalam menghadapi
lawan untuk melakukan pembelaan atau serangan yang berpola, dilakukan pada awal atau
akhir dari rangkaian gerak. Sikap pasang merupakan koordinasi sikap kuda-kuda, sikap
tubuh, dan sikap lengan (Januarno, 1989: 71).
Sikap pasang adalah kelanjutan dari sikap kuda-kuda dan merupakan sikap
penting dalam melakukan bela serang pada pertandingan pencak silat. Januarno (1989:
70) membagi ada 8 sikap pasang pada pencak silat, yaitu:
a) Sikap pasang 1, adalah kuda-kuda depan yaitu kaki kiri depan ditekuk
rileks, badan tegak kedua tangan rileks di depan dada, dan pandangan lurus
ke depan.
b) Sikap pasang 2, adalah dari kuda-kuda depan dilanjutkan badan dan kaki
tumpu depan diputar 45 derajad ke arah kiri, sedang kaki belakang sedikit
jinjit.
c) Sikap pasang 3, adalah dari kuda-kuda depan dilanjutkan kaki kanan
belakang ditarik serong kanan serta kedua tangan rileks di depan dada.
d) Sikap pasang 4, adalah kuda-kuda kangkang berat badan dikedua kaki,
badan tegak pandangan lurus ke depan serta kedua tangan rileks di depan
dada .
e) Sikap pasang 5, adalah kuda-kuda silang belakang yaitu melangkahkan
kaki kanan ke depan dilanjutkan menyilangkan kaki kiri dibelakang kaki
kanan sehingga berat badan di kaki kanan, pandangan menyamping serta
kedua tangan rileks di depan dada.
f) Sikap pasang 6, adalah kuda-kuda tengah menyamping pandangan ke arah
samping kiri serta kedua tangan rileks di depan dada.
g) Sikap pasang 7, adalah kuda-kuda silang depan yaitu dari sikap kuda-kuda
tengah menyamping, kaki kanan disilangkan ke depan kaki kiri, pandangan
ke arah samping kiri serta kedua tangan rileks di depan dada.
h) Sikap pasang 8, adalah mengangkat kaki kiri dan kaki kanan sebagai
tumpuan, pandangan ke lurus ke depan serta kedua tangan rileks di depan
dada.
Sikap pasang dapat dimulai dari kaki kiri atau sebaliknya dimulai dari kaki
kanan. Januarno (1989: 71) menyatakan bahwa penggunaan sikap pasang dapat
silakukan dengan cara yaitu: (1) tangan terbuka untuk memancing lawan, dan (2)
dengan tangan tertutup rapat untuk melindungi badan.
2.1.2 Gerak Dasar Pencak Silat
Gerak dasar pencak silat adalah gerak yang mendasari pesilat setelah menguasai sikap
dasar untuk melakukan gerak dinamis yaitu arah delapan penjuru mata angin, langkah, dan
pola langkah. Gerak dasar merupakan modal pesilat untuk melakukan penyerangan ataupun
pembelaan. Untuk menguasai gerak dasar tersebut, diperlukan pemahaman tentang 8 arah
delapan penjuru mata angin, cara melangkah. Arah 8 penjuru mata angin dan cara melangkah
terkait dengan penempatan posisi kaki dan upaya mengelak atau menghindari lawan. Dengan
penguasaan 8 penjuru mata angin dan cara melangkah akan mempermudah dalam
menghadapi lawan.
Variasi melangkah membuat bentuk atau posisi baru meliputi unsur-unsur gerak dasar
sebagai berikut: (1) arah delapan penjuru mata angin, (2) cara melangkah, dan (3) pola
langkah.
Silat olahraga dan silat tempur adalah dua jenis tempurkompetisi dalam silat.
Olahraga silat kompetisi terdiri dari tiga divisi menurut umur dan berat badanbaik pada
peserta laki-laki atau perempuan; pemuda (usia 12hingga 14 tahun), remaja (usia 14 hingga
17 tahun) dandewasa (17 tahun ke atas) [Anuar 1993]. Pada saateksponen silat mencapai
masa remaja, kemungkinan besar mereka akan demikianterlibat dalam kompetisi agresif
[Shapie 2011]. Sinimasa remaja mungkin dalam masa transisi darikompetisi junior atau
remaja [Shapie et al. 2018b] hinggaberkompetisi di kompetisi senior.
