Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH LATIHAN AKSI DAN REAKSI TERHADAP KETEPATAN

PUKULAN OI-TSUKI SISWA EKSTRAKURIKULER KARATE SMP


NEGERI 2 PALU KOTA PALU

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan


Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S1)
Sarjana Pendidikan Olahraga

Oleh

WAHYUNI DWI ANGGRAINI


A42117042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
LEMBARAN PENGESAHAN

Proposal yang berjudul "Pengaruh Latihan Fisik dengan Pendekatan Teknik

Tendangan Dollyo Chagi terhadap Kelincahan" yang disusun oleh Wahyuni Dwi

Anggraini Nim A42117042 .

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Humaedi, M.Pd Ketua Jurusan

Jumain, S.Pd, Ketua Prodi

M.Pd

Marhadi, S.si, Penguji

M.Pd

Palu, Mei 2019

Fakultas Keguruan Ilmu

pendidikan

Dekan,

Dr. H Anshari, M.Sos

Nip. 196312311989031028
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBARAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Batasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakekat Latihan

a. Pengertian Latihan

b. Prinsip-Prinsip Latihan

1. Prinsip Superkompensasi

2. Prinsip Peningkatan Beban (Beban progresif)


3. Prinsip Variasi Beban

4. Prinsip Periodisasi atau Prinsip Kontinuitas Beban

5. Prinsip Individualisasi

6. Prinsip Spesialisasi

c. Pembebanan Latihan

2. Latihan Aksi dan Reaksi

a. Pengertian Latihan Aksi dan Reaksi

b. Faktor Yang Mempengaruhi Latihan Aksi dan Reaksi


a) Kecepatan

b) Kekuatan Otot

c) Koordinasi

c. Jenis-Jenis Latihan Aksi dan Reaksi


1) Latihan Kecepatan

2) Latihan Kelincahan

3. Ketepatan PukulanOi-Tsuki

a. Hakekat Ketepatan

b. Pukulan Oi-Tsuki

B. Kerangka Pemikiran
1) Pengaruh latihan aksi dan reaksi terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki

2) Latihan aksi dan reaksi diduga memiliki pengaruh terhadap ketepatan

pukulan Oi-Tsuki

C. Hipotesis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
B. Waktu dan Tempat Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian
2. Sampel Penelitian
C. Defenisi Operasional Penelitian

D. Pengembangan Instrumen
1. Peralatan :
2. Pelaksanaan :
3. Penilaian :
E. Teknik Pengumpulan data
1.) Observasi

2.) Kepustakaan

3.) Tes dan Pengukuran

F. Teknik Analisa Data


BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan berusaha

semaksimal mungkin untuk mengadakan pembangunan dan peningkatan mutu di

segala bidang, salah satunya bidang pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar

yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah dan diluar

sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat

memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap dimasa yang

akan datang.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, berbagai usaha dilakukan

oleh pemerintah, diantaranya dengan menyempurnakan kurikulum, melengkapi

sarana dan prasarana pendidikan, serta meningkatkan kualitas tenaga pendidik

melalui berbagai cara. Namun sejauh ini, mutu pendidikan di Indonesia masih

dirasakan kurang oleh beberapa pihak, hal ini terbukti dari masih banyak

dibicarakan tentang rendahnya mutu pendidikan baik itu di media massa, media

sosial, maupun forum-forum pertemuan pendidikan. Baik itu oleh faktor internal

maupun faktor eksternal.


Dalam beberapa tahun terakhir ini olahraga merupakan suatu kebutuhan

menuju manusia yang sehat.Oleh karena itu, perkembangan olahraga menjadi

kebutuhan sosial yang meliputi seluruh aspek masyarakat, tanpa mengenal

golongan agama, ras dan status apapun untuk mewujudkan masyarakat yang

cerdas, maju, adil, dan makmur.

Dengan adanya tuntutan prestasi yang tinggi maka diperlukan cara latihan

yang efektif dan efisien, terutama dalam memilih metode latihan yang baik

sehingga penguasaan teknik dasar dapat dikuasai dengan sempurna, penguasaan

teknik dasar yang sempurna menjadi dasar untuk mengembangkan mutu prestasi

olahraga karate. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No. 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dalam Bab

VII/Pasal 25 Ayat 4, yang berbunyi sebagai berikut : Pembinaan dan

pengembangan olahraga pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi,

kemampuan, minat, dan bakat peserta didik secara menyeluruh, baik melalui

kegiatan intrakurikuler maupun esktrakurikuler.

Di dalam olahraga bela diri ada beberapa cabang, antara lain adalah karate.

Olahraga karate merupakan cabang olahraga beladiri yang ada di

Indonesia.Dewasa ini olahraga karate sudah mulai berkembang luas, terutama ke

sekolah-sekolah.Dan juga olahraga karate tidak hanya dijadikan sebagai alat

pertahanan diri, melainkan sudah berkembang menjadi olahraga prestasi yang

menuntut kualitas yang setinggi-tingginya.


SMP Negeri 2 Palu merupakan salah satu sekolah yang mengadakan

kegiatan esktrakurikuler sebagai wadah untuk meningkatkan keterampilan

olahraga, salah satu cabang olahraga yang dilaksanakan adalah karate.Banyak

siswa-siswa yang berminat untuk mengikuti ekstrakurikuler karate.Namun

kendala yang sering dihadapi oleh Pembina adalah program latihan yang tidak

tetap, mengakibatkan kurangnya waktu latihan yang dilakukan oleh siswa,

sehingga berpengaruh terhadap teknik yang dikuasai oleh siswa.

Dalam olahraga karate terdapat bermacam-macam teknik beladiri yang

dipelajari, diantaranya adalah teknik kuda-kuda, teknik pukulan, teknik tendangan,

dan teknik tangkisan.Teknik kuda-kuda merupakan teknik awal yang dipelajari

dalam olahraga beladiri karate.Teknik kuda-kuda dapat diartikan sebagai landasan

atau pondasi bagi gerakan-gerakan dalam karate. Jika kuda-kuda tidak kuat, maka

gerakan karate akan tidak sempurna. Teknik kuda-kuda awal dalam karate ada

tiga jenis, yaitu Zenkutsu-dachi, Kokutsu-dachi, dan Kiba-dachi.Setelah

menguasai teknik kuda-kuda dengan benar, maka dilanjutkan dengan mempelajari

teknik pukulan.Teknik pukulan ada berbagai jenis, namun yang awal dipelajari

oleh seorang karateka adalah pukulan Oi-tsuki dan Gyaku-tsuki.Teknik tangkisan

juga ada berbagai jenis, diantaranya Gedan Barai, Age-Uke, Soto-Uke, Shuto-Uke,

dan sebagainya.
Pukulan Oi-Tsuki merupakan teknik dasar pukulan yang wajib dikuasai

siswa dengan benar.Teknik pukulan yang benar adalah teknik yang menggunakan

tenaga, kecepatan serta ketepatan pukulan dengan proporsional.Sehingga ketika

melakukan pukulan, tepat mengenai sasaran yang diinginkan.Selain itu dalam

melakukan pukulan, juga dibutuhkan adanya aksi dan reaksi gerakan yang cepat,

sehingga pukulan yang dilakukan bisa maksimal. Karena apa, dalam melakukan

pukulan, aksi dan reaksi dari seorang karateka mutlak diperlukan. Selain faktor

kecepatan dan kekuatan dalam melakukan pukulan, faktor aksi dan reaksi

merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan pukulan secara maksimal.

Latihan aksi dan reaksi merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh

tubuh dalam satuan waktu minimal, serta ditanggapi dengan rangsangan dari

dalam tubuh untuk melakukan suatu gerakan yang diperintahkan.Dalam olahraga

karate, latihan aksi dan reaksi dibutuhkan untuk melatihan kecepatan pukulan,

serta reaksi seorang karateka dalam melancarkan serangan pukulan.Tujuan dari

melakukan latihan aksi dan reaksi disini adalah, untuk melatih kecepatan reaksi,

kecepatan refleks tubuh seorang karateka.Dengan begitu diharapkan dalam

melancarkan serangan pukulan, seorang karateka bisa melakukan pukulan dengan

cepat, serta dalam waktu yang singkat.

Berdasarkan hasil observasi terhadap ketepatan pukulan Oi-tsuki siswa

ekstrakurikuler karate SMP Negeri 2 Palu Kota Palu, terlihat bahwa ketepatan

pukulan kurang baik, kekuatan saat melakukan pukulan belum ada, dan

kecepatan pukulan masih kurang. Hal ini dibuktikan pada saat melakukan kumite

banyak pukulan yang tidak pada daerah sasarannya.Penampilan siswa yang


kurang baik ini dipengaruhi karena siswa tidak menguasai teknik dasar pukulan

yang benar dan kurangnya latihan yang diberikan oleh pelatih dalam

meningkatkan kekuatan, kecepatan maupun teknik ketepatan pukulan.

Permasalahan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya,

kegiatan latihan yang kurang terprogram dengan baik. Pelatih kebanyakan hanya

memberikan latihan lanjutan dan seringkali mengabaikan latihan ketepatan yang

sebenarnya sangat berperan besar terhadap keberhasilan suatu teknik

serangan.Sehingga latihan yang dilakukan tidak mencapai tujuan yang

diharapkan.Selain itu, motivasi dalam diri siswa sendiri untuk meningkatkan

kemampuan teknik karate pun tidak ada, sehingga tidak ada kesadaran dari

masing-masing siswa untuk mengulangi latihan dirumah.

Berdasarkan dari temuan masalah diatas, Penulis tertarik untuk melakukan

sebuah penelitian dengan judul, Pengaruh LatihanAksi dan Reaksi Terhadap

Ketepatan Pukulan Oi-Tsuki Siswa Ekstrakurikuler Karate SMP NEGERI 2

PALU.

C. Identifikasi Masalah Penelitian

Sebuah penelitian tidak terlepas dari adanya suatu permasalahan sehingga

perlu kiranya masalah tersebut untuk diteliti, dianalisa dan dipecahkan. Setelah
diketahui dan dipahami latar belakang masalahnya, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ada pengaruh kekuatan terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki siswa

ekstrakurikuler karate SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu?

2. Apakah ada pengaruh kecepatan terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki siswa

ekstrakurikuler karate SMP Negeri 2 palu, Kota Palu?

3. Apakah ada pengaruh motivasi terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki siswa

ekstrakurikuler karate SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu?

4. Apakah ada pengaruh latihan aksi dan reaksi terhadap ketepatan pukulan Oi-

Tsuki siswa esktrakurikuler karate SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu?

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, serta

terbatasnya kemampuan dan waktu yang tersedia, maka penelitian ini terbatas

pada : Bagaimana pengaruh latihan aksi dan reaksi terhadap ketepatan pukulan

Oi-Tsuki siswa ekstrakurikuler karate di SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu.

E. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah disebutkan di atas, maka

peneliti merumuskan masalah yaitu apakah terdapat pengaruh latihan aksi dan
reaksi terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki siswa ekstrakurikuler karate di SMP

Negeri 2 Palu, Kota Palu.

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan uraian permasalahan di atas, tujuan dari penelitian yang

dilakukan oleh Penulis adalah :Untuk mengetahui bagaimana pengaruh latihan

aksi dan reaksi terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki siswa ekstrakurikuler karate

SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu.

G. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa adalah sebagai masukan yang positif dalam peningkatan teknik

dasar dalam kegiatan latihan karate

2. Bagi pelatih adalah sebagai masukan untuk menambah referensi tentang

program latihan yang dapat diberikan kepada para atlit.

3. Bagi peneliti yang ingin meneliti pada bidang yang sama adalah sebagai

referensi dan bacaan dimasa yang akan datang.

4. Sebagai sumbangan pemikiran guna memperkaya bahan bacaan yang ada

berkenaan dengan olahraga beladiri khususnya karate bagi rekan-rekan

mahasiswa Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas

Tadulako, khususnya jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi.

5. Bagi penulis, penelitian ini juga bertujuan untuk melengkapi tugas-tugas

dalam memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

D. Landasan Teori

4. Hakekat Latihan

a. Pengertian Latihan

Rothig dalam Syafruddin (2011:29) mengemukakan bahwa ”Latihan

dalam olahraga adalah suatu proses pengolahan atau penerapan materi latihan

seperti keterampilan-keterampilan gerakan dalam bentuk pelaksanaan yang

berulang-ulang dan melalui tuntutan yang bervariasi.”

Sementara itu Arsil (2008:3) menyebutkan bahwa latihan olahraga

merupakan aktivitas yang sistematis dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara

progresif dan individual yang mengarah pada ciri-ciri fungsi fisiologis dan

psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang ditentukan. Latihan olahraga

dilakukan bukan saja untuk mengembangkan keterampilan gerak (motorik), tetapi

juga suatu proses pendidikan dalam mengembangkan aspek kognitif. Latihan

olahraga disatu sisi merupakan suatu proses biologis dan dilain sisi merupakan

suatu proses pendidikan (paedagogis).

Kutipan di atas menjelaskan, bahwa latihan selain ditujukan untuk

meningkatkan dan mengembangkan keterampilan fisik juga suatu proses

pendidikan dalam mengembangkan kemampuan berfikir peserta latihan. Bertitik

tolak dari beberapa definisi dan uraian yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan, bahwa latihan merupakan suatu kegiatan yang terprogram secara

sistematis,mengarah pada peningkatkan fungsi fisiologis

danpsikologis,mengembangkan keterampilan gerak (motorik) dan kemampuan

berfikir (kognitif) peserta latihan untuk mengoptimalkan prestasi dan penampilan

olahraganya.

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Pembinaan dan latihan olahraga merupakan suatu proses yang kompleks,

karena di dalam proses tersebut tidak hanya memperhatikan bidang ilmu yang

berkaitan dengan teori dan pengetahuan tentang pembinaan dan latihan itu sendiri,

tetapi juga memerlukan pemahaman terhadap bidang-bidang ilmu yang lain,

seperti anatomi, fisiologi, ilmu social, ilmu psikologi, ilmu gerak, ilmu gizi dan

lain-lain.

Dalam ilmu kepelatihan olahraga dibahas semua aspek yang berkaitan erat

dengan proses pembinaan dan latihan, termasuk membahas prinsip-prinsip latihan.

Menurut Syafruddin (2011:226) menjelaskan, prinsip-prinsip latihan merupakan

azas atau ketentuan mendasar dalam proses pembinaan dan latihan yang harus

dipatuhi terutama oleh pelatih dan peserta latihan atau atlet. Artinya, apabila

pelatih dan atlet ingin meningkatkan kemampuan prestasinya, maka harus

mematuhi prinsip-prinsip latihan yang ada. Adapun prinsip-prinsip latihan yang

dimaksud antara lain sebagai berikut :

7. Prinsip Superkompensasi
Menurut Syafruddin (2011:229) superkompensasi (Super or

Overcompensation) berasal dari kata super yang berarti di atas atau merasa lebih

dan kompensasi yang berarti penggantian.Superkompensasi berarti penggantian

yang lebih atau melebihi. Apabila dihubungkan dengan proses latihan kondisi

fisik, maka superkompensasi dapat diartikan sebagai efek latihan yang melebihi

kemampuan sebelum diberi latihan.

Latihan dapat diartikan sebagai pembebanan terhadap tubuh yang

mengakibatkan terjadinya suatu penurunan kemampuan tubuh.Penggunaan

potensi energi dalam latihan olahraga dapat menimbulkan suatu kelelahan yang

mengakibatkan menurunnya kemampuan fungsi tubuh yang sekaligus

berimplikasi terhadap kualitas kerja tubuh dan kemampuan koordinasi gerakan.

Oleh karena itu untuk membangun kembali energi yang terpakai

diperlukan fase yang dikenal dengan fase pemulihan (Recovery Phase).Fase

pemulihan ini merupakan bagian yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari

suatu siklus pembebanan latihan.Fase atau masa pemulihan berlangsung setelah

pembebanan diberikan dan harus diatur waktunya sedemikian rupa untuk dapat

menghasilkan efek latihan yang diinginkan dan sekaligus merupakan suatu

adaptasi terhadap latihan yang dilakukan. Lama fase pemulihan yang diberikan

tergantung dari intensitas dan durasi pembebanan latihan. Ini berarti bahwa

semakin tinggi intensitas beban latihan yang diberikan, semakin lama fase

pemulihan yang diperlukan.


Beban latihan berikutnya diberikan setelah fase pemulihan kembali keadan

normal yang dimiliki sebelumnya. Proses ini dinamakan dengan proses yang

menggunakan prinsip superkompensasi. Prinsi ini didasari oleh perbandingan

yang optimal antara pembebanan dan pemulihan.Sebagaimana dijelaskan Röthig

dalam Syafruddin (2011:231) mengemukakan bahwa Superkompensasi

merupakan fase pemulihan sumber energy yang dipergunakan setelah suatu

pembebanan yang melewati kemampuan awal dengan tujuan untuk meningkatkan

kemampuan prestasi.Superkompensasi merupakan prinsip dasar yang sangat

penting untuk meningkatkan suatu kemampuan prestasi. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada gambar perbandingan yang optimal antara pembebanan dan

pemulihan berikut ini :

Prestasi

Beban

Normal

Pemulihan

Kelelahan

Gambar 1.Perbandingan yang optimal antara pembebanan dan pemulihan


(Sumber : Syafruddin, 2011)

8. Prinsip Peningkatan Beban (Beban progresif)

Prinsip peningkatan beban secara progresif atau prinsip beban lebih

(Overload Principle) merupakan salah satu prinsip latihan yang paling popular
dalam pembinaan prestasi olahraga.Menurut Syafruddin (2011:234) prinsip

peningkatan beban lebih menekankan kepada peningkatan beban latihan yang

diberikan berdasarkan kemampuan atlet pada saat latihan.Semakin tinggi tingkat

kemampuan atlet maka semakin berat atau semakin intensif beban latihan yang

diberikan.

Peningkatan beban latihan dapat dilakukan melalui ciri-ciri beban luar

(itensitas, volume dan lain-lain).Beban luar yang konstan mengakibatkan

menurunnya kemampuan beban dalam dan sekaligus dapat mengurangi

kemampuan reaksi anggota tubuh. Oleh sebab itu, beban luar harus ditingkatkan

secara kontinyu, karena kemampuan dapat diperbaiki melalui proses adaptasi

organ-organ yang dibebani (beban dalam). Peningkatan beban yang baru,

diberikan apabila organ tubuh telah beradaptasi dengan tuntutan-tuntutan latihan

yang diberikan dan ini merupakan dasar untuk meningkatkan beban latihan

berikutnya.

9. Prinsip Variasi Beban

Untuk meraih pestasi puncak (Top Performance) yang diharapkan

membutuhkan waktu yang cukup lama.Masa-masa latihan yang lama ini bagi atlet

seringkali membosankan.Oleh karena itu platih harus memikirkan bagaimana

supaya atlet tidak bosan saat berlatih.Untuk mengatasi kebosanan tersebut, pelatih

perlu menggunakan metode-metode dan materi latihan secara

bervariasi.Disamping itu variasi juga bisa dilakukan dengan mengatur beban

latihan.
10. Prinsip Periodisasi atau Prinsip Kontinuitas Beban

Syafruddin (2011:236) mengemukakan bahwa periodisasi dalam suatu

proses pembinaan olahraga dapat diartikan sebagai pentahapan proses pembinaan

dalam rentang waktu satu tahun program pembinaan. Periodisasi tersebut dapat

juga diartikan sebagai fase persiapan, masa kompetisi, masa transisi, dan lain

sebagainya.Setiap periode dalam suatu perencanaan tahunan memikili tujuan dan

sasaran tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Ada tiga fase proses pembinaan dan latihan yang perlu direncanakan untuk

meraih prestasi puncak menurut Röthig & Grössing dalam Syafruddin (2011:237),

yaitu :

a. Periode persiapan, yaitu periode dimana dicapainya persyaratan-

persyaratan untuk prestasi puncak.

b. Periode kompetisi atau pertandingan, yaitu periode dimana prestasi

yang diraih diterapkan dalam kompetisi atau pertandingan dan

dipertahankan.

c. Periode transisi, yaitu periode dimana terjadi penurunan prestasi

puncak secara sadar, selain itu bertujuan untuk membantu proses

pemulihan secara aktif.

11. Prinsip Individualisasi

Individualisasi menurut Letzelter dalam Syafruddin (2011:239) adalah

pertimbangan terhadap kemampuan fisik dan psikis, pertimbangan keadaan atlet


saat dilatih, sikap, tipologi, kemampuan intelektual, tempramen, dan ciri-ciri

kepribadian yang lain. Proses pembinaan dan latihan olahraga adalah proses yang

berhubungan dengan manusia atau individu manusia. Setiap manusia memiliki

potensi yang berbeda satu dengan yang lainnya, baik menyangkut potensi fisik,

teknik, taktik maupun potensi mental.Perbedaan ini menuntut para pelatih untuk

dapat memahami sifat dan karakter atletnya agar latihan yang diberikan bisa lebih

terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

12. Prinsip Spesialisasi

Prinsip spesialisasi lebih menekankan kepada prinsip spesifikasi cabang

olahraga.Oleh karena itu setiap cabang olahraga mempunyai ciri-ciri tersendiri

dan itulah yang membedakan tuntutan dan kebutuhan tiap cabang olahraga.

Menurut Bompa & Haff dalam Syafruddin (2011:239), spesialisasi merupakan

suatu proses yang kompleks yang didasari oleh perkembangan secara multilateral

atau menyeluruh.

Oleh karena itu sebelum pelatih memulai kegiatan latihannya harus

terlebih dahulu dapat mengidentifikasi kemampuan-kemampuan atau kebutuhan-

lebutuhan yang harus dikembangkan dalam cabang olahraga yang dibinanya.

Dengan kata lain, spesialisasi dalam pembinaan olahraga dapat diartikan sebagai

penguasaan seserorang atau pelatih terhadap olahraganya secara mendalam dan

komprehensif dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan yang memadai

terhadap semua aspek yang dibutuhkan untuk mengkatkan prestasi atlet.

c. Pembebanan Latihan
Beban latihan adalah bentuk karakteristik tuntutan yang diberikan kepada

atlet dalam latihan (Röthig dalam Syafruddin, 2011:42).Sementara Letzelter

dalam Syafruddin (2011:42) mendefinisikan beban latihan sebagai seluruh efek

latihan yang terjadi karena rangsangan luar dan rangsangan dalam.Dari kedua

pendapat ini dapat dijelaskan bahwa beban latihan merupakan segala bentuk

tuntutan dan rangsangan yang diberikan kepada atlet dalam latihan yang dapat

menimbulkan efek latihan (Trainings Effects).

Tuntutan dan rangsangan yang dimaksud bisa dalam bentuk rangsangan

fisik dan rangsangan psikis atau mental.Dalam bentuk fisik misalnya melakukan

bentuk-bentuk latihan, baik menggunakan beban tambahan seperti barbell,

dumbble atau beban tubuh sendiri.Sedangkan dalam bentuk tuntutan psikis adalah

segala sesuatu yang bersifat non fisik yang dapat mempengaruhi atlet seperti

beban pikiran, beban perasaan, stres dan lain sebagainya.

Beban latihan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu beban luar (Outer

Loads) dan beban dalam (Inner Loads).Menurut Röthig & Grössing dalam

Syafruddin (1995:92) beban luar ditentukan oleh bentuk-bentuk latihan yang

berkaitan dengan intensitas, volume, interval, durasi dan frekuensi beban.Kelima

faktor inilah yang dikenal dengan karakteristik atau ciri pembebanan.Beban luar

dapat merangsang timbulnya beban dalam, yang diartikan sebagai efek-efek

pembebanan dalam bentuk perubahan-perubahan fungsi organ tubuh.

Sementara itu, menurut Jonath & Krempel dalam Syafruddin (2011:43)

mengemukakan bahwa beban dalam tergantung dari keadaan fisik dan psikis,
fasilitas dan alat latihan, kondisi iklim dan cuaca, pasangan latihan, sikap dan

faktor sosial. Dapat dikemukakan bahwa semakin baik kemampuan adaptasi atlet

terhadap pembebanan latihan, fasilitas latihan dan pertandingan, terhadap iklim

dan cuaca, maka makin baik pula kemampuan beban dalam atlet.

Beban dalam pada prinsipnya ditimbulkan oleh beban luar yang membawa

perubahan-perubahan secara psikologis dan fisiologis.Salah satu indikator

perubahan akibat pengaruh beban luar terhadap beban dalam adalah terjadinya

perubahan denyut nadi.Perubahan denyut nadi tidak hanya disebabkan oleh

pembebanan secara fisik, tetapi juga disebabkan beban psikis atau mental.

5. Latihan Aksi dan Reaksi

d. Pengertian Latihan Aksi dan Reaksi

Menurut Letzelter, aksi atau kecepatan aksi (gerakan) dapat diartikan

sebagai kemampuan di mana dengan bantuan kelentukan sistem syaraf pusat dan

alat gerak otot dapat melakukan gerakan-gerakan dalam satuan waktu minimal

(Syafruddin, 2011:130).Sedangkan menurut Sajoto (1995:10) dijelaskan bahwa

reaksi (Reaction) adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak

secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, saraf,

atau filling lainnya.Seperti mengantisipasi datangnya bola.Sementara itu Nosek

dalam Arsil (2008:84) menyebutkan bahwa kecepatan reaksi adalah kecepatan

menjawab suatu rangsangan dengan cepat.

Selanjutnya, Jonath & Krempel dalam Syafruddin (2011:124) menyatakan

bahwa reaksi atau kecepatan reaksi adalah kemampuan untuk menjawab

rangsangan atau stimulus secara akustik, optik dan taktil dengan


cepat.Rangsangan akustik merupakan rangsangan yang diterima melalui indera

pendengaran seperti bunyi pistol saat lari jarak pendek, ataupun bunyi pluit,

tepukan tangan, dan sebagainya.Sedangkan rangsangan optik merupakan

rangsangan yang diterima melalui indera penglihatan (mata), seperti seseorang

bergerak dengan memperhatikan gerakan tangan pelatihnya dan mengikuti arah

gerakan tersebut dengan bergerak maju, mundur, ke kiri ataupun ke arah

kanan.Bisa juga melalui rangsangan dengan menggunakan cahaya, bola, dan lain-

lain.Sementara rangsangan taktil adalah rangsangan yang diterima melalui indera

peraba kulit (taktil), misalnya dengan sentuhan pada tangan, ataupun tepukan

pada pundak tubuh bagian belakang.

e. Faktor Yang Mempengaruhi Latihan Aksi dan Reaksi

Aksi dan reaksi merupakan suatu gerakan yang dilakukan oleh tubuh

dalam satuan waktu minimal, serta ditanggapi dengan rangsangan dari dalam

tubuh untuk melakukan suatu gerakan yang diperintahkan. Hal ini dapat terjadi

karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan aksi dan reaksi itu dapat

terjadi, diantaranya :

d) Kecepatan

Pada dasarnya kecepatan dibedakan atas kecepatan reaksi dan kecepatan

aksi (gerakan).Menurut Jonath & Krempel dalam Syafruddin (2011:124),


dijelaskan bahwa kecepatan reaksi merupakan kemampuan untuk menjawab

rangsangan atau stimulus secara akustik, optik, dan taktil dengan cepat.

Selanjutnya Letzelter mengemukakan bahwa kecepatan aksi (gerakan)

diartikan sebagai kemampuan, dimana dengan bantuan kelentukan system syaraf

pusat dan alat gerak otot dapat melakukan gerakan-gerakan dalams atuan waktu

minimal, seperti gerakan tangan, gerakan kaki yang berlangsung secara terpisah

(Syafruddin, 2011:130).

e) Kekuatan Otot

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa kemampuan aksi dan reaksi

dipengaruhi oleh kemampuan kecepatan.Selain itu, kemampuan kecepatan tidak

dapat berkembang apabila tidak didukung oleh kemampuan kekuatan otot yang

memadai.Oleh karena itu, untuk mendapatkan suatu kecepatan maksimal

diperlukan terutama sekali otot yang kuat dan terlatih (Syafruddin, 2011:133).

f) Koordinasi

Koordinasi disini dimaksudkan adalah hubungan kerjasama atau saling

mempengaruhi antara sistem persyarafan pusat (Central Nervous System) dengan

otot yang bekerja, yang berpengaruh terhadap kecepatan gerakan aksi dan reaksi

(Syafruddin, 2011:134).

f. Jenis-Jenis Latihan Aksi dan Reaksi


Dalam latihan aksi dan reaksi terdapat beberapa jenis-jenis latihan yang

dapat meningkatkan kualitas gerak aksi dan reaksi, diantaranya adalah sebagai

berikut :

3) Latihan Kecepatan
Latihan kecepatan merupakan kemampuan bergerak secara berturut-

turut untuk menempuh suatu jarak dalam suatu selang waktu (Arsil,

2008:152).

Contoh latihan kecepatan yang dapat meningkatkan aksi dan reaksi

salah satunya yaitu latihan lari interval (Interval Running), menempuh jarak

pendek sejauh 30-40 meter, dengan waktu yang harus dicapai berkisar antara

6-8 detik, serta dapat diulangi sebanyak 10 kali. Kemudian ada Methode

Sprint Training yaitu latihan lari sprint dengan jarak 40 meter, dengan repetisi

sebanyak 12 kali.

Gambar 2. Model Latihan Sprint Training


(Sumber :http://www.ussoccer.com/)

4) Latihan Kelincahan

Latihan kelincahan ialah kemampuan seseorang untuk mengubah

posisi arah secepat mungkin sesuai dengan situasi yang dihadapi dan

dikehendaki.Kelincahan sangat penting fungsinya untuk meningkatkan hasil

maksimal dalam cabang olahraga tertentu (Arsil, 2008:141).


Kegunaan secara langsung latihan kelincahan antara lain :

- Mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda (Simultan)

- Mempermudah penguasaan teknik-teknik tinggi

- Gerakan efisien, efektif, dan ekonomis

- Mempermudah orientasi terhadap lawan dan lingkungan

Contoh latihan kelincahan yang berpengaruh terhadap aksi dan reaksi

salah satunya yaitu Latihan lari bolak-balik (Shuttle Run).Lari bolak-balik

dilakukan secepat mungkin sebanyak 6-8 kali, dengan jarak 4-5 meter.

Gambar 3. Model Latihan Lari Bolak-Balik (Shuttle Run)


(Sumber ;http://www.woodgrovesec.moe.edu.sg/)

Bentuk latihan kelincahan lainnya yaitu latihan lari Zig-Zag. Latihan

lari Zig-Zag hampir sama dengan lari bolak-balik. Bedanya, pada lari Zig-Zag,

siswa harus melewati beberapa titik yang telah dibuat.


Gambar 4. Model Latihan Zig-Zag Run

6. Ketepatan PukulanOi-Tsuki

c. Hakekat Ketepatan

Ketepatan pada olahraga karate tidak sedominan ketepatan pada olahraga

lain, seperti olahraga panahan ataupun bilyard. Namun hal ini tidak dapat

ditinggalkan begitu saja, karena pada waktu tertentu ketepatan akan turut

menentukan keberhasilan dalam kumite. Sajoto (1995:9) mengemukakan bahwa

Ketepatan (accuracy) adalah seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas

terhadap sesuatu sasaran.Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin

suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian

tubuh.Sementara itu Soeharno dalam Prihastono (1994:75) menyatakan bahwa

Ketepatan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengarahkan

suatu gerak pada sasaran sesuai dengan tujuan.

Apabila hal ini dimiliki oleh siswa akan memberikan beberapa keuntungan,

antara lain : prestasinya akan lebih baik, gerakan lebih efisien dan efektif,

mencegah terjadinya cedera dan mempermudah penguasaan teknik serta taktik.


Dalam melakukan latihan ketepatan harus ada sasaran atau target secara bertahap.

Latihan gerakan yang pelan menuju gerakan yang cepat, sasaran beralih dari

benda yang besar ke benda yang kecil, dari jarak yang dekat berubah menjadi

jarak yang jauh, dan sasaran yang diam berubah menjadi sasaran yang bergerak.

d. Pukulan Oi-Tsuki

Menurut FORKI (2005:19) pukulan merupakan salah satu inti dari gerakan

olahraga karate yang menggunakan tangan.Pukulan dengan menggunakan kepalan

tangan secara lurus dinamakan Tsuki.Sebagaimana menurut Oyama dalam J.B.

Sujoto (1996:54) mengemukakan bahwa: “Pukulan dalam karate hampir sama

atau sinonim dengan karate itu sendiri. Jika cara melakukannya tidak betul, berarti

karate kita juga kurang baik.”

Kepalan tangan yang merupakan tumpuan akhir dari pukulan harus

dibentuk secara benar sesuai dengan struktur serangan pukulan yang dilakukan.

Berikut adalah gambar cara membentuk kepalan tangan :

Gambar 5.Cara membentuk kepalan tangan


(Sumber :http://inkadosemarang.wordpress.com/teknik/kihon/ )
Rahasia dari tenaga perusaknya terletak pada puntiran atau putaran yang

dilakukan pada saat kontak terjadi.Hal ini dapat dipahami apabila kita pernah

membuat lubang pada sesuatu dengan menggunakan keterampilan tangan. Hal


penting lain adalah yang harus diingat ketika memukul tidak hanya dengan

pergelangan tangan dan lengan saja, melainkan memukul seolah-olah dengan

tenaga dari seluruh tubuh.

Phang (2012:56) menyebutkan bahwa pukulan Oi-Tsukimerupakan suatu

gerakan pukulan menerjang atau menghujam.Ditegaskan pula oleh Muchsin

(1980:143) pukulan Oi-Tsuki adalah pukulan atau tinjuan mengejar.Sementara itu,

FORKI (2005:19) menjelaskan pukulan Oi-Tsuki merupakan teknik pukulan yang

dilakukan dengan kuda-kuda dasar secara bersamaan yaitu tangan yang

melakukan pukulan sama dengan kaki depan pada saat melakukan pukulan.

Pukulan dilakukan dengan cara meluncurkan semaksimal mungkin

kepalan tangan yang berada dalam titik pacu (berada disamping badan dan diatas

pinggang). Sasaran pukulan Oi-Tsuki sebagai objek target yang menjadi sasaran

terdiri dari sasaran atas/kepala (Jodan Tsuki), sasaran menengah/perut (Chudan

Tsuki), atau sasaran ke bawah (Gedan Tsuki). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar dibawah ini.


Gambar 6.Pukulan Oi-Tsuki
(Sumber :http://inkadosemarang.wordpress.com/teknik/kihon/ )

E. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas dapat diajukan

kerangka pemikiran sebagai berikut:

3) Pengaruh latihan aksi dan reaksi terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki

Latihan aksi dan reaksi, dapat mengembangkan kemampuan ketepatan

pukulan Oi-Tsuki.Kemampuan aksi dan reaksi mempunyai peran yang cukup

penting terhadap kemampuan ketepatan pukulan Oi-Tsuki yang dilakukan siswa.

Dengan melakukan latihan aksi dan reaksi yang baik dapat mendukung

penguasaan teknik pukulan yang baik khususnya saat melancarkan serangan

pukulan ke arah target yang dituju, sehingga memberi peluang yang besar untuk

dapat melakukan pukulan lebih cepat lagi dalam bereaksi.

4) Latihan aksi dan reaksi diduga memiliki pengaruh terhadap ketepatan pukulan

Oi-Tsuki

Berdasarkan dari bentuk latihannya, latihan aksi dan reaksi mempunyai

pengaruh terhadap peningkatan kemampuan ketepatan pukulan Oi-Tsuki,

sehingga dapat mendukung pencapaian hasil dari pukulan Oi-Tsuki yang

dilakukan. Hal ini karena, pada latihan aksi dan reaksi kekuatan dan kecepatan

otot-otot lengan dikembangkan secara maksimal, dan juga faktor gerak refleks

juga dilatih secara maksimal.


Ditinjau dari bentuk-bentuk latihan yang diberikan yaitu, melakukan

latihan secara perorangan ataupun berpasangan, latihan dengan menggunakan

target atau sasaran, sesuai dengan arahan yang diberikan oleh pelatih, dan

dilakukan secara bertahap, serta berkesinambungan terus menerus.Latihan yang

demikian menuntut gerak refleks yang cepat dari siswa, sehingga unsur utama

dalam melakukan pukulan dapat dikembangkan secara maksimal.Dengan

demikian diduga latihan aksidan reaksi mempunyai pengaruh terhadap

peningkatan ketepatan pukulan Oi-Tsuki.

Latihan Aksi dan Reaksi adalah Faktor yang mempengaruhi


latihan yang memfokuskan pada Ketepatan Pukulan
kemampuan gerak refleks serta
- Penguasaan teknik
kecepatan melakukan gerakan - Kecepatan
dari masing-masing individu - Kelincahan
- Koordinasi panca indera
- Frekuensi jarak sasaran
- Ketelitian dan
Ketenangan
Gambar 7. Kerangka Pemikiran - Motivasi

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dikemukakan

hipotesis penelitian bahwa : Terdapat pengaruh yang signifikan antara latihan aksi

dan reaksi terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki siswa ekstrakurikuler karate SMP

Negeri 2 Palu, Kota Palu.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

G. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam bentuk Pre Experimental Design atau

Quasi Experiment (eksperimen pura-pura). Arikunto (2006 : 84)

mengemukakan ”Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian

karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen

yang dapat dikatan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu”. Dengan kata

lain, jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau eksperimen pura-pura

(Quasi Experiment) yaitu hanya memberikan perlakuan program latihan Aksi dan

Reaksi terhadap ketepatan pukulan Oi-Tsuki siswa ekstrakurikuler karate SMP

Negeri 2 Palu, Kota Palu.

Supaya penelitian yang dilakukan lebih terarah dengan baik, maka

dibutuhkan rancangan penelitian yaitu berawal dari pengambilan data awal (Pre

Test) Tes Ketepatan PukulanOi-Tsukisiswa esktrakurikuler karate SMP Negeri 2

Palu, Kota Palu.Selanjutnya diberikan perlakukan mengenai latihan meningkatkan

aksi dan reaksi sesuai program latihan (terlampir 1). Setelah diberikan perlakuan

sesuai program latihan, maka diambil data akhir (Post Test), meningkatkan

ketepatan pukulan Oi-Tsuki siswa ekstrakurikuler karate SMP Negeri 2 Palu, Kota

Palu.
Pre Test Treatment Post Test
(Q1) (X) (Q2)

Gambar 8. Sketsa Rancangan Penelitian


Sumber : Arikunto (2010:124)

Keterangan :

Q1 = Pre Test

Q2 = Post Test

(X) = Perlakuan sesuai dengan program latihan

H. Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 15 Februari 2014 sampai dengan

tanggal 27 Maret 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu.

I. Populasi dan Sampel Penelitian


3. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010:173).Berdasarkan studi

pendahuluan yang Penulis lakukan maka populasi terdiri dari siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler karate SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu, yang berjumlah

21 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1 :Populasi penelitian siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
karate SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu
NO. SISWA JUMLAH
1 Putra 6 Orang
2 Putri 15 Orang
JUMLAH 21 orang
Sumber : Pelatih karate SMP Negeri 2 Palu, Kota Palu

4. Sampel Penelitian

Arikunto (2010: 174) mengemukakan, bahwa ”sampel adalah sebagian

atau wakil dari populasi yang diteliti”. Selanjutnya Arikunto (2006: 134)

menyatakan:

”Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitaanya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar,
dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya
dari: a)kemampuan penelitian dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, b)Sempit
luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut
sedikitnya data, c)besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk
penelitian yang resiko besar, hasilnya akan lebih baik”.
Berdasarkan kutipan di atas, sampel yang digunakan adalah secara Total

Sampling, dimana seluruh populasi yang berjumlah 21 orang digunakan dalam

penelitian ini dijadikan sampel karena populasi kurang dari 100. Karena sampel

penelitian yang kurang dari 100 orang, serta jumlah antara siswa laki-laki lebih

sedikit daripada siswa perempuan, maka peneliti menggunakan sistem sampel

Homogen dengan menggunakan siswa perempuan sebagai sampel penelitian,

yaitu sebanyak 15 orang.

J. Defenisi Operasional Penelitian

1. Latihan Aksi dan Reaksi


Merupakan latihan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dalam

melakukan gerakan-gerakan dalam satuan waktu minimal (aksi) dan

kemampuan untuk menanggapi rangsangan dengan cepat (reaksi).

(Syafruddin, 2011 : 130).

2. Ketepatan Pukulan Oi-Tsuki

Dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengarahkan pukulan

tepat pada sasaran yang dituju. (Prihastono 1994 : 75).

3. Karate

Karate adalah suatu teknik untuk membela diri dengan tangan kosong atau

tanpa senjata. (Sujoto, 1996 : 1).

K. Pengembangan Instrumen

Data diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu Tes

Ketepatan Pukulan. Tes dilakukan sebanyak sepuluh kali setiap siswa, dan dari

data ini dapat diketahui bagaimana tingkat aksi dan reaksi siswa terhadap

ketepatan dalam melakukan pukulan Oi-Tsuki (Prihastono, 1994:76).

Tes Ketepatan Pukulan

4. Peralatan :
- Lapangan tempat latihan

- Bola tenis

- Blangko penelitian untuk mendata perolehan pukulan yang tepat sasaran.

5. Pelaksanaan :
- Siswa memegang bola, kemudian dilemparkan, dan dipukul sesuai dengan

gerakan yang diteskan.


- Jarak lemparan minimal 1 meter jauhnya, tinggi minimal 1 meter di atas

kepala

- Lakukan sebanyak 10 kali

6. Penilaian :
- Setelah tes, diambil rata-rata dari kelompok tes, kemudian digolongkan.

- Jika sama dengan jumlah rata-rata (X) = cukup, lebih satu diatas X = lebih

dari cukup, lebih 2 diatas X = baik, dan lebih 3 diatas X = baik sekali. Dapat

dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Norma PenilaianTes Ketepatan Pukulan

Norma Kategori Penilaian


Dibawah rata-rata X Kurang
Sama dengan X Cukup
< 1 dari X Sedang
< 2 dari X Baik
< 3 dari X Sangat Baik
Sumber : Prihastono (1994:76)

L. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang Penulis gunakan yaitu dengan teknik-


teknik sebagai berikut :

4.) Observasi

Untuk mengetahui secara langsung terhadap subjek penelitian yang hendak

diteliti sehingga dalam pengolahan data tidak direkayasa.

5.) Kepustakaan

Cara perpustakaan dipergunakan untuk mencari teori-teori penunjang yang

sesuai dengan tujuan permasalahan dalam penelitian ini.


6.) Tes dan Pengukuran

Untuk mengetahui data secara langsung melalui suatu rangkaian Pre Test dan

Post Test yang dilakukan kepada para siswa.

a. Pre Test, adalah tes awal yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan

awal pukulan Oi-Tsuki sebelum diberikan program latihan.

b. Post Test, adalah tes akhir yang dilakukan sesudah diberikan perlakuan

atau progam latihan untuk mengetahui peningkatan kemampuan ketepatan

pukulan Oi-Tsuki.

M. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis ini adalah
menggunakan rumus t-tes berhubungan dengan taraf signifikan 5% secara manual:

Σ𝐷
( )
𝑁
𝑡𝑜 =
𝑆𝐷𝐷
( )
√𝑁 − 1

Keterangan :

Σ𝐷 = Jumlah beda/selisih antara skor Variabel I dan skor Variabel II


N = Jumlah sampel
𝑆𝐷𝐷 = Deviasi Standar dari perbedaan antara skor Variabel I dan skor
Variabel II
(Hartono, 2012: 181)
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Renika Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Renika Cipta.

Arsil. 2008. Pembinaan Kondisi Fisik. Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan,


Universitas Negeri Padang.

Arsil, Adnan, Aryadie. 2010. Evaluasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga.Malang:


Wineka Media.

FORKI, 2005. Pedoman Karate. Studio 3 Plus.

Hartono, 2012.Statistik Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kementerian Pemuda dan Olahraga. 2005. Undang-Undang RI No.3 Tahun


2005Tentang Sistem Keolahragaan Nasional, Jakarta: Kementerian Pemuda
dan Olahraga.

Muchsin, Sabeth. 1980. Best Karate Comprehensive. Jakarta: PT. Indira.

Phang, Victorianus. 2012. Kumpulan Artikel Karate-Do. Bogor.

Prihastono, Arief, 1994. Pembinaan Kondisi Fisik Karate.Solo: CV. Aneka.

Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalm


Olahraga.Semarang: Dahara Prize.

Sujoto, J.B. 1996. Teknik Oyama Karate Seri Kihon. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.

Syafruddin, 2011.Ilmu Kepelatihan Olahraga.Teori dan aplikasinya dalam


pembinaan olahraga.Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Padang.

Wahid, Abdul, 2006. Shotokan Sebuah Tinjauan Alternatif Terhadap Aliran


Karate-Do Terbesar Di dunia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai