Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani dan kesehatan adalah suatu bagian dalam pendidikan

keseluruhan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk

pertumbuhan dan perkembangan jasmaniah, mental, sosial, dan emosional. Sesuai

yang dikemukakan oleh Rusli Lutan (2000: 15) bahwa melalui aktivitas jasmani anak

diarahkan untuk belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang menyangkut

aspek fisik, intelaktual, emosional, sosial dan moral.

Ada tiga kegiatan proses pembelajaran di sekolah, yaitu: intrakurikuler,

ekstrakurikuler, dan ko-kurikuler. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang

dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di

luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan

pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi

(Moh.Uzer Usman, 1993: 22). Selanjutnya menurut Subagio (2012:23)

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap

muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah untuk lebih memperkaya

dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki siswa.

Menurut Dahliyana (2017:55) ekstrakulikuler juga salah satu kegiatan yang

memegang peranan penting dalam kehidupan sehari–hari. Ungkapan tersebut menjadi

pernyataan tegas bahwa sesungguhnya dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah

harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang bernilai karakter. Salah satu

1
2

strategi pengembangan karakter peserta didik di sekolah dapat dilakukan dengan

kegiatan esktrakurikuler.

Bedasarkan kutipan di atas Ekstrakurikuler adalah salah satu kegiatan atau

aktivitas tambahan yang dilakukan di luar jam pelajaran, baik di sekolah maupun di

luar sekolah dengan tujuan mendapatkan tambahan pengetahuan, keterampilan serta

wawasan dan juga membantu membentuk karakter siswa sesuai dengan minat dan

bakatnya masing-masing.

Sekolah SMP Negeri 13 Lubuklinggau merupakan salah satu sekolah yang

memberikan latihan ekstrakurikuler, adapun ekstrakurikuler yang ditawarkan di SMP

Negeri 13 Lubuklinggau antara lain: pramuka, bolavoli, bolabasket, bulutangkis, dan

sepakbola. Dari sekian banyak ekstrakurikuler yang ditawarkan, pokok yang akan

menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah mengenai latihan ekstrakurikuler

bulutangkis.

Bulutangkis atau badminton adalah suatu olahraga bola kecil yang dimainkan

dengan menggunakan raket untuk memukul shuttlecock di lapangan permainan

dibatasi oleh net. Bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang

dimainkan oleh dua orang (untuk tunggal) atau dua pasangan (untuk ganda) yang

saling berlawanan. Bulutangkis bertujuan memukul bola atau shuttlecock melewati

jaring (net) agar jatuh di bidang permainan lawan yang sudah ditentukan dan

berusaha mencegah lawan melakukan hal yang sama.

Dalam permainan bulu tangkis sangat membutuhkan keterampilan untuk

menguasai teknik dasar permainannya seperti cara memegang raket, gerakan kaki

(footwork) dan teknik dasar pukulan. Menurut Sapta Kunta Purnama (2010: 15).
3

Menurut Suharno (1982:18) teknik adalah suatu proses gerakan dan

pembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang

pasti dalam cabang olahraga. Dalam permainan bulutangkis teknik dasar harus

dipelajari lebih dahulu guna mengembangkan mutu permainan,bulutangkis dimainkan

oleh Ganda ataupun ada juga perorangan. Macam-macam teknik dasar pukulan dalam

permainan bulutangkis adalah servis panjang, servis pendek, servis backhand, lob,

smash, drop shot, chop, drive dan netting. Untuk dapat menguasai teknik dasar

tersebut perlu kaidah-kaidah yang harus dilaksanakan dalam latihan sehingga

menguasai tingkat keterampilan yang baik.

Teknik dasar pukulan merupakan jantung dalam permainan bulutangkis karena

tujuan permainan bulu tangkis adalah memukul cock dengan raket dengan teknik

tertentu dan berusaha menjatuh kan cock di daerah permainan lawan dan berusaha

agar lawan tidak menjatuhkan kok di daerah permainan sendiri.

SMP Negeri 13 Lubuklinggau memiliki sarana dan prasarana yang cukup

memadai, misalnya lapangan yang digunakan masih cukup bagus dan merupakan

lapangan indoor. Kegiatan ekstrakurikuler bulutangkis di SMP Negeri 13

Lubuklinggau lebih banyak dilakukan melalui latihan dalam bentuk permainan

dengan pemberian teknik dasar, Ekstakulikuler olahraga bulutangkis ini diampu oleh

1 pelatih yaitu bapak Sugiono S.Pd.

Dalam proses latihannya siswa harus mengikuti latihan 2 kali dalam seminggu

yaitu pada hari jumat dan minggu pukul 15:00-16:30, idealnya pelatih mengetahui

tingkat keterampilan siswanya sebagai landasan dalam menyusun program latihan

yang akan diterapkan. Akan tetapi, berdasarkan hasil wawancara dengan bapak
4

Sugiono S.Pd informasi yang di dapat bahwa pelatih belum mempunyai data

kemampuan teknik dasar peserta. Padahal data kemampuan teknik dasar peserta

bulutangkis di SMP Negeri 13 sangat penting bagi pelatih untuk menyusun program

latihan yang sesuai dengan kemampuan pemain.

Berdasarkan penjabaran diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dengan judul: “Analisis Teknik Dasar Peserta Ekstrakurikuler Bulutangkis SMP

Negeri 13 Lubuklinggau”.

B. Fokus Dan Subfokus Penelitian

Agar tidak terjadi penyimpangan karena luasnya fokus dan subfokus

penelitian yang akan diteliti dan keterbatasan peneliti dari segi tenaga, kemampuan,

waktu maupun biaya, maka peneliti perlu menetapkan pembatasan masalah yaitu:

1. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 13 Kota Lubuklinggau.

2. Indikator yang diteliti dalam penelitian ini yaitu menganalisis meliputi

membedakan, menghubungkan, merencanakan dan menghasilkan.

3. Materi yang wajib dalam pokok bahasan ini teknik dasar Bulutangkis.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar masalah, fokus dan subfokus masalah yang telah diuraikan di

atas, maka dapat dikemukakan masalah umum penelitian ini sebagai berikut yaitu :

1. Bagaimana Teknik Dasar Bulutangkis di SMP Negeri 13 kota Lubuklinggau ?

2. Berdasarkan permasalahan umum di atas maka permasalah khusus pada

penelitian ini teknik dasar bulutangkis diantaranya:

a. Bagaimana teknik dasar servis backhand ?

b. Bagaimana teknik dasar pukulan smash ?


5

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah diatas maka tujuan penelitian adalah:

1. Tujuan penelitian umum

Untuk mengetahui teknik dasar bulutangkis di SMP Negeri 13 kota

Lubuklinggau.

2. Tujuan penelitian khusus

a. Untuk mengetahui teknik dasar servis backhand

b. Untuk mengetahui teknik dasar pukulan smash

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari skripsi ini sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan pengetahuan sehingga dapat meningkatkan hasil

latihan siswa.

b. Memperluas wawasan bagi pelatih tentang strategi pembelajaran yang

memudahkan pelatih menemukan gejala kesulitan dalam proses latihan siswa

dan sebagai umpan balik dari pelatih,

2. Secara Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat mengetahui tingkat keterampilan teknik dasar bulutangkis masing-

masing individu sebagai siswa dalam berlatih.


6

b. Bagi Pelatih

Dapat menjadi pertimbangan dalam penggunaan metode kepelatihan, serta

menjadi bahan evaluasi selama melatih.

c. Bagi Sekolah

Dapat dijadikan pedoman dalam memberikan pembelajaran untuk membina

permainan bulutangkis guna mencari bibit pemain yang baik.

d. Bagi Peneliti

dapat dijadikan sebagai masukan dan referensi untuk menambah kajian

teoritik, serta menambah wawasan dan keterampilan peneliti tentang Analisis

teknik dasar Siswa dalam mempraktikan teknik dasar permainan bulutangkis

dengan ekstrakurikuler disekolah tanpa menganggu jam belajar.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Konseptual

1. Hakikat Bulutangkis

a. Pengertian Bulutangkis

Bulutangkis merupakan olahraga yang cukup tua usianya, mengingat

olahraga bulutangkis setiap individu memiliki ketangkasan untuk memainkan

olahraga ini. Olahraga bulutangkis kini banyak di gemari oleh sebagian besar

masyarakat dan kini banyak masyarakat yang menganal olahraga tersebut.

Perkembangan zaman berubah menjadi modern seperti sekarang ini olahraga

bulutangkis bukan lagi hanya sebagai olahraga individual melainkan udah

menjadi bagian dari tujuan pendidikan yaitu dalam pendidikan jasmani.

Bulutangkis berkembang dari dimensi masa lalu, masa kini, dan akan terus

berkembang sebagai sebuah fenomena olahraga yang telah berhasil menarik

perhatian masyarakat untuk berbagai tujuan atau kepentingan, mungkin untuk

tujuan dan kepentingan peningkatan kebugaran, pemenuhan kebutuhan rekreasi,

peningkatan presatasi sekaligus pemenuhan kebutuahan ekonomi da lain-

lainnya.

Mengenai pengertian bulutangkis. Subarjah (2011:1) berpendapat bahwa

Suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan satu orang atau dua

orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan shuttle sebagai alat

permainan, bersifat perseorangan yang dimainkan pada lapangan tertutup

7
8

maupun lapangan terbuka dengan berupa lapangan yang datar terbuat dari

beton, kayu, karpet ditandai garis sebagai batas lapangan dan dibatasi net pada

tengah lapangan permainan. Sedangkan menurut Somantri dan Sudjana

(2009:72) “bulutangkis atau badminton merupakan salah satu olahraga dengan

menggunakan raket yang dimainkan oleh dua orang apabila bermain secara

perorangan (single), serta empat orang atau dua pasangan apabila bermain

secara ganda yang saling berlawanan”.

Sedangkan menurut Brein (2014) “bulutangkis atau badminton merupakan

cabang olahraga yang termasuk kedalam olahraga permainan dan bisa

dimainkan di dalam ruangan maupun diluar ruangan diatas lapangan yang

dibatasi oleh garis-garis yang panjang dan lebar,lapangan tersebut dibagi dua

yang sama besar dan dibatasi oleh net.

b. Teknik Dasar Bulutangkis

Menurut Suharno (1982:18) teknik adalah suatu proses gerakan

danpembuktian dalam praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan

tugas yang pasti dalam cabang olahraga. Dalam permainan bulutangkis teknik

dasar harus dipelajari lebih dahulu guna mengembangkan

mutupermainan,bulutangkis dimainkan oleh Gandaataupun ada juga

perorangan. Mengingat permainan bulutangkis ada yang ganda, maka

kerjasama antar pemain mutlak diperlukan sifat toleransi antar kawan serta

saling percaya dan saling mengisi kekurangan dalam regu. Permainan

bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat

dilakukan dengan cara melakukan satu orang melawan satu orang atau dua
9

orang melawan dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat

pemukul dan shuttlecock sebagai objek pukul, lapangan permainan berbentuk

segi empat dan dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan

sendiri dan daerah permainan lawan. Tujuan permainan bulutangkis adalah

berusaha untuk menjatuhkan shuttlecock di daerah permainan lawan dan

berusaha agar lawan tidak dapat memukul shuttlecock dan menjatuhkan

didaerah permainan sendiri. Pada saat permainan berlangsung masing-masing

pemain harus berusaha agar shuttlecock tidak menyentuh lantai di daerah

permainan sendiri. Apabila shuttlecock jatuh di lantai atau menyangkut di net

maka permainan berhenti (Herman Subardjah,2000:13).

Berkaitan dengan teknik dasar yang menjadi item dalam instrumen

penelitian, adalah semuanya merupakan teknik dasar bulutangkis, sebagai

berikut:

1) Sikap Dan Posisi

Sikap dalam posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa sehingga

dengan sikap yang baik dan sempurna itu, dapat secara cepat bergerak ke

segala penjuru lapangan permainan (Subarjah, 2001:38)”. Sikap dan posisi

berdiri di lapangan harus dapat dilakukan oleh seorang pemain, karena

dengan posisi yang baik pemain dapat bergerak dengan cepat mengantisipasi

pengembalian datangnya cock dari pemain lawan. Sikap dan langkah kaki

yang benar dalam permainan bulutangkis sangat penting untuk dikuasai

secara baik oleh setiap permainan. Ini sebagai syarat untuk meningkatkan
10

kualitas keterampilan memukul shuttlecock. Beberapa hal yang harus

diperhatikan antara lain:

a) Berdirilah dengan sikap dan posisi yang tepat di atas lapangan.

b) Lakukan gerak langkah ke depan, ke belakang, ke kanan, dan ke kiri

pada saat memukul shuttlecock, sambil tetap memperhatikan

keseimbangan tubuh.

c) Gerakkan langkah sambil meluncur cepat sehingga upaya untuk

memukul shuttlecock bisa efektif.

d) Hindari berdiri dengan telapak kaki di lantai (bertapak) pada saat

menunggu datangnya shuttlecock atau pada saat bergerak untuk

memukul shuttlecock.

2) Servis

Dalam aturan permainan bulu tangkis, servis merupakan modal awal

untuk bisa memenangkan pertandingan. Dengan kata lain, seorang pemain

tidak bisa mendapatkan angka apabila tidak bisa melakukan servis dengan

baik. Namun, banyak pelatih, juga pemain tidak memberikan perhatian

khusus untuk melatih dan menguasai teknik dasar ini. Oleh karena itu, sikap

tersebut merupakan kekeliruan besar.Diketahui bahwa angka/poin dalam

permainan bulu tangkis tidak akan tercipta, apabila pemain tidak mahir

melakukan service dengan benar (Subarjah,2001:39)”.

Service merupakan salah satu keterampilan dasar untuk memulai suatu

permainan. Dengan service yang sempurna, seorang pemain akan dapat

menambah pengumpulan poin atau nilai dalam memenangkan suatu


11

pertandingan. Untuk jelasnya service dapat dilihat pada gambar di halaman

berikuti :

Gambar 1. Gerakan Servis Bulutangkis


(Sumber : Subarjah, 2001:39)

3) Servis Backhand

Servis backhand pada umumnya arah dan jatuhnya shuttlecock sedekat

mungkin dengan garis serang pemain dan cock sedapat mungkin melayang

relatif dekat diatas jaring atau net(Syahri, 2007: 36).

Cara melakukan servis backhand :

a) Fase Persiapan

(1) Grip handshake atau pistol.

(2) Posisi berdiri kaki kanan di depan kaki kiri dengan ujung kaki

kanan mengarah ke sasaran dan kedua kaki terbuka selebar

pinggul.

(3) Shuttlecock dipegang setinggi pinggang.


12

(4) Tumpuan berat badan pada kedua kaki.

b) Fase Pelaksanaan

(1) Pindahkan berat badan pada bagian depan telapak kaki atau

ujung jari-jari kaki.

(2) Gunakan sedikit gerakan pergelangan tangan atau tidak sama

sekali.

(3) Ayunkan raket relatif pendek, sehingga cock hanya didorong

dengan bantuan peralihan berat badan dari belakang ke kaki

didepan.

(4) Shuttlecock bergerak rendah diatas net.

c) Fase Follow-thought

(1) Akhiri gerakan raket dengan raket mengarah ke atas dalam

garis lurus dengan gerakan shuttlecock.

(2) Silangkan raket di atas bagian depan bahu tangan yang

memegang raket.

(3) Putar pinggul dan bahu kiri dengan diakhiri gerakan kedua

tangan di atas.

Gambar 2. Gerakan Ayunan Raket Pada Pukulan backhand


(Sumber : Alfiansyah, 2013:1)
13

4) Pukulan Smash

Smash menurut Syahri (2007: 43) yaitu pukulan overhead (atas) yang

diarahkan kebawah dan dilakukan dengan tenaga penuh. Pukulan smash ini

identik dengan pukulan menyerang karena tujuan utama dari pukulan ini

adalah untuk mematikan lawan. Pukulan smash adalah bentuk pukulan yang

keras, karakteristik dari pukulan ini adalah keras, laju jalannya shuttlecock

cepat menuju lantai lapangan lawan, seehingga pukulan ini membutuhkan

aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan

tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.

Cara melakukan pukulan smash :


a) Sentuh shuttlecock pada saat shuttlecock berada di muka tubuh, dan
lakukan dengan lengan terlentang.
b) Pada saat persentuhan, pergelangan tangan dan lengan bawah harus
berputar dengan sangat cepat.
c) Pada saat persentuhan, bidang raket berada dalam posisi datar agak
menunjuk ke bawah.
d) Pukullah shuttlecock dengan keras.
e) Sudut jatuh yang tajam lebih penting dari kecepatan luncur shuttlecock

Gambar 3. Gerakan Ayunan Raket Pada Pukulan Smash


( Sumber : Alfiansyah, 2013:5)
14

2. Pengertian Analisis

Analisis merupakan kemampuan seseorang dalam menguraikan atau

menyelesaikan suatu bahan kedalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta

hubungan antar bagian dari bahan yang telah dipelajari (Susetyo, 2015:20).

Menurut Sulaiman (2010:96) Analisis merupakan penyelidikan terhadap suatu

peristiwa (perbuatan, karangan, dan sebagainya) untuk memperoleh fakta yang

tepat dan akurat (asal usul, sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Alif (2011:86) analisis adalah sebuah proses pemecahan

masalah kedalam bagian-bagiannya kedalam metode yang konsisten untuk

mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya.

Menurut Spradley (Sugiyono,2015:335) mengatakan bahwa analisis

adalah sebuah kegiatan untuk mencari suatu pola selain itu analisis merupakan

cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu

untuk menentukanbagian, hubungan antar bagian dan hubungannya dengan

keseluruhan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: “Analisis adalah penguraian

suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelahaan bagian itu sendiri,serta

hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman

arti keseluruhan.” Melakukan sebuah analisis merupakan pekerjaan yang sangat

sulit, memerlukan kerja keras. Tidak ada cara tertentuyang dapat diikuti untuk

mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang

dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Analisis dapat juga didefinisikan

sebagai penguraian suatu pokok secara sistematis dalam menentukan bagian,


15

hubungan antar bagian serta hubungannya secara menyeluruh untuk memperoleh

pengertian dan pemahaman yang tepat.

3. Ekstrakurikuler

Menurut Novan Ardy Wiyani (2013:108) kegiatan ekstrakurikuler

diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang di lakukan diluar jam pelajaran tatap

muka. Kegiatan tersebut dilakukan di dalam maupun luar lingkungan sekolah

untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan

menginternalisasi nilai-nilai, aturan agama dan norma-norma sosial. Selanjutnya

Abdul Rachmad (Jati,2015:20) kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan

pembelajaran yang diselenggarakan di luar jam pelajaran yang disesuaikan

dengan kebutuhan pengetahuan, pengembangan, bimbingan dan pembiasaan

siswa agar memiliki pengetahuan dasar penunjang. Berdasarkan beberapa

pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan tambahan yang dilakukan di luar jam pembelajaran yang dilaksanakan

di lingkungan sekolah dan dibawah bimbingan pengawasan pihak sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler di orientasikan untuk memperluas dan memperkaya

wawasan serta kemampuan siswa sebagai bentuk pengembangan dari salah satu

bidang yang diminati, seperti olahraga, kesenian dan lain sebagainya.

4. Profil Ekstrakulikuler Bulutangkis di SMP Negeri 13 Lubuklinggau

SMP Negeri 13 Lubuklinggau adalah salah satu sekolah menengah

pertama. SMP Negeri 13 Lubuk linggau berada di wilayah Kecamatan

Lubuklinggau Selatan 1dan beralamat Perumnas Rahma, adapun ekstrakurikuler

olahraga yang ada antara lain sepakbola, bola voli, dan Bulutangkis. Sejauh ini
16

ekstrakurikuler pencak silat SMP Negeri 13 Lubuklinggau belum menorehkan

banyak prestasi. Data observasi menunjukkan bahwa presetasi yang pernah diraih

adalah beberapa kali menjadi juara 3 pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah yang

tidak disebutkan tahunnya. Ekstrakurikuler Bulutangkis di SMP Negeri 13

Lubuklinggau ditangani oleh satu orang pelatih laki-laki yang bernama bapak

Sugiono S.Pd.

B. Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian Agung Prasetyo (2011) dengan judul “Tingkat kemampuan pukulan

forehand dalam permainan bulutangkis siswa peserta ekstrakurikuler SMP N 2

Sleman. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif menggunakan teknik tes

dan pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan

pukulan forehand peserta ekstrakurikuler SMP N 2 Sleman dengan kategori

sangat tinggi 25%, kategori tinggi 35,71, dan kategori rendah 39,29%.

Berdasarkan hasil tersebut bahwa tingkat kemampuan pukulan forehand peserta

ekstrakurikuler SMP N 2 Sleman masuk dalam kategori rendah.

2. Dwiaz Destiyana Purba (2010) dengan judul “Tingkat Kemapuan Pukulan Servis

Pendek dan Servis Panjang Bulutangkis Pada Siswa SMP Karangmoncol

Purbalingga.” Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan adalah penelitian

ini menggunakan penelitian deskriptif, dengan mengambil sebagian SMP

Karangmoncol Purbalingga Karangmoncol Purbalingga yang berjumlah 32 anak

sebagai responden. Data-data penelitian yang telah terkumpul kemudian

dianalisis dengan teknik statistik deskriptif dalam bentuk persentase. Hasil


17

penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan servis pendek SMP

Karangmoncol Purbalingga dengan kategori sangat rendah 35,38%, kategori

rendah 46,87%, kategori tinggi 18,75% dan kategori sangat tinggi tidak ada.

Sedangkan tingkat kemampuan pukulan servis panjang siswa SMP

Karangmoncol Purbalingga dengan kategori sangat rendah 28,13%, kategori

rendah 46,87%, kategori tinggi 25% dan kategori sangat tinggi tidak ada.

3. Riza Irwansyah (2012) yang berjudul ”Pengaruh latihan Plyometric terhadap

Tinggi Lompatan Jumps Smash dan Ketepatan Smash Atlet Putra usia 13-17

tahun Gelora Muda Sleman Yogyakarta”. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh atlet bulutangkis putra Gelora Muda Sleman Yogyakarta yang berjumlah

34 atlet. Sampel yang diambil dari hasil purposive sampling berjumlah 15 atlet.

Instrumen yang digunakan adalah tes vertical jump dan ketepatan smash dari PB

PBSI. Analisis data menggunakan uji t. Hasil pengujian menunjukkan ada

perbedaan yang signifikan pada kelompok eksperimen box drill, dengan t hitung

= 3.301 > t tabel = 2,78 dan nilai signifikansi p sebesar 0.300 < 0.05, kenaikan

persentase sebesar 5.06%. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok

eksperimen frog jump, dengan t hitung = 2.084 < t tabel = 2.78 dan nilai

signifikansi p 0.049 < 0.05, kenaikan persentase sebesar 4.08%. Ada perbedaan

yang signifikan pada kelompok eksperimen standing jump, dengan t hitung =

4.333 < t tabel = 2.78 dan nilai signifikansi p 0.012 > 0.05, kenaikan persentase

sebesar 8.13%. Latihan satnding jump lebih efektif untuk meningkatkan tinggi

lompatan jump smash atlet bulutangkis putra usia 13-17 tahun. Ada perbedaan

yang signifikan antara pre-test dan post-test ketepatan smash, dengan hitung =
18

9.630 < t tabel = 2.14 dan nilai signifikansi p 0.000 > 0.05, kenaikan persentase

sebesar 50.03%.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 kota Lubuklinggau sebagai

tempat yang menjadi fokus penelitian. Penelitian ini dilakukan pada waktu siang hari,

sebanyak 3 kali pertemuan dalam satu minggu.

B. Latar Penelitian

Penelitian ini dilakukan SMP Negeri 13 Lubuklinggau. Subjek pada penelitian

ini adalah peserta ekstrakulikuler Bulutangkis tahun 2019/2020. Adapun subjek

penelitian diambil dari peserta Ekstrakulikuler Bulutangkis SMP Negeri 13

Lubuklinggau yang berjumlah sebanyak 25 peserta dengan jumlah laki-laki sebanyak

15 peserta dan perempuan 10 peserta.

C. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Jenis Penelitian adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini deskriptif adalah

maksudnya disini peneliti hanya ingin mengetahui teknik dasar bulutangkis

peserta ekstrakurikuler di smp negeri 13 kota lubuklinggau.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dengan rancangan sebagai berikut:

a. Melakukan observasi pada peserta ekstrakurikuler bulutangkis.

b. Melakukan wawancara pada peserta ekstrakurikuler bulutangkis.

c. Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara tersebut

kemudian dicatat.

d. Dokumentasi.

19
20

D. Data dan Sumber Data

Adapun Data yang diperoleh cari catatan atas kumpulan fakta atau bukti dari

hasil penggunaan instrument penelitian, Vardiansyah (Kurniawan, 2018:220). Data

juga bias menggambarkan mengenai tentang suatu keadaan atau persoalan tetapi

belum mempunyai arti serta masih memerlukan pengolahan.

Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan

sumber primer dan sumber sekunder (Kurniawan, 2018:227).

1. Sumber primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dengan cara

observasi. Misalnya foto-foto, rekaman video, dan lain sebagainya.

2. Sumber sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan kepada pengumpul

data misalnya diperoleh dari beberapa referensi berupa buku, skripsi, dan sumber

lain yang mendukung penelitian ini.

E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dipergunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data (Triyono, 2013:157). Teknik pengumpulan data adalah

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian

adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti

tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang

alamiah), sumber data primer dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada

observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2018:270-271).


21

1. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data yang dikerjakan dengan melakukan

pengamatan dan pencatatan sistematik terhadap objek yang diteliti, baik dalam

situasi khusus maupun dala situasi alamiah (Triyono, 2013:157). Para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan

yang diperoleh melalui observasi (Sugiyono, 2018: 272-274).

Dapat disimpulkan bahwa observasi adalah teknik yang dilakukan dengan

cara pengamatan langsung secara teliti sesuai pedoman yang ada dan melihat

secara langsung apa yang akan kita teliti. Pengamatan dilakukan dengan cara

melihat apa yang akan diteliti. Selain itu juga dibantu dengan dokumentasi

pengambilan gambar dan perekaman video.

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan melalui

tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu

(Sugiyono, 2018: 279). Teknik wawancara merupakan salah satu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab, baik secara langsung

melalui tatap muka (face to face) antara sumber data (responden) atau secara

tidak langsung (Triyono, 2013:162). Dalam pelaksanaan wawancara dilakukan

dengan cara interview bebas, interview terpimpin, dan interview bebas terpimpin.

Selain iru juga pewawancara membawa pedoman yang merupakan garis besar

ketika akan melakukan wawancara. Jawaban responden direkam dan dirangkum

sendiri oleh penliti. Data dari wawancara ini digunakan hanya untuk observasi
22

dan pengambilan data tentang teknik dasar bulutangkis pada peserta

ekstrakurikuler di SMP Negeri 13 kota lubuklinggau.

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2012: 82-83) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang

sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya

monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila

didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Untuk

menunjang pengumpulan data dokumentasi, subjek menggunakan alat bantu

berupa kamera untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan beberapa

dokumentasi.

F. Prosedur Analisis Data

Adapun prosedur data yang digunakan dalam penelitian teknik dasar

bulutangkis di SMP Negeri 13 Lubuklinggau. Data yang diperoleh dianalisis secara

deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan segala sesuatu yang ditemukan dalam

penelitian.

Analisis data mempunyai prinsip yaitu untuk mengolah data dan menganalisis

data yang terkumpul menjadi data yang sistematis, teratur, terstruktur, dan

mempunyai makna. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2014: 246-253)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:


23

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka

perlu dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, maka

jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. untuk itu perlu segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum,

meneliti hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting , dicari tema

dan polanya.

2. Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Dalam hal ini peneliti akan menyajikan data

dalam bentuk teks.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Verification)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti

yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian

kualitatifmasi bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di

lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas.


24

Pengumpulan Penyajian Data


Data

Reduksi Data Penarikan


Kesimpulan/Verifikasi

Gambar 4. Komponen-Komponen Analisi Data Model Interaktif


Sumber: Miles dan Huberman (Miles, Huberman dan Saldana, 2014: 14)

Adapun panduan yang dijadikan dalam proses analisis data, dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Dari hasil observasi, wawancara, pencatatan dokumen, dibuat catatan

lapangan secara lengkap. Catatan lapangan ini terdiri atas deskripsi dan

refleksi.

b. Berdasarkan catatan lapangan, selanjutnya dibuat reduksi data. Reduksi

data ini berupa pokok-pokok temuan yang penting.

c. Dari reduksi data kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa

cerita sistematis dengan suntingan peneliti supaya maknanya lebih jelas

dipahami. Sajian data ini, dilengkapi dengan faktor pendukung, antara lain

metode, skema, bagan, tabel, dan sebagainya.

d. Berdasarkan sajian data tersebut, kemudian dirumuskan kesimpulan

sementara.

e. Kesimpulan sementara tersebut senantiasa akan terus berkembang sejalan

dengan penemuan data baru dan pemahaman baru, sehingga akan didapat
25

suatu kesimpulan yang mantap dan benar-benar sesuai dengan keadaan

yang sebenarnya. Demikian seterusnya aktivitas penelitian ini berlangsung,

yaitu terjadi, interaksi yang terus menerus antara ketiga komponen

analisisnya bersamaan dengan pengumpulan data baru yang dirasakan bisa

menghasilkan data yang lengkap sehingga dapat dirumuskan kesimpulan

akhir.

f. Dalam merumuskan kesimpulan akhir, agar dapat terhindar dari unsur

subjektif, dilakukan upaya:

1) Melengkapi data-data kualitatif.

2) Mengembangkan “intersubjektivitas”, melalui diskusi dengan orang

lain.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam metode penelitian kualitatif menggunakan istilah

yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Uji keabsahan data penelitian kualitatif

meliputi uji credibility (validitas interbal), transferability (validitas eksternal),

dependability (reabilitas), dan confirmability ( obyektivitas ).

1. Kredibilitas

Kredibilitas Merupakan untuk membantu memenuhi kebenaran nilai dari

data dan informasi yang dikumpulkan. Artinya, hasil penelitian tersebut harus

bisa dipercaya oleh semua pembaca secara akurat dan dari responden sebagai

informasi. Maka dari itu, agar terbukti penelitian tersebut memiliki nilai

kebenaran dari data yang telah didapatkan bersumber dari buku-buku mengenai

nilai social.
26

2. Transferabilitas

Menurut Sugiyono (2018:325) transferabilitas adalah validitas eksternal

dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan

atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut

diambil. Oleh sebab itu, agar orang lain dapat memahami hasil penelitian

kualitatif, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian

yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca

lebih jelas atas hasil penelitian yang dilakukan. Bila pembaca laporan penelitian

memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, maka suatu hasil penelitian

dapat diberlakukan (transferabilitas), maka laporan tersebut memenuhi standar

transferabilitas.

3. Dependabilitas

Kriteria ini bisa digunakan sebagai penilaian apakah proses penelitian

kualitatif tersebut berkualitas atau tidak, dengan cara mengecek apakah penulis

sudah cukup berhati-hati, apakah membuat kesalahan dalam mengonsep

tualisasikan rencana penelitiannya. Dalam hal pengumpulan data, serta dalam

menginter pretasikannya.

Sugiyono (2018:325) mendefinisikan bahwa uji dependabilitas disebut juga

reliabilitas. Merupakan suatu penelitian yang reliable apabila orang lain dapat

mengulangi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji

dependabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan aktivitas

peneliti dalam melakukan proses penelitian. Bagaimana peneliti mulai

menentukan masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan


27

analisis data, melakukan uji keabsahan data, hingga membuat kesimpulan harus

ditunjukkann. Jika peneliti tidak mempunyai serta tidak menunjukkan “jejak

aktivitas lapangan”, maka dependabilitas peneliti patut diragukan.

4. Konfirmabilitas

Kriteria ini guna menilai keberuntungan hasil penelitian. Jikalau

dependabilitas dipakai untuk menilai kualitas dari proses yang ditempuh oleh

peneliti maka konfirmasbilitas guna menilai kualitas hasil peneliti sendiri ,

dengan pernyataan apakah data serta informasi dan juga interpretasi dan hal

lainnya didukung oleh materi yang sudah ada dalam audit trail. Dalam

melakukan penelitian teknik-teknik dasar bulutangkis pada ekstrakurikuler di

SMP Negeri 13 kota lubuklinggau dan di dukung oleh materi-materi yang

diperoleh dari berbagai sumber, baik itu dari media cetak atau media elektronik

dan juga sebagainya.

Sugiyono (2018:326) mendefinisikan bahwa pengujian konfirmabilitas

dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitan. Penelitian

dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Pengujian

konfirmabilitas dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmabilitas

berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Dalam

penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada.


28

DAFTAR PUSTAKA

Rusli Lutan. (2000). Belajar Keterampilan Motorik Pengatar Teori dan Metode.
Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti Depdikbud.

Moh. Uzer Uzman. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Subagyo, Rinu. 2012. Pelaksanaan Ekstrakurikuler Musikpada anak berkebutuhan


kusus. Skripsi S1. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Luar Biasa, FIP UNY.

Asep Dahliyana. 2017.Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan


Ekstrakurikuler Di Sekolah. Vol 15, No. 1.

KuntaPurnama, Sapta. (2010). Kepelatihan Bulu Tangkis Modern. Surakarta: Yuma


Pustaka.

Suharno H.P. (1982). Ilmu Coaching Umum. Yokyakarta (Diktat): IKIP Yogyakarta.

Subarjah H, Si M. Latihan kondisi fisik[Internet]. 2012 [dikutip pada tanggal 16


Januari 2015]. Diunduh
dari:http://fileupiedu/Direktori/FPOK/JUR_PEND_KESEHATAN_%26_REKRE
ASI/PRODI_ILMU_KEOLAHRAGAAN/196009181986031HERMAN_SUBARJAH/
LATIHAN_KONDISI_FISIK pdf

Anda mungkin juga menyukai