Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH LATIHAN TABATA TERHADAP HASIL BELAJAR KECEPATAN

TENDANGAN SABIT PADA ANGGOTA DIKLAT PUTRA PERGURUAN


PENCAK SILAT TADJIMALELA SUMEDANG TAHUN 2023

PROPOSAL

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam penyusunan skipsi

oleh

BAGUS SETIADI
NPM 19210320729

PROGRAM PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
2023
A. Judul Penelitian
Pengaruh Latihan Tabata Terhadap Hasil Belajar Kecepatan Tendangan Sabit Pada

Anggota Diklat Putra Perguruan Pencak Silat Tadjimalela Sumedang

B. Bidang Ilmu

Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi

C. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik dan aktivitas pendidikan, tetapi baik

itu kegiatan bermain atau olahraga, keduanya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan proses

kependidikan, hampir selalu pengalaman aktivitas jasmani dapat dimanfaatkan untuk

pencapaian kepentingan pendidikan. Selain peningkatan kualitas fisik, tujuan pendidikan

jasmani juga mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk

pertumbuhan mental dan sosial siswa. Ketika tubuh sedang ditingkatkan secara fisik,

pikiran (mental) juga harus dikembangkan dan harus berdampak pada perkembangan

sosial, seperti belajar bekerjasama dengan siswa lain.

Oleh karena itu, Pendidikan yang terlaksana dengan baik akan berdampak baik

untuk pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu upaya yang matang

dalam menyusun perencanaan dan strategi yang baik. Terdapat banyak faktor dalam

peningkatan tujuan pendidikan secara umum, bebeapa faktor tersebut yaitu guru, siswa,

sarana dan prasarana di sekolah. Maka dari itu, pendidikan merupakan sebuah sistem

yang apabila salah satu subsistem tersebut tidak berjalan dengan baik maka akan

berdampak terhadap sistem tersebut. Olahraga beragam bentuk nya. Beragam pula

cabangnya. Salah satu yang asli dilahirkan di negara Indonesia adalah pencak silat.

Pencak silat yaitu salah satu bentuk kegiatan berolahraga yang bermuatan bela diri asli

dari Indonesia.
Pencak silat juga dari kaca mata seni dan budaya merupakan hasil cipta karya

bangsa Indonesia sendiri, yang menggambarkan suatu kekhasan dari seni dan budaya

Indonesia, dan bahkan unsur seni tersebut cenderung lebih menonjol diberbagai daerah,

sehingga pencak silat dianggap bukan suatu seni beladiri, melainkan suatu seni tari.

Melatih keterampilan dasar beladiri merupakan suatu keharusan yang harus dikuasai

oleh siswa. Sudah menjadi tanggung jawab guru pendidikan jasmani dalam memberikan

pemahaman tentang konsep bela diri dalam pembelajaran pendidikan jasmani di

sekolah, mengingat banyak hal di sekitar lingkungan yang dapat mengancam

keselamatan diri sendiridan orang sekitar. Peningkatan yang pesat dalam olahraga

pencak silat juga kini bisa dilihat dari banyaknya pertandingan yang digelar baik itu

kejuaraan multievent, maupun kejuaraan terbuka seperti kejuaraan pencak silat terbuka

dan sebagainya. Hal yang menjadi patokan dalam pertandingan pencak silat adalah

mendapatkan nilai dengan cara menyerang maupun belaan. Untuk menyerang dan

mendapatkan nilai, serangan tersebut haruslah tepat dalam bidang serangan dantidak

tertangkis oleh lawan.

Untuk melakukan serangan dan belaan tersebut, diperlukanlah sebuah kemampuan

keterampilan teknik bertanding dalam pencak silat. Menelaah dari bidang keterampilan,

gerak dasar menjadi kuncinya dalam pertandingan pencak silat. Gerak dasar didalam

pencak silat yaitu suatu gerak yang direncanakan, diarahkan, dikordinasikan dan

dikendalikan, yang memiliki empak hal dasar sebagai suatu bentuk utuh dan tidak bisa

dipisahkan. Di pertandingan pencak silat, teknik yang digunakan yaitu: melakukan kuda-

kuda, melakukan sikap pasang, melakukan langkah, melakukan serangan, melakukan

belaan, dan juga melakukan hindaran, serta melakukan tangkapan, kuncian bahkan
bantingan. Didalam pertandingan pencak silat, teknik dasar yang dipergunakan adalah

pukulan depan, tendangan depan, tendangan sabit, tendangan samping, tendangan

belakang dan, bantingan, juga guntingan, serta sapuan dan juga ungkitan dari beberapa

event yang telah diikuti peneliti dan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada

pertandingan pencak silat, ada beberapa perguruan pencak silat yang mengikuti event

tersebut. Dari beberapa perguruan yang ada, peneliti lebih tertarik pada salah satu

perguruan yaitu perguruan pencak silat Tadjimalela. Ketertarikan tersebut muncul

karena ciri khas pakaian yang berwarnya orange menyala kemudian dilanjutkan dengan

slogan dari perguruan silat Tadjimalela tersebut yaitu “Batur Usik Urang Anggeus” yang

jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu ketika orang lain baru mulai bergerak,

maka kita sebagai anggota perguruan pencak silat Tadjimalela harus sudah selesai.

Berarti dapat dipahami bahwa dari slogan tersebut maka perguruan tersebut lebih

mengutamakan kecepatan gerak dalam melakukan suatu hal di banding yang lain,

termasuk didalam hal nya yaitu ketika mengikuti suatu pertandingan. Akan tetapi pada

kenyataanya di lapangan, perguruan pencak silat diklat tadjimalela sumedang pada saat

bertanding, kebanyakan atlit melakukan tendangan sabit yang mudah untuk ditangkap dan

diambil oleh musuh, meskipun bisa diatasi untuk tidak terjatuh, tapi dengan ditangkapnya

tendangan tersebut memperbesar lawan untuk melakukan jatuhan sehingga memperbesar

peluang musuh untuk memenangkan nilai poin. Dapat dilihat secara langsung

bahwasannya ketika tendangan sabit itu tertangkap, berarti pegerakan dari tendangan

sabit itu lambat sedangkan yang diperlukan agar tendangan sabit tersebut selain dari tepat

sasaran juga haruslah cepat agar tidak bisa ditangkap oleh musuh.
Dari hal tersebut, Peneliti ingin melakukan sebuah penelitian tentang tendangan sabit

tersebut karena tendangan sabit adalah tendangan yang sering digunakan oleh atlit dan

gerak dasar yang mendominasi teknik di pertandingan serta tendangan tersebut bernilai

lebih tinggi disbanding pukulan. Akan tetapi tendangan sangat rawan dan mudah untuk

ditangkap lawan jika tidak memiliki kecepatan yang baik sehingga menjadikan suatu

kelemahan bila atlit memiliki tendangan yang lambat. Kecepatan sendiri yaitu

kemampuan melakukan gerakan dalam rentan waktu yang singkat, yang berarti

bahwasanya kecepatan tersebut amatlah penting bagi atlit silat, yang dalam hal ini adalah

kecepatan melakukan tendangan sabit sehingga tidak mudah di tangkap lawan dan sulit

diantisipasi sehingga tendangan sabit tersebut mampu mengenai bidang sasaran secara

bersih dan menciptakan nilai poin yang menguntungkan pesilat dalam sebuah

pertandingan.

Maka dari itu peneliti mencoba menerapkan metode latihan dengan latihan tabata,

dimana latihan dengan latihan tabata yaitu salah satu latihan high intensity interval

training (HIIT) dimana latihan tersebut berbentuk latihan dengan perbandingan waktu

melakukan gerakan dan waktu jeda istirahat 2:1 yang dipadukan dengan gerakan latihan

pencak silat khususnya teknik tendangan sabit sebagai sasaran utama yang dimana latihan

tabata tersebut diharapkan mampu meningkatkan kecepatan tendangan sabit. Maka

dari itu peneliti mengambil judul “Pengaruh Latihan Tabata Terhadap Hasil Belajar

Kecepatan Tendangan Sabit Pada Anggota Diklat Putra Perguruan Pencak Silat

Tadjimalela Sumedang”.

D. Batasan Masalah
Untuk menghindari keluasan masalah yang tidak terarah, maka peneliti membatasi

permasalahan sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik. Pada penelitian ini

penulis menentukan skala keluasan masalah terfokus pada pengaruh latihan tabata

terhadap hasil belajar kecepatan tendangan sabit pada anggota diklat perguruan pencak

silat Tadjimalela Sumedang tahun 2023

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengaruh latihan Tabata terhadap hasil belajar kecepatan tendangan sabit

pada anggota diklat putra perguruan pencak silat Tadjimalela Sumedang tahun 2023.

2. Seberapa besar pengaruh latihan Tabata terhadap hasil belajar kecepatan tendangan

sabit pada anggota diklat putra perguruan pencak silat Tadjimalela Sumedang tahun

2023.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

kecepatan tendangan sabit pada anggota diklat perguruan pencak silat Tadjimalela

Sumedang.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut.


a. Untuk mengetahui pengaruh latihan Tabata terhadap hasil belajar kecepatan tendangan

sabit pada anggota diklat putra perguruan pencak silat Tadjimalela Sumedang tahun 2023.

b. Untuk mengetahui besarnya pengaruh latihan Tabata terhadap hasil belajar kecepatan

tendangan sabit pada anggota diklat perguruan pencak silat Tadjimalela Sumedang tahun

2023.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut.

a. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti bagi dunia pendidikan olahraga.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran bagi guru/pelatih untuk lebih

kreatif dan inovatif. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi umpan balik

bagi guru/pelatih dalam menyusun bahan pembelajaran yang lebih variatif.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut.

a. Bagi siswa, dapat melakukan tendangan sabit dalam pencak silat dengan baik dan

benar serta lincah sehingga tendangannya tidak mudah ditangkap oleh lawan.

b. Bagi guru/pelatih, dapat dijadikan sebagai referensi agar lebih teliti dan selektif

dalam menentukan metode latihan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas fisik

kelincahan.

H. Anggapan Dasar dan Hipotesis

1. Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh

penyidik. Dengan demikian, secara sederhana anggapan dasar dapat dijabarkan dalam

kalimat-kalimat yang menjelaskan alasan mengapa penelitian ini dilaksanakan. Adapun

yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Siswa yang mempunyai kelincahan tendangan sabit yang baik tendangannya akan sulit

untuk dibaca, atau di antisipasi, maupun ditangkap oleh lawan.

b. Memilih metode latihan yang tepat adalah untuk meningkatkan penguasaan teknik

dasar serta memiliki keefektivitasan kemampuan, sehingga dapat menerapkannya pada

teknik yang sebenarnya.

c. Variasi pembelajaran dalam pembentukan gerakan sangat diperlukan terutama oleh

siswa pemula tujuannya bisa menarik perhatian agar siswa mau untuk berlatih dengan

sesuka hati tanpa ada paksaan

d. Pengaruh Latihan Tabata memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak

melakukan aktivitas gerak dasar

2. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017: 63) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pernyataan”. Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Latihan Tabata berpengaruh positif terhadap hasil belajar kecepatan tendangan sabit

pada anggota diklat putra perguruan pencak silat Tadjimalela Sumedang tahun 2023.
b. Latihan Tabata berpengaruh positif cukup besar terhadap hasil belajar kecepatan

tendangan sabit anggota diklat putra perguruan pencak silat Tadjimalela Sumedang

tahun 2023.

I. Definisi Operasional

Berkaitan dengan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dan untuk

menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan penafsiran mengenai judul penelitian dan

memperoleh gambaran yang jelas mengarah pada tujuan penelitian dibutuhkan suatu

penegasan. Adapun definisi operasional istilah dalam judul penelitian ini adalah sebagai

berikut.

Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (benda, orang) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

Latihan Tabata ialah latihan HighIntensity Interval Training (HIIT) yang berfungsi buat

menaikkan penyimpan anaerobic serta anaerobic. Tabata dipergunakan adalah kata lain

buat HIIT dengan memakai waktu jeda istirahat singkat yang berarti latihan tersebut

menerapkan latihan interval yang berintensitas tinggi. Pelatihan Tabata telah dianggap

sebagai salah satu metode pelatihan (HIIT) intensitas tinggi, yang sangat bervariasi dalam

hal karakteristik latihan, yaitu, mode latihan, intensitas, dan durasi latihan danistirahat.

Hasil Belajar adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai

kecakapan jasmani dan rohani yang diwujudkan dalam bentuk rapot, juga merupakan

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.


Tendangan sabit merupakan tendangan yang lintasannya setengah lingkaran ke dalam,

dengan sasaran seluruh bagian tubuh, dengan punggung telapak kaki atau jari telapak

kaki.

Pencak silat merupakan salah satu bentuk kebudayaan warisan nenek moyang bangsa

Indonesia. Pencak silat adalah sistem pembelaan diri yang memiliki gerakan-gerakan

yang unit melibatkan semua komponen tubuh manusia.

J. Ringkasan Landasan Teoretis

1. Pencak Silat

Pencak yang berarti gerak dasar, dan silat yang berarti beladiri yang didasarkan pada

desain kerohanian. Silat, solat dan silaturahmi adalah hal yang berkaitan didalamnya

karena dari beberapa perguruan. Hal dasar dari siilat yaitu sebuah silaturahmi dalam

artian hablumminanas atau hubungan antar manusia dan silat dengan solat adalah

habluminallah yang berarti hubungan dengan tuhan. Dalam perkembangannya pencak

lebih mengedepankan unsur seni dan penampilan keindahan gerakan, sedangkan silat

adalah inti ajaran beladiri dalam pertarungan. Pencak silat juga telah dipergunakan

sebagai alat mendidik bagi generasi muda. Perbedaan dengan bela diri lain adalah pencak

silat menampilkan sikap pasang yang beranekaragam sesuai dengan daerah dimana

pencak silat itu berasal. Pencak silat adalah organisasi yang resmi, yang memiliki induk

yang membawahi nya, yaitu ikatan pencak silat Indonesia yang disingkat IPSI yang

didirikan pada tahun 1948 di Surakarta oleh Mr wongsonegoro. Dengan ada nya induk

organisasi maka otomatis mulai muncul berbagai pertandingan dari tingkatan daerah
seperti tingkat kabupaten, tