Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

PENGEMBANGAN MODIFIKASI MODEL LATIHAN TENDANGAN DAN PUKULAN


DALAM PENCAKSILAT DENGAN MENGGUNAKAN KARET BAN YANG DIIKAT
DIKAKI DAN DITANGAN PADA SISWA SMP CITRA MULIA MAKASSAR

DVELOPMENT OF A MODIFIED KICK AND PUNCH TRAINING MODEL IN PENCAKSILAT


USING RUBBER TIRES TIED TO THE LEGS AND HANDS FOR JUNIOR HIGH SCHOOL
STUDENTS CITRA MULIA MAKASSAR

NURSALLAM

191050401020

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan aktivitas yang sudah menjadi kebutuhan manusia

karena dengan tingkah laku atau aktivitas olahraga yang teratur, terukur dan

terarah maka akan menjadikan jiwa dan raga manusia menjadi lebih baik.

Olahraga secara teratur berpotensi meningkatkan kesehatan dan kesegaran

jasmani manusia. Selain itu, olahraga juga berfungsi untuk meraih prestasi dalam

kejuaraan-kejuaran baik tingkat provinsi, nasional maupun internasional. Banyak

sekali olahraga prestasi yang berkembang di Indonesia, salah satunya adalah

cabang olahraga beladiri. Beladiri adalah aktivitas yang menggabungkan

komponen olahraga dan seni di dalamnya, yang tujuan utama diciptakannya

adalah untuk melindungi diri dari gangguan yang bersifat fisik.

Dalam perkembangannya beladiri tidak hanya digunakan untuk

melindungi diri, namun juga dimanfaatkan untuk pendidikan anak-anak,

penanaman karakter, kebugaran, keindahan seni, dan prestasi. Beberapa jenis

beladiri juga secara formal dijadikan sebagai materi pelajaran di sekolah baik

intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Dalam kurikulum KTSP 2006 ada

beberapa jenis beladiri yang menjadi pilihan untuk diajarkan di sekolah, antara

lain pencak silat, karate dan judo. Diharapkan dengan dimasukkannya beberapa

jenis beladiri ke dalam kurikulum sekolah, bisa membentuk karakter pantang

menyerah, disiplin, sportif, dan percaya diri pada siswa. Selain itu juga membantu

1
2

siswa untuk menjaga kebugaran diri dan keamanan diri. Tidak hanya itu, siswa

bisa mengembangkan kemampuan beladiri dan berprestasi.

Dalam hal prestasi, seorang siswa, atlet, atau orang yang mengikuti

beladiri harus secara tekun dan maksimal melatih komponen-komponen fisik yang

menunjang prestasinya. Dalam komponen fisik terdapat tiga hal yang penting

untuk atlet beladiri, yaitu reaksi, koordinasi, dan kecepatan. Tiga hal ini berkaitan

erat dengan beberapa teknik yang diperlukan dalam beladiri, yaitu teknik

tendangan, pukulan, dan tangkisan. Reaksi yang baik akan menguntungkan atlet

dalam melakukan penyerangan baik melalui tendangan atau pukulan. Selain itu,

dengan reaksi yang baik atlet tidak mudah diserang karena cepat tanggap

menggunakan tangkisannya. Selanjutnya koordinasi mata, tangan, dan kaki yang

sempurna akan mendukung atlet dalam mengkombinasikan tendangan dan

pukulan serta tangkisan. Kecepatan yang baik akan menguntungkan atlet dalam

memperoleh nilai dari pukulan dan tendangan yang disarangkan ke lawan

bertandingnya. Tiga komponen fisik tersebut merupakan komponen penting yang

saling berkaitan satu sama lain dalam olahraga beladiri, sehingga melatihnya

secara bertahap, teratur dan, maksimal merupakan syarat agar prestasi atlet

meningkat. Untuk melatih reaksi, kecepatan dan, koordinasi biasanya atlet akan

didril mengkombinasikan gerakan-gerakan pukulan dan tendangan secara cepat

yang dibantu oleh pelatih atau partner latihan.

Selain memerlukan partner berlatih, seorang atlet beladiri juga

memerlukan sarana berlatih untuk meningkatkan kemampuannya. Salah satu

media latihan untuk atlet beladiri adalah moel latihan tendangan dengan
3

menggunakan karet ban yang diikat pada kaki. Model latihan ini merupakan alat

bantu dalam olahraga beladiri sebagai media latihan serangan untuk melatih

tendangan dan pukulan. Pada umumnya latihan tendangan dan pukulan hanya

menggunakan bentuk – bentuk gerakan berulang tanpa menggunakan beban pada

kaki atau tangan untuk melatih power atau kekuatan. Dewasa ini ada

perkembangan bentuk latihan, yaitu dengan menggunakan karet ban yang diikat

pada kaki dan tangan sehingga dapat memberi beban pada kaki dan tangan guna

meningkatkan koordinasi kekuatan dan kecepatan tendangan dan pukulan dalam

latihan pencak silat. Pengembangan sarana untuk latihan beladiri semakin pesat,

namun peneliti melihat pengembangan sarana untuk melatih koordinasi kekuatan

dan kecepatan reaksi tendangan dan pukulan khususnya di sekolah SMP Citra

Mulia Makassar belum ada. Sebagai contoh, belum adanya sarana untuk melatih

kecepatan reaksi pukulan dan tendangan sehingga pelatih hanya menggunakan

aba-aba atau peluit sebagai stimulus melalui indera pendengaran dalam melatih

reaksi tendangan dan pukulan atletnya. Selain itu, peneliti juga melihat, belum ada

modifikasi model latihan tendangan maupun pukulan dengan menggunakan karet

ban yang diikat pada kaki ataupun ditangan sebagai sarana melatih koordinasi

kekuatan dan kecepatan reaksi pukulan dan tendangan pada cabang olahraga

beladiri.

Sekolah perlu mengembangkan atau meningkatkan model – model

latihan dalam pencak silat di luar pembelajaran dengan membentuk kegiatan -

kegiatan ekstrakulikuler olahraga khususnya cabang olahraga pencak silat agar

siswa mendapat wadah untuk meningkatkan bakat – bakat mereka yang bisa
4

mereka jadikan sebagai bekal untuk kemajuan prestasi dan pendidikannya, dalam

hal ini juga bisa meningkatkan prestasi olahraga pencaksilat pada sekolah. SMP

CITRA MULIA MAKASSAR adalah salah satu sekolah yamg dinaungi oleh

Yayasan Pendidikan Citra Mulia Makassar berada di jalan Batua Raya VII no. 21,

Batua, Kec. Manggala, Kota Makassar, letaknya cukup strategis dan mudah

dijangkau. Setelah melakukan observasi dan dialog dengan guru – guru khususnya

guru olahraga, terdapat beberapa masalah yang terjadi diantaranya; dengan

kurangnya prestasi – prestasi olahraga khususnya di cabang olahraga pencak silat.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk “Pengembangan modifikasi

model latihan tendangan dan pukulan dalam pencaksilat dengan

menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan pada SMP Citra

Mulia Makassar”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan masalah di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah

yaitu : “Bagaimana cara mengembangkan model latihan tendangan dan pukulan

dalam pencaksilat dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan

pada siswa SMP Citra Mulia Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model latihan tendangan

dan pukulan dalam pencak silat dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki

dan ditangan pada siswa SMP Citra Mulia Makassar.


5

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang peneliti lakukan, ada beberapa manfaat yang dapat

diperoleh, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya penelitian yang telah ada

dibidang olahraga khususnya cabang olahraga beladiri sebagai penambah

wawasan dalam khasanah ilmu keolahragaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi atlet beladiri adalah dapat melakukan latihan tendangan dan

pukulan menggunakan modifikasi model latihan dengan sarana karet ban

yang diikat dikaki dan ditangan untuk melatih reaksi tendangan dan

pukulan

b. Bagi pelatih beladiri adalah dapat menggunakan model latihan dengan

menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan untuk melatih

reaksi tendangan dan pukulan atletnya.

c. Bagi masyarakat adalah dapat mengetahui informasi tentang model

latihan dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan

sebagai media melatih reaksi tendangan dan pukulan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Kajian teori merupakan dasar pemikiran terhadap faktor yang terdapat

dalam masalah penelitian atau hal – hal yang menjadi permasalahan penelitian.

Teori – teori yang dikemukakan diharapkan dapat memperkuat pemikiran yang

perumusan hipotesis sehingga dapat dijadikan bahan untuk memberikan jawaban

terhadap permasalahan yang diteliti.

Setiap penelitian senantiasa didasari oleh kajian pustaka yang merupakan

suatu argumentasi dalam menyusun suatu kerangka pikir serta yang dijadikan

dasar untuk merumuskan hipotesis penelitian. Dalam kajian pustaka yang

dasarnya mengemukakan landasan teori tentang hal – hal pokok yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian.

1. Hakikat Latihan

Latihan menurut Sukadiyanto (2002), “latihan adalah suatu proses

perubahan kearah yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan

fungsional peralatan tubuh dan kualitas fisik anak latih”.

Definisi dari latihan yang banyak digunakan oleh para pakar olahraga

yaitu metode ilmiah dalam meningkatkan kebugaran fisik yang ada pada dasar-

dasar komponen biomotorik. Pengetahuan mengenai segala sesuatu yang

berkaitan dengan metode ilmiah dalam latihan sangat membantu dalam usaha

pencapaian pengembangan prestasi atlet.

6
7

Menurut Bompa (1994) dalam Awan Hariono (2006: 1) latihan adalah

upaya seseorang dalam meningkatkan perbaikan organisme dan fungsinya untuk

mengoptimalkan prestasi dan penampilan olahraga. Tujuan dari latihan untuk

memperoleh berprestasi semaksimal mungkin, namun dalm proses pelaksaan

latihan tidaklah cukup mudah dan sederhana. Program latihan yang telah

diberikan pelatih amatlah penting dalam mendukung kualitas latihan yang sesuai

dengan cabang masing- masing. Bukan hanya latihan fisik saja yang harus dilatih

untuk mencapai prestasi yang maksimal teknik, taktik dan mental juga amatlah

penting untuk dilatih. Pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan

ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik kemampuan

fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih (Sukadiyanto, 2002).

Dijelaskan juga oleh Harsono, (1988: 102) bahwa latihan juga bisa dikatakan

sebagai sesuatu proses berlatih yang sistematis yang dilakukan secara berulang-

ulang yang kian hari jumlah beban latihannya kian bertambah. Berdasarkan uraian

di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan (olahraga) adalah suatu proses

kegiatan olahraga yang dilakukan secara sadar, sistematis, bertahap dan berulang-

ulang, dengan waktu yang relatif lama, untuk mencapai tujuan akhir dari suatu

penampilan yaitu peningkatan prestasi yang optimal. Supaya latihan mencapai

hasil prestasi yang optimal, maka program/bentuk latihan disusun hendaknya


8

mempertimbangkan kemampuan dasar individu, dengan memperhatikan dan

mengikuti prinsip-prinsip atau asas-asas pelatihan.

2. Hakikat Pencaksilat

Pencak silat adalah salah satu olahraga beladiri yang berakar dari bangsa

Melayu. Dari segi linguistik kawasan orang Melayu adalah kawasan Laut Teduh

yang membentang dari Easter Island di sebelah timur ke pulau Madagaskar di

sebelah barat. Lebih terinci dengan etnis Melayu biasanya disebut penduduk yang

terdampar di kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei

Darusalam, Filipina dan beberapa pulau kecil yang berdekatan dengan negara-

negara tersebut. Walaupun sebetulnya penduduk Melayu adalah suatu etnis di

antara ratusan etnis yang mendiami kawasan itu (Oong Maryono, 2000: 3). Silat

adalah intisari pencak untuk secara fisik membela diri dan tidak dapat digunakan

untuk pertunjukan (Oong Maryono, 2000: 5). Silat adalah gerak bela-serang yang

erat hubungannya dengan rohani, sehingga menhidup-suburkan naluri,

menggerakkan hati nurani manusia dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha

Esa. Sama halnya diungkapkan oleh Suharso (2005: 368) mengatakan, Pencak

adalah permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian

menangkis, mengelak dan sebagainya. Sedangkan Silat adalah kepandaian

berkelahi dengan ketangkasan menyerang dengan membela diri. Menurut

Notosoejitno (1997: 34) mengatakan, pencak silat adalah istilah yang digunakan

untuk menggambarkan ribuan pribumi melawan gaya yang ada di seluruh Malay
9

Archipelago, yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,

Thailand Selatan dan Filipina Selatan. Kamus resmi bahasa Indonesia diterbitkan

oleh Balai Pustaka (1989: 13), mendefinisikan pencak silat sebagai kinerja

(keterampilan) pertahanan diri yang mempekerjakan kemampuan untuk membela

diri, menangkis serangan dan akhirnya menyerang musuh, dengan atau tanpa

senjata. Maka menurut Herry Sismiarto (1997: 15), pencak silat dan dewasa ini

berlaku sebagai istilah nasional yang dibakukan pada saat dibentuknya wadah

persatuan perguruan pencak dan silat di Indonesia dalam suatu pertemuan di

Surakarta pada tahun 1948 yang melahirkan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

Terbentuknya Ikatan Pencak Silat Indonesia ini dipelopori oleh sepuluh perguruan

Pencak Silat Besar yaitu: (1) Persaudaraan Setia Hati, (2) Persaudaraan Setia Hati

Terate, (3) Perpi Harimurti, (4) Phasadja Mataram, (5) Persatuan Pencak Silat

Indonesia, (6) Perisai Diri, (7) Tapak Suci, (8) Perisai Putih, (9) Keluarga Pencak

Silat Nusantara dan (10) Putra Betawi.

Pencak silat terdapat unsur seni yang cukup menonjol terutama jika

dilihat dari elemen kembangan atau bunga pencak silat dan unsur tarung pencak

silat telah menjadi olahraga prestasi yang di pertandingkan. Dengan diperkuat

adanya Munas IPSI XII bahwa pencak silat adalah olahraga prestasi yang terdiri

dari empat kategori yaitu kategori tanding, tunggal, ganda dan regu (Munas XII

IPSI, 2007: ii). Seorang atlet yang bertanding dalam kategori tanding dibutuhkan

teknik, taktik, mental dan stamina yang baik.

Kategori tanding adalah kategori pertandingan pencak silat yang

menampilkan 2 (dua) orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling
10

berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu

menangkis/mengelak/menyerang/menghindar pada sasaran dan menjatuhkan

lawan. Penggunaan taktik dan teknik bertanding, ketahanan stamina dan semangat

juang, menggunakan kaidah dan pola langkah yang memanfaatkan kekayaan

teknik jurus, mendapatkan nilai terbanyak (Munas XII IPSI, 2007:1).

