NURSALLAM
191050401020
PROGRAM PASCASARJANA
2021
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
karena dengan tingkah laku atau aktivitas olahraga yang teratur, terukur dan
terarah maka akan menjadikan jiwa dan raga manusia menjadi lebih baik.
jasmani manusia. Selain itu, olahraga juga berfungsi untuk meraih prestasi dalam
beladiri juga secara formal dijadikan sebagai materi pelajaran di sekolah baik
beberapa jenis beladiri yang menjadi pilihan untuk diajarkan di sekolah, antara
lain pencak silat, karate dan judo. Diharapkan dengan dimasukkannya beberapa
menyerah, disiplin, sportif, dan percaya diri pada siswa. Selain itu juga membantu
1
2
siswa untuk menjaga kebugaran diri dan keamanan diri. Tidak hanya itu, siswa
Dalam hal prestasi, seorang siswa, atlet, atau orang yang mengikuti
beladiri harus secara tekun dan maksimal melatih komponen-komponen fisik yang
menunjang prestasinya. Dalam komponen fisik terdapat tiga hal yang penting
untuk atlet beladiri, yaitu reaksi, koordinasi, dan kecepatan. Tiga hal ini berkaitan
erat dengan beberapa teknik yang diperlukan dalam beladiri, yaitu teknik
tendangan, pukulan, dan tangkisan. Reaksi yang baik akan menguntungkan atlet
dalam melakukan penyerangan baik melalui tendangan atau pukulan. Selain itu,
dengan reaksi yang baik atlet tidak mudah diserang karena cepat tanggap
pukulan serta tangkisan. Kecepatan yang baik akan menguntungkan atlet dalam
saling berkaitan satu sama lain dalam olahraga beladiri, sehingga melatihnya
secara bertahap, teratur dan, maksimal merupakan syarat agar prestasi atlet
meningkat. Untuk melatih reaksi, kecepatan dan, koordinasi biasanya atlet akan
media latihan untuk atlet beladiri adalah moel latihan tendangan dengan
3
menggunakan karet ban yang diikat pada kaki. Model latihan ini merupakan alat
bantu dalam olahraga beladiri sebagai media latihan serangan untuk melatih
tendangan dan pukulan. Pada umumnya latihan tendangan dan pukulan hanya
kaki atau tangan untuk melatih power atau kekuatan. Dewasa ini ada
perkembangan bentuk latihan, yaitu dengan menggunakan karet ban yang diikat
pada kaki dan tangan sehingga dapat memberi beban pada kaki dan tangan guna
latihan pencak silat. Pengembangan sarana untuk latihan beladiri semakin pesat,
dan kecepatan reaksi tendangan dan pukulan khususnya di sekolah SMP Citra
Mulia Makassar belum ada. Sebagai contoh, belum adanya sarana untuk melatih
aba-aba atau peluit sebagai stimulus melalui indera pendengaran dalam melatih
reaksi tendangan dan pukulan atletnya. Selain itu, peneliti juga melihat, belum ada
ban yang diikat pada kaki ataupun ditangan sebagai sarana melatih koordinasi
kekuatan dan kecepatan reaksi pukulan dan tendangan pada cabang olahraga
beladiri.
siswa mendapat wadah untuk meningkatkan bakat – bakat mereka yang bisa
4
mereka jadikan sebagai bekal untuk kemajuan prestasi dan pendidikannya, dalam
hal ini juga bisa meningkatkan prestasi olahraga pencaksilat pada sekolah. SMP
CITRA MULIA MAKASSAR adalah salah satu sekolah yamg dinaungi oleh
Yayasan Pendidikan Citra Mulia Makassar berada di jalan Batua Raya VII no. 21,
Batua, Kec. Manggala, Kota Makassar, letaknya cukup strategis dan mudah
dijangkau. Setelah melakukan observasi dan dialog dengan guru – guru khususnya
menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan pada SMP Citra
Mulia Makassar”
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan masalah di atas maka dapat ditarik suatu rumusan masalah
dalam pencaksilat dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan
C. Tujuan Penelitian
dan pukulan dalam pencak silat dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang peneliti lakukan, ada beberapa manfaat yang dapat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
yang diikat dikaki dan ditangan untuk melatih reaksi tendangan dan
pukulan
menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan untuk melatih
latihan dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki dan ditangan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi seperti
buku, jurnal papers, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory
manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal.
tersebut dengan karya-karya lain serta data yang relevan dengan tema tesis ini.
benar tentang suatu masalah. Penelitian dapat pula diartikan sebagai pengetahuan
dihadapi. Penelitian pada dasarnya adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan untuk
mencari jawaban dari pertanyaan yang ada atau untuk memecahkan masalah yang
9
10
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan. Untuk
dapat mengembangkan sebuah produk, langkah awal yang harus dipahami oleh
Karena dengan kita menganalisa kebutuhan tersebut, ini akan memberikan gambaran
kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat, peneliti akan dapat mengetahui produk apa
analisis kebutuhan kemudian dilanjutkan dengan pengembangan produk dan uji coba
kelompok, setiap uji kelompok selalu dilakukan revisi untuk melihat kekurangan dan
merinci dan menerapkan intervensi yang lengkap, tetapi untuk meningkatkan dan
menyesuaikan kebutuhan dan aspirasi yang inovatif. R&D menekankan produk yang
berguna atau bermanfaat dalam berbagai bentuk sebagai perluasan, tambahan, dan
pemanfaatannya menjadi ciri penentu yang sangat penting. Dalam hal ini yang akan
pukulan pada olahraga pencak silat untuk pemula usia 16-18 tahun. Berikut beberapa
model yang sering digunakan dalam penelitian dan pengembangkan sebuah model
latihan diantaranya:
approach model, we must emphasize that there is no single system approach model
pendekatan sistem (system approach models) yaitu sebuah sistem prosedural yang
bekerja dengan prinsip, suatu tahapan akan menerima masukan dari tahapan
suatu pembelajaran yang efektif. Model tersebut dilengkapi dengan tahap evaluasi
yang dapat membantu dalam menentukan apakah ada sesuatu yang salah dan
tersusun dari komponen-komponen utama dalam model-model yang lain. Desain dan
proses dalam model ini mengacu pada Instructional Systems Development (ISD).
instructional materials)
Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model Kemp, tetapi ditambah
memberikan kesempatan untuk menjelaskan ide-ide yang ia kuasai kepada orang lain.
menggunakan model DDD-E terdiri atas: 1). Decide atau menetapkan tujuan dan
materi program, 2) Design atau desain yaitu membuat struktur program, 3) Develop
pengembangan.
14
Model Hannafin & Peck terdiri dari tiga proses utama. Tahap pertama model
ini adalah tahap penilaian kebutuhan, dilanjutkan dengan tahap desain dan tahap
ketiga adalah pengembangan dan implementasi. Dalam model ini semua tahapan
melibatkan proses evaluasi dan revisi. Model desain Hannfin & Peck adalah model
yang sederhana, namun elegan. Ketiga fase terhubung kegiatan “evaluasi dan revisi”.
pengembangan.
ANALYZE
DESIGN
IMPLEMENT EVALUATE
DEVELOP
yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan
sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pembelajaran. Model
pengembangan pada setiap tahap. Hal ini berdampak positif terhadap kualitas produk
pengembangan. Dengan demikian, tahap kelima model ini, yakni tahap evaluasi
Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, seperti
Gambar 2.5
Langkah-Langkah Penggunaan Metode Research and Development (R & D),Bord
and Gall
17
Menurut Borg & Gall ada 10 tahap yang harus dilalui dalam R & D, tahap-
a)Analisis kebutuhan dan studi pustaka. Untuk melakukan analisis kebutuhan ada
c)Riset skala kecil: Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa
dijawab dengan mengacu pada reseach belajar atau teks professional. Oleh
penelitian.
dalam penelitian.
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: a)
melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; b) bersifat terbatas, baik
substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; c) uji lapangan awal dilakukan
metodologi.
bersifatperbaikan internal.
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi a)
lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun
metodologi.
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang
lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji
lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk yang kita kembangkan,
karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya dilaksanakan dengan adanya
kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah pretest dan post test. Selain
perbaikan yang bersifat internal, penyempurnaan produk ini di dasarkan pada evaluasi
melakukan uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; b) uji efektivitas dan
adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; c) hasil uji lapangan
20
adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi substansi maupun
metodologi.
Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang
dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat
(a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan,
c.Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang sangat
oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan sehingga
dikembangkan.
literatur keilmuan berdasarkan cabang olahraga. Kemampuan teknik dan taktik atlet
juga harus dievaluasi untuk melihat area kelemahan untuk dialamatkan pada model
latihan. Pada konsep pengembangan bentuk latihan ini peniliti ingin meningkatkan
keterampilan teknik tendangan pencak silat pada atlet lanjutan. Atlet lanjutan dalam
hal ini adalah atlet Porprov kabupaten Jembrana dengan teknik tendangan yang
yang berbeda-beda.
Dalam penelitian ini akan menggunakan model pengembangan Borg & Gall
dimana model pengembangan ini memandu peneliti tahap demi tahap secara detail
dan analisis tugas yang diuraikan Borg & Gall tersusun secara terperinci dan tujuan
khusus secara jelas, serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat
memberikan hasil sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini
22
adalah uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan rivisi
untuk membantu dalam mengembangkan model latihan yang lebih bermanfaat dan
variatif untuk diterapkan. Pelaksanaan penelitian akan dimulai dari tahap awal yaitu
potensi dan masalah, hingga pada tahap kesembilan yaitu revisi produk setelah uji
coba pemakaian. Adapun yang melatar belakangi pembatasan tahap peneltitian dan
pengembangan adalah terkait dengan faktor tenaga, biaya, serta waktu yang
menggunakan model pengembangan Borg dan Gall dimana model pengembangan ini
memandu peneliti tahap demi tahap secara detail, dan model ini juga memungkinkan
kelompok belajar menjadi aktif berinteraksi karena menetapkan strategi dan tipe
pembelajaran yang berbasis lingkungan. Analisis tugas yang diuraikan dalam model
Borg dan Gall tersusun secara terperinci dan tujuan pembelajaran khusus secara
hierarkis serta uji coba yang dilalui secara berulang-ulang dapat memberikan hasil
sistem yang dapat dihandalkan. Namun, kelemahan model ini adalah uji coba tidak
diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi baru dilaksanakan
Model pengembangan Borg and Gall terdiri dari 10 (sepuluh) tahapan, chart
berdasarkan langkah-langkah penelitian oleh Borg dan Gall, the major steps in the R
c) Penggunaan unsur-unsur yang dilibatkan, ada yang sederhana dan ada yang
dihubungkan oleh suatu sistem umpan balik yang terpadu dalam model bersangkutan
dikembangkan.
C. Kerangka Teoretik
Istilah latihan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yang dapat mengandung
beberapa makna seperti: practice, exercises, dan training. Dalam istilah bahasa Indonesia kata-
kata tersebut semuanya mempunyai arti yang sama yaitu latihan. Namun, dalam bahasa
Inggris kenyataannya setiap kata tersebut memiliki maksud yang berbeda-beda. Dari
Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk
peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya. Sedangkan menurut
pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga dapat
dari kata exercises adalah perangkat utama dalam proses latihan harian untuk
olahragawan dalam penyempurnaan geraknya. Pengertian latihan yang berasal dari kata
25
berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai
dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. potensi yang lebih besar untuk
merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang,
konklusi bahwa latihan olahraga pada hakekatnya adalah: proses sistematis untuk
Kusnadi dan Enur Nurdin menyimpulkan bahwa suatu aktivitas dapat dikatakan latihan
relatif lama, 3) Dilakukan berulang-ulang dan 4) Adanya penambahan beban latihan yang
progresif (over load). Menurut James Tangkudung latihan merupakan proses yang berulang
dan meningkat guna meningkatkan potensi dalam rangka mencapai prestasi yang maksimal.
menggunakan metode, dan aturan pelaksanaan dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip
pendidikan yang terencana dan teratur, sehingga tujuan latihan dapat tercapai tepat pada
waktunya.
Latihan yang baik adalah latihan yang dirancang secara sistematis dengan mengikuti
dibinanya. Guna mencapai tujuan latihan tersebut diperlukan teori latihan yang didukung
berbagai ilmu antara lain: filsafah, psikologi, psikologi olahraga, biomekanika, sejarah, gizi
melatih. Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari kata practice, exercises,
maupun training, adalah adanya beban latihan. Oleh karena diperlukannya beban latihan
selama proses berlatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai
dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama. Khusus latihan yang
dilakukan dengan cara latihan dan pembebanan. Selanjutnya yang menjadi sasaran utama
dari latihan fisik adalah untuk meningkatkan kualitas kebugaran energi (energy fitness) dan
aerobik dan anaerobik baik yang alaktik maupun yang laktik. Untuk kebugaran otot
Beban latihan merupakan rangsang motorik (gerak) yang dapat diatur dan dikontrol
peralatan tubuh. Ada dua macam beban latihan, yaitu beban luar dan beban dalam. Beban luar
adalah rangsang motorik yang dapat diatur dan dikontrol oleh pelatih maupun olahragawan
(intensitas, volume, recovery, dan interval). Sedangkan yang dimaksud dengan beban dalam
adalah perubahan fungsional yang terjadi pada peralatan tubuh sebagai akibat dari
27
pengaruh beban luar. Perubahan fungsi peralatan tubuh yang dikarenakan pengaruh beban
luar, antara lain meliputi: (a) perubahan morfologis (struktural) dari luas penampang
28
lintang otot, (b) perubahan faal dan biokimia, yakni sistem paru dan sirkulasi darah sehingga
proses metabolisme menjadi lebih baik, serta kapasitas vital lebih besar, dan (c) perubahan
pada waktu yang ditentukan selama masa kompetisi utama; 2) mempersiapkan atlet pada level
psikologis, dan mengatur tingkat kelelahan. Sasaran latihan secara umum adalah untuk
Rumusan tujuan dan sasaran latihan dapat bersifat untuk yang jangka panjang maupun yang
jangka pendek. Untuk yang jangka panjang merupakan sasaran dan tujuan yang akan
datang dalam satu tahun di depan atau lebih. Sasaran ini umumnya merupakan proses
pembinaan jangka panjang untuk olahragawan yang masih yunior. Tujuan utamanya adalah
untuk pengayaan keterampilan berbagai gerak dasar dan dasar gerak serta dasar-dasar
Sedangkan tujuan dan sasaran jangka pendek waktu persiapan yang dilakukan
kurang dari satu tahun. Sasaran dan tujuan utamanya langsung diarahkan pada peningkatan
Biasanya dalam waktu interval 3 sampai 4 minggu latihan, selalu dilakukan pemantauan
pencapaian hasil latihan. Dengan demikian setiap sesi latihan harus mempunyai sasaran dan
tujuan yang nyata dan terukur. Hal itu dimaksudkan bagi olahragawan agar selalu
termotivasi untuk lebih giat dalam berlatih. Sedangkan bagi pelatih proses pemantauan
29
sebagai sarana umpan balik (feed back) dari proses latihan, apakah program yang sudah
disusun dan dilaksanakan berjalan efektif atau tidak, sehingga bila terjadi penyimpangan
Adapun sasaran dan tujuan latihan secara garis besar, antara lain untuk (a)
meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh, (b) mengembangkan dan
meningkatkan potensi fisik yang khusus. (c) menambah dan menyempurnakan keterampilan teknik, (d)
Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, taktik dan pola bermain, dan (e)
prinsip latihan. Dengan memahami dan mengaplikasikan beberapa prinsip latihan, maka
proses latihan akan mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Berikut ini
beberapa prinsip-prinsip yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan
latihan tercapai dalam satu kali tatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual,
adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan
Setiap bentuk latihan yang dilakukan oleh olahragawan memiliki tujuan yang
khusus. Oleh karena setiap bentuk rangsang akan direspons secara khusus pula oleh
olahragawan, sehingga materi latihan harus dipilih sesuai dengan kebutuhan cabang
olahraganya. Untuk itu, sebagai pertimbangan dalam menerapkan prinsip spesifikasi, antara
lain ditentukan oleh: (a) spesifikasi kebutuhan energi, (b) spesifikasi bentuk dan metode
latihan, (c) spesifikasi ciri gerak dan kelompok otot yang digunakan, dan (d) waktu
periodisasi latihannya. Penerapan prinsif spesialisasi ini harus disesuaikan dengan umur
atlet untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Prinsip spesifikasi tidak berarti
bahwa dalam latihan menghindari pembebanan pada otot yang berlawanan. Artinya, tujuan
30
latihan hanya melatih otot yang digunakan dalam melakukan gerak saja, tetapi otot
antagonisnya atau yang berdekatan pun juga harus dilatihkan. Hal itu bertujuan untuk
aktivitas kerja berlangsung. Sebab ketidak seimbangan tersebut dapat mengakibatkan cidera
pada otot itu sendiri. Melatih otot yang berdekatan dan yang antagonis akan membantu bila
otot penggerak utama mengalami kelelahan. Terutama pada cabang olahraga yang dominan
Selain prinsip spesifikasi, program latihan yang baik harus disusun secara variant
secara psikologis. Untuk itu program latihan perlu disusun lebih variatif agar tetap
Dalam membuat program latihan yang sangat perlu disiapkan: (1) jadwal kompetisi yang
pasti; (2) event lainnya yang mendukung; dan (3) kondisi awal atlet. Dalam program latihan
terdapat dua macam beban latihan (loading) yang harus diketahui, yakni beban luar (outer
load) dan beban dalam (inner load). Beban luar menyangkut masalah: volume, intensitas,
frekuensi, pulih asal, serta ritme dan durasi. Sedang beban dalam berkaitan dengan efek
antara (1) kerja dan istirahat, (2) model dan metode latihan, dan (3) latihan berat dan ringan.
Selain itu dari yang mudah ke sulit, dan dari kuantitas ke kualitas. Proses adaptasi akan
terjadi dengan baik bila aktivitas latihan (kerja) diimbangi oleh waktu istirahat, intensitas
yang berat diimbangi dengan rendah. Cara lain untuk memvariasikan latihan dapat dengan
mengubah bentuk, tempat, sarana dan prasarana latihan, atau teman berlatih. Meskipun
unsur-unsur tersebut di atas dapat diubah, tetapi tujuan utama latihan tentu tidak boleh
31
berubah. Oleh karena variasi latihan lebih menekankan pada pemeliharaan keadaan secara
tertentu. Menurut A.M Bandi Utama, Tomoliyus, dan Sridadi (2005: 5) permainan
peralatannya serta raket dan bola sebagai alatnya. Permainan ini diawali dengan
pukulan pembuka (service), yaitu bola dipantulkan di meja sendiri lalu melewati
atas net dan memantul di meja lawan, kemudian bola tersebut dipukul melalui net
harus memantul ke meja lawan sampai lawan tidak dapat mengembalikan dengan
baik. Pemain berusaha untuk mematikan pukulan lawan agar memperoleh angka
dari pukulannya. Permainan tenis meja dapat dimainkan baik orang tua, remaja
maupun anak- anak. Sarana seperti raket, bola, net dan meja sebagai tempat
dibatasi oleh jaring (net) yang menggunakan bola kecil yang terbuat dari
suatu jenis olah raga yang dimainkan di atas meja di mana bola dibolak-
32
dimainkan dengan ide menghidupkan bola selama mungkin dan boleh juga
meja, bola, dan bet sebagai peralatannya. Permainan diawali dengan servis
lawan.
Untuk melakukan olahraga tenis meja ada beberapa alat yang harus
disiapkan, yaitu meja beserta net, bola, dan bet. Adapun penjelasan tentang
1) Meja
Meja yang digunakan untuk bermain tenis meja mempunyai ukuran dan
a) Meja dibuat dari kayu dengan cat warna gelap biasanya hijau tua.
Net atau jaring untuk tenis meja mempunyai ketentuan sebagai berikut
a) Perangkat net terdiri atas net dan tiang penyangga atau penjepit.
2) Bola
Salah satu peralatan yang penting dalam tenis meja adalah bola.
Bola untuk tenis meja memiliki ketentuan sebagai berikut (Sutarmin, 2007:6):
5). Ciri bola yang berkualitas adalah tanda bintang pada bola.
34
b. Bet
Raket atau bet yang digunakan untuk bermain tenis meja mempunyai
a) bet dibuat dari kayu alami yang dapat dilapisi dengan bahan
Teknik memukul bola adalah cara tertentu untuk memukul bola agar
melewati net. Dalam bermain tenis meja terdapat beberapa teknik pukulan,
antara lain:
1. Service
tangan yang tidak memegang bet. Bola harus terletak disitu tanpa
dilingkari tapak tangan atau dijepit jari-jari (semua jari, kecuali ibu jari
tersebut ke meja server, kemudian harus melewati atas net dan akhirnya
1992:56).”
a. Drive
mudah dikuasai.
dari bawah serong keatas dan sikap bet tertutup. Besarnya sudut yang
jatuhnya bola, kecepatan datangnya bola, putaran bola yang datang dari
lawan dan tujuan dari driver itu sendiri (Achmad Damiri & Nurlan
bahwa drive merupakan salah satu teknik pukulan dalam permainan tenis
diayun dari bawah serong ke atas dan sikap bet tertutup sehingga akan
b. Push
stroke ini dapat mengontrol bola dan mengembangkan ritme koordinasi dan
pukulan yang sedikit sekali spinnya. Stroke ini merupakan stroke yang aman
Kertamanah, 2003:30):
pada pukulan push sangat sedikit atau bahkan hampir tidak ada
pukulan push ini adalah bola polos, yang tidak ada putaran
c. Block
topspin.
d. Chop
di dekat net.
1. Jasmani
gerak akrobatik.
3. Sosial
b) Lebih bebas.
4. Perkembangan Motorik
tugas.
D. Rancangan Model
masalah data
Uji coba
Revisi produk Uji coba produk
pemakaian
Revisi desain
Produksi Masal
dikembangkan, R&D dapat berangkat dari potensi dan masalah yang ada di
sekitar. Penentuan potensi masalah dalam model latihan tendangan pencak silat
dan atlet, maka dapat disimpulkan latihan service forhand tenis meja yang
dilakukan masih masih monoton dan belum terciptanya suasana latihan yang
aman, nyaman dan menyenangkan pada latihan service forhand tenis meja . Maka
2) Pengumpulan Data
mengkaji berbagai literatur atau kajian pustaka yang berhubungan tentang konsep-
konsep model yang akan dikembangkan sesuai dengan produk akan dibuat serta
mengacu kepada analisis kebutuhan, telaah pakar dan uji coba lapangan.
3) Desain Produk
berupa rancangan kerja baru, atau produk baru. Dalam tahap ini peneliti membuat
45
produk awal atau rancangan kerja baru berupa rangkaian model-model latihan
service forhand tenis meja. Dalam proses pembuatan model latihan yang
dikembangkan, peneliti dapat melakukan konsultasi dengan para ahli agar dapat
4) Validasi Desain
Validasi desain adalah proses untuk menilai apakah rancangan kerja baru
atau produk baru secara rasional lebih baik dan efektif dibandingkan dengan yang
lama, dengan cara meminta penilaian dari ahli yang berpengalaman. Dalam tahap
ini peneliti melakukan uji coba model yang telah dibuat. Pengumpulan hasil data
dari uji coba model di lapangan menjadi pertimbangan bagi peneliti dan para ahli
5) Revisi Desain
melakukan uji coba model di lapangan dan di dapatkan data dari uji coba, peneliti
melakukan konsultasi kembali kepada para ahli. Proses ini brerguna untuk
melakukan perbaikan.
