Anda di halaman 1dari 35

IMPLEMENTASI BIOMEKANIKA TERHADAP OLAHRAGA PENCAK SILAT

SKRIPSI

Diajukan kepada Jurusan Pendididikan Kepelatihan Olaharaga Fakultas Ilmu Keolahragaan


Universitas Negeri Semarang

Oleh :

Seftiana

NIM : 6301418015

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FALKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021

PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI


Proposal sekripsi dengan judul “Penurunan Prestasi terhadap Atlet Silat Perguruan
Mawar Putih Bangka Barat”, disusun oleh:

Nama : Seftiana

NIM : 6301418015

Jurusan : Pendidikan Kepelatihan Olaharaga

Fakultas : Ilmu Keolahragaan

Telah disetujui dan disahkan:

Hari :.......................

Tanggal :.......................

Semarang, ... .... ...

Pembimbing I Pembimbing II

NIP. NIP.

Mengetahui.

Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olaharaga

Sri Haryono, S. Pd., M. Or.

NIP. 196911131998021001

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Menurut Dirjen Kebudayaan ada 5 pilar pembangunan budaya di Indonesia, ada lima
pilar pembangunan budaya di Indoensia, dan kelima pilar tersebut antara lain adalah:

1. Pembangunan Jati dan Karakter Bangsa.


2. Pelestarian Warisan Budaya (Benda dan Tak Benda).
3. Pengembangan Karya/Inovasi dan Diplomasi Budaya.
4. Kelembagaan dan SDM Kebudayaan.
5. Sarana dan Prasarana Budaya.

(Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud, 2014)

Dengan lima pilar tersebut makin mempertajam yang mengarah pada pencak dan
budaya bangsa Indonesia, yang kian hari tergerus dengan berbagai budaya luar yang masuk
ke Indonesia.

Pencak Silat merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat Indonesia yang sudah
berkembang sejak jaman dahulu kala. Pencak silat berakar pada budaya Melayu dan telah
dikenal luas di berbagai Negara seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura, tentu akan menarik
jika dikaitkan dengan kondisi dari berbagai pilar yang ada.Khususnya pilar pembangunan jati
diri dan karakter bangsa.

Induk organisasi pencak silat di Indonesia saat ini adalah Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI). Ada pula organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat dari
berbagai Negara yang bernama Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (PERSILAT) yang
dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.Hal tersebut makin
dikuatkan dengan adanya pilar pembungunan kebudayaan yakni kelembagaan

Berbagai Fakultas olahraga yang didalamnya mengajarkan mata kulaih pencaksilat,


perguruan olahraga pencaksilat, dan ekstra kurikuler pencaksilat di Sekolah serta pedepokan
yang ada di nusantara terus dikembangkan untuk melahirkan pilar pembangunan kebudayaan
ke lima yakni pembangunan Sumber Daya Manusia yang memadai dan profesional di
bidangnya.
Berdasarkan kategori olahraga pencak silat yang tergolong dalam olahraga yang
membutuhkan kondisi fisik yang prima dan sangat dominan sekali untuk mencapai prestasi,
maka kondisi fisik yang dominan dalam olahraga pencak silat meliputi:

Daya ledak adalah kemampuan dalam menampilkanatau mengeluarkan kekuatan


secara explosive atau dengan cepat. Satu komponen kondisi fisik yang mempengaruhi
explosive power adalah kecepatan yang merupakan kemampuan untuk melakukan gerakan-
gerakan dalam waktu relative singkat. Kecepatan merupakan kemampuan tubuh mengarahkan
semua sistim dalam melawan beban, jarak dan waktu yang menghasilkan kerja mekanik
(Arsil, 1999: 40)

Bentuk gerakan dasar anatomis yang ditekankan pada kemampuan explosive power
pada saat melakukan lompatan adalah antara lain fleksi paha (sartorius, illiacus, gracillis),
ekstensi lutut dan tungkai (quadriceps, femoris, semitendisus, semimbranous), fleksi lutut dan
kaki (biceps fomoris) serta kelompok otot adductor.

Otot yang berperan dan terlatih adalah ekstensi lutut femoris, vactus lateralis, medius
intermesiaus), fleksi paha (hamstring muscles, gluteus), fleksi kaki (gatronecmeus) serta
kelompok otot adductor dan abductor paha (gluteal, adductor longus, brevi magnus dan
haalucius).

Pada cabang olahraga pencak silat khususnya dalam kemampuan memukul, kekuatan
otot lengan sangat diperlukan sebagai tenaga untuk gerakkan pukulan. Apabila kekuatan otot
lengan bagus dan kuat maka akan lebih sulit untuk diantisipasi oleh lawan sehingga dapat
menghasilkan poin bagi atlet. Tapi sebaliknya bila kekuatan otot lengan tidak kuat maka akan
mudah diantisipasi oleh lawan sehinggatidak menghasilkan poin.

Pengertian biomekanika dapat digali dari kata-kata pembentuknya, yaitu bio dan
mekanika. Kata bio berkaitan dengan kehidupan atau sistem biologi, sedangkan mekanika
berhubungan dengan analisis gaya (force) dan dampaknya. Biomekanika dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari gaya dan efeknya pada sistem hidup atau ilmu tentang
struktur dan fungsi sistem biologi dalam sudut pandang metode mekanika (McGinnis,
2013:3). Mekanika sendiri merupakan cabang dari fisika yang menaruh perhatian pada gerak
dan bagaimana gaya menyebabkan gerak. Tidak mengherankan jika prinsip mekanika juga
berlaku pada makhluk hidup di mana gerak merupakan ciri-ciri utamanya. Biomekanika
dengan demikian menyediakan kerangka konseptual dan matematis yang dibutuhkan dalam
memahami bagaimana suatu sistem biologi bergerak (Knudson, 2007a:3).
Analisis biomekanika yang berorientasi pada hukum-hukum mekanika akan bertemu
dengan istilah-istilah dalam gerak seperti kinematik dan kinetik. Subdivisi mekanika yang
berkaitan dengan perpindahan (displacement), kecepatan dengan arah (velocity), dan
percepatan (acceleration) disebut kinematik, sedangkan kinetik berkaitan dengan gaya yang
menyebabkan gerak.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat dilihat jika pembentukan kajian biomekanika


olahraga sangat bernuansa kuantitatif dengan penekanan pada hukum-hukum mekanika. Pada
awal perkembangannya, studi biomekanika olahraga memang berasal dari peneliti/ penulis
berlatar belakang matematika, teknik atau fisika.

Sesuai dengan fungsi dasarnya, biomekanika olahraga membantu meningkatkan


performa dan mengurangi risiko cedera atlet. Meningkatkan performa artinya meningkatkan
efektivitas gerak. Gerak yang efektif melibatkan faktor anatomi, kapasitas fisiologi,
keterampilan neuromuscular dan kemampuan psikologis/ kognitif. Perlu manjadi catatan,
analisis biomekanika lebih berpengaruh pada jenis olahraga yang didominasi kemampuan
teknik, dibandingkan olahraga yang mengandalkan keunggulan struktur fisik atau kapasitas
fisiologi.

Berdasarkan prestasi atlet berasal dari kemauan individual dan latihan yang efektif
dan optimal. Sebagai seorang pelatih harus mengetahui karakteristik seorang atlet agar dapat
menyesuaikan kondisi fisik atlet supaya menghasilkan prestasi yang baik. Penelitian ini saya
ambil dari salah satu perguruan yang berasal dari Bangka Barat yaitu perguruan Mawar Putih.
Saya akan melakukan analisis gerakan-gerakan silat yang berhubungan dengan biomekanika
yang menyebabkan terjadinya penurunan prestasi terhadap atlet dari perguruan Mawar Putih,
dan kondisi ini nampak jelas berdasarkan data dari perguruan tersebut.

1.2 Indentifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah bahwa kurangnya penerapan
terhadap ilmu biomekanika terhadap dunia olaharaga, dan bisa menyebabkan cidera jika
mengikuti pertandingan

1.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan masalah yang dapat
diuraikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pendekatan ilmu biomekanika dalam olaharaga?
2. Bagaimana implementasi biomekanika olahraga tentang hukum newton terhadap
beladiri pencak silat ?

1.4 Tujuan Masalah

Ada beberapa tujuan dari makalah ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pendekatan ilmu biomekanika dalam olaharaga


2. Untuk mengetahui implementasi biomekanika olahraga tentang hukum newtow
terhadap beladiri pencak silat.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian tuntunya harus membawa manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis. Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Teoritis
a. Memberikan pemikiran terhadap dunia kepelatihan olahraga supaya dijadikan
acuan pembelajaran untuk meningkatkan prestasi.
b. Hasis penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan penelitin-penelitian selanjutnya
yang mempunyai objek penelitian yang sama.
2. Secara Praktisi
a. Bagi Atlet Perguruan
Atlet dapat memperbaiki latihan yang lebih efektif dan efesien
b. Bagi Pelatih Perguruan
Untuk meningkatkat pola latihan yang lebih baik dan optimal
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Pendekatan Ilmu Biomekanika Dalam olaharaga
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yang pertama General Biomechanic
merupakan bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum-hukum dan
konsepkonsep dasar yang mempengaruhi tubuh organik manusia baik dalam posisi diam
maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu: Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum
yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan
kecepatan seragam (uniform) dan Biodinamics adalah bagian dari biomekanik umum yang
berkaitan dengan gambaran gerakan-gerakantubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang
terjadi (kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).
Yang kedua, adalah Occupational Biomechanic, didefinisikan sebagai bagian dari
biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material
dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar
produktifitas kerja dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam penelitian
kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Dalam
biomekanik ini banyak melibatkan bagian tubuh yang saling berkolaborasi untuk
menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi Tulang,
Connective Tissue atau jaringan penghubung, Otot (muscle) anaerobic dan aerobic.

Konsep-konsep dalam biomekanika olahraga diakui banyak diambil dari mekanika


Newtonian. Pada dasarnya biomekanika berakar dari ilmu alam yang cenderung positivistik-
kuantitatif. Penelitian berbasis mekanika kuantitatif mungkin memberi data yang kaya.
Namun apakah data-data tersebut benar-benar bermakna dalam aplikasi di lapangan.
Beberapa pihak pun berargumen jika mekanika Newtonian dan penelitian biomekanika
mampu memberikan pengetahuan yang bermakna tentang bagaimana meningkatkan kualitas
gerak manusia (Knudson, 2007b). Pertanyaannya kemudian adalah, kata “bagaimana” yang
dimaksud berada dalam konteks seperti apa? Apakah aplikasi biomekanika olahraga di
lapangan, gimnasium atau laboratorium yang masing-masing realitasnya berbeda? Lalu apa
saja yang dapat dipertimbangkan sebagai pengetahuan biomekanika oleh pelatih? Isu lainnya,
bagaimana pengalaman profesional pelatih berhadapan dengan riset biomekanika? Beberapa
pertanyaan tersebut agaknya mendasari pandangan untuk menunjukkan legitimasi atas
prinsip-prinsip biomekanika kualitatif dalam olahraga.
Pembahasan prinsip biomekanika kualitatif dinilai penting karena, pada kenyataannya,
praktik analisis biomekanika kualitatif jamak dilakukan oleh para pelatih olahraga di
lapangan. Analisis kualitatif bahkan dinilai sebagai metode utama untuk meningkatkan gerak
manusia yang dilakukan oleh para profesional di bidang kinesiologi terhadap para kliennya
(Knudson & Morrison, 2002:1). Analisis gerak dalam cabang olahraga menggunakan prinsip-
prinsip biomekanika secara deskriptif eksploratif yeng mendekati analisis kualitatif berpotensi
memberikan evaluasi dan umpan balik terhadap performa atlet (lihat

Perubahan yang terjadi dalam biomekanika olahraga, terutama kebutuhan praktis di


lapangan, ikut mengubah cara pandang terhadap biomekanika olahraga. Para pelatih, guru
pendidikan jasmani, dan analis biomekanika di lapangan pun lebih banyak mengerjakan
analisis kualitatif gerak, dibandingkan dengan kuantitatif. Perubahan ini menurut Bartlett
(2007: xvii)

Setiap pelatih olahraga tentu ingin membantu para atletnya meraih hasil terbaik.
Mereka dituntut dapat meningkatkan keterampilan gerak sekaligus mengurangi risiko cedera
yang mungkin dialami atletnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pelatih dapat
memanfaatkan bantuan analisis biomekanika olahraga. Dalam hal ini, prinsip dan penelitian
biomekanika olahraga seharusnya menjadi sumber pengetahuan utama bagi pelatih dalam
melakukan analisis gerak olahraga. Pada mulanya analisis biomekanika olahraga sangat
diwarnai oleh pendekatan kuantitatif melalui matematika dan fisika. Seiring waktu,
pendekatan biomekanika kualitatif semakin mengakar dan berkembang sehingga menjadi
bagian penting dalam menganalisis gerak dan memberikan masukan kepada atlet. Prinsip-
prinsip biomekanika kualitatif pun dinilai dapat menjembatani antara teori dan aplikasi guna
mendapatkan analisis biomekanika olahraga yang lebih bermakna. Dalam hal ini penyusunan
kerangka prinsip-prinsip biomekanika kualitatif dalam olahraga dapat disebut sebagai
penerapan sport science. Upaya isi tentunya selaras dengan penerapan sport science sebagai
semangat yang dibawa dari kebangkitan olahraga nasional, khususnya setelah Asian Games
2018.

2.1 Implementasi Biomekanika Olahraga Tentang Hukum Newton terhadap


Beladiri Pencak Silat

2.1.1 Skap Dasar Pencak Silat

Sikap dasar pencak silat adalah sikap-sikap statis yang dilakukan untuk melatih
kekuatan otot-otot tungkai, kaki sebelum melakukan gerak dinamis sehingga akan menjadi
kokoh. Pembentukan sikap merupakan dasar dari pembentukan gerak yang meliputi sikap
jasmaniah dan sikap rohaniah. Sikap jasmaniah adalah kesiapan fisik untuk melakukan
gerakan-gerakan dengan kemahiran teknik yang baik. Adapun sikap rohaniah adalah kesiapan
mental dan pikiran untuk melakukan tujuan dengan waspada, siaga, praktis dan efisien (Atok
Iskandar, 1992: 72).

1. Sikap Berdiri

Ada tiga sikap berdiri dalam pencak silat, antara lain : sikap berdiri tegak,
sikap berdiri kuda-kuda, dan sikap pasang. Sikap berdiri tegak terdiri dari empat sikap
tegak, yang meliputi :

a. Sikap tegak 1, kedua lengan dan tangan lurus di samping badan.


b. Sikap tegak 2, kedua tangan mengepal berada di samping pinggang.
c. Sikap tegak 3, kedua tangan mengepal di depan dada.
d. Sikap tegak 4, kedua tangan silang di depan dada.
2. Sikap Berdiri Kuda-Kuda
Sikap berdiri kuda-kuda adalah posisi kaki tertentu, sebagai dasar tumpuan
untuk melakukan sikap dan gerakan bela-serang (Moh. Saleh, 1986: 4.7). Pada
dasarnya sikap kuda-kuda berfungsi untuk melatih otot kaki, khususnya untuk
meningkatkan keseimbangan badan pada saat melakukan tendangan atau serangan
lawan.

Pada waktu melakukan kuda-kuda keseimbangan badan harus diperhatikan,


karena bila keseimbangan badan tidak benar, maka mudah jatuh, apalagi penyerang
bertenaga kuat. Perlu diperhatikan dalam kuda-kuda badan dalam keadaan setimbang
stabil, tetapi mudah bergerak. Sikap berdiri kuda-kuda terdiri atas:

a. Kuda-kuda depan dimulai sikap berdiri tegak 2, kemudian kaki kiri/


kanan bergerak dengan berat badan ditumpukan pada kaki depan.
b. Kuda-kuda belakang dimulai dari sikap berdiri tegak 2, kemudiankaki
kiri/ kanan bergerak dengan berat badan ditumpukan pada kaki
belakang.
c. Kuda-kuda tengah dimulai dari sikap berdiri tegak 2, kemudian kaki
kangkang titik keseimbangan badan terletak ditengah-tengah.
Pelaksanaanya badan tegak pandangan ke depan, kedua lututsedikit
ditekuk segaris tegak lurus dengan ibu jari kaki kiri dan kanan.
d. Kuda-kuda samping dimulai dari sikap berdiri tegak 2, posisi sama
dengan kuda-kuda tetapi pandangan menyamping.
e. Kuda-kuda menyamping kiri/ kanan dimulai dari sikap berdir tegak 2
kemudian kaki kiri/ kanan menggeser ke samping kiri/kanan. Berat
badan bertumpu badan pada kaki kiri dan sebaliknya.
f. Kuda-kuda silang, terdiri dari : kuda-kuda silang depan, dan kudakuda
silang belakang. Kuda-kuda silang dimulai dari sikap berdiri tegak 2
berat badan bertumpu pada satu kaki, sedang kaki yang lain ringan
sentuhan dengan ibu/ ujung jari kaki.
3. Sikap Duduk
Sikap duduk merupakan sikap dasar dari permainan bawah. Menurut Atok
Iskandar (1996: 90) ada lima sikap duduk dalam pencak silat, yang terdiri dari: duduk
biasa, sila, trapsila/ mengorak sila, simpuh, dan sempok/ depok.
a. Sikap sempok/ depok
Kedua kaki dilipat silang, sedang kedua tangan bersatu di depan
dada, pandangan rileks ke depan.
b. Sikap sila
Kedua kaki dilipat kedua tangan bersatu diletakkan di atas lutut,
pandangan rileks ke depan.
c. Sikap duduk
Kedua kaki ditekuk tangan bersatu diletakkan di atas lutut,
pandangan rileks ke depan.
d. Sikap trapsila
Duduk dengan salah satu kaki dilipat kedalam dan kaki lainnya
dilipat keluar, tangan kiri bertumpu di lantai sedang tangan kanan siap
di depan dada, pandangan sedikit menyamping.
e. Sikap simpuh
Kemudian duduk dengan kedua lutut bertumpu di lantai sedang
kedua tangan bersatu diletakkan di atas lutut, pandangan rileks ke
depan
4. Sikap Pasang

Sikap pasang adalah teknik sikap dan gerak kesiap-siagaan dalam menghadapi
lawan untuk melakukan pembelaan atau serangan yang berpola, dilakukan pada awal atau
akhir dari rangkaian gerak. Sikap pasang merupakan koordinasi sikap kuda-kuda, sikap
tubuh, dan sikap lengan (Januarno, 1989: 71).

Sikap pasang adalah kelanjutan dari sikap kuda-kuda dan merupakan sikap
penting dalam melakukan bela serang pada pertandingan pencak silat. Januarno (1989:
70) membagi ada 8 sikap pasang pada pencak silat, yaitu:

a) Sikap pasang 1, adalah kuda-kuda depan yaitu kaki kiri depan ditekuk
rileks, badan tegak kedua tangan rileks di depan dada, dan pandangan lurus
ke depan.
b) Sikap pasang 2, adalah dari kuda-kuda depan dilanjutkan badan dan kaki
tumpu depan diputar 45 derajad ke arah kiri, sedang kaki belakang sedikit
jinjit.
c) Sikap pasang 3, adalah dari kuda-kuda depan dilanjutkan kaki kanan
belakang ditarik serong kanan serta kedua tangan rileks di depan dada.
d) Sikap pasang 4, adalah kuda-kuda kangkang berat badan dikedua kaki,
badan tegak pandangan lurus ke depan serta kedua tangan rileks di depan
dada .
e) Sikap pasang 5, adalah kuda-kuda silang belakang yaitu melangkahkan
kaki kanan ke depan dilanjutkan menyilangkan kaki kiri dibelakang kaki
kanan sehingga berat badan di kaki kanan, pandangan menyamping serta
kedua tangan rileks di depan dada.
f) Sikap pasang 6, adalah kuda-kuda tengah menyamping pandangan ke arah
samping kiri serta kedua tangan rileks di depan dada.
g) Sikap pasang 7, adalah kuda-kuda silang depan yaitu dari sikap kuda-kuda
tengah menyamping, kaki kanan disilangkan ke depan kaki kiri, pandangan
ke arah samping kiri serta kedua tangan rileks di depan dada.
h) Sikap pasang 8, adalah mengangkat kaki kiri dan kaki kanan sebagai
tumpuan, pandangan ke lurus ke depan serta kedua tangan rileks di depan
dada.

Sikap pasang dapat dimulai dari kaki kiri atau sebaliknya dimulai dari kaki
kanan. Januarno (1989: 71) menyatakan bahwa penggunaan sikap pasang dapat
silakukan dengan cara yaitu: (1) tangan terbuka untuk memancing lawan, dan (2)
dengan tangan tertutup rapat untuk melindungi badan.
2.1.2 Gerak Dasar Pencak Silat

Gerak dasar pencak silat adalah gerak yang mendasari pesilat setelah menguasai sikap
dasar untuk melakukan gerak dinamis yaitu arah delapan penjuru mata angin, langkah, dan
pola langkah. Gerak dasar merupakan modal pesilat untuk melakukan penyerangan ataupun
pembelaan. Untuk menguasai gerak dasar tersebut, diperlukan pemahaman tentang 8 arah
delapan penjuru mata angin, cara melangkah. Arah 8 penjuru mata angin dan cara melangkah
terkait dengan penempatan posisi kaki dan upaya mengelak atau menghindari lawan. Dengan
penguasaan 8 penjuru mata angin dan cara melangkah akan mempermudah dalam
menghadapi lawan.

Variasi melangkah membuat bentuk atau posisi baru meliputi unsur-unsur gerak dasar
sebagai berikut: (1) arah delapan penjuru mata angin, (2) cara melangkah, dan (3) pola
langkah.

2.1.3 Silat Tarung

Silat olahraga dan silat tempur adalah dua jenis tempurkompetisi dalam silat.
Olahraga silat kompetisi terdiri dari tiga divisi menurut umur dan berat badanbaik pada
peserta laki-laki atau perempuan; pemuda (usia 12hingga 14 tahun), remaja (usia 14 hingga
17 tahun) dandewasa (17 tahun ke atas) [Anuar 1993]. Pada saateksponen silat mencapai
masa remaja, kemungkinan besar mereka akan demikianterlibat dalam kompetisi agresif
[Shapie 2011]. Sinimasa remaja mungkin dalam masa transisi darikompetisi junior atau
remaja [Shapie et al. 2018b] hinggaberkompetisi di kompetisi senior.

Kompetisi silat tempur difokuskan pada anak-anak usia lanjut7 hingga 13. Namun, ini
juga bisa diperkenalkan ke pemulayang baru dalam kompetisi sparring. Tujuan dari
inikompetisi untuk meningkatkan teknik meninju,menendang, menghindari dan memblokir
berdasarkan Seni silatKurikulum Malaysia [Shapie, Elias 2015b; Anuar 2002].Silabus
berfokus pada balok, pukulan, dan tendangan untukdua tingkat pertama dari kurikulum (fase
bawah; putih kesabuk biru dan sabuk biru ke coklat). The silat tempur com-petisi
memberikan persiapan awal bagi anak-anak untukmampu mengimplementasikan teknik dasar
silat sebelumnyamereka beralih ke silat olahraga.

2.1.4 Definisi Gerakan

Pembahasan mengenai gerakan dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu kinematika
dan dinamika. Kinematika berisi pembahasan tentang gerakan benda tanpa
mempertimbangkan penyebab gerakan tersebut. Sedangkan dinamika berisi pembahasan
tentang gerakan benda dengan memperhatikan penyebab gerakan benda tersebut, yaitu gaya.
(Tjondro dan Tanti, 2009) Dalam kinematika, gerak benda dapat diselidiki dengan
menentukan letak atau posisi benda pada setiap saat. Dalam gerak yang sederhana, misalnya
jika benda bergerak pelan pada garis lurus, maka kita dapat menggunakan arloji atau
stopwatch dan menandai letak titik benda pada setiap saat. Kemudian dicatat letak benda
sebagai fungsi waktu. (Sutrisno, 1984)

2.1.5 Gerak Lurus Beraturan

Gerak lurus beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu benda yang lintasannya lurus
dan kecepatannya tetap. Kecepatan tetap artinya baik besar maupun arahnya tetap. Untuk
kecepatan rata-rata, perpindahan, dan selang waktu dapat dinyatakan hubungannya sebagai
berikut:

∆x
v=
∆t

2.1.6 Gerak Lurus Berubah Beraturan

Gerak lurus berubah beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu benda yang
lintasannya lurus dan percepatannya tetap. Percepatan tetap artinya baik besar maupun
arahnya tetap. Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai hasil perubahan kecepatan dengan
selang waktu yang dibutuhkan untuk perubahan kecepatan, ditulis sebagai:

∆v
a=
∆t

2.1.7 Hukum Newton Tentang Gerak

Sir Isaac Newton (1964-1772) dalam karyanya Philosophiæ Naturalis Principia


Mathematica menyatakan tiga hukum tentang gerak benda.

Newton merumuskan hukum-hukum gerak yang sangat luar biasa. Newton


menemukan bahwa semua persoalan gerak di alam semesta dapat diterangkan dengan hanya
tiga hokum yang sederhana

a) Hukum Newton I
Setiap benda akan terus berada pada keadaan diam atau bergerak dengan
kelajuan tetap sepanjang lintasan lurus jika tidak dipaksa untuk merubah
keadaan geraknya itu oleh gaya-gaya yang bekerja padanya (Hukum I
Newton). Semua benda cenderung mempertahankan keadaannya. Benda yang
diam akan tetap diam dan benda yang bergerak akan tetap bergerak dengan
kecepatan konstan
ΣF=0
b) Hukum Newton II
Resultan gaya yang bekerja pada suatu benda akan mengakibatkan terjadinya
perubahan momentum. Perubahan momentum tiap satu satuan waktu yang
dialami oleh benda tersebut berbanding lurus. dengan resultan gaya yang
bekerja padanya (Hukum II Newton). Hukum Newton II menyatakan bahwa
laju perubahan momentum benda sama dengan gaya yang bekerja pada benda
tersebut
dp
=F
dt
mt
=F
v
F= ma
c) Hukum Newton III
Jika suatu benda mengerjakan gaya (aksi) pada benda lain, maka benda yang
dikenai aksi akan melakukan gaya (reaksi) pada benda pertama yang besarnya
sama tetapi arahnya berlawanan gaya aksi (Hukum III Newton). Hukum ini
mengungkapkan keberadaan gaya reaksi yang sama besar dengan gaya aksi,
tetapi berlawanan arah. Jika benda pertama melakukan gaya pada benda kedua
(gaya aksi), maka benda kedua melakukan gaya yang sama besar pada benda
pertama tetapi arahnya berlawanan (gaya reaksi). Jika seseorang mendorong
dinding dengan tangan maka pada saat bersamaan dinding akan mendorong
tangan orang tersebut dengan gaya yang sama tetapi berlawanan arah. Bumi
menarik tubuh seseorang dengan gaya yang sama dengan berat tubuh orang
tersebut, maka pada saat bersamaan tubuh orang tersebut juga menarik bumi
dengan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah. (Mikrajuddin Abdullah,
2007)

Ketiga hukum Newton tersebut berlaku dalam geometri ruang yang komutatif. Timbul
pertanyaan besar apakah hukumhukum Newton tersebut masih berlaku manakala geometri
ruang dan waktu tak lagi komutatif
2.1.8 Hukum Newton tentang Gerak dalam Ruang Fase tak Komunikatif

Snyder menyatakan bahwa invariansi Lorentz tidak mensyaratkan ruang waktu


sebagai kontinuum. Ruang waktu yang diskret menyebabkan ruang waktu tidak lagi
komutatif. Dengan kata lain, pada skala ini ruang waktu tidak lagi kontinu melainkan diskrit.

Mengingat data eksperimen mengenai ruang waktu pada skala kecil atau pada energi
tinggi sangat terbatas maka fisikawan berusaha menyusun model hukum alam untuk
menggambarkan ketakkomutatifan ruang waktu. Model yang dipakai biasanya merujuk pada
kaitan komutasi.

dengan θij adalah tensor yang bernilai riil dan antisimetris terhadap pertukaran indeks
sedangkan θij adalah delta kronecker. Konsep NCG tidak hanya terbatas pada observabel
ruang waktu tetapi dapat diperluas pada variabel ruang fase klasik sehingga memunculkan
gagasan mekanika klasik dalam ruang fase tak komutatif.

JuanM. Romero, dkk, telah menunjukkan bahwa ruang fase klasik memiliki struktur
simplektik yang konsisten dengan aturan komutasi dalam mekanika kuantum tak komutatif.
Selanjutnya Wei, G.F., dkk [3] memperluas kajian Juan M. Romero dengan menambahkan
momentum linier sebagai variabel tak komutatif. Dalam tulisan ini akan ditelaah kembali
konsep mekanika klasik dalam ruang fase tak komutatif yang disampaikan sebelumnya oleh
Juan M. Romero, dkk serta Wei, G.F., dkk dengan menitikberatkan pada hukum Newton
tentang gerak

A. Hukum II Newton dalam Ruangan Fase tak Komunikatif


Ruang fase klasik direpresentasikan oleh himpunan { x i , p i }dengan , 1,2,..., i j n, x i
adalah koordinat umum dan pi konjugat momentum. Melalui penguantuman kanonis

dengan x i=x operator posisi dan p j=ih ∇ operator momentum linier. Aturan komutasi
persamaan (2) menginduksi terbentuknya aljabar fungsifungsi licin (smooth functions)
( C ∞ ( R 2 , C ) , ¿ dengan * adalah perkalian Moyal (Moyal product). Perkalian Moyal
didefinsikan.
dengan dan a,b = 1,2,… 2n . Bilangan 2n menunjuk kan dimensi
ruang fase klasik. Besaran σab adalah matrik riil yang menunjukkan struktur
simplektik dalam mekanika klasik

dengan θij dan β ij dan ij  merupakan parameter ketakkomutatifan posisi dan


momentum berupa tensor yang bernilai riil dan antisimetris terhadap pertukaran
indeks. Jika aturan komutasi (1) dideformasi sedemikian sehingga berlaku [6]

dengan adalah konstanta Planck efektif dan

. Dapat ditunjukkan bahwa persamaan (5) sesuai dengan


komutator posisi dan momentum dalam mekanika kuantum jika diset 1  .
Dalam konsep NCG  merupakan orde kedua parameter θ dan β sehingga nilainya 1
. Aturan komutasi, persamaan (5), inilah yang nantinya digunakan untuk
mendapatkan hubungan posisi dan momentum dalam ruang fase tak komutatif. Aturan
komutasi dalam mekanika kuantum [ . ] dapat didekati menggunakan Kurung Poisson { , }
KP berdasarkan persamaan

Tanda untuk membedakan variabel dalam ruang fase komutatif dan tak komutatif.
Varibel dalam ruang fase tak komutatif dituliskan. Menggunakan persamaan (6),
persamaan (5) dapat dituliskan kembali menjadi

Secara umum, definisi kurung Poisson diberikan oleh persamaan


Kurung Poisson memiliki sifat-sifat yang sama dengan komutator dalam mekanika
kuantum, yaitu linier, anti simetri, memenuhi aturan Leibniz dan identitas Jacobi.
Subtitusi persamaan (7) kedalam persamaan (8) diperoleh

Tenaga total atau Hamiltonan sistem fisis mekanika klasik (mekanika Newton)
diberikan oleh persamaan

dengan adalah medan potensial skalar. Persamaan gerak Hamiltonan sistem mekanika
klasik dengan struktur simplektik seperti persamaan (4) dapat dituliskan

Dari persamaan (11) dan (12) dapat diperoleh persamaan

Persamaan (13) di atas mirip dengan persamaan hukum II Newton,

Persamaan (13) merupakan modifikasi hukum II Newton dalam ruang fase


komutatif. Suku kedua persamaan (13) muncul akibat ketakkomutatifan variabel
momentum linier. Sedangkan suku ketiga muncul sebagai akibat ketakkomutatifan
posisi. Di samping itu, tampak bahwa dalam NCG hukum II Newton tidak hanya
bergantung pada ketakkomutatifan posisi dan momentum, yang dinyatakan oleh faktor
dan , tetapi juga bergantung pada variasi medan potensial. Artinya gaya eksternal
yang diberikan kepada sistem fisis akan menyebabkan gangguan (perturbation) dalam
ruang yang mempengaruhi persamaan gerak sistem.
B. Hukum I Newton: Partikel Bebas dalam Ruang Fase Tak Komunikatif

Untuk menelaah hukum I Newton dalam ruang fase tak komutatif, ditinjau
partikel bebas dengan medan potensial

Hukum I Newton menyatakan bahwa suatu benda akan cenderung diam atau
bergerak lurus beraturan bilamana resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut
sama dengan nol. Secara matematis, hukum I Newton dituliskan

Artinya percepatan benda akan konstan apabila resultan gaya luar yang bekerja
pada benda tersebut sama dengan nol.

Subtitusikan persamaan (15) kedalam persamaan (13) diperoleh

Persamaan (17) adalah persamaan gerak partikel bebas dalam ruang fase tak
komutatif dimana resultan gaya luar yang bekerja pada partikel sama dengan nol.
Percepatan partikel bebas dalam ruang fase tak komutatif tidak sama dengan nol
sebagai mana persamaan (16) tetapi sebanding dengan faktor ketakkomutatifan
momentum linier, ij  . Kenyataan ini tentu saja berbeda dengan hukum I Newton
dalam ruang fase komutatif, yaitu sama dengan nol apabila resultan gaya luar yang
bekerja pada partikel sama dengan nol. Dengan menggunakan simbol Levi-Civita,
faktor ketakkomutatifan momentum linier dapat dituliskan

Jika persamaan (18) disubtitusikan kedalam persamaan (17) diperoleh


dengan . Persamaan (19) ekuivalen dengan persamaan gerak partikel bermuatan q
dalam medan magnet seragam B ,

2.1.8 Teknik Silat Tempur

Silat adalah sistem yang terdiri dari posisi dan gerak-ments [Shapie et al. 2016;
2018c]. Aturan silat tempurkompetisi, yang membutuhkan eksponen untuk mengembangkan
aPola perlombaan yang terdiri dari sikap pasang (silatpostur), pola langkah (step pattern),
mengukurjarak melawan lawan, koordinasi dalam melakukan-melakukan serangan /
pertahanan, dan akhirnya kembali ke sikap pasang(Anuar 1993). Saat olahragawan tersebut
melakukan silat polaLangkah , posisi dan gerakan berubah terus menerus.uously. Begitu
seseorang menemukan target pembukaan di dalamnyapertahanan lawan, mereka akan
mencoba menyerang lawandengan serangan yang cepat

Pola langkah silat adalah sesuatu yang membuat silatberbeda dari seni bela diri
lainnya [Shapie et al. 2018c].Setiap gerakan dalam lomba silat harus dalam postur tubuh
silat(Gambar 6 dan 7). Seharusnya tidak sama seperti melompat

Dalam kompetisi silat tempur ada lima kesamaanteknik silat yang digunakan selama
sparring seperti pukulan,menendang, memblokir, menangkap dan menjatuhkan [Shapie et al.
2013; 2018c].Sama seperti silat olahraga , ada beberapa skill lain yangberkontribusi pada
keberhasilan kinerja silat tempur di manasetiap aspek dari keterampilan ini akan berkontribusi
pada kesuksesaneksponen. Ada: swipe, block, dodge / evade, top-ple down seperti (yaitu
keterampilan gunting “guntingan”), lompat,pukulan palsu, tendangan palsu, dan gesekan
palsu (Anuar 1993). SemuaKeterampilan ini akan berkontribusi pada serangan dan
pertahanangerakan yang dilakukan oleh masing-masing eksponen selama kom-permohonan.
Aturan kompetisi silat tempur menyatakan bahwa sebuaheksponen diperbolehkan hingga
empat pukulan berturut-turut dan /atau menendang lawan selama serangan tunggal, atasyang
mana wasit segera memutuskan konfron-tation [Shapie et al . 2018c]
Namun, tidak semua teknik diperlukan untukpemula dalam silat. Karena ini adalah
olahraga subjektif, itu penting-tant untuk setiap eksponen membuat pemogokan bersih yang
bisadiamati oleh para juri. Dengan demikian, beberapa faktor juga bisamempengaruhi
permainan seperti cedera dan kesalahan penandaan[Shapie 2011].

2.2.1 Biomekanika dalam olahraga lain :

1) Tiga Pemblokiran Berbeda Teknik Footwork di Volleyball

Pertama-tama kami berfokus pada perbedaan di antara ketiga teknik tersebut tanpa
memperhitungkanmenjelaskan kekhasan subjek. Variabel yang diteliti adalah ketinggian
lompatan,diwakili oleh perbedaan antara ketinggian maksimal yang dicapai oleh COM
selamalompat dan posisinya saat lepas landas, dan saat melakukan gerakan menyamping
dan melompat. Analisis darivarians tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>
0,05) antara ketiga teknik.Korelasi yang menarik antara ketinggian lompatan dan waktu
pemblokiran hadir diteknik langkah lari (R = 0.86), sementara tidak ada di teknik
lainnya.Posisi depan tubuh diperkirakan, bingkai demi bingkai, melalui analisis
panggul(sudut antara duri iliaka anterior dan jaring) dan bahu (sudut antaraakromion dan
net) orientasi pada bidang transversal. Sudut, rata-rata di antaratiga pengulangan dari
setiap percobaan, diplot untuk setiap subjek untuk menilai perbedaan antaratiga teknik
gerak kaki. Gambar 2 menunjukkan evolusi sudut panggul sebagai fungsipersentase
waktu antara lepas landas dan akhir lompatan. Invasitangan diringkas dalam plot serupa
(tidak ditampilkan)

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, ketiga teknik gerak kaki yang ditelititidak
berbeda secara substansial. Waktu pertunjukan dan tinggi lompatan tidak berbeda nyatadi
antara tiga teknik gerak kaki.Analisis korelasi menunjukkan bahwa langkah lari adalah
satu-satunya teknik yang memberikan lompatan yang lebih tinggiuntuk waktu kinerja
yang lebih lama. Ini bisa dijelaskan dengan waktu yang lebih lama yang dihabiskan untuk
memuatsebelum lompat; namun hipotesis ini harus diselidiki lebih lanjut pada jumlah
yang lebih besarsubjek.Menganalisis atlet secara terpisah, kami menerima dukungan
konfirmasi dari gagasan itu masing-masingatlet harus menggunakan teknik lebih
menyesuaikan dengan karakteristik fisik dan perannya. Subyek3, misalnya, yang berperan
sebagai middle blocker, terbiasa mengadopsi langkah lariteknik, di mana dia menyajikan
nilai waktu terjemahan terbaik. Berbeda dengan
referensi deviasi standar waktu pola jab cross-over sangat besar, menunjukkan
apengulangan gerakan yang buruk, sehingga membuktikan kesulitan atlet dalam
mengadopsi keterampilan ini.Dari nilai waktu Tabel 1 kita bisa melihat bagaimana tiga
teknik gerak kaki ituwaktu intervensi yang berbeda. Kinerja pemblokiran terbaik dicapai
saat lompatan beradaketinggian maksimumnya, kira-kira sekitar 50% dari waktu
penerbangan. Data waktudibandingkan dengan analisis kecepatan vertikal COM. Dari
analisis ini jab cross-teknik berlebihan tampaknya menjadi satu-satunya strategi yang
memungkinkan atlet untuk mencapai hasil maksimalkecepatan vertikal saat menabrak
bola. Saat menggunakan teknik langkah geser,atlet cenderung melompat terlalu dini,
sedangkan teknik langkah lari tampaknya menyebabkan asedikit keterlambatan dalam
lompatan.Pemeriksaan stereophotogrammetric membuktikan perbedaan ketiganya sebagai
berikutsubjek. Subjek 1, yang tergolong kuat dan elastis, mengekspresikan yang terbaik
dengan langkah geserteknik. Dari tes SJ dan CMJ, mencapai ketinggian pemblokiran dan
waktu kontak, kami menyimpulkan ituAtlet ini membutuhkan gerakan balasan untuk
mencapai ketinggian. Gerakan kakiteknik yang memungkinkan penampilan terbaiknya
harus terdiri dari gerakan lateral yang cepatwaktu untuk menebus keterlambatan yang
disebabkan oleh gerakan pemuatan. Subjek 2, meskipun diklasifikasikankuat dan tidak
elastis, memiliki waktu kontak yang sangat singkat, bersama dengan ketinggian lompatan
rendah. Inimenunjukkan bahwa peningkatan waktu pemuatan dapat menghasilkan kinerja
yang lebih baik. Subjek 3diklasifikasikan sebagai reaktif dan elastis. Ini sebagian besar
dikonfirmasi oleh data kinematik: lompattinggi, kecepatan vertikal dan ketepatan gerakan
optimal dalam teknik berlari. Nyateknik memblokir gerak kaki kemudian harus
menyertakan langkah-langkah terakhir yang sangat cepat, untuk memanfaatkan
terbaikkekakuannya

2) Tinjauan Pemblokiran di Volly : dari Notasi Analisi Biomekanika


Untuk memblokir secara efisien, pemain harus menggunakan teknik yang
memungkinkan waktu tersingkat untuk tiba ditarget (kontak bola), gerakan lateral
terpanjang di sepanjang net dan lompatan vertikal. JugaPenetrasi dan angulasi tangan
relatif terhadap bidang jaring sangat menentukan untuk membentuk sebuahpermukaan
yang efisien di atas net dan untuk mengontrol rebound bola. Inilah alasannyayang
melatih ( Beal & Crabb, 1987; Kiraly, 1990 ; Paolini, 1998 ) menganggap "frontalitas"
daritubuh sehubungan dengan jaring sebagai faktor penting: panggul dan bahu harus
sejajarke internet sebanyak mungkin
Cox dkk. ( 1982 ) menganalisis variabel temporal gerakan lateral ke kanan
menggunakan asepasang keset lantai yang sensitif terhadap tekanan. Penulis (Cox,
Noble, & Johnson, 1982) dibandingkantiga teknik berbeda: cross-over dan jab cross-
over (geser-silang dan geser lagi)lebih baik daripada langkah geser dalam hal
mengeluarkan pemblokir dari tanah dan masukposisi pemblokiran yang tepat dengan
cepat
Kwak dkk. ( 1989 ) membandingkan cross-over dan slide steps yang
digunakan oleh wanita (14) dan pria(10) Pemain Korea dalam hal kecepatan
horizontal, kecepatan lepas landas vertikal maksimum, dangaya reaksi tanah vertikal
maksimum. Sistem yang digunakan adalah sinematografi dan gayaperon. Temuan
mereka menunjukkan tidak ada perbedaan pada betina, sedangkan hasil cross-over
steplebih efektif pada pria
Buekers ( 1991 ) membangun peralatan khusus dengan dua alas lantai sensitif
tekanan dan asistem fotosel menganalisis data temporal dari awal kaki dan tangan tiba
di internet.Dengan cara ini mereka menganalisa kinerja 10 pemain wanita yang
bergerak dari tengahpengadilan di sisi kanan. Penulis menyatakan bahwa teknik
langkah optimal harus bervariasi sebagai afungsi jarak lateral yang harus ditempuh
oleh blocker. Oleh karena itu, langkah gesernya adalahyang terbaik dalam hal jarak
pendek sementara cross-over lebih cocok untuk lawanserangan jauh (Buekers, 1991 )
Vint ( 1997) menganalisis studi ini dan membangun model deterministik
lengkap dari blok tersebut. Diajuga mengusulkan analisis kualitatif dengan film
blocker dilakukan dengan dua sinkronisasikamera. Dalam karyanya, beberapa poin
kunci penentu efektifitas teknis blok tersebutdiidentifikasi: waktu dari awal sampai
kontak dengan bola, angulasi dan penetrasi bolatangan, posisi tubuh relatif terhadap
jaring pada fase terbang balok, dan ketinggian balokmelompat
Lehnert dkk. ( 2001 ) melakukan videografi 3D (APAS) hanya dari dua pria
blok tengah(pergi ke kanan) menyatakan bahwa menjatuhkan tangan selama
perpindahan lateral berdampak positifkarakteristik kinematik dari gerakan (kecepatan
gerakan dan lompatan baloktinggi)

Analisis Notasional :

 Pentingnya blok untuk memenangkan permainan telah diselidiki dengan


clusterAnalisis yang membandingkan pria (M) dan wanita (W) Profesional
Bola Voli ItaliaLiga ( Lobietti et al., 2006 ). Investigasi menganalisis kinerja
menggunakanpoin pengumpulan data Volley perangkat lunak yang dicetak per
set melayani, menyerang dan memblokiratau melalui kesalahan lawan. Studi
ini menunjukkan bahwa, untuk pemain pria, blokmenghasilkan keterampilan
kedua yang penting setelah serangan: poin blok per set adalahsangat
berkorelasi dengan peringkat akhir (R = 0,74).
 Teknik blokir footwork diklasifikasikan dan data relatif terhadap
frekuensipemblokiran untuk menghentikan serangan lawan dikumpulkan
melalui observasianalisis. Gerakan memblokir diklasifikasikan menonton film
yang diwujudkan dari aposisi tengah di belakang lapangan dengan kamera
video (25 Hz). Jenis-jenis gerakanyang paling sering digunakan oleh pemain
menghasilkan lompatan vertikal (20% W dan 16% M), thelompat ke blok
setelah satu atau lebih langkah geser (43% W dan 45% M) dan kombinasi
keduanyadari langkah cross-over (22% W dan 36% M) (Lobietti & Merni,
2006 ).

Studi Pertama (Lobietti dkk. 2005)

Subyek: enam (4 pemukul, 1 bloker tengah, 1 setter) pemain bola voli pria
(usia 26.8 ± 5.5tahun, tinggi 189,6 ± 5,5 cm, berat 83,4 ± 4,1 Kg, semua bertangan
kanan).Setiap pemain melakukan 4 percobaan untuk setiap jenis gerakan: satu (SS)
dan dua slide berturut-turut(DSS), satu langkah silang (CS) dan slide-cross (SCS) di
kedua arah. Para pemainnyadiminta untuk mencapai kecepatan terbaik, jarak terjauh,
ketinggian dan vertikalitas maksimallompatan, mempertahankan frontalitas terbaik di
net

Studi Kedua (Lobietti dkk. 2006)

Mata Pelajaran: Empat pemain bola voli putra (umur 16,5 ± 1 tahun, tinggi
182,7 ± 2,8 cm, berat badan 72 ± 5 Kg)dari tim di bawah 18 tahun difilmkan selama
pelaksanaan simulasi lompatan vertikal keduanyajenis taktik yang digunakan untuk
memblokir serangan cepat. Di Read Block System (RBS), pemblokirnyamulai dekat
ke net sambil melihat setter lawan, dengan tangan ke atas dan kaki ditekuk. Dia
adalahsiap bereaksi melompat secara vertikal dari posisi ini, dalam kasus set cepat,
atau untuk menggerakkan kakinyadan mengikuti bola, jika terjadi di luar set.
Pemblokir luar (OB) mulai juga siap membantuMB terhadap set cepat atau untuk
bergerak secara lateral terhadap set luar di depannya. DalamSistem Blok Komit
(CBS), MB harus melompat saat lepas landas dari lonjakan pemukul cepattanpa
mengkhawatirkan set. Seperti yang diamati oleh Komi ( 1983 ), countermovement
jumpmemungkinkan para atlit untuk melakukan lompatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan lompat jongkok. Namun, lebih rendahpeningkatan RBS
diimbangi dengan waktu yang lebih singkat yang diperlukan untuk kedatangan
tanganmelalui interne

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Menurut sugiono (2015) metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk
menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari
pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,diukur atau digambarkan melalui pendekatan
kualitatif. Penelitian inimenggunakan metode wawancara, kuesioner, observasi, dan
dokumentasi yang diperoleh dari narasumber.

3.2 Setting Penelitian

Penelitian ini adalah penlitian kualitatif, oleh karena itu yang perlu mempersiapkan
setting pennelitian ini berupa tempat penelitian, sabjek penelitian sebagai berikut :

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Benteng Kota Kec.Tempilang Kab.Bangka
Barat.dirumah guru besar perguruan mawar putih Bangka Barat.
2. Sabjek Penelitian

Penentuan sabjek dan informan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
seperti yang dikemukakan oleh Nasutiun (2003: 32) bahwa dalam penelitian kualitatif
yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sabjek dari
penelitian ini adalah seluruh atlet perguruan Mawar Putih di Bangka Barat.

3.3 Fokus Penelitian


Fokus penelitian adalah inti dari hal yang akan diteliti. Fokus dari penelitian ini
adalah pada atlet perguruan mawar putih yang sudah pernah berkompetisi di ajang kejuaraan.

3.4 Sumber Data

1. Data
a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang
menggunakan semua metode pengumpulan data original( Kuncoro, 2009: 148)
data primer pada penelitian ini adalah hasil rekaman maupun catatan wawancara
kepada pelatih perguruan dan guru beesar, beserta menyebarkan kuesioner kepada
atlet perguruan mawar putih.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tellah dikumpulkan oleh lembaga


pengumpulan data dan dipublikasikan kepada masyarakat penggunaan data
(Kuncoro, 20009: 148). Sedangkan menurut (Arikunto, 2010) data sekunder adalah
data yang diperoleh menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
observasi dan dokumen serta dari studi pustaksa dapat dikatakan bahwa data
sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis deperti tabel, catatan, SMS,
foto, dan lain-lsin. Data sekunder penelitian ini adalah hasil dari observasi peneliti
terdahulu yang berkaitan denga perguruan mawar putih Bangka Barat.

2. Sumber Data
Menurut suharsimi, (1998:144) sumber data adalah sabjek yang merupukan
suatu data dapat diperoleh. Sabjek dari penelitian ini adalah atlet perguruan dan guru
besar mawar putih Bangka Barat.

3.5 Teknik Instrumen dan Pengumpulan data

1. Teknik Pengumpulan Data


1) Teknik Wawancara
Metode interview adalah metode pengumpulan data yang dilaksanakan
dengan jalan melakukan tanya jawab langsung dengan subyek
penelitian. Sugiyono (2002: 75) mengatakan bahwa : “Interview dapat
dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada
tujuan penyelidikan”
Melalui wawancara atau interview dapat diperoleh berbagai
keterangan dan data yang diperlukan dalam suasana penelitian. Dalam
penelitian ini metode wawancara, digunakan khususnya pada pelatih
dan guru besar perguruan Mawar Putih untuk mengenai proses kegiatan
latihan yang dilakukan sebelum pertandingan.
Interview bebas terpimpin yaitu interview yang dilakukan
secara bebas dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan lebih dahulu. Sehingga susunan menjadi lebih wajar dan
dapat memperoleh data yang mendalam. Cara ini dipandang lebih
obyektif dan wajar.
Dalam penelitian ini, digunakan metode wawancara Bebas
Terpimpin sebagai metode utama (pokok), yaitu pelaksanaan
wawancara berpedoman pada pokok-pokok persoalan secara garis besar
sesuai dengan pokok permasalahan yang ada. Sedangkan
pelaksanaannya secara pribadi, yaitu melalui wawancara tatap muka
langsung antara peneliti dengan responden untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dari responden. Metode ini dipergunakan
untuk mengetahui secara mendalam kemampuan berkomunikasi
sebelum pembelajaran dengan media audio visual.
2) Teknik Observasi
Menurut Sukmadinata (2007: 220) merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap
kegiaatan yang sedang berlangsung.
Pengumpulan data dengan observasi ini memiliki beberapa
keunggulan antara lain:
a. Data yang diperoleh langsung dari perilaku yang tipikal dari
objek, dapat dicatat segera dan tidak menggantungkan data dari
ingatan seseorang.
b. Data yang diperoleh dapat dari subjek yang tidak dapat
berkomunikasi secara verbal maupun yang tak mau
berkomunikasi secara verbal.
c. Pencatatan dapat dilakukan pada waktu terjadinya peristiwa
atau terlihatnya gejala tertentu
d. Tidak tergantung pada jawaban responden, sehingga lebih
objektif dan lebih teliti.

Selain keunggulan tersebut di atas metode observasi juga


memiliki kelemahan antara lain :

a. Memerlukan waktu yang sangat lama untuk mendapatkan


pengamatan langsung terhadap suatu kejadian.
b. Pangamatan terhadap suatu fenomena yang lama tidak dapat
dilakukan secara langsung.
c. Ada kegiatan yang tidak mungkin diperoleh dengan pengamatan.

Metode pengumpulan data dengan observasi ini dipergunakan


untuk mengamati tindakan mengajar guru dengan menggunakan media
visual serta tindakan anak saat mengikutiu pembelajaran dengan media
visual guna meningkatkan kemampuan komunikasi.

3) Angket (Kuesioner)
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari reponden adalah berbentuk angket. Jenis angket yang
penulis gunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah
disediakan jawabannya.
Adapun alasan penulis menggunakan angket tertutup adalah:
a. Angket tertutup memberikan kemudahan kepada responden
dalam memberikan jawaban.
b. Angket tertutup lebih praktis.
c. Keterbatasan waktu penelitian
4) Teknik Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokument (Bahasa Inggris) yang


artinya dokumen sedang “dokumen yang berasal dari kata documentun
(Bahasa Latin) berarti tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai
bukti keterangan” studi dokumentasi merupakan salah satu cara
pengumpulan data dengan menggunakan dokumen – dokumen sebagai
sumber data (Sukardi, 2004 : 165)

Dalam pengumpulan data yang menggunakan metode


dokumentasi berarti suatu cara mengumpulkan data dengan mengambil
data dari sumbersumber dokumen. Document yang dimaksud adalah
suatu catatan atau keterangan-keterangan baik tertulis atau tercetak,
yang menunjukkan tentang peristiwa atau kejadian-kejadian masa yang
lampau sehingga dapat memberikan berbagai macam keterangan.

Bahan yang dianggap atau dijadikan sebagia dokumen,


misalnya buku buku, foto-foto catatan dan sebagainya, maka dalam
penyelidikan ini, penulis mengadakan penyelidikan terhadap catatan-
catatan mengenai keadaan atlet, hasil prestasi latihan atlet dalam
mengikuti kejuaraan event.

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data


sekunder, baik yang diperoleh dari perpustakaan maupun warung
internet. Dokumen dalam bentuk data sekunder yang diperlukan dalam
penelitian ini untuk memperoleh data tentang daftar nama atlet-atlet
Perguruan Mawar Putih, Tempilang, Bangka Barat.

Wawancara :

1. Apa yang dilakukan pelatih jika atletnya tidak disiplin waktu?


2. Berapa lama durasi latihan dan waktu istirahat yang biasa dilakukan menurut pelatih?
3. Mengapa kondisi atlet dalam mengikuti kejuaraan mengalami penurunan prestasi?
4. Dimana saja tempat latihan yang sering digunakan?
5. Kapan waktu latihan dilaksanakan?
6. Siapa sajakah yang melatih atlet silat katagori laga dan katagori seni?
7. Bagaimana menurut pelatih perkembangan kemapuan atlet dalam mengikuti event
atau kejuaraan?
8. Apa saja persiapan yang dilakukan oleh pelatih terhadap atlet dalam menghadapi
event atau kejuaraan?
9. Bagaimana upaya pelatih agar atlet tidak merasa bosan?
10. Bagaimana bentuk motivasi atlet supaya tetap semangat latihan?
Kuesioner :
Diagram respons Formulir. Judul 100% Benar
pertanyaan: Apakah dalam
pertandingan silat teknik tendangan
akan mendapatkan 2 point ?. Jumlah
respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 100% Benar
pertanyaan: apakah dalam pertandingan
silat teknik pukulan dilanjutkan
tendangan akan mendapatkan 1+2
point?. Jumlah respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 90,9% Benar dan 9,1% Salah
pertanyaan: apakah guntingan
merupakan teknik lanjutan?. Jumlah
respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 72,7% Benar dan 72,7% Salah
pertanyaan: apakah gerakan jurus
tunggal IPSI terdiri dari 90 gerakan?.
Jumlah respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 72,7% Benar dan 72,7% salah
pertanyaan: apakah Jurus tunggal IPSI
menggunakan alat yang terdiri dari :
golok, toya, cerulit dan karambit?.
Jumlah respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 9,1% Benar dan
pertanyaan: apakah boleh menyerang
lawan tanpa menggunakan pola langkah
(seperti berlari) ?. Jumlah respons: 11
tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 100% Salah
pertanyaan: apakah boleh sasaran
menyerang di area wajah?. Jumlah
respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 100% Benar
pertanyaan: apakah benar sasaran
menyerang di area body protector?.
Jumlah respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 63,6% Benar dan 36,4% Salah
pertanyaan: apakah benar dalam
pertandingan silat teknik bantingan
diawali dengan tangkapan akan
mendapatkan 1+2 point. Jumlah
respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 36,4 % Benar dan 63,6% Salah
pertanyaan: apakah boleh dalam
pertandingan katagori ganda tidak
menggunakan aksesoris seperti kain
samping dan stanjak?. Jumlah respons:
11 tanggapan.

Diagram respons Formulir. Judul 27,3% Benar dan 72,7% Salah


pertanyaan: apakah dalam latihan silat
sering terlambat datang latihan?.
Jumlah respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 36,4% Benar dan 63,6% Salah
pertanyaan: apakah dalam latihan silat
sering mengulurkan waktu latihan?.
Jumlah respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 45,5% Benar dan 45,5%Salah
pertanyaan: apakah dalam latihan silat
merasakan kejenuhan dengan pola
latihan yang sama?. Jumlah respons: 11
tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 72,7%Benar dan 27,3% Salah
pertanyaan: apakah dalam latihan silat
masih kurang efektif?. Jumlah respons:
11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 90,9% Benar dan 9,1% Salah
pertanyaan: apakah dalam latihan silat
membutuhkan variasi latihan seperti
gaya pemansan dalam bentuk
permaianan?. Jumlah respons: 11
tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 5,5% Benar dan 54,5% Salah
pertanyaan: apakah dalam latihan silat
mangalami kurang peralatan silat?.
Jumlah respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 54,5% Benar dan 45,5% Salah
pertanyaan: apakah dalam latihan silat
kurang modifikasi dan variasi latihan?.
Jumlah respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 8,2% Benar dan 81,8% Salah
pertanyaan: apakah dalam memulai
latihan perlu menunggu pelatih terlebih
dahulu untuk pemanasan?. Jumlah
respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 36,4% Benar dan 63,6%Salah
pertanyaan: apakah dalam latihan silat
mengalami kurang pelatih ?. Jumlah
respons: 11 tanggapan.
Diagram respons Formulir. Judul 36,4% Benar dan 63,6%Salah
pertanyaan: apakah dalam latihan silat
merasa kurang memahami teknik dan
peraturan pertandingan silat?. Jumlah
respons: 11 tanggapan.
Dokumentasi

DAFTAR PUSTAKA

1. Ambarwati, D. R., Widiastuti, W., & Pradityana, K. (2017). Pengaruh daya ledak otot
lengan, kelentukan panggul, dan koordinasi terhadap keterampilan tolak peluru gaya
O’Brien. Jurnal Keolahragaan, 5(2), 207. https://doi.org/10.21831/jk.v5i2.14918
2. Ardiayanto. H & Widyanto. 2019. Prinsip-Prinsip Biomekanika Kualitatif: Upaya
Menjembatani Teori dan Aplikasi dalam Sport Science. Media Ilmu Keolahragaan
Indonesia. 9 (2) : 54-62
3. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
4. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
5. BEAL D, CRABB T. Blocking. In Bertucci B. (Ed.), The AVCA volleyball
handbook. Michigan: Master Press; 1987. pp. 65-71.
6. Bertolami O, Rosa J. G., 2005, Noncomutative Gravitational Quantum Well, Physical
Review D, 72: 025010
7. Bosco, C., et al. (1983). Mechanical power test and fibre composition of human leg
extensor muscles. Eur. J. Appl. Physiol., 51, 129-135.
8. COX RH, NOBLE L, JOHNSON RE. Effectiveness of the slide and cross-over steps
in volleyball blocking a temporal analysis. Research Quarterly for Exercise and Sport,
1982; 53:101-107.
9. Dona, C at al. 2016. Biomechanical Analysis of Three Different Blocking. ISBS
Symposium. SUB1-2
10. human movement (2nd ed.). Champaign, IL: Human Kinetics. Kristiyanto, A. (2017,
July 6). Kebangkitan ristek olahraga. Solopos, p. 4. Retrieved from
https://epaper.solopos.com/06072017-2/0004-904/
11. Jones, R. L. (2011). Introduction. In R. L. Jones, P. Potrac, C. Cushion, & L. T.
Ronglan (Eds.), The sociology of sports coaching (pp. 3–11).
12. Jurnal tenis. (n.d.).
13. KIRALY K. Championship volleyball. Champaign: Human Kinethics; 1990.
14. Knudson, D. (2009). Significant and meaningful effects in sports biomechanics
research. Sports Biomechanics, 8(1), 96–104. https://doi.
org/10.1080/14763140802629966
15. Knudson, D. (2013). Physics and biomechanics education research: Improving
learning of biomechanical concepts. Proceedings of the 31st International Conference
of the International Society of Biomechanics in Sports, 77–76.
16. Knudson, D. (2017). Confidence crisis of results in biomechanics research. Sports
Biomechanics, 1–9. https:// doi.org/10.1080/14763141.2016.1246603 Knudson, D., &
Morrison, C. (2002). Qualitative analysis of
17. Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi Edisi 3. Jakarta:
Erlangga
18. Kurniawan, F. (2015). Analisis secara biomekanika terhadap kekerapan kesalahan
pada teknik gerak serang dalam pertandingan anggar. Jurnal Olahraga Prestasi, 11(1),
73–90.
19. KWAK CS, JIN ST, HWANG KS, YOON SW. A biomechanical analysis of the slide
and crossover steps in the volleyball blocking. Korean Journal of Sport Science, 1989;
1:71-83.
20. LEHNERT M, JANURA M, VAVERKA F. 3D Analysis of Blocking in Volleyball.
In John Blackwell (Ed.), University of San Francisco; 2001.
21. LOBIETTI R, DI MICHELE R, MERNI F. Relationships between performance
parameters and final ranking in professional volleyball. In Proceedings of WCPAS
2006 SZOMBATHELY 24-28 august 2006 World Congress of the Society of
Performance Analysis in Sport; 2006
22. LOBIETTI R, FANTOZZI S, MERNI F. Blocking the quick attack in Volleyball: a
3D kinematic analysis. In Proceedings of the XXIV International Symposium on
Biomechanics in Sport” Vol.1 Publisher: Department of Sport Science and
Kinesiology University of Salzburg; 2006. p. 151-154
23. LOBIETTI R, MERNI F, CIACCI S. A 3D biomechanical analysis of volleyball
block. In: Scientific Fundaments of Human Movement and Sport Practice. Editors W.
Starosta and S. Squatrito of the International Association of Sport Kinetics, Library
Series: Vol. 21/2; Edizioni Centro Universitario Sportivo Bolognese: Bologna; 2005.
p. 413-415.
24. LOBIETTI R., MERNI F. Blocking footwork techniques used by male and female
volleyball players are different. Journal of Human Movement Studies, 2006;
51(5):307-320.
25. McGinnis, P. M. (2013). Biomechanics of sport and exercise (3rd ed.). Champaign,
IL: Human Kinetics. Retrieved from http://books.google.co.uk/books/
about/Biomechanics_of_Sport_and_Exercise. html?id=awmprqGqFo4C&pgis=1
26. Mouromadhoni, K. R., & Kuswanto, H. (2019). Penerapan Biomekanika pada Alat
Peraga Push Up. Sainmatika: Jurnal Ilmiah Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
16(1), 40. https://doi.org/10.31851/sainmatika.v16i1.2373
27. Moyal, J.E., 1949, Quantum Mechanics as a Statistical Theory, Proc. Cambridge
Phil.Soc., Hal 45,99
28. Muhyuni. M & Purbojati. 2017. Penguatan Olahraga Pencak Silat sebagai Warisan
Budaya Nusantara. Doc Player.
29. Nasution. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.
30. Noviandy. M. 2019. Analisis Pengangkatan CPU di WM Game center dengan Metode
Recommended Weight Limit ( RWL ) dan Chaffi Anderson. Jurnal Ilmiah Teknik
Industri. 7 (3) : 199 – 204
31. P. Vint (2005). The Biomechanics of Blocking, USA Volleyball Sports Medicine and
Performance Commission, Biomechanics Resource Advisory Team.
32. PAOLINI M. La pallavolo dai giovani ai campioni. Humana Editrice: Ancona Italy;
1998.
33. Penelitian, L., Top, K., Drive, S., Tents, A., Padang, K., Keolahragaan, F. I., &
Padang, I. W. (2005). Laporan penelitian kemampuan top spin drive. 872154.
34. Purwanto, J. 2014. Hukum Newton tentang Gerak dalam Ruang Fase tak
Komunikatif. Jurnal Kaunia. 1 (1) : 30-35
35. Purwato. J. 2014. Hukum Newton tentang gerak dalam Ruang fase Tak Komutatif.
Jurnal kaunia. 5 (1) : 30-35
36. Romero, J.M., dkk., 2003, Newton’s Second Law on Noncomutative Geometry,
Physics Letter A, 310:9
37. Ronald, H. (2003). Biomekanika Olahraga Pengungkit. File.Upi.Edu.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bahan Ajar Biomekanika OR 7. Pegungkit.pdf
38. Rubiansyah, A., Rusdiana, A., & Mulyana, R. B. (2016). Pengaruh Latihan
Plyometrics terhadap Hasil Tolakan Start pada Olahraga Renang. Jurnal Terapan Ilmu
Keolahragaan, 1(1), 6. https://doi.org/10.17509/jtikor.v1i1.1538
39. Saichudin dan Januarto (1991:37). (2017). Analisis gerak jump shoot terhadap tingkat
keberhasilan point di tim bola basket unit kegiatan mahasiswa. Jurnal Sport Science,
7(1), 15–25.
40. Shapie. M, Tumijan. W, Kusrin. J.2019. Silat Tempur: An overview of the children's
combat sports. Ido Movement for Culture. 19 (1) : 55-61
41. Siahaan, T., 2004, Medan Klein Gordon dan Medan Dirac Pada Ruang Minkowski
Tak Komutatif, Skripsi, UGM Yogyakarta.
42. Sirait. R. 2018. Pengaruh Massa terhadap Kecepatan dan percepatan Berdasarkan
hukum II Newton Menggunakan Linier Air Track. Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi.
2 (2) : 11-17
43. Snyder, H., Quantized Space Time, Physical Review 71, 38 (1947)
44. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta
45. Sukadiyanto, S. (2005). Prinsip-Prinsip Pola Bermain Tenis Lapangan. Jurnal
Olahraga Prestasi, 1(2), 114595. https://doi.org/10.21831/jorpres.v1i2.6872
46. Taylor & Francis eLibrary. Knudson, D. (2007a). Fundamentals of biomechanics (2nd
ed.). New York: Springer. Knudson, D. (2007b). Qualitative biomechanical principles
for application in coaching. Sports Biomechanics, 6(1), 109–118. https://doi.
org/10.1080/14763140601062567
47. Utomo, M. T. S., & Iqbal, M. (2012). Analisa Aerodinamika Pada Sepeda Dengan
Formasi Beriringan Dengan Variasi Kecepatan Dan Jarak Antar Sepeda Menggunakan
CFD FLUENT 6.3. Rotasi, 14(4), 28–37.
48. VINT PF. Qualitative analysis of a volleyball blocking performance. University of
North Carolina at Greensboro; 1997.
49. W.T. Dempster (1955). Space requirements of the seated operator, W.A.D.C.
Technical Report. Ohio: Wright-Patterson Air Force Base.
50. Wei, G.F., dkk, 2008, Classical Mechanics in noncomutative Phase Space, Chinnes
Physics C, 32:5 hal 338-341.

Anda mungkin juga menyukai