Notosoejitno (1997:59), mengatakan bahwa pencak silat dikategorikan

menjadi beberapa cabang yaitu: (a) Pencak Silat Seni adalah cabang pencak silat

yang keseluruhan teknik dan jurusnya merupakan modifikasi dari teknik dan jurus

pencak silat beladiri sesuai dengan kaidah-kaidah estetika dan penggunaannya

bertujuan untuk menampilkan keindahan pencak silat; (b) Pencak Silat Mental

Spiritual adalah cabang pencak silat yang keseluruhan teknik dan jurusnya

merupakan modifikasi dari teknik dan penggunaannya bertujuan untuk

menggambarkan dan sekaligus juga menanamkan ajaran falsafah pencak silat; (c)

Pencak Silat Olahraga adalah cabang pencak silat yang keseluruhannya teknik dan

jurusnya merupakan modifikasi dari teknik dan jurus pencak silat beladiri dan

penggunaanya bertujuan untuk menciptakan serta memelihara kebugaran dan

ketangkasan jasmani maupun prestasi olahraga; (d) Pencak Silat Beladiri adalah

cabang pencak silat yang tujuan penggunaan keseluruhan teknik dan jurusnya

adalah untuk mempertahankan atau membela diri. Pencak silat kategori tanding

merupakan pertandingan yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang

berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan

serangan yaitu menangkis / mengelak / menghindar / menyerang pada sasaran dan

menjatuhkan lawan dengan mengunakan taktik dan teknik bertanding, ketahanan


11

stamina dan semangat juang, menggunakan pola langkah yang memanfaatkan

kekayaan teknik jurus untuk mendapatkan nilai terbanyak (Munas IPSI, 2007: 1).

Kategori tunggal adalah kategori pertandingan pencak silat yang

menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam jurus tunggal

baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan

bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk

kategori ini (Munas IPSI, 2007: 1). Kategori ganda adalah kategori pertandingan

pencak silat yang menampilkan dua orang pesilat dari kubu yang sama,

memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela pencak silat

yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis,

mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, baik bertenaga dan

cepat maupun dalam gerakan lambat penuh penjiwaan dengan tangan kosong dan

dilanjutkan dengan bersenjata, serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang

berlaku untuk kategori ini (Munas IPSI, 2007: 1).

Kategori regu adalah kategori pertandingan pencak silat yang

menampilkan tiga orang pesilat dari kubu yang sama, memperagakan

kemahirannya dalam jurus regu baku secara benar, tepat, mantap, penuh

penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan

peraturan yang berlaku untuk kategori ini (Munas IPSI, 2007: 2).

Pesatnya perkembangan pencak silat hingga keluar negeri, maka pada

tahun 1980 dibentuklah International Pencak Silat Federation yang melibatkan 4

negara yaitu: Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam dengan

nama persekutuan pencak silat antar bangsa (Persilat), presiden persilat pertama
12

hingga kini adalah H. Eddy M. Nalapraya dari Indonesia (Agung Nugroho, 2004:

5).

Perkembangan pencak silat di Indonesia sekarang ini telah tersebar di

sekolah baik sekolah dasar, sekolah pertama, sekolah menengah, maupun

perguruan tinggi sebagai pelestarian budaya khas Indonesia.

1. Tendangan dalam pencak silat

Pencak silat sebagai olahraga bela diri adalah sama dengan olahraga

lainnya yang terbentuk dari beberapa pola gerak atau teknik dasar tertentu. Pada

cabang olahraga bela diri pencak silat ini terdapat dua pola gerakan dasar yang

utama yaitu serangan dan bertahan. Serangan adalah bentuk strategi bela diri

pencak silat yang dalam keadaan tertentu harus diterapkan.

Serangan yang dilakukan dengan menggunakan tendangan akan

memperoleh nilai lebih baik bila dibandingkan dengan menggunakan tangan

dalam suatu pertandingan. Menurut Subroto, dkk., (1996: 39) bahwa “serangan

dengan menggunakan kaki/tungkai (disebut tendangan), dapat dilakukan dengan

menggunakan ujung kaki, tumit, dan telapak kaki.”

Tendangan pada olahraga pencak silat dapat dilakukan dengan beberapa

bagian dari kaki yang dijadikan sebagai media untuk melakukan serangan

terhadap lawan seperti ujung kaki, tumit dan telapak kaki. Bagianbagian dari kaki

tersebut yang diarahkan ke sasaran pada bagian tubuh lawan. “Serangan adalah

tendangan pada suatu sasaran di bagian tubuh lawan”(Subroto, dkk., 1996: 31).

Pemilihan sasaran pada bagian tubuh lawan dalam melakukan tendangan sangat

ditentukan oleh pola pelaksanaan gerakan tendangan dan juga keadaan lawan.
13

Seorang pesilat harus dapat dengan cermat memilih dan menggunakan tendangan

yang sesuai dengan tuntutan yang dibutuhkan untuk melakukan serangan.

Tendangan merupakan pola gerak yang memiliki karakteristik tertentu

yang melibatkan anggota tubuh yaitu tungkai untuk dijadikan sebagai senjata

dalam melancarkan serangan ke sasaran tubuh lawan. Kemampuan jangkauan

tendangan pada sasaran tubuh lawan sangat menentukan untuk tercapainya tujuan

tendangan yang dilakukan. Untuk mencapai jangkauan tendangan tersebut, maka

potensi tubuh yaitu panjang tungkai dapa menjadi penentu tingkat kemampuan

tendangan dalam olahraga pencak silat.

Menurut Agusti (1992: 87) bahwa “tendangan dalam pencak silat adalah

serangan dengan meluruskan tungkai sehingga dapat mengenai lawan.

Kosasi (1994: 132) mengemukakan bahwa “tendangan pencak silat

adalah serangan dengan meluruskan kaki.”

Pesilat dituntut mampu menguasai serangan-serangan dengan tendangan

yang beraneka ragam agar serangan yang dilancarkan dapat dengan telak

mengenai sasaran tubuh lawan.

Olahraga pencak silat, terdiri dari beberapa macam tendangan yaitu:

a. Tendangan lurus ke depan,

b. Tendangan samping,

c. Tendangan belakang, dan

d. Tendangan busur/putar (Subroto, dkk., 1996: 39).

Teknik pelaksanaan tendangan dilakukan dengan salah satu kaki,

sedangkan kaki yang lainnya menjadi kaki tumpu. Kemampuan menjaga


14

keseimbangan tubuh dan pengerahan tenaga pada kaki sering menjadi hal yang

dominan dapat menentukan efektifnya tendangan yang dilakukan. Jadi serangan

dengan menggunakan tendangan dilakukan dengan mengangkat kaki penendang

setinggi lutut, lalu dengan mengendalikan keseimbangan gerakan kaki ke sasaran

yang hendak dicapai. Apabila tendangan dapat dilakukan dengan mengerahkan

kekuatan dan kecepatan dengan kontraksi maksimal (tenaga eksplosif) pada kaki

penendang ke arah tubuh atau bagian tubuh lawan, tentu hasilnya akan lebih

efektif. Pada saat tendangan dilakukan, perlu kemampuan bertumpu pada kaki

(kuda-kuda) pada satu kaki serta kemampuan menjaga keseimbangan tubuh.

Pelaksanaan tendangan lurus ke depan dilakukan dengan cara salah satu

kaki dijadikan sebagai kaki penendang yang diangkat dengan gerakan cepat

setinggi lutut dengan tetap memperhatikan arah sasaran pada tubuh lawan. Pada

saat melakukan tendangan lurus ke depan, lutut kaki penendang diluruskan hingga

kaki mencapai sasaran dengan ujung kaki yang menyentuh sasaran. Tendangan

lurus ke depan dapat dilakukan dengan kuda-kuda sejajar menghadap, serong

depan dan kuda-kuda tengah, tergantung pada kaki yang mana akan digunakan

untuk menendang. Apabila kaki yang satu menendang, maka kaki yang lainnya

menjadi kaki tumpu. Kaki rtumpu sedikit dibengkokkan untuk menjaga

keseimbangan badan pada saat tendangan dilakukan agar pesilat tidak mudah

jatuh.

Tendangan lurus ke dapan dapat dilakukan dengan gerakan yamng

meliputi: (1) mengangkat paha ke depan sejajar dengan pinggul. Lutut dalam

keadaan bengkok sehingga terjadi anterflexi pada tungkai atas dan retroflexi pada
15

tungkai bawah. Otot yang berkontraksi pada gerakan ini adalah otototot paha

bagian depan sebagai penggerak utama yaitu; musculus illiopsoas, rectus femoris,

sartorius, tensor fascia latae, glutaei medius dan musculus adductores; (2)

meluruskan tungkai bawah ke depan dengan jari-jari kaki ditekuk ke atas.

Gerakan ini menyebabkan terjadinya eksistensi antara tungkai atas dan tungkai

bawah. Otot yang berfungsi pada gerakan ini adalah otot-otot paha bagian

belakang yaitu; musculus biceps femoris, soleus, flexor hallucis longus, tuibialis

posterior, pronaci longus, extensor digitorum longus, dan extensor hallucis

longus. Dari segi mekanika gerakan, sendi lutut (articulatio knee) merupakan

sumbu gerakan. Tenaga yang diperoleh dari gerakan tersebut diteruskan ke tulang

tibia dan fibula (os scuris) sebagai force (lengan gaya).Bagian kaki yang

mengenai sasaran adalah ujung telapak kaki; (3) menarik kembali kaki penendang

sambil mengambil posisi untuk mengantisipasi serangan lawan. Sebenarnya,

gerakan tendangan lurus ke depan sudah selesai dengan berakhirnya gerakan

meluruskan tungkai ke depan dengan ujung kaki yang telah ditekuk, tetapi kaki

penendang perlu ditarik dengan cepatan setelah melakukan tendangan agar dapat

mengambil posisi siap siaga untuk menangkis atau mengelakkan serangan lawan,

serta untuk mengambil posisi untuk menyerang kembali.

Jika kaki penendang adalah kaki kanan, maka teknik tendangan lurus ke

depan dalam pencak silat dimulai dengan sikap pasang tangan kiri dijulurkan ke

depan dan tangan kanan dikepalkan di depan dada untuk membentuk sikap kokoh.

Kedua kaki dalam posisi segaris, berat badan berada di atas kaki depan. Kemudian

kaki kanan (kaki yang di belakang) disodokkan lurus ke arah depan setinggi
16

dengan perut. Tendangan harus segera ditarik secepat mungkin pada posisi

semula. Posisi tangan pada waktu melakukan tendangan dikepal dan diletakkan di

samping badan. Pada tendangan samping, pelaksanaa gerakannya yaitu

mengangkat salah satu kaki kaki (kaki penendang) setinggi lutut kemudian

diluruskan kaki penendang ke samping. Badan dicondong kan sedikit ke samping

belakang untuk menjaga keseimbangan ketika serangan tendangan dilakukan.

Dengan tendangan samping, maka dapat menggunakan bagian luar kaki atau sisi

kaki.

Pada tendangan ke belakang, pelaksanaannya dimulai dengan

mengangkat salah satu kaki setinggi lutut kemudian mengayunkan kaki

penendang ke belakang, dengan kedua tangan menahan di lantai agar dapat

mempertahankan keseimbangan badan. Tendangan ke belakang tersebut

dilakukan dengan bagian kaki yang akan masuk ke daerah sasaran pada tubuh

lawan adalah bagian tumit. Bentuk tendangan ini dipergunakan apabila lawan

berada di belakang. Pada tendangan busur (sabit) atau tendangan putar, teknik

pelaksanaannya adalah kaki penendang diangkat lurus dan diputar, gerakan

putaran tendangan bersumbu pada kaki tumpu. Badan condongkan ke depan untuk

menjaga keseimbangan. Untuk bentuk tendangan ini, bagian punggung kaki dan

ujung kaki yang dipergunakan untuk mengenai sasaran pada bagian tubuh lawan.

Agar pelaksanaan jenis-jenis tendangan dapat lebih efektif, maka harus

ditunjang dengan sikap kuda-kuda yang mantap serta dengan sikap tangan dan

tubuh yang benar. Penguasaan keseimbangan badan pada saat tendangan


17

dilakukan akan banyak membantu dalam melancarkan serangan dengan tendangan

pada olahraga pencak silat.

B. Hakikat Tendangan

Menurut Kotot Slamet yang dikutip (Aditya Rachman Yuliandi 2011;15)

tendangan menempati posisi istimewa dalam pencak silat, tendangan yang

dilancarkan oleh pesilat dan masuk pada sasaran, akan memperoleh nilai 2. Pada

setiap pertandingan pencak silat, kita melihat 100% pesilat menggunakan teknik

tendangan dengan berbagai variasi, namun pada umumnya untuk mendapat hasil

yang maksimal, hampir semua teknik tendangan menggunakan metode lecutan

tungkai bawah pada lutut, diikuti perputaran pinggang dan dorongan pinggul

untuk menambah eksplosivitas tendangan. Berikut adalah uraian teknik dasar

tendangan yang membutuhkan

kekuatan dan kecepatan oleh Erwin Setyo Kriswanto (2015;71) :

1. Tendangan lurus

yaitu tendangan yang menggunakan ujung kaki dengan tungkai lurus.

Tendangan ini mengarah ke depan pada sasaran dengan meluruskan tungkai

sampai ujung kaki. Bagian kaki yang kena saat menendang adalah pangkal bagian

dalam jari-jari kaki. Posisi badan menghadap kesasaran.

2. Tendangan jejag disebut juga tendangan dorongan telapak kaki.

Tendangan ini mengarah ke depan yang sifatnya mendorong ke sasaran

dada/perut dengan perkenaan telapak kaki penuh atau tumit. Tendangan jejag
18

disebut juga tendangan gejos, dalam pencak silat dilakukan dengan mengankat

lutut setinggi mungkin dan kemudian mendorong tungkai ke depan sasaran.

3. Tendangamn T

tendangan ini biasaanya digunakan untuk serangan samping dengan

sasaran seluruh bagian tubuh. Tendangan dilakukan dengan posisi tubuh

menyamping dan lintasan tendangan lurus ke samping (membentuk huruf “T”).

perkenaannya adalah sisi bagian luar (bagian tajam telapak kaki).

4. Tendangan belakang

yakni tendangan yang dilakukan dengan terlebih dahulu memutar tubuh

dan sikap tubuh membelakangi lawan, dengan perkenaan pada telapak kaki atau

tumit. Tendangan ini bisa dilakukan dengan atau tanpa melihat sasaran.

5. Tendangan sabit

tendangan sabit dilakukan dalam lintasan setengah lingkaran. Tendangan

sabit adalah tendangan yang dilakukan dengan lintasan dari samping melengkung

seperti sabit/arit. Perkenaannya, yaitu bagian punggung telapak kaki atau pangkal

jari telapak kaki.

6. Sapuan

yakni serangan menyapu kaki dengan lintasan dari luar ke dalam dan

bertujuan menjatuhkan lawan. Ada dua jenis sapuan, yaitu sapuan tegak dan

sapuan rebah. Sapuan teagak mengarah ke mata kaki, sedangkan sapuan rebah

mengarah ke betis bawah.


19

7. Guntingan

yakni teknik menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan menjepitkan

kedua tungkai pada sasaran leher, pinggang, atau tungkai lawan sehingga lawan

jatuh. Berdasarkan arah geraknya, ada dua jenis guntingan luar dan guntingan

dalam. Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka disimpulkan bahwa teknik

dasar pencak silat adalah suatu gerak dasar dalam pencak silat yang gerakannya

terencan dan terarah. Teknik-teknik dasar dalam olahraga pencak silat antara lain

seperti (1) kuda-kuda, (2) pasang, (3) pukulan, (4) tendangan, (5) tangkisan, dan

(6) bantingan. Tanpa penguasaan beberapa teknik dasar tersebut , pesilat tidak

akan mungkin bisa bermai secara terampil.

C. Hakikat pukulan

Menurut Notosoejitmo, dalam Muhammad Rifqi (2016), pukulan adalah

serangan yang dilakukan dengan menggunakan tangan dan lengan sebagai

komponen penyerang. Pukulan mempunyai berbagai macam jenis dan variasinya,

sesuai aliran dan jenis beladiri masing-masing. Berdasarkan teori diatas maka

dapat disimpulkan bahwa olahraga seni beladiri selain bertujuan untuk membela

diri, didalam olahraga ini juga dilatihkan aktifitas untuk menjaga kesehatan

jasmani yang nantinya bertujuan untuk mencapai sebuah prestasi. Olahraga

beladiri pada awalnya merupakan olahraga yang menggunakan tangan kosong dan

mencerminkan kekhasan dari masing-masing daerah atau asal dari olahraga

tersebut, akan tertapi dengan berkembangnya jaman dan seiring berjalannya

waktu olahraga beladiri kini memiliki tujuan untuk prestasi. Untuk mencapai

prestasi yang ditargetkan diperlukan teknik-teknik dasar dalam olahraga seni


20

beladiri seperti teknik kuda-kuda, teknik tendangan, teknik tangkisan dan teknik

pukulan. Selain itu dapat olahraga seni beladiri juga memiliki beberapa fungsi

baik teknik maupun non teknik seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab

sebelumnya.

D. Kerangka Berfikir

Peneliti melihat lambatnya kecepatan reaksi tendangan dan pukulan

pesilat SMP Citra Mulia Makassar menjadi salah satu faktor menurunnya prestasi

olahraga khususnya dicabang olahraga pencaksilat di sekolah tersebut, hal itu

menjadi evaluasi pelatih dan atlet untuk memperbaiki kekurangan yang ada dan

meningkatkan kualitas latihan, khususnya latihan kecepatan reaksi dan kekuatan

tendangan dan pukulan agar salah satu faktor penurunan tersebut bisa diatasi dan

meningkatkan prestasi olahraga khususnya dicabang olahraga pencaksilat pada

sekolah tersebut.

Model latihan merupakan salah satu sarana latihan atlet beladiri dalam

melatih power tendangan dan pukulan. Pada perkembangannya, banyak model

latihan yang dimodifikasi sesuai kebutuhan latihan atlet beladiri, salah satunya

untuk melatih kedepatan dan kekuatan. Menggunakan model latihan yang

dimodifikasi untuk melatih kecepatan dan kekuatan berpotensi meningkatkan

kualitas kecepatan dan kekuatan tendangan dan pukulan atlet.

Peneliti melihat, model latihan untuk melatih kecepatan dan kekuatan

sudah dikembangkan dalam tinju, sedangkan untuk beladiri yang lain peneliti

belum melihat dikembangkannya khususnya di SMP Citra Mulia Makassar. Hal

tersebut memberikan inspirasi terhadap peneliti untuk mengembangkan model


21

latihan yang digunakan untuk melatih kecepatan dan kekuatan tendangan dan

pukulan atlet di SMP Citra Mulia Makassar.

Dalam rencana pengembangannya, peneliti menggunakan metode

penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D), yaitu metode

penelitian yang digunakan untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada. Menggunakan penelitian pengembangan

ini, peneliti akan mengembangkan produk baru berupa modifikasi model latihan

yang belum ada di SMP Citra Mulia Makassar. Penelitian ini diberi judul

“pengembangan Modifikasi Model Latihan Tendangan dan Pukulan Dalam

Pencaksilat Dengan Menggunakan Karet Ban Yang Diikat Dikaki dan Ditangan

Pada Siswa SMP Citra Mulia Makassar.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi adalah metode ilmiah yang berupa langkah – langkah yang

sistematis untuk memperoleh ilmu sedangkan metode adalah prosedur atau cara

untuk mengetahui sesuatu dengan langkah – langkah yang sistematis.

Pada dasarnya metode penelitian cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah atau metode ilmiah berarti

kegiatan penelitian didasarkan pada ciri – ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris

dan sistematis.

A. Model Pengembangan

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan jenis penelitian

pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Syaodih

Sukmadinata (2009: 164), penelitian R&D adalah suatu proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk

yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian pengembangan

yang akan dilakukan peneliti adalah mengembangkan modifikasi model latihan

tendangan dan pukulan dalam pencaksilat dengan menggunakan karet ban yang

diikat dikaki dan ditangan.

B. Prosedur Pengembangan

Menurut Borg and Gall dalam Sugiyono (2011: 297-311),

langkahlangkah dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut:

22
23

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil dan

pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2. Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-

kemampuan yang diperlukan pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang

hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah

penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3. Pengembangan draf produk (develop preliminary from of product), yaitu

mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan.

4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing), yaitu melakukan ujicoba

lapangan awal dalam skala terbatas.

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), yaitu memperbaiki atau

menyempurnakan hasil uji coba.

6. Uji coba lapangan (main filed testing), yaitu melakukan uji coba dalam skala

yang lebih luas.

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision),

yaitu menyempurnakan produk hasil uji lapangan.

8. Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing), yaitu langkah uji validasi

terhadap model operasional yang telah dihasilkan

9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan

didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

10. Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation), yaitu

menyebar luaskan produk yang dikembangkan.


24

Sukmadinata (2011) menjelaskan, jika kesepuluh langkah penelitian dan

pengembangan diikuti dengan benar, maka akan dapat menghasilkan suatu produk

pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah tersebut

bukanlah hal baku yang harus diikuti, langkah yang diambil bisa disesuaikan

dengan kebutuhan peneliti.

Berdasarkan kesepuluh tahapan tersebut peneliti melakukan

penyederhanaan dan pembatasan dalam melakukan pengembangan menjadi

delapan tahapan. Penyederhanaan tahapan tersebut dilakukan oleh peneliti karena

beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut ialah:

1. Keterbatasan Waktu

Penyederhanaan pengembangan menjadi delapan tahapan dilakukan

karena adanya keterbatasan waktu. Mengingat jika pengembangan ini dilakukan

dengan sepuluh tahapan diperlukan waktu dan proses yang relatif lama dan

panjang. Oleh karena itu, melalui penyederhanaan menjadi delapan tahapan ini,

diharapkan penelitian pengembangan ini bisa selesai dengan waktu yang relatif

efisien tetapi tetap efektif dalam proses dan hasilnya.

2. Keterbatasan Biaya

Penyederhanaan tahapan dilakukan karena adanya faktor keterbatasan

biaya dalam pengembangan ini, maka penelitian ini disederhanakan menjadi

empat tahapan. Mengingat jika pengembangan dilakukan dengan sepuluh tahapan

memerlukan biaya yang relatif besar. Oleh karena itu, melalui penyederhanaan

menjadi delapan tahapan ini, diharapkan pengembangan ini bisa selesai dengan

kalkulasi biaya yang relatif terjangkau.


25

3. Kesamaan Tahapan

Berdasarkan kesepuluh tahapan pengembangan model Borg and Gall, ada

beberapa tahapan yang memiliki kesamaan maksud dan tujuan. Tahapan tersebut

memiliki kesamaan dalam beberapa proses, seperti kesamaan tahapan

pengembangan pada uji coba lapangan awal (preliminary field testing), uji coba

lapangan (main filed testing) dan Uji pelaksanaan lapangan (operational field

testing). Dengan adanya beberapa kesamaan pada tahapan uji coba, peneliti

mencoba menyederhanakan menjadi satu tahap saja pada proses uji coba.

Kemudian pada tahap penyempurnaan produk juga disederhanakan menjadi satu

tahapan saja, yaitu setelah ujicoba dilaksanakan.

Berdasarkan penyederhanaan tahapan, peneliti telah menyederhanakan

pengembangan ini menjadi delapan tahapan. Tahapan tersebut adalah sebagai

berikut:

Tahap Pengembangan Validasi


Perencanaan
analisis produk produk I

Produk
yang Uji Coba Valisadi Revisi
dihasilkan Produk Produk II Produk

Gambar 1. Bagan Pengembangan Produk


1. Tahap Analisis

Tahap analisis merupakan tahap yang dilaksanakan sebelum pembuatan

produk. Analisis yang dilakukan adalah melakukan studi lapangan dan studi

pustaka. Studi lapangan yang dilakukan adalah dengan observasi aktivitas latihan
26

atlet beladiri, khususnya dalam berlatih pukulan, tendangan dan pemanfaatan

model latihan, hal ini dilakukan agar produk yang dikembangkan sesuai

kebutuhan yang ada di lapangan. Studi pustaka yang dilakukan adalah dengan

mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan pengembangan produk model

latihan, agar didapatkan gambaran produk yang akan dikembangkan.

2. Perencanaan

Berpegang dari tahap analisis, maka disusun rencana dalam penelitian

pengembangan model latihan dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki

dan ditangan, rencana dalam pengembangan modifikasi model latihan ini adalah

sebagai berikut :

a. Pembuatan desain pengembangan modifikasi model latihan menggunakan

karet ban diikat dikaki dan ditangan..

b. Pembuatan rangkaian model latihan menggunakan karet ban yang diikat

dikaki dan ditangan.

c. Pembuatan karet ban yang dimodifikasi sesuai kebutuhan..

Anda mungkin juga menyukai