Kompetisi silat tempur difokuskan pada anak-anak usia lanjut7 hingga 13. Namun, ini
juga bisa diperkenalkan ke pemulayang baru dalam kompetisi sparring. Tujuan dari
inikompetisi untuk meningkatkan teknik meninju,menendang, menghindari dan memblokir
berdasarkan Seni silatKurikulum Malaysia [Shapie, Elias 2015b; Anuar 2002].Silabus
berfokus pada balok, pukulan, dan tendangan untukdua tingkat pertama dari kurikulum (fase
bawah; putih kesabuk biru dan sabuk biru ke coklat). The silat tempur com-petisi
memberikan persiapan awal bagi anak-anak untukmampu mengimplementasikan teknik dasar
silat sebelumnyamereka beralih ke silat olahraga.
Pembahasan mengenai gerakan dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu kinematika
dan dinamika. Kinematika berisi pembahasan tentang gerakan benda tanpa
mempertimbangkan penyebab gerakan tersebut. Sedangkan dinamika berisi pembahasan
tentang gerakan benda dengan memperhatikan penyebab gerakan benda tersebut, yaitu gaya.
(Tjondro dan Tanti, 2009) Dalam kinematika, gerak benda dapat diselidiki dengan
menentukan letak atau posisi benda pada setiap saat. Dalam gerak yang sederhana, misalnya
jika benda bergerak pelan pada garis lurus, maka kita dapat menggunakan arloji atau
stopwatch dan menandai letak titik benda pada setiap saat. Kemudian dicatat letak benda
sebagai fungsi waktu. (Sutrisno, 1984)
Gerak lurus beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu benda yang lintasannya lurus
dan kecepatannya tetap. Kecepatan tetap artinya baik besar maupun arahnya tetap. Untuk
kecepatan rata-rata, perpindahan, dan selang waktu dapat dinyatakan hubungannya sebagai
berikut:
∆x
v=
∆t
Gerak lurus berubah beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu benda yang
lintasannya lurus dan percepatannya tetap. Percepatan tetap artinya baik besar maupun
arahnya tetap. Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil perubahan kecepatan dengan
selang waktu yang dibutuhkan untuk perubahan kecepatan, ditulis sebagai:
∆v
a=
∆t
a) Hukum Newton I
Setiap benda akan terus berada pada keadaan diam atau bergerak dengan
kelajuan tetap sepanjang lintasan lurus jika tidak dipaksa untuk merubah
keadaan geraknya itu oleh gaya-gaya yang bekerja padanya (Hukum I
Newton). Semua benda cenderung mempertahankan keadaannya. Benda yang
diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan
kecepatan konstan
ΣF=0
b) Hukum Newton II
Resultan gaya yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan terjadinya
perubahan momentum. Perubahan momentum tiap satu satuan waktu yang
dialami oleh benda tersebut berbanding lurus. dengan resultan gaya yang
bekerja padanya (Hukum II Newton). Hukum Newton II menyatakan bahwa
laju perubahan momentum benda sama dengan gaya yang bekerja pada benda
tersebut
dp
=F
dt
mt
=F
v
F= ma
c) Hukum Newton III
Jika suatu benda mengerjakan gaya (aksi) pada benda lain, maka benda yang
dikenai aksi akan melakukan gaya (reaksi) pada benda pertama yang besarnya
sama tetapi arahnya berlawanan gaya aksi (Hukum III Newton). Hukum ini
mengungkapkan keberadaan gaya reaksi yang sama besar dengan gaya aksi,
tetapi berlawanan arah. Jika benda pertama melakukan gaya pada benda kedua
(gaya aksi), maka benda kedua melakukan gaya yang sama besar pada benda
pertama tetapi arahnya berlawanan (gaya reaksi). Jika seseorang mendorong
dinding dengan tangan maka pada saat bersamaan dinding akan mendorong
tangan orang tersebut dengan gaya yang sama tetapi berlawanan arah. Bumi
menarik tubuh seseorang dengan gaya yang sama dengan berat tubuh orang
tersebut, maka pada saat bersamaan tubuh orang tersebut juga menarik bumi
dengan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah. (Mikrajuddin Abdullah,
2007)
Ketiga hukum Newton tersebut berlaku dalam geometri ruang yang komutatif. Timbul
pertanyaan besar apakah hukumhukum Newton tersebut masih berlaku manakala geometri
ruang dan waktu tak lagi komutatif
2.1.8 Hukum Newton tentang Gerak dalam Ruang Fase tak Komunikatif
Mengingat data eksperimen mengenai ruang waktu pada skala kecil atau pada energi
tinggi sangat terbatas maka fisikawan berusaha menyusun model hukum alam untuk
menggambarkan ketakkomutatifan ruang waktu. Model yang dipakai biasanya merujuk pada
kaitan komutasi.
dengan θij adalah tensor yang bernilai riil dan antisimetris terhadap pertukaran indeks
sedangkan θij adalah delta kronecker. Konsep NCG tidak hanya terbatas pada observabel
ruang waktu tetapi dapat diperluas pada variabel ruang fase klasik sehingga memunculkan
gagasan mekanika klasik dalam ruang fase tak komutatif.
JuanM. Romero, dkk, telah menunjukkan bahwa ruang fase klasik memiliki struktur
simplektik yang konsisten dengan aturan komutasi dalam mekanika kuantum tak komutatif.
Selanjutnya Wei, G.F., dkk [3] memperluas kajian Juan M. Romero dengan menambahkan
momentum linier sebagai variabel tak komutatif. Dalam tulisan ini akan ditelaah kembali
konsep mekanika klasik dalam ruang fase tak komutatif yang disampaikan sebelumnya oleh
Juan M. Romero, dkk serta Wei, G.F., dkk dengan menitikberatkan pada hukum Newton
tentang gerak
dengan x i=x operator posisi dan p j=ih ∇ operator momentum linier. Aturan komutasi
persamaan (2) menginduksi terbentuknya aljabar fungsifungsi licin (smooth functions)
( C ∞ ( R 2 , C ) , ¿ dengan * adalah perkalian Moyal (Moyal product). Perkalian Moyal
didefinsikan.
dengan dan a,b = 1,2,… 2n . Bilangan 2n menunjuk kan dimensi
ruang fase klasik. Besaran σab adalah matrik riil yang menunjukkan struktur
simplektik dalam mekanika klasik
Tanda untuk membedakan variabel dalam ruang fase komutatif dan tak komutatif.
Varibel dalam ruang fase tak komutatif dituliskan. Menggunakan persamaan (6),
persamaan (5) dapat dituliskan kembali menjadi
Tenaga total atau Hamiltonan sistem fisis mekanika klasik (mekanika Newton)
diberikan oleh persamaan
dengan adalah medan potensial skalar. Persamaan gerak Hamiltonan sistem mekanika
klasik dengan struktur simplektik seperti persamaan (4) dapat dituliskan
Untuk menelaah hukum I Newton dalam ruang fase tak komutatif, ditinjau
partikel bebas dengan medan potensial
Hukum I Newton menyatakan bahwa suatu benda akan cenderung diam atau
bergerak lurus beraturan bilamana resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut
sama dengan nol. Secara matematis, hukum I Newton dituliskan
Artinya percepatan benda akan konstan apabila resultan gaya luar yang bekerja
pada benda tersebut sama dengan nol.
Persamaan (17) adalah persamaan gerak partikel bebas dalam ruang fase tak
komutatif dimana resultan gaya luar yang bekerja pada partikel sama dengan nol.