Pada tahap ini merupakan uji coba utama produk yang telah di hasilkan
dan sudah mendapat validasi ahli. Penilaian tentang hasil latihan tendangan
pencak silat dilakukan sebelum dan sesudah proses latihan dengan menggunakan
7) Revisi Produk
46
Tahap ini adalah tahap melakukan revisi kembali terhadap produk yang
telah di uji cobakan. Revisi produk dapat berdasarkan pendapat dari para ahli serta
Setelah melalui beberapa tahapan, termasuk uji coba dan revisi produk.
Peneliti dapat melakukan uji coba kembali untuk lebih mempersiapkan produk
9) Revisi Produk
tendangan pencak silat berdasarkan saran dari para ahli dan data pada saat uji coba
produk.
atau jurnal ilmiah. Peneliti dapat juga bekerja sama dengan penerbit untuk
sosialisasi produk.
kualitas).
6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
sistematis untuk memperoleh ilmu sedangkan metode adalah prosedur atau cara
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah atau metode ilmiah berarti
kegiatan penelitian didasarkan pada ciri – ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris
dan sistematis.
A. Model Pengembangan
Sukmadinata (2009: 164), penelitian R&D adalah suatu proses atau langkah-
tendangan dan pukulan dalam pencaksilat dengan menggunakan karet ban yang
B. Prosedur Pengembangan
22
49
4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing), yaitu melakukan ujicoba
5. Merevisi hasil uji coba (main product revision), yaitu memperbaiki atau
6. Uji coba lapangan (main filed testing), yaitu melakukan uji coba dalam skala
8. Uji pelaksanaan lapangan (operational field testing), yaitu langkah uji validasi
pengembangan diikuti dengan benar, maka akan dapat menghasilkan suatu produk
bukanlah hal baku yang harus diikuti, langkah yang diambil bisa disesuaikan
1. Keterbatasan Waktu
dengan sepuluh tahapan diperlukan waktu dan proses yang relatif lama dan
panjang. Oleh karena itu, melalui penyederhanaan menjadi delapan tahapan ini,
diharapkan penelitian pengembangan ini bisa selesai dengan waktu yang relatif
2. Keterbatasan Biaya
memerlukan biaya yang relatif besar. Oleh karena itu, melalui penyederhanaan
menjadi delapan tahapan ini, diharapkan pengembangan ini bisa selesai dengan
3. Kesamaan Tahapan
beberapa tahapan yang memiliki kesamaan maksud dan tujuan. Tahapan tersebut
pengembangan pada uji coba lapangan awal (preliminary field testing), uji coba
lapangan (main filed testing) dan Uji pelaksanaan lapangan (operational field
testing). Dengan adanya beberapa kesamaan pada tahapan uji coba, peneliti
mencoba menyederhanakan menjadi satu tahap saja pada proses uji coba.
berikut:
Produk
yang Uji Coba Valisadi Revisi
dihasilkan Produk Produk II Produk
produk. Analisis yang dilakukan adalah melakukan studi lapangan dan studi
pustaka. Studi lapangan yang dilakukan adalah dengan observasi aktivitas latihan
52
model latihan, hal ini dilakukan agar produk yang dikembangkan sesuai
kebutuhan yang ada di lapangan. Studi pustaka yang dilakukan adalah dengan
2. Perencanaan
pengembangan model latihan dengan menggunakan karet ban yang diikat dikaki
dan ditangan, rencana dalam pengembangan modifikasi model latihan ini adalah
sebagai berikut :