Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL

PENGEMBANGAN MODIFIKASI MODEL LATIHAN TENDANGAN DAN PUKULAN


DALAM PENCAKSILAT DENGAN MENGGUNAKAN KARET BAN YANG DIIKAT
DIKAKI DAN DITANGAN PADA SISWA SMP CITRA MULIA MAKASSAR

DVELOPMENT OF A MODIFIED KICK AND PUNCH TRAINING MODEL IN PENCAKSILAT


USING RUBBER TIRES TIED TO THE LEGS AND HANDS FOR JUNIOR HIGH SCHOOL
STUDENTS CITRA MULIA MAKASSAR

NURSALLAM

191050401020

PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2021

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Olahraga merupakan aktivitas yang sudah menjadi kebutuhan manusia

karena dengan tingkah laku atau aktivitas olahraga yang teratur, terukur dan

terarah maka akan menjadikan jiwa dan raga manusia menjadi lebih baik.

Olahraga secara teratur berpotensi meningkatkan kesehatan dan kesegaran

jasmani manusia. Selain itu, olahraga juga berfungsi untuk meraih prestasi dalam

kejuaraan-kejuaran baik tingkat provinsi, nasional maupun internasional. Banyak

sekali olahraga prestasi yang berkembang di Indonesia, salah satunya adalah

cabang olahraga beladiri. Beladiri adalah aktivitas yang menggabungkan

komponen olahraga dan seni di dalamnya, yang tujuan utama diciptakannya

adalah untuk melindungi diri dari gangguan yang bersifat fisik.

Dalam perkembangannya beladiri tidak hanya digunakan untuk

melindungi diri, namun juga dimanfaatkan untuk pendidikan anak-anak,

penanaman karakter, kebugaran, keindahan seni, dan prestasi. Beberapa jenis

beladiri juga secara formal dijadikan sebagai materi pelajaran di sekolah baik

intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Dalam kurikulum KTSP 2006 ada

beberapa jenis beladiri yang menjadi pilihan untuk diajarkan di sekolah, antara

lain pencak silat, karate dan judo. Diharapkan dengan dimasukkannya beberapa

jenis beladiri ke dalam kurikulum sekolah, bisa membentuk karakter pantang

menyerah, disiplin, sportif, dan percaya diri pada siswa. Selain itu juga membantu

1
2

siswa untuk menjaga kebugaran diri dan keamanan diri. Tidak hanya itu, siswa

bisa mengembangkan kemampuan beladiri dan berprestasi.

Dalam hal prestasi, seorang siswa, atlet, atau orang yang mengikuti

beladiri harus secara tekun dan maksimal melatih komponen-komponen fisik yang

menunjang prestasinya. Dalam komponen fisik terdapat tiga hal yang penting

untuk atlet beladiri, yaitu reaksi, koordinasi, dan kecepatan. Tiga hal ini berkaitan

erat dengan beberapa teknik yang diperlukan dalam beladiri, yaitu teknik

tendangan, pukulan, dan tangkisan. Reaksi yang baik akan menguntungkan atlet

dalam melakukan penyerangan baik melalui tendangan atau pukulan. Selain itu,

dengan reaksi yang baik atlet tidak mudah diserang karena cepat tanggap

menggunakan tangkisannya. Selanjutnya koordinasi mata, tangan, dan kaki yang

sempurna akan mendukung atlet dalam mengkombinasikan tendangan dan

pukulan serta tangkisan. Kecepatan yang baik akan menguntungkan atlet dalam

memperoleh nilai dari pukulan dan tendangan yang disarangkan ke lawan

bertandingnya. Tiga komponen fisik tersebut merupakan komponen penting yang

saling berkaitan satu sama lain dalam olahraga beladiri, sehingga melatihnya

secara bertahap, teratur dan, maksimal merupakan syarat agar prestasi atlet

meningkat. Untuk melatih reaksi, kecepatan dan, koordinasi biasanya atlet akan

didril mengkombinasikan gerakan-gerakan pukulan dan tendangan secara cepat

yang dibantu oleh pelatih atau partner latihan.

Selain memerlukan partner berlatih, seorang atlet beladiri juga

memerlukan sarana berlatih untuk meningkatkan kemampuannya. Salah satu

media latihan untuk atlet beladiri adalah moel latihan tendangan dengan
3

menggunakan karet ban yang diikat pada kaki. Model latihan ini merupakan alat

bantu dalam olahraga beladiri sebagai media latihan serangan untuk melatih

tendangan dan pukulan. Pada umumnya latihan tendangan dan pukulan hanya

menggunakan bentuk – bentuk gerakan berulang tanpa menggunakan beban pada

kaki atau tangan untuk melatih power atau kekuatan. Dewasa ini ada

perkembangan bentuk latihan, yaitu dengan menggunakan karet ban yang diikat

pada kaki dan tangan sehingga dapat memberi beban pada kaki dan tangan guna

meningkatkan koordinasi kekuatan dan kecepatan tendangan dan pukulan dalam

latihan pencak silat. Pengembangan sarana untuk latihan beladiri semakin pesat,

namun peneliti melihat pengembangan sarana untuk melatih koordinasi kekuatan

dan kecepatan reaksi tendangan dan pukulan khususnya di sekolah SMP Citra

Mulia Makassar belum ada. Sebagai contoh, belum adanya sarana untuk melatih

kecepatan reaksi pukulan dan tendangan sehingga pelatih hanya menggunakan

aba-aba atau peluit sebagai stimulus melalui indera pendengaran dalam melatih

reaksi tendangan dan pukulan atletnya. Selain itu, peneliti juga melihat, belum ada

modifikasi model latihan tendangan maupun pukulan dengan menggunakan karet

ban yang diikat pada kaki ataupun ditangan sebagai sarana melatih koordinasi

kekuatan dan kecepatan reaksi pukulan dan tendangan pada cabang olahraga

beladiri.

Sekolah perlu mengembangkan atau meningkatkan model – model

latihan dalam pencak silat di luar pembelajaran dengan membentuk kegiatan -

kegiatan ekstrakulikuler olahraga khususnya cabang olahraga pencak silat agar

siswa mendapat wadah untuk meningkatkan bakat – bakat mereka yang bisa
4

mereka jadikan sebagai bekal untuk kemajuan prestasi dan pendidikannya, dalam

hal ini juga bisa meningkatkan prestasi olahraga pencaksilat pada sekolah. SMP

CITRA MULIA MAKASSAR adalah salah satu sekolah yamg dinaungi oleh

Yayasan Pendidikan Citra Mulia Makassar berada di jalan Batua Raya VII no. 21,

Batua, Kec. Manggala, Kota Makassar, letaknya cukup strategis dan mudah

dijangkau. Setelah melakukan observasi dan dialog dengan guru – guru khususnya

guru olahraga, terdapat beberapa masalah yang terjadi diantaranya; dengan

kurangnya prestasi – prestasi olahraga khususnya di cabang olahraga pencak silat.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk “Pengembangan modifikasi

model latihan tendangan dan pukulan dalam pencaksilat dengan

menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan pada SMP Citra

Mulia Makassar”

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan masalah di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah

yaitu : “Bagaimana cara mengembangkan model latihan tendangan dan pukulan

dalam pencaksilat dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan

pada siswa SMP Citra Mulia Makassar.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model latihan tendangan

dan pukulan dalam pencak silat dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki

dan ditangan pada siswa SMP Citra Mulia Makassar.


5

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian yang peneliti lakukan, ada beberapa manfaat yang dapat

diperoleh, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya penelitian yang telah ada

dibidang olahraga khususnya cabang olahraga beladiri sebagai penambah

wawasan dalam khasanah ilmu keolahragaan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi atlet beladiri adalah dapat melakukan latihan tendangan dan

pukulan menggunakan modifikasi model latihan dengan sarana karet ban

yang diikat dikaki dan ditangan untuk melatih reaksi tendangan dan

pukulan

b. Bagi pelatih beladiri adalah dapat menggunakan model latihan dengan

menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan untuk melatih

reaksi tendangan dan pukulan atletnya.

c. Bagi masyarakat adalah dapat mengetahui informasi tentang model

latihan dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan

sebagai media melatih reaksi tendangan dan pukulan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti

buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory

manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal.

Kajian Pustaka sangat diperlukan dalam penulisan Tesis. berguna untuk

mempertajam analisis dengan membandingkan konsep-konsep dalam buku-buku

tersebut dengan karya-karya lain serta data yang relevan dengan tema tesis ini.

1. Konsep Pengembangan Model

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang

benar tentang suatu masalah. Penelitian dapat pula diartikan sebagai pengetahuan

yang diperoleh berupa fakta-fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang

memungkinkan manusia dapat memahami fenomena dan memecahkan masalah yang

dihadapi. Penelitian pada dasarnya adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk

mencari jawaban dari pertanyaan yang ada atau untuk memecahkan masalah yang

dilakukan dalam penerapan metode ilmiah, dimana metode tersebut menggambarkan

langkah-langkah untuk mengumpulkan data dan informasi secara sistematis. Adapun

bentuk-bentuk dari penelitian tersebut diantaranya yakni penelitian kuantitatif,

penelitian kualitatif, penelitian evaluasi, penelitian tindakan serta penelitian dan

pengembangan (Research and Development). Dari beberapa jenis penelitian tersebut,

9
10

penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

pengembangan (Research and Development).

Kemudian menurut Sukmadinata penelitian dan pengembangan adalah suatu

proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan. Untuk

dapat mengembangkan sebuah produk, langkah awal yang harus dipahami oleh

peneliti adalah menganalisa apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sekarang.

Karena dengan kita menganalisa kebutuhan tersebut, ini akan memberikan gambaran

tentang masalah yang ada dari sekelompok masyarakat. Dengan menganalisis

kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat, peneliti akan dapat mengetahui produk apa

akan di kembangkan sehingga bisa bermanfaat nantinya di masyarakat luas.

Setyosari mengatakan penelitian pengembangan adalah suatu proses yang

dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian ini

mengikuti suatu langkah-langkah siklus. Langkah-langkah proses penelitian dan

pengembangan menunjukkan suatu siklus, di awali dengan adanya kebutuhan,

permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk

tertentu. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menghasilkan produk-produk untuk kepentingan tertentu yang diawali dengan

analisis kebutuhan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan produk dan uji coba

kelompok, setiap uji kelompok selalu dilakukan revisi untuk melihat kekurangan dan

kelemahan produk yang dikembangkan. Penelitian pengembangan bukanlah untuk


11

merinci dan menerapkan intervensi yang lengkap, tetapi untuk meningkatkan dan

menyesuaikan kebutuhan dan aspirasi yang inovatif. R&D menekankan produk yang

berguna atau bermanfaat dalam berbagai bentuk sebagai perluasan, tambahan, dan

inovasi dari bentuk-bentuk yang sudah ada. Inovasi dan kemungkinan

pemanfaatannya menjadi ciri penentu yang sangat penting. Dalam hal ini yang akan

dikembangkan adalah pengembangan modifikasi model latihan tendangan dan

pukulan pada olahraga pencak silat untuk pemula usia 16-18 tahun. Berikut beberapa

model yang sering digunakan dalam penelitian dan pengembangkan sebuah model

latihan diantaranya:

1. Model Pengembangan Dick and Carey

Although our model of instructional design will be referred to as a system

approach model, we must emphasize that there is no single system approach model

for designing instruction. Model Pengembangan ini menggunakan model

pendekatan sistem (system approach models) yaitu sebuah sistem prosedural yang

bekerja dengan prinsip, suatu tahapan akan menerima masukan dari tahapan

sebelumnya dan menghasilkan keluaran untuk tahap berikutnya, sehingga semua

komponen tersebut bekerja bersama-sama untuk memenuhi dan menghasilkan

suatu pembelajaran yang efektif. Model tersebut dilengkapi dengan tahap evaluasi

yang dapat membantu dalam menentukan apakah ada sesuatu yang salah dan

bagaimana cara untuk memperbaiki dan meningkatkannya. System approach models

merupakan sebuah model yang digunakan untuk mendesain materi pembelajaran.

Model yang dikemukakan memiliki


12

komponen yang tidak selengkap model-model pengembangan yang lain, tetapi

tersusun dari komponen-komponen utama dalam model-model yang lain. Desain dan

proses dalam model ini mengacu pada Instructional Systems Development (ISD).

Komponen dalam system approach models (rancangan model pengembangan)

menurut Dick and Carey terdiri dari 10 tahap, yakni:

1) mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran (assess needs to ldentify goal(s))

2) melaksanakan analisis pembelajaran (conduct instructional analysis)

3) mengidentifikasi karakter siswa (analyze learners and contexts)

4) merumuskan tujuan media (write performance objectives)

5) mengembangkan referensi kriteria tes (develop assessment instruments)

6) mengembangkan strategi pembelajaran (develop instructional strategy)

7) memilih dan mengembangkan materi pembelajaran (develop and select

instructional materials)

8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif (design and conduct the

formative evaluation of instruction)

9) merevisi media pembelajaran (revise instruction)

10) melaksanakan evaluasi sumatif (design and conduct summative evaluation)

Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model Kemp, tetapi ditambah

komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat tahap yang akan dilewati

pada proses pengembangan dan perencanaan tersebut.

Berikut gambar model pengembangan oleh Dick and Carey.


13

Gambar 2.1 Model Pengembangan Dick and Carey.


Sumber: Dick Walter, Lou Carey, and James O. Carey, The Systematic Design of
Instruction 2009, h. 1

2. Model Pengembangan DDD-E


Multimedia pembelajaran merupakan salah satu bahan ajar yang potensial

menciptakan pembelajaran yang menarik, efektif, dan interaktif. Multimedia

memberikan siswa kesempatan untuk menunjukkan pemahaman mereka dan

memberikan kesempatan untuk menjelaskan ide-ide yang ia kuasai kepada orang lain.

Salah satu model desain pembelajaran yang dapat digunakan mengembangkan

multimedia pembelajaran adalah model DDD-E. Pengembangan multimedia

menggunakan model DDD-E terdiri atas: 1). Decide atau menetapkan tujuan dan

materi program, 2) Design atau desain yaitu membuat struktur program, 3) Develop

atau mengembangkan adalah memproduksi elemen media dan membuat tampilan

multimedia, 4) Evaluate atau mengevaluasi yaitu mengecek seluruh proses desain

pengembangan.
14

Gambar 2.2 Model DDD-E


Sumber : I Made Tegeh. Model Penelitian Pengembangan.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) h. 16

3. Model Hannafin & Peck

Model Hannafin & Peck terdiri dari tiga proses utama. Tahap pertama model

ini adalah tahap penilaian kebutuhan, dilanjutkan dengan tahap desain dan tahap

ketiga adalah pengembangan dan implementasi. Dalam model ini semua tahapan

melibatkan proses evaluasi dan revisi. Model desain Hannfin & Peck adalah model

yang sederhana, namun elegan. Ketiga fase terhubung kegiatan “evaluasi dan revisi”.

Model ini berfokus pada pemecahan kendala kualitas dan kompleksitas

pengembangan.

Penilaian Tahap Pengembangan

Kebutuhan Desain &


Implementasi

Evaluasi & Revisi

Gambar 2.3 Model Hannafin & Peck


15

Sumber : I Made Tegeh. Model Penelitian Pengembangan

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) h. 1

4. Model Pengembangan ADDIE

Model pengembangan yang dapat digunakan dalam penelitian dan

pengembangan (research and development) cukup beragam. Salah satu model

pengembangan yang dapat digunakan dalam penelitian pengembangan adalah

model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation).

ANALYZE

DESIGN
IMPLEMENT EVALUATE

DEVELOP

Gambar 2.4 Model ADDIE

Sumber : I Made Tegeh, Model Penelitian Pengembangan

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014) h. 42

Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini

dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoritis desain

pembelajaran. Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan


16

yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan

sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pembelajaran. Model

ADDIE memberi peluang untuk melakukan evaluasi terhadap aktivitas

pengembangan pada setiap tahap. Hal ini berdampak positif terhadap kualitas produk

pengembangan. Dengan demikian, tahap kelima model ini, yakni tahap evaluasi

merupakan tahap evaluasi terhadap kesatuan atau keseluruhan produk pengembangan

berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

5. Model Pengembangan Borg and Gall

Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, seperti

tercantum pada gambar 2.5 berikut.

Research and Develop Preminary field


information Planning preminary form
testing
of product

Operatinal field Operational Main


Main field testing product
testing product revition
revision

Final product Dissemination


and
revision implementation

Gambar 2.5
Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R & D),Bord
and Gall
17

Menurut Borg & Gall ada 10 tahap yang harus dilalui dalam R & D, tahap-

tahap penelitian yang dikemukakan oleh Borg & Gall adalah

1. Studi Pendahuluan (Research and Information Collecting)

Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi

literatur,penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.

a)Analisis kebutuhan dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kebutuhan ada

beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah produk yang akan dikembangkan merupakan

hal yang penting bagi pendidikan? 2) Apakah produknya mempunyai

kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang memiliki keterampilan,

pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan produk tersebut ada? 4)

Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?

b) Studi literatur: Studi literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap

produk yang akan dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk

mengumpulkan temuan riset dan informasi lain yang bersangkutan dengan

pengembangan produk yang direncanakan.

c)Riset skala kecil: Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa

dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh

karenanya pengembang perlu melakukan riset skala kecil untuk mengetahui

beberapa hal tentang produk yang akan dikembangkan.

2. Merencanakan Penelitian (Planning)


18

Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan

langkah kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D

meliputi: a) merumuskan tujuan penelitian; b) memperkirakan dana, tenaga dan

waktu; c) merumuskan kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam

penelitian.

3. Pengembangan Desain (Develop Preliminary of Product)

Langkah ini meliputi: a) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan

(desain hipotetik); b) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang dibutuhkan

selama proses penelitian dan pengembangan; c) menentukan tahap-tahap pelaksanaan

uji desain di lapangan; d) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak yang terlibat

dalam penelitian.

4. Uji Lapangan Awal (Preliminary Field Testing)

Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: a)

melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; b) bersifat terbatas, baik

substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; c) uji lapangan awal dilakukan

secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun

metodologi.

5. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas (Main Product Revision)

Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji

lapanganterbatas. Penyempurnaan produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji

cobalapangan secara terbatas. Pada tahap penyempurnaan produk awal ini,


19

lebihbanyak dilakukan dengan pendekatan kualitatif.Evaluasi yang dilakukan

lebihpada evaluasi terhadap proses, sehingga perbaikan yang dilakukan

bersifatperbaikan internal.

6. Uji Lapangan Utama (Main Field Test)

Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi a)

melakukan uji efektivitas desain produk; b) uji efektivitas desain, pada

umumnya,menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; c) Hasil uji

lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun

metodologi.

7. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas (Operational Product Revision)

Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang

lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji

lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan,

karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya

kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan post test. Selain

perbaikan yang bersifat internal, penyempurnaan produk ini di dasarkan pada evaluasi

hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.

8. Uji Kelayakan (Operational Field Testing)

Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: a)

melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; b) uji efektivitas dan

adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; c) hasil uji lapangan
20

adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun

metodologi.

9. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan (Final Product Revision)

Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan.

Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang

dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat

efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir

memiliki nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan.

10. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir (Dissemination and Implementation)

Memberikan/ menyajikan hasil penelitian melalui forum-forum ilmiah,

ataupun melalui mediamassa. Distribusi produk harus dilakukan setelah melalui

quality control.Teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan

pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran Research and Development menurut

Borg and Gall terdiri atas:

(a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,

(b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,

(c) uji lapangan

(d) mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.

Model-model dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan

persamaan. Secara umum perbedaan model-model tersebut terletak pada,


21

a.Penggunaan istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan.

b. Penggunaan expert judment selama proses pengembangan

c.Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat

detail sehingga terlihat kompleks.

Sedangkan persamaannya terletak pada semua kegiatan yang dihubungkan

oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga

memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem pembelajaran selama

dikembangkan.

Pengembangan model latihan diawali dengan menganalisis secara detail

literatur keilmuan berdasarkan cabang olahraga. Kemampuan teknik dan taktik atlet

juga harus dievaluasi untuk melihat area kelemahan untuk dialamatkan pada model

latihan. Pada konsep pengembangan bentuk latihan ini peniliti ingin meningkatkan

keterampilan teknik tendangan pencak silat pada atlet lanjutan. Atlet lanjutan dalam

hal ini adalah atlet Porprov kabupaten Jembrana dengan teknik tendangan yang

dilatih meliputi tendangan lurus, tendangan sabit, tendangan T, dan tendangan

belakang. Dengan masing-masing tendangan menggunakan variasi dan model latihan

yang berbeda-beda.

Dalam penelitian ini akan menggunakan model pengembangan Borg & Gall

dimana model pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail

dan analisis tugas yang diuraikan Borg & Gall tersusun secara terperinci dan tujuan

khusus secara jelas, serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat

memberikan hasil sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini
22

adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan rivisi

akan dilaksanakan setelah diadakan tes.

Penelitian dan pengembangan yang akan dilakukan oleh peneliti bertujuan

untuk membantu dalam mengembangkan model latihan yang lebih bermanfaat dan

variatif untuk diterapkan. Pelaksanaan penelitian akan dimulai dari tahap awal yaitu

potensi dan masalah, hingga pada tahap kesembilan yaitu revisi produk setelah uji

coba pemakaian. Adapun yang melatar belakangi pembatasan tahap peneltitian dan

pengembangan adalah terkait dengan faktor tenaga, biaya, serta waktu yang

diperluakan dalam produksi massal/desiminasi model.

B. Konsep model yang dikembangkan

Model-model yang telah dideskripsikan di atas, dalam penelitian ini akan

menggunakan model pengembangan Borg dan Gall dimana model pengembangan ini

memandu peneliti tahap demi tahap secara detail, dan model ini juga memungkinkan

kelompok belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe

pembelajaran yang berbasis lingkungan. Analisis tugas yang diuraikan dalam model

Borg dan Gall tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara

hierarkis serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat memberikan hasil

sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini adalah uji coba tidak

diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan

setelah diadakan tes formatif.


23

Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, chart

mengenai langkah-langkah penelitian pengembangan yang digunakan oleh peneliti

berdasarkan langkah-langkah penelitian oleh Borg dan Gall, the major steps in the R

& D cycle used to develop minicourses are as follows:

1. Research and Information Collecting – Includes review of literature,class-room


observations, and preparation of report of state of the art.
2. Planning – Includes defining skills, stating objectives determining course
sequence, and small scale feasibility testing.
3. Develop Preliminary form of Product – Includes preparation of instructional
materials, handbooks, and evaluation devices.
4. Preliminary Field Testing – Conducted in from 1 to 3 schools, using 6 – 12
subjects. Interview, observational and questioner data collected and analyzed.
5. Main Product Revision – Revision of product as suggested by the preliminary
field-test result.
6. Main Field Testing – Conducted in 5 to 15 schools with 30 – 100 subjects.
Quantitative data on subjects precourse and postcourse performance are
collected. Result are evaluated with respect to course objectives and are
compared with control group data, when appropriate.
7. Operational Product Revision – Revision of product as suggested by main field-
test result.
8. Operational Field Testing – Conducted in 10 to 30 schools involving 40 to 200
subjects. Interview, observational and questionnaire data collected and analyzed.
9. Final Product Revision – Revision of product as suggested by operational field-
test results.
10. Dissemination and Implementation – Report on product at professional meetings
and in journals. Work with punlisher who assumes commercial distribution.
Monitor distribution to provide quality control.

Model-model dalam pengembangannya mempunyai perbedaan dan

persamaan. Secara umum perbedaan model-model tersebut terletak pada,

a) penggunaan istilah dari setiap tahap pada proses pengembangan.

b) Penggunaan expert judment selama proses pengembangan


24

c) Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang

sangat detail sehingga terlihat kompleks.

Sedangkan persamaan dari keseluruhan terletak pada semua kegiatan yang

dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan

sehingga memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem pembelajaran selama

dikembangkan.

C. Kerangka Teoretik

1. Teori dan Pengertian Latihan

Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung

beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training. Dalam istilah bahasa Indonesia kata-

kata tersebut semuanya mempunyai arti yang sama yaitu latihan. Namun, dalam bahasa

Inggris kenyataannya setiap kata tersebut memiliki maksud yang berbeda-beda. Dari

beberapa istilah tersebut, setelah diaplikasikan di lapangan memang nampak sama

kegiatannya, yaitu aktivitas fisik.

Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk

meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai

peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Sedangkan menurut

Sukadiyanto latihan adalah suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga dengan

pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga dapat

meningkatkan kesiapan dan kemampuan olahragawan. Pengertian latihan yang berasal

dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk

meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah

olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Pengertian latihan yang berasal dari kata
25

training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan

berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai

dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. potensi yang lebih besar untuk

pengembangan olahraga kecabangan. Bompa mengatakan bahwa latihan

merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang,

ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan membentuk manusia yang

berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas.

Berdasarkan pada beberapa pengertian latihan (training) tersebut dapat ditarik

konklusi bahwa latihan olahraga pada hakekatnya adalah: proses sistematis untuk

menyempurnakan kualitas kinerja atlet berupa: kebugaran, keterampilan dan kapasitas

energi, memperhatikan aspek pendidikan, dan menggunakan pendekatan ilmiah. Nanang

Kusnadi dan Enur Nurdin menyimpulkan bahwa suatu aktivitas dapat dikatakan latihan

apabila mengandung unsur-unsur: 1) Aktivitasnya dilakukan secara sistematis, 2) Waktunya

relatif lama, 3) Dilakukan berulang-ulang dan 4) Adanya penambahan beban latihan yang

progresif (over load). Menurut James Tangkudung latihan merupakan proses yang berulang

dan meningkat guna meningkatkan potensi dalam rangka mencapai prestasi yang maksimal.

Dengan demikian pengertian latihan dapat disimpulkan sebagai suatu proses

penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek,

menggunakan metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip

pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai tepat pada

waktunya.

Latihan yang baik adalah latihan yang dirancang secara sistematis dengan mengikuti

karakteristik cabang olahragawannya, ketersediaan waktunya, dan atlet yang akan


26

dibinanya. Guna mencapai tujuan latihan tersebut diperlukan teori latihan yang didukung

berbagai ilmu antara lain: filsafah, psikologi, psikologi olahraga, biomekanika, sejarah, gizi

olahraga, PPPK, pertumbuhan dan perkembangan, anatomi, fisiologi dan kecakapan

melatih. Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari kata practice, exercises,

maupun training, adalah adanya beban latihan. Oleh karena diperlukannya beban latihan

selama proses berlatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan

kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai

dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama. Khusus latihan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas fisik olahragawan secara keseluruhan dapat

dilakukan dengan cara latihan dan pembebanan. Selanjutnya yang menjadi sasaran utama

dari latihan fisik adalah untuk meningkatkan kualitas kebugaran energi (energy fitness) dan

kebugaran otot (muscular fitness). Kebugaran energi meliputi peningkatan kemampuan

aerobik dan anaerobik baik yang alaktik maupun yang laktik. Untuk kebugaran otot

meliputi peningkatan kemampuan komponen biomotor, yang antara lain mencakup:

kekuatan, ketahanan, kecepatan, power,

kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan kelincahan.

Beban latihan merupakan rangsang motorik (gerak) yang dapat diatur dan dikontrol

oleh pelatih maupun olahragawan untuk memperbaiki kualitas fungsional berbagai

peralatan tubuh. Ada dua macam beban latihan, yaitu beban luar dan beban dalam. Beban luar

adalah rangsang motorik yang dapat diatur dan dikontrol oleh pelatih maupun olahragawan

dengan cara memvariasikan beban latihan melalui pengaturan komponen-komponen latihan

(intensitas, volume, recovery, dan interval). Sedangkan yang dimaksud dengan beban dalam

adalah perubahan fungsional yang terjadi pada peralatan tubuh sebagai akibat dari
27
pengaruh beban luar. Perubahan fungsi peralatan tubuh yang dikarenakan pengaruh beban

luar, antara lain meliputi: (a) perubahan morfologis (struktural) dari luas penampang
28

lintang otot, (b) perubahan faal dan biokimia, yakni sistem paru dan sirkulasi darah sehingga

proses metabolisme menjadi lebih baik, serta kapasitas vital lebih besar, dan (c) perubahan

psikologis, yakni meningkatnya kemampuan olahragawan dalam menerima stress (tekanan),

tetap berkonsentrasi, memiliki ketegaran mental (mental toughness) sehingga mampu

mengatasi tantangan (hambatan) yang lebih berat.

Tujuan perencanaan latihan adalah: 1) merangsang adaptasi fisiologis yang maksimal

pada waktu yang ditentukan selama masa kompetisi utama; 2) mempersiapkan atlet pada level

kesiapan yang kompleks dalam membangun keterampilan, kemampuan biomotor, ciri-ciri

psikologis, dan mengatur tingkat kelelahan. Sasaran latihan secara umum adalah untuk

meningkatkan kemampuan dan kesiapan olahragawan dalam mencapai puncak prestasi.

Rumusan tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangka panjang maupun yang

jangka pendek. Untuk yang jangka panjang merupakan sasaran dan tujuan yang akan

datang dalam satu tahun di depan atau lebih. Sasaran ini umumnya merupakan proses

pembinaan jangka panjang untuk olahragawan yang masih yunior. Tujuan utamanya adalah

untuk pengayaan keterampilan berbagai gerak dasar dan dasar gerak serta dasar-dasar

teknik yang benar.

Sedangkan tujuan dan sasaran jangka pendek waktu persiapan yang dilakukan

kurang dari satu tahun. Sasaran dan tujuan utamanya langsung diarahkan pada peningkatan

unsur-unsur yang mendukung kinerja fisik, di antaranya seperti kekuatan, kecepatan,

ketahanan, power, kelincahan, kelentukan, dan keterampilan teknik cabang olahraga.

Biasanya dalam waktu interval 3 sampai 4 minggu latihan, selalu dilakukan pemantauan

pencapaian hasil latihan. Dengan demikian setiap sesi latihan harus mempunyai sasaran dan

tujuan yang nyata dan terukur. Hal itu dimaksudkan bagi olahragawan agar selalu

termotivasi untuk lebih giat dalam berlatih. Sedangkan bagi pelatih proses pemantauan
29

sebagai sarana umpan balik (feed back) dari proses latihan, apakah program yang sudah

disusun dan dilaksanakan berjalan efektif atau tidak, sehingga bila terjadi penyimpangan

tujuan dan sasaran dapat segera dibenahi.

Adapun sasaran dan tujuan latihan secara garis besar, antara lain untuk (a)

meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, (b) mengembangkan dan

meningkatkan potensi fisik yang khusus. (c) menambah dan menyempurnakan keterampilan teknik, (d)

Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik dan pola bermain, dan (e)

meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.

Dalam setiap proses latihan harus selalu mempertimbangkan beberapa prinsip-

prinsip latihan. Dengan memahami dan mengaplikasikan beberapa prinsip latihan, maka

proses latihan akan mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut ini

beberapa prinsip-prinsip yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan

latihan tercapai dalam satu kali tatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual,

adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan

jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik.

Setiap bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawan memiliki tujuan yang

khusus. Oleh karena setiap bentuk rangsang akan direspons secara khusus pula oleh

olahragawan, sehingga materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang

olahraganya. Untuk itu, sebagai pertimbangan dalam menerapkan prinsip spesifikasi, antara

lain ditentukan oleh: (a) spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk dan metode

latihan, (c) spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang digunakan, dan (d) waktu

periodisasi latihannya. Penerapan prinsif spesialisasi ini harus disesuaikan dengan umur

atlet untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Prinsip spesifikasi tidak berarti

bahwa dalam latihan menghindari pembebanan pada otot yang berlawanan. Artinya, tujuan
30

latihan hanya melatih otot yang digunakan dalam melakukan gerak saja, tetapi otot

antagonisnya atau yang berdekatan pun juga harus dilatihkan. Hal itu bertujuan untuk

menghindari ketidak-seimbangan kemampuan otot yang menanggung beban selama

aktivitas kerja berlangsung. Sebab ketidak seimbangan tersebut dapat mengakibatkan cidera

pada otot itu sendiri. Melatih otot yang berdekatan dan yang antagonis akan membantu bila

otot penggerak utama mengalami kelelahan. Terutama pada cabang olahraga yang dominan

dilakukan secara gerak siklus.

Selain prinsip spesifikasi, program latihan yang baik harus disusun secara variant

untuk menghindari kejenuhan, keengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan

secara psikologis. Untuk itu program latihan perlu disusun lebih variatif agar tetap

meningkatkan ketertarikan olahragawan terhadap latihan, sehingga tujuan latihan tercapai.

Dalam membuat program latihan yang sangat perlu disiapkan: (1) jadwal kompetisi yang

pasti; (2) event lainnya yang mendukung; dan (3) kondisi awal atlet. Dalam program latihan

terdapat dua macam beban latihan (loading) yang harus diketahui, yakni beban luar (outer

load) dan beban dalam (inner load). Beban luar menyangkut masalah: volume, intensitas,

frekuensi, pulih asal, serta ritme dan durasi. Sedang beban dalam berkaitan dengan efek

fisiologis kenaikan denyut nadi karena beban luar.

Komponen utama yang diperlukan untuk memvariasi latihan adalah perbandingan

antara (1) kerja dan istirahat, (2) model dan metode latihan, dan (3) latihan berat dan ringan.

Selain itu dari yang mudah ke sulit, dan dari kuantitas ke kualitas. Proses adaptasi akan

terjadi dengan baik bila aktivitas latihan (kerja) diimbangi oleh waktu istirahat, intensitas

yang berat diimbangi dengan rendah. Cara lain untuk memvariasikan latihan dapat dengan

mengubah bentuk, tempat, sarana dan prasarana latihan, atau teman berlatih. Meskipun

unsur-unsur tersebut di atas dapat diubah, tetapi tujuan utama latihan tentu tidak boleh
31

berubah. Oleh karena variasi latihan lebih menekankan pada pemeliharaan keadaan secara

psikologis olahragawan agar tetap bersemangat dalam latihan.

2. Hakikat Tenis Meja


a. Pengertian Tenis Meja

Tenis meja merupakan suatu olahraga permainan yang cepat, sehingga

bagi seseorang yang bermain tenis meja dipelukan kemampuan- kemampuan

tertentu. Menurut A.M Bandi Utama, Tomoliyus, dan Sridadi (2005: 5) permainan

tenis meja adalah permainan dengan menggunakan fasilitas meja beserta

peralatannya serta raket dan bola sebagai alatnya. Permainan ini diawali dengan

pukulan pembuka (service), yaitu bola dipantulkan di meja sendiri lalu melewati

atas net dan memantul di meja lawan, kemudian bola tersebut dipukul melalui net

harus memantul ke meja lawan sampai lawan tidak dapat mengembalikan dengan

baik. Pemain berusaha untuk mematikan pukulan lawan agar memperoleh angka

dari pukulannya. Permainan tenis meja dapat dimainkan baik orang tua, remaja

maupun anak- anak. Sarana seperti raket, bola, net dan meja sebagai tempat

bermain juga tidaklah membutuhkan biaya yang tinggi.

Menurut Depdiknas (2003: 3) yang dimaksud dengan tenis meja

adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang

dibatasi oleh jaring (net) yang menggunakan bola kecil yang terbuat dari

celluloid dan permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bet.

Sedangkan menurut Chairuddin Hutasuhud (1988: 4) tenis meja adalah

suatu jenis olah raga yang dimainkan di atas meja di mana bola dibolak-
32

balikkan segera dengan memakai pukulan. Permainan tenis meja boleh

dimainkan dengan ide menghidupkan bola selama mungkin dan boleh juga

dimainkan dengan ide secepat mungkin mematikan permainan lawan,

tergantung dari tujuan permainan sendiri.

Menurut Larry Hodges (2007: 25) Tenis meja adalah sebuah

permainan putaran. Sedangkan menurut Muhajir (2006:26), tenis meja

merupakan cabang olahraga yang dimainkan di dalam gedung (indoor game)

oleh dua atau empat pemain.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa permainan tenis meja merupakan suatu permainan yang menggunakan

meja, bola, dan bet sebagai peralatannya. Permainan diawali dengan servis

yang dilakukan pemain dengan memantulkan bola ke daerah permainan

sendiri, melewai net, dan menyeberangkan bola ke daerah lawan. Pemain

lawan berusaha mengembalikan servis dan pukulan dari lawannya agar

permainan tetap berlangsung. Untuk memperoleh angka pemain harus

melakukan pukulan-pukulan terbaiknya sehingga bisa mematikan pukulan

lawan.

b. Peralatan Tenis Meja

Untuk melakukan olahraga tenis meja ada beberapa alat yang harus

disiapkan, yaitu meja beserta net, bola, dan bet. Adapun penjelasan tentang

peraturan peralatan dalam tenis meja sebagai berikut:


33

1) Meja

Gambar 2.6. Meja Tenis Meja


Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja

Meja yang digunakan untuk bermain tenis meja mempunyai ukuran dan

ketentuan tertentu. Menurut Sutarmin (2007: 5):meja tenis meja mempunyai

ketentuan sebagai berikut:

a) Meja dibuat dari kayu dengan cat warna gelap biasanya hijau tua.

b) Permukaan meja harus rata.

c) Berukuran panjang 274 cm dan lebar 152,5 cm

d) Meja diletakkan di lantai yang permukaannnya rata.

e) Setiap tepi meja diberi diberi garis putih yang lebarnya 2 cm

f) Bagian tengah meja diberi garis selebar 2 cm berwarna putih yang

membelah panjang meja, sama luasnya.


34

Net atau jaring untuk tenis meja mempunyai ketentuan sebagai berikut

(Sutarmin, 2007: 6):

a) Perangkat net terdiri atas net dan tiang penyangga atau penjepit.

b) Net dipasang di atas permukaan meja, masing-masing ujungnya

diikatkan di tiang penangga.

c) Net dipasang dengan ketinggian 15,25 cm dari permukaan meja.

d) Bagian bawah net harus rapat dengan meja.

2) Bola

Gambar 2.7 Bola Tenis Meja


Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja

Salah satu peralatan yang penting dalam tenis meja adalah bola.

Bola untuk tenis meja memiliki ketentuan sebagai berikut (Sutarmin, 2007:6):

1). Dibuat dari bahan seluloid atau plastik 2).

Berwarna putih atau orange

3). Berbentuk bulat, dengan diameter 40 mm

4). Beratnya 25 gram

5). Ciri bola yang berkualitas adalah tanda bintang pada bola.
34

b. Bet

Gambar 2.8 Bet Tenis Meja


Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Tenis_meja

Raket atau bet yang digunakan untuk bermain tenis meja mempunyai

ketentuan sebagai berikut (Sutarmin, 2007: 6):

a) bet dibuat dari kayu alami yang dapat dilapisi dengan bahan

perekat seperti fiber carbon, fiber glass, atau bahan lainnya.

b) sisi bet yag digunakan memukul bola harus ditutupi karet.

c) karet boleh berbintik boleh juga tanpa bintik.

d) karet yang berbintik panjangnya tidak lebih dari 2 cm.

e) karet yang berbintik ke dalam ketebalannya tidak melebihi 4 mm.

c. Teknik dasar Permainan Tenis Meja

Teknik memukul bola adalah cara tertentu untuk memukul bola agar

melewati net. Dalam bermain tenis meja terdapat beberapa teknik pukulan,

antara lain:

1. Service

Service merupakan faktor penting dalam setiap permainan dan harus

dipelajari secara khusus. Menurut Alex Keramanah (2003:37) service

seringkali berfungsi untuk:

1). Dijadikan serangan pertama


35

2). Dijadikan bola-bola umpan

3). Untuk mencegah atau menghindari serangan pertama dari lawan

Menurut Johnny Leach (1982:33) service dilakukan dari tapak

tangan yang tidak memegang bet. Bola harus terletak disitu tanpa

dilingkari tapak tangan atau dijepit jari-jari (semua jari, kecuali ibu jari

harus dirapatkan). Bola juga harus kelihatan wasit.

“Service adalah teknik memukul untuk menyajikan bola pertama

ke dalam permainan, dengan cara memantulkan terlebih dahulu bola

tersebut ke meja server, kemudian harus melewati atas net dan akhirnya

memantul di meja lawan (Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi

1992:56).”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkaan

bahwa service adalah pukulan yang dilakukan untuk memulai permainan

tenis meja. Service dilakukan dengan cara memukul bola lalu

memantulkannya ke daerah permainan sendiri, melewai net, dan

menyeberangkan bola sehingga memantul ke daerah permainan lawan.

a. Drive

Drive adalah pukulan yang paling kecil tenaga gesekannya.

Pukulan drive disebut juga sebagai induk teknik dari pukulan

serangan. Keistimewaan dari pukulan drive antara lain (Alex

Kertamanah, 2003: 27):

1) Tinggi atau rendah terbang bola di atas ketinggian garis net


36

mudah dikuasai.

2) Cepat atau lambatnya laju bola tidak akan susah dikendalikan.

3) Bola drive tidak mengandung tenaga yang terlalu keras.

4) Bola bersifat membawa sedikit perputaran.

5) Dapat dilancarkan disetiap posisi titik bola di atas meja tanpa

merasakan kesulitan terhadap bola berat (bola-bola yang bersifat

membawa putaran), ringan, cepat, lambat, tinggi maupun rendah serta

terhadap berbagai jenis putaran pukulan.

Menurut Sutarmin (2007: 36) drive merupakan pukulan dengan

ayunan panjang sehingga menghasilkan pukulan yang datar dan keras.

Pukulan drive dapat digunakan untuk menyerang dan dapat pula

digunakan untuk mengembalikan bola lawan.

Drive adalah teknik pukulan yang dilakukan dengan gerakan bet

dari bawah serong keatas dan sikap bet tertutup. Besarnya sudut yang

diakibatkan oleh gerakan kemiringan bet bervariasi sesuai dengan arah

jatuhnya bola, kecepatan datangnya bola, putaran bola yang datang dari

lawan dan tujuan dari driver itu sendiri (Achmad Damiri & Nurlan

Kusmaedi, 1992: 79).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa drive merupakan salah satu teknik pukulan dalam permainan tenis

meja untuk menyerang. Pukulan drive dilakukan dengan gerakan bet

diayun dari bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup sehingga akan

menghasilkan pukulan keras yang menghasilkan perputaran bola dengan


37

tenaga gesek yang sedikit.

b. Push

Push merupakan stroke yang paling sederhana dan mudah. Dengan

stroke ini dapat mengontrol bola dan mengembangkan ritme koordinasi dan

sentuhan bola. Menurut Peter Simpson (2004:70) push stroke merupakan

pukulan yang sedikit sekali spinnya. Stroke ini merupakan stroke yang aman

dan dapat digunakan untuk menetralisir pengembalian lawan. Juga dapat

digunakan untuk memperlambat kecepatan permainan. Stroke ini dapat juga

digunakan untuk menyerang lawan. Keistimewaan push antara lain (Alex

Kertamanah, 2003:30):

1) Bola push dapat dijadikan alat yang bersifat penjagaan untuk

melewati situasi transisi, yang dapat juga diubah menjadi 1

pukulan mendorong berupa serangan balik.

2) Bola push termasuk bola polos, dengan bola pertahanan yang

mengandung arti unsur serangan balasan.

3) Pukulan push dimainkan pada bagian backhand, pada umumnya

untuk mewakili backhand half volley yang bersifat mencuri

kesempatan untuk membangun pelancaran serangan forehand.

Sedangkan menurut Achmad Damiri dan Nurlan

Kusmaedi (1992:44) push adalah teknik memukul bola dengan

gerakan mendorong, dengan sikap bet terbuka. Putaran bola

pada pukulan push sangat sedikit atau bahkan hampir tidak ada

dengan arah putaran backspin.


38

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa push adalah gerakan memukul bola dengan

gerakan mendorong. Bola yang datang dikembalikan dengan

cara mendorongkan bet ke arah bola. Bola yang dihasilkan dari

pukulan push ini adalah bola polos, yang tidak ada putaran

ataupun tenaga geseknya.

c. Block

Block adalah cara paling sederhana untuk

mengembalikan pukulan yang keras. Menurut Achmad Damiri

dan Nurlan Kusnaedi (1992:51) block adalah teknik memukul

bola dengan gerakan menghentikan bola atau tindakan

membendung bola dengan sikap bet tertutup. Block biasanya

digunakan untuk mengembalikan bola drive atau bola putaran

topspin.

Block adalah pukulan yang dilakuakan tanpa

mengayunkan bet tetapi hanya menahan bet tersebut. Block

termasuk pukulan paling sederhana untuk mengembalikan

pukulan keras (Larry Hodges, 2007: 72).

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa block merupakan salah satu pukulan bertahan dalam

permainan tenis meja, yang dilakukan dengan cara menahan

bola yang datang tanpa gerakan awalan dengan sikap bet

tertutup. Pukulan block berguna untuk mengurangi atau


39

memperlemah tenaga pantulan bola dari lawan.

d. Chop

Pukulan chop merupakan pukulan bertahan dalam

permainan tenis meja. Menurut Alex Kertamanah (2003: 55)

chop adalah pukulan yang dilakukan dengan berdiri di dekat

garis meja dengan gerak pukul memotong ke bawah serta ke

depan mengayun bet untuk menghadapi bola berputaran hasil

pukulan pertahanan lawan dan servis bola pendek yang rendah

di dekat net.

“Chop adalah teknik memukul bola dengan gerakan

seperti menebang pohon dengan kapak atau disebut juga gerakan

membacok (Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi, 1992:55).”

Menurut Larry Hodges (2007: 99) chop adalah pengembalian

pukulan backspin yang sifatnya bertahan. Kebanyakan pemain yang

menggunakan chop (chooper) mundur sekitar 5 hingga 15 kaki dari

meja, mengembalikan bola rendah dengan backspin.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

chop juga merupakan salah satu pukulan bertahan dalam permainan

tenis meja. Chop dilakukan dengan gerakan dari atas memotong ke

bawah lalu memberikan sedikit ayunan bet ke depan untuk

mengembalikan bola yang mengandung putaran atau bola di dekat net.

d. Hakikat Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Menurut Sukintaka (1992: 45-46) dalam Rori lanun (2007: 19-20)


41

karakteristik anak SMA umur 16-18 tahun antara lain :

1. Jasmani

a) Kekuatan otot dan daya tahan otot berkembang baik.

b) Senang pada ketrampilan yang baik, bahkan mengarah pada

gerak akrobatik.

c) Anak laki-laki keadaan jasmaninya sudah cukup matang.

d) Anak perempuan posisi tubuhnya akan menjadi baik.

e) Mampu menggunakan energi dengan baik.

f) Mampu membangun kemauan dengan semangat mengagumkan.

2. Psikis atau Mental

a) Banyak memikirkan dirinya sendiri.

b) Mental menjadi stabil dan matang.

c) Membutuhkan pengalaman dari segala segi.

d) Sangat senang terhadap hal-hal yang ideal dan senang sekali

bila memutuskan masalah-masalah sebagai berikut : a)

Pendidikan, b) pekerjaan, c) perkawinan, d) pariwisata dan

politik, dan e) kepercayaan.

3. Sosial

a) Sadar dan peka terhadap lawan jenis.

b) Lebih bebas.

c) Berusaha lepas dari lindungan orang dewasa atau pendidik.

d) Senang pada perkembangan sosial.

e) Senang pada masalah kebebasan diri dan berpetualang.


42

f) Sadar untuk berpenampilan dengan baik dan cara

berpakaian rapi dan baik.

g) Tidak senang dengan persyaratan-persyaratan yang

ditentukan oleh kedua orang tua.

h) Pandangan kelompoknya sangat menentukan sikap pribadinya.

4. Perkembangan Motorik

Anak akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan pada

masa dewasanya, keadaan tubuhnya pun akan menjadi lebih kuat

dan lebih baik, maka kemampuan motorik dan keadaan psikisnya

juga telah siap menerima latihan-latihan peningkatan ketrampilan

gerak menuju prestasi olahraga yang lebih. Untuk itu mereka

telah siap dilatih secara intensif di luar jam pelajaran. Bentuk

penyajian pembelajaran sebaiknya dalam bentuk latihan dan

tugas.

Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah terutama pada

tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sangat terbatas. Seperti bagi

siswa Kelas 1 hanya mempelajari dasar-dasar permainan dalam suatu

cabang olahraga, Kelas 2 diarahkan pada pemahaman cara

melakukan latihan-latihan suatu cabang olahraga dan untuk Kelas 3

diarahkan pada pemahaman terhadap pola dari strategi permainan

(taktik dan strategi permainan suatu cabang olahraga). Untuk itu

guna memperdalam pengetahuan siswa terhadap suatu cabang


43

olahraga maka sekolah membuat kebijakan untuk mengadakan

ekstrakurikuler, agar siswa dapat berprestasi dengan baik.

D. Rancangan Model

Untuk perancangan produk model latihan tendangan pencak silat dikutip

dari Borg and Gall yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

Potensi dan Desain produk Validasi desain


Pengumpulan

masalah data

Uji coba
Revisi produk Uji coba produk
pemakaian

Revisi desain

Produksi Masal

Gambar 2.9 Rancangan Model Pengembangan R&D Borg and Gall


44

1) Potensi dan Masalah

Pertama kali yang ditentukan adalah sebuah ide-ide yang akan

dikembangkan, R&D dapat berangkat dari potensi dan masalah yang ada di

sekitar. Penentuan potensi masalah dalam model latihan tendangan pencak silat

adalah berdasarkan studi pendahuluan yang pernah dilakukan oleh peneliti

dilapangan dengan melakukan teknik observasi dan wawancara dengan pelatih

dan atlet, maka dapat disimpulkan latihan service forhand tenis meja yang

dilakukan masih masih monoton dan belum terciptanya suasana latihan yang

aman, nyaman dan menyenangkan pada latihan service forhand tenis meja . Maka

latihan service forhand belum memberikan hasil yang memuaskan. Dari

permasalah ini semua, peneliti berinisaitif untuk mengembangkan model latihan

service forhand tenis meja.

2) Pengumpulan Data

Mengumpulkan informasi; setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan

secara faktual, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat

digunakan sebagai bahan untuk perencanaan. Pengumpulan data disini adalah

mengkaji berbagai literatur atau kajian pustaka yang berhubungan tentang konsep-

konsep model yang akan dikembangkan sesuai dengan produk akan dibuat serta

mengacu kepada analisis kebutuhan, telaah pakar dan uji coba lapangan.

3) Desain Produk

Desain produk adalah hasil akhir serangkaian penelitian awal, dapat

berupa rancangan kerja baru, atau produk baru. Dalam tahap ini peneliti membuat
45

produk awal atau rancangan kerja baru berupa rangkaian model-model latihan

service forhand tenis meja. Dalam proses pembuatan model latihan yang

dikembangkan, peneliti dapat melakukan konsultasi dengan para ahli agar dapat

menghasilkan produk yang baik dan sempurna.

4) Validasi Desain

Validasi desain adalah proses untuk menilai apakah rancangan kerja baru

atau produk baru secara rasional lebih baik dan efektif dibandingkan dengan yang

lama, dengan cara meminta penilaian dari ahli yang berpengalaman. Dalam tahap

ini peneliti melakukan uji coba model yang telah dibuat. Pengumpulan hasil data

dari uji coba model di lapangan menjadi pertimbangan bagi peneliti dan para ahli

apakah model tersebut dapat diterima.

5) Revisi Desain

Perbaikan desain produk setelah diketahui kelemahannya. Setelah peneliti

melakukan uji coba model di lapangan dan di dapatkan data dari uji coba, peneliti

melakukan konsultasi kembali kepada para ahli. Proses ini brerguna untuk

melakukan perbaikan.

6) Uji Coba Produk

Pada tahap ini merupakan uji coba utama produk yang telah di hasilkan

dan sudah mendapat validasi ahli. Penilaian tentang hasil latihan tendangan

pencak silat dilakukan sebelum dan sesudah proses latihan dengan menggunakan

model latihan tendangan pencak silat yang telah dikembangkan.

7) Revisi Produk
46

Tahap ini adalah tahap melakukan revisi kembali terhadap produk yang

telah di uji cobakan. Revisi produk dapat berdasarkan pendapat dari para ahli serta

hasil uji lapangan.

8) Uji Coba Pemakaian

Setelah melalui beberapa tahapan, termasuk uji coba dan revisi produk.

Peneliti dapat melakukan uji coba kembali untuk lebih mempersiapkan produk

yang akan dihasilkan untuk produksi masal.

9) Revisi Produk

Peneliti melakukan revisi terhadap produk akhir dari model latihan

tendangan pencak silat berdasarkan saran dari para ahli dan data pada saat uji coba

produk.

10) Produksi Masal

Peneliti menyebarkan produk yang telah di hasilkan melalui pertemuan

atau jurnal ilmiah. Peneliti dapat juga bekerja sama dengan penerbit untuk

sosialisasi produk.

1. Operational product revision (melakukan revisi terhadap produk operasional,

berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji coba lapangan utama).

2. Operational field testing (melakukan uji produk utama dengan subjek

sebanyak 30-60 subjek dalam satu sekolah.

3. Final product revision (melakukan revisi terhadap produk akhir, berdasarkan

saran dalam uji coba lapangan)


Dissemination and implementation (mendesiminasi dan

mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk

melalui pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit unuk

sosialisasi produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontroll

kualitas).

6
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi adalah metode ilmiah yang berupa langkah – langkah yang

sistematis untuk memperoleh ilmu sedangkan metode adalah prosedur atau cara

untuk mengetahui sesuatu dengan langkah – langkah yang sistematis.

Pada dasarnya metode penelitian cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah atau metode ilmiah berarti

kegiatan penelitian didasarkan pada ciri – ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris

dan sistematis.

A. Model Pengembangan

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan jenis penelitian

pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Syaodih

Sukmadinata (2009: 164), penelitian R&D adalah suatu proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk

yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian pengembangan

yang akan dilakukan peneliti adalah mengembangkan modifikasi model latihan

tendangan dan pukulan dalam pencaksilat dengan menggunakan karet ban yang

diikat dikaki dan ditangan.

B. Prosedur Pengembangan

Menurut Borg and Gall dalam Sugiyono (2011: 297-311),

langkahlangkah dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut:

22
49

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil dan

pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

2. Perencanaan (planning). Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-

kemampuan yang diperlukan pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang

hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah

penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3. Pengembangan draf produk (develop preliminary from of product), yaitu

mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan.

4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing), yaitu melakukan ujicoba

lapangan awal dalam skala terbatas.

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), yaitu memperbaiki atau

menyempurnakan hasil uji coba.

6. Uji coba lapangan (main filed testing), yaitu melakukan uji coba dalam skala

yang lebih luas.

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision),

yaitu menyempurnakan produk hasil uji lapangan.

8. Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing), yaitu langkah uji validasi

terhadap model operasional yang telah dihasilkan

9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan

didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

10. Diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation), yaitu

menyebar luaskan produk yang dikembangkan.


50

Sukmadinata (2011) menjelaskan, jika kesepuluh langkah penelitian dan

pengembangan diikuti dengan benar, maka akan dapat menghasilkan suatu produk

pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan. Langkah-langkah tersebut

bukanlah hal baku yang harus diikuti, langkah yang diambil bisa disesuaikan

dengan kebutuhan peneliti.

Berdasarkan kesepuluh tahapan tersebut peneliti melakukan

penyederhanaan dan pembatasan dalam melakukan pengembangan menjadi

delapan tahapan. Penyederhanaan tahapan tersebut dilakukan oleh peneliti karena

beberapa faktor. Adapun faktor-faktor tersebut ialah:

1. Keterbatasan Waktu

Penyederhanaan pengembangan menjadi delapan tahapan dilakukan

karena adanya keterbatasan waktu. Mengingat jika pengembangan ini dilakukan

dengan sepuluh tahapan diperlukan waktu dan proses yang relatif lama dan

panjang. Oleh karena itu, melalui penyederhanaan menjadi delapan tahapan ini,

diharapkan penelitian pengembangan ini bisa selesai dengan waktu yang relatif

efisien tetapi tetap efektif dalam proses dan hasilnya.

2. Keterbatasan Biaya

Penyederhanaan tahapan dilakukan karena adanya faktor keterbatasan

biaya dalam pengembangan ini, maka penelitian ini disederhanakan menjadi

empat tahapan. Mengingat jika pengembangan dilakukan dengan sepuluh tahapan

memerlukan biaya yang relatif besar. Oleh karena itu, melalui penyederhanaan

menjadi delapan tahapan ini, diharapkan pengembangan ini bisa selesai dengan

kalkulasi biaya yang relatif terjangkau.


51

3. Kesamaan Tahapan

Berdasarkan kesepuluh tahapan pengembangan model Borg and Gall, ada

beberapa tahapan yang memiliki kesamaan maksud dan tujuan. Tahapan tersebut

memiliki kesamaan dalam beberapa proses, seperti kesamaan tahapan

pengembangan pada uji coba lapangan awal (preliminary field testing), uji coba

lapangan (main filed testing) dan Uji pelaksanaan lapangan (operational field

testing). Dengan adanya beberapa kesamaan pada tahapan uji coba, peneliti

mencoba menyederhanakan menjadi satu tahap saja pada proses uji coba.

Kemudian pada tahap penyempurnaan produk juga disederhanakan menjadi satu

tahapan saja, yaitu setelah ujicoba dilaksanakan.

Berdasarkan penyederhanaan tahapan, peneliti telah menyederhanakan

pengembangan ini menjadi delapan tahapan. Tahapan tersebut adalah sebagai

berikut:

Tahap Pengembangan Validasi


Perencanaan
analisis produk produk I

Produk
yang Uji Coba Valisadi Revisi
dihasilkan Produk Produk II Produk

Gambar 1. Bagan Pengembangan Produk


1. Tahap Analisis

Tahap analisis merupakan tahap yang dilaksanakan sebelum pembuatan

produk. Analisis yang dilakukan adalah melakukan studi lapangan dan studi

pustaka. Studi lapangan yang dilakukan adalah dengan observasi aktivitas latihan
52

atlet beladiri, khususnya dalam berlatih pukulan, tendangan dan pemanfaatan

model latihan, hal ini dilakukan agar produk yang dikembangkan sesuai

kebutuhan yang ada di lapangan. Studi pustaka yang dilakukan adalah dengan

mempelajari teori-teori yang berkaitan dengan pengembangan produk model

latihan, agar didapatkan gambaran produk yang akan dikembangkan.

2. Perencanaan

Berpegang dari tahap analisis, maka disusun rencana dalam penelitian

pengembangan model latihan dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki

dan ditangan, rencana dalam pengembangan modifikasi model latihan ini adalah

sebagai berikut :

a. Pembuatan desain pengembangan modifikasi model latihan menggunakan

karet ban diikat dikaki dan ditangan..

b. Pembuatan rangkaian model latihan menggunakan karet ban yang diikat

dikaki dan ditangan.

c. Pembuatan karet ban yang dimodifikasi sesuai kebutuhan..

Anda mungkin juga menyukai