Percepatan partikel bebas dalam ruang fase tak komutatif tidak sama dengan nol
sebagai mana persamaan (16) tetapi sebanding dengan faktor ketakkomutatifan
momentum linier, ij . Kenyataan ini tentu saja berbeda dengan hukum I Newton
dalam ruang fase komutatif, yaitu sama dengan nol apabila resultan gaya luar yang
bekerja pada partikel sama dengan nol. Dengan menggunakan simbol Levi-Civita,
faktor ketakkomutatifan momentum linier dapat dituliskan
Silat adalah sistem yang terdiri dari posisi dan gerak-ments [Shapie et al. 2016;
2018c]. Aturan silat tempurkompetisi, yang membutuhkan eksponen untuk mengembangkan
aPola perlombaan yang terdiri dari sikap pasang (silatpostur), pola langkah (step pattern),
mengukurjarak melawan lawan, koordinasi dalam melakukan-melakukan serangan /
pertahanan, dan akhirnya kembali ke sikap pasang(Anuar 1993). Saat olahragawan tersebut
melakukan silat polaLangkah , posisi dan gerakan berubah terus menerus.uously. Begitu
seseorang menemukan target pembukaan di dalamnyapertahanan lawan, mereka akan
mencoba menyerang lawandengan serangan yang cepat
Pola langkah silat adalah sesuatu yang membuat silatberbeda dari seni bela diri
lainnya [Shapie et al. 2018c].Setiap gerakan dalam lomba silat harus dalam postur tubuh
silat(Gambar 6 dan 7). Seharusnya tidak sama seperti melompat
Dalam kompetisi silat tempur ada lima kesamaanteknik silat yang digunakan selama
sparring seperti pukulan,menendang, memblokir, menangkap dan menjatuhkan [Shapie et al.
2013; 2018c].Sama seperti silat olahraga , ada beberapa skill lain yangberkontribusi pada
keberhasilan kinerja silat tempur di manasetiap aspek dari keterampilan ini akan berkontribusi
pada kesuksesaneksponen. Ada: swipe, block, dodge / evade, top-ple down seperti (yaitu
keterampilan gunting “guntingan”), lompat,pukulan palsu, tendangan palsu, dan gesekan
palsu (Anuar 1993). SemuaKeterampilan ini akan berkontribusi pada serangan dan
pertahanangerakan yang dilakukan oleh masing-masing eksponen selama kom-permohonan.
Aturan kompetisi silat tempur menyatakan bahwa sebuaheksponen diperbolehkan hingga
empat pukulan berturut-turut dan /atau menendang lawan selama serangan tunggal, atasyang
mana wasit segera memutuskan konfron-tation [Shapie et al . 2018c]
Namun, tidak semua teknik diperlukan untukpemula dalam silat. Karena ini adalah
olahraga subjektif, itu penting-tant untuk setiap eksponen membuat pemogokan bersih yang
bisadiamati oleh para juri. Dengan demikian, beberapa faktor juga bisamempengaruhi
permainan seperti cedera dan kesalahan penandaan[Shapie 2011].
Pertama-tama kami berfokus pada perbedaan di antara ketiga teknik tersebut tanpa
memperhitungkanmenjelaskan kekhasan subjek. Variabel yang diteliti adalah ketinggian
lompatan,diwakili oleh perbedaan antara ketinggian maksimal yang dicapai oleh COM
selamalompat dan posisinya saat lepas landas, dan saat melakukan gerakan menyamping
dan melompat. Analisis darivarians tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>
0,05) antara ketiga teknik.Korelasi yang menarik antara ketinggian lompatan dan waktu
pemblokiran hadir diteknik langkah lari (R = 0.86), sementara tidak ada di teknik
lainnya.Posisi depan tubuh diperkirakan, bingkai demi bingkai, melalui analisis
panggul(sudut antara duri iliaka anterior dan jaring) dan bahu (sudut antaraakromion dan
net) orientasi pada bidang transversal. Sudut, rata-rata di antaratiga pengulangan dari
setiap percobaan, diplot untuk setiap subjek untuk menilai perbedaan antaratiga teknik
gerak kaki. Gambar 2 menunjukkan evolusi sudut panggul sebagai fungsipersentase
waktu antara lepas landas dan akhir lompatan. Invasitangan diringkas dalam plot serupa
(tidak ditampilkan)
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, ketiga teknik gerak kaki yang ditelititidak
berbeda secara substansial. Waktu pertunjukan dan tinggi lompatan tidak berbeda nyatadi
antara tiga teknik gerak kaki.Analisis korelasi menunjukkan bahwa langkah lari adalah
satu-satunya teknik yang memberikan lompatan yang lebih tinggiuntuk waktu kinerja
yang lebih lama. Ini bisa dijelaskan dengan waktu yang lebih lama yang dihabiskan untuk
memuatsebelum lompat; namun hipotesis ini harus diselidiki lebih lanjut pada jumlah
yang lebih besarsubjek.Menganalisis atlet secara terpisah, kami menerima dukungan
konfirmasi dari gagasan itu masing-masingatlet harus menggunakan teknik lebih
menyesuaikan dengan karakteristik fisik dan perannya. Subyek3, misalnya, yang berperan
sebagai middle blocker, terbiasa mengadopsi langkah lariteknik, di mana dia menyajikan
nilai waktu terjemahan terbaik. Berbeda dengan
referensi deviasi standar waktu pola jab cross-over sangat besar, menunjukkan
apengulangan gerakan yang buruk, sehingga membuktikan kesulitan atlet dalam
mengadopsi keterampilan ini.Dari nilai waktu Tabel 1 kita bisa melihat bagaimana tiga
teknik gerak kaki ituwaktu intervensi yang berbeda. Kinerja pemblokiran terbaik dicapai
saat lompatan beradaketinggian maksimumnya, kira-kira sekitar 50% dari waktu
penerbangan. Data waktudibandingkan dengan analisis kecepatan vertikal COM. Dari
analisis ini jab cross-teknik berlebihan tampaknya menjadi satu-satunya strategi yang
memungkinkan atlet untuk mencapai hasil maksimalkecepatan vertikal saat menabrak
bola. Saat menggunakan teknik langkah geser,atlet cenderung melompat terlalu dini,
sedangkan teknik langkah lari tampaknya menyebabkan asedikit keterlambatan dalam
lompatan.Pemeriksaan stereophotogrammetric membuktikan perbedaan ketiganya sebagai
berikutsubjek. Subjek 1, yang tergolong kuat dan elastis, mengekspresikan yang terbaik
dengan langkah geserteknik. Dari tes SJ dan CMJ, mencapai ketinggian pemblokiran dan
waktu kontak, kami menyimpulkan ituAtlet ini membutuhkan gerakan balasan untuk
mencapai ketinggian. Gerakan kakiteknik yang memungkinkan penampilan terbaiknya
harus terdiri dari gerakan lateral yang cepatwaktu untuk menebus keterlambatan yang
disebabkan oleh gerakan pemuatan. Subjek 2, meskipun diklasifikasikankuat dan tidak
elastis, memiliki waktu kontak yang sangat singkat, bersama dengan ketinggian lompatan
rendah. Inimenunjukkan bahwa peningkatan waktu pemuatan dapat menghasilkan kinerja
yang lebih baik. Subjek 3diklasifikasikan sebagai reaktif dan elastis. Ini sebagian besar
dikonfirmasi oleh data kinematik: lompattinggi, kecepatan vertikal dan ketepatan gerakan
optimal dalam teknik berlari. Nyateknik memblokir gerak kaki kemudian harus
menyertakan langkah-langkah terakhir yang sangat cepat, untuk memanfaatkan
terbaikkekakuannya
Analisis Notasional :
Subyek: enam (4 pemukul, 1 bloker tengah, 1 setter) pemain bola voli pria
(usia 26.8 ± 5.5tahun, tinggi 189,6 ± 5,5 cm, berat 83,4 ± 4,1 Kg, semua bertangan
kanan).Setiap pemain melakukan 4 percobaan untuk setiap jenis gerakan: satu (SS)
dan dua slide berturut-turut(DSS), satu langkah silang (CS) dan slide-cross (SCS) di
kedua arah. Para pemainnyadiminta untuk mencapai kecepatan terbaik, jarak terjauh,
ketinggian dan vertikalitas maksimallompatan, mempertahankan frontalitas terbaik di
net
Mata Pelajaran: Empat pemain bola voli putra (umur 16,5 ± 1 tahun, tinggi
182,7 ± 2,8 cm, berat badan 72 ± 5 Kg)dari tim di bawah 18 tahun difilmkan selama
pelaksanaan simulasi lompatan vertikal keduanyajenis taktik yang digunakan untuk
memblokir serangan cepat. Di Read Block System (RBS), pemblokirnyamulai dekat
ke net sambil melihat setter lawan, dengan tangan ke atas dan kaki ditekuk. Dia
adalahsiap bereaksi melompat secara vertikal dari posisi ini, dalam kasus set cepat,
atau untuk menggerakkan kakinyadan mengikuti bola, jika terjadi di luar set.
Pemblokir luar (OB) mulai juga siap membantuMB terhadap set cepat atau untuk
bergerak secara lateral terhadap set luar di depannya. DalamSistem Blok Komit
(CBS), MB harus melompat saat lepas landas dari lonjakan pemukul cepattanpa
mengkhawatirkan set. Seperti yang diamati oleh Komi ( 1983 ), countermovement
jumpmemungkinkan para atlit untuk melakukan lompatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lompat jongkok. Namun, lebih rendahpeningkatan RBS
diimbangi dengan waktu yang lebih singkat yang diperlukan untuk kedatangan
tanganmelalui interne
BAB 3
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Menurut sugiono (2015) metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari
pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,diukur atau digambarkan melalui pendekatan
kualitatif. Penelitian inimenggunakan metode wawancara, kuesioner, observasi, dan
dokumentasi yang diperoleh dari narasumber.
Penelitian ini adalah penlitian kualitatif, oleh karena itu yang perlu mempersiapkan
setting pennelitian ini berupa tempat penelitian, sabjek penelitian sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Benteng Kota Kec.Tempilang Kab.Bangka
Barat.dirumah guru besar perguruan mawar putih Bangka Barat.
2. Sabjek Penelitian
Penentuan sabjek dan informan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
seperti yang dikemukakan oleh Nasutiun (2003: 32) bahwa dalam penelitian kualitatif
yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sabjek dari
penelitian ini adalah seluruh atlet perguruan Mawar Putih di Bangka Barat.
1. Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang
menggunakan semua metode pengumpulan data original( Kuncoro, 2009: 148)
data primer pada penelitian ini adalah hasil rekaman maupun catatan wawancara
kepada pelatih perguruan dan guru beesar, beserta menyebarkan kuesioner kepada
atlet perguruan mawar putih.
b. Data Sekunder
2. Sumber Data
Menurut suharsimi, (1998:144) sumber data adalah sabjek yang merupukan
suatu data dapat diperoleh. Sabjek dari penelitian ini adalah atlet perguruan dan guru
besar mawar putih Bangka Barat.
3) Angket (Kuesioner)
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari reponden adalah berbentuk angket. Jenis angket yang
penulis gunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah
disediakan jawabannya.
Adapun alasan penulis menggunakan angket tertutup adalah:
a. Angket tertutup memberikan kemudahan kepada responden
dalam memberikan jawaban.
b. Angket tertutup lebih praktis.
c. Keterbatasan waktu penelitian
4) Teknik Dokumentasi
Wawancara :
DAFTAR PUSTAKA
1. Ambarwati, D. R., Widiastuti, W., & Pradityana, K. (2017). Pengaruh daya ledak otot
lengan, kelentukan panggul, dan koordinasi terhadap keterampilan tolak peluru gaya
O’Brien. Jurnal Keolahragaan, 5(2), 207. https://doi.org/10.21831/jk.v5i2.14918
2. Ardiayanto. H & Widyanto. 2019. Prinsip-Prinsip Biomekanika Kualitatif: Upaya
Menjembatani Teori dan Aplikasi dalam Sport Science. Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia. 9 (2) : 54-62
3. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
4. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
5. BEAL D, CRABB T. Blocking. In Bertucci B. (Ed.), The AVCA volleyball
handbook. Michigan: Master Press; 1987. pp. 65-71.
6. Bertolami O, Rosa J. G., 2005, Noncomutative Gravitational Quantum Well, Physical
Review D, 72: 025010
7. Bosco, C., et al. (1983). Mechanical power test and fibre composition of human leg
extensor muscles. Eur. J. Appl. Physiol., 51, 129-135.
8. COX RH, NOBLE L, JOHNSON RE. Effectiveness of the slide and cross-over steps
in volleyball blocking a temporal analysis. Research Quarterly for Exercise and Sport,
1982; 53:101-107.
9. Dona, C at al. 2016. Biomechanical Analysis of Three Different Blocking. ISBS
Symposium. SUB1-2
10. human movement (2nd ed.). Champaign, IL: Human Kinetics. Kristiyanto, A. (2017,
July 6). Kebangkitan ristek olahraga. Solopos, p. 4. Retrieved from
https://epaper.solopos.com/06072017-2/0004-904/
11. Jones, R. L. (2011). Introduction. In R. L. Jones, P. Potrac, C. Cushion, & L. T.
Ronglan (Eds.), The sociology of sports coaching (pp. 3–11).
12. Jurnal tenis. (n.d.).
13. KIRALY K. Championship volleyball. Champaign: Human Kinethics; 1990.
14. Knudson, D. (2009). Significant and meaningful effects in sports biomechanics
research. Sports Biomechanics, 8(1), 96–104. https://doi.
org/10.1080/14763140802629966
15. Knudson, D. (2013). Physics and biomechanics education research: Improving
learning of biomechanical concepts. Proceedings of the 31st International Conference
of the International Society of Biomechanics in Sports, 77–76.
16. Knudson, D. (2017). Confidence crisis of results in biomechanics research. Sports
Biomechanics, 1–9. https:// doi.org/10.1080/14763141.2016.1246603 Knudson, D., &
Morrison, C. (2002). Qualitative analysis of
17. Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3. Jakarta:
Erlangga
18. Kurniawan, F. (2015). Analisis secara biomekanika terhadap kekerapan kesalahan
pada teknik gerak serang dalam pertandingan anggar. Jurnal Olahraga Prestasi, 11(1),
73–90.
19. KWAK CS, JIN ST, HWANG KS, YOON SW. A biomechanical analysis of the slide
and crossover steps in the volleyball blocking. Korean Journal of Sport Science, 1989;
1:71-83.
20. LEHNERT M, JANURA M, VAVERKA F. 3D Analysis of Blocking in Volleyball.
In John Blackwell (Ed.), University of San Francisco; 2001.
21. LOBIETTI R, DI MICHELE R, MERNI F. Relationships between performance
parameters and final ranking in professional volleyball. In Proceedings of WCPAS
2006 SZOMBATHELY 24-28 august 2006 World Congress of the Society of
Performance Analysis in Sport; 2006
22. LOBIETTI R, FANTOZZI S, MERNI F. Blocking the quick attack in Volleyball: a
3D kinematic analysis. In Proceedings of the XXIV International Symposium on
Biomechanics in Sport” Vol.1 Publisher: Department of Sport Science and
Kinesiology University of Salzburg; 2006. p. 151-154
23. LOBIETTI R, MERNI F, CIACCI S. A 3D biomechanical analysis of volleyball
block. In: Scientific Fundaments of Human Movement and Sport Practice. Editors W.
Starosta and S. Squatrito of the International Association of Sport Kinetics, Library
Series: Vol. 21/2; Edizioni Centro Universitario Sportivo Bolognese: Bologna; 2005.
p. 413-415.
24. LOBIETTI R., MERNI F. Blocking footwork techniques used by male and female
volleyball players are different. Journal of Human Movement Studies, 2006;
51(5):307-320.
25. McGinnis, P. M. (2013). Biomechanics of sport and exercise (3rd ed.). Champaign,
IL: Human Kinetics. Retrieved from http://books.google.co.uk/books/
about/Biomechanics_of_Sport_and_Exercise. html?id=awmprqGqFo4C&pgis=1
26. Mouromadhoni, K. R., & Kuswanto, H. (2019). Penerapan Biomekanika pada Alat
Peraga Push Up. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
16(1), 40. https://doi.org/10.31851/sainmatika.v16i1.2373
27. Moyal, J.E., 1949, Quantum Mechanics as a Statistical Theory, Proc. Cambridge
Phil.Soc., Hal 45,99
28. Muhyuni. M & Purbojati. 2017. Penguatan Olahraga Pencak Silat sebagai Warisan
Budaya Nusantara. Doc Player.
29. Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
30. Noviandy. M. 2019. Analisis Pengangkatan CPU di WM Game center dengan Metode
Recommended Weight Limit ( RWL ) dan Chaffi Anderson. Jurnal Ilmiah Teknik
Industri. 7 (3) : 199 – 204
31. P. Vint (2005). The Biomechanics of Blocking, USA Volleyball Sports Medicine and
Performance Commission, Biomechanics Resource Advisory Team.
32. PAOLINI M. La pallavolo dai giovani ai campioni. Humana Editrice: Ancona Italy;
1998.
33. Penelitian, L., Top, K., Drive, S., Tents, A., Padang, K., Keolahragaan, F. I., &
Padang, I. W. (2005). Laporan penelitian kemampuan top spin drive. 872154.
34. Purwanto, J. 2014. Hukum Newton tentang Gerak dalam Ruang Fase tak
Komunikatif. Jurnal Kaunia. 1 (1) : 30-35
35. Purwato. J. 2014. Hukum Newton tentang gerak dalam Ruang fase Tak Komutatif.
Jurnal kaunia. 5 (1) : 30-35
36. Romero, J.M., dkk., 2003, Newton’s Second Law on Noncomutative Geometry,
Physics Letter A, 310:9
37. Ronald, H. (2003). Biomekanika Olahraga Pengungkit. File.Upi.Edu.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bahan Ajar Biomekanika OR 7. Pegungkit.pdf
38. Rubiansyah, A., Rusdiana, A., & Mulyana, R. B. (2016). Pengaruh Latihan
Plyometrics terhadap Hasil Tolakan Start pada Olahraga Renang. Jurnal Terapan Ilmu
Keolahragaan, 1(1), 6. https://doi.org/10.17509/jtikor.v1i1.1538
39. Saichudin dan Januarto (1991:37). (2017). Analisis gerak jump shoot terhadap tingkat
keberhasilan point di tim bola basket unit kegiatan mahasiswa. Jurnal Sport Science,
7(1), 15–25.
40. Shapie. M, Tumijan. W, Kusrin. J.2019. Silat Tempur: An overview of the children's
combat sports. Ido Movement for Culture. 19 (1) : 55-61
41. Siahaan, T., 2004, Medan Klein Gordon dan Medan Dirac Pada Ruang Minkowski
Tak Komutatif, Skripsi, UGM Yogyakarta.
42. Sirait. R. 2018. Pengaruh Massa terhadap Kecepatan dan percepatan Berdasarkan
hukum II Newton Menggunakan Linier Air Track. Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi.
2 (2) : 11-17
43. Snyder, H., Quantized Space Time, Physical Review 71, 38 (1947)
44. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
45. Sukadiyanto, S. (2005). Prinsip-Prinsip Pola Bermain Tenis Lapangan. Jurnal
Olahraga Prestasi, 1(2), 114595. https://doi.org/10.21831/jorpres.v1i2.6872
46. Taylor & Francis eLibrary. Knudson, D. (2007a). Fundamentals of biomechanics (2nd
ed.). New York: Springer. Knudson, D. (2007b). Qualitative biomechanical principles
for application in coaching. Sports Biomechanics, 6(1), 109–118. https://doi.
org/10.1080/14763140601062567
47. Utomo, M. T. S., & Iqbal, M. (2012). Analisa Aerodinamika Pada Sepeda Dengan
Formasi Beriringan Dengan Variasi Kecepatan Dan Jarak Antar Sepeda Menggunakan
CFD FLUENT 6.3. Rotasi, 14(4), 28–37.
48. VINT PF. Qualitative analysis of a volleyball blocking performance. University of
North Carolina at Greensboro; 1997.
49. W.T. Dempster (1955). Space requirements of the seated operator, W.A.D.C.
Technical Report. Ohio: Wright-Patterson Air Force Base.
50. Wei, G.F., dkk, 2008, Classical Mechanics in noncomutative Phase Space, Chinnes
Physics C, 32:5 hal 338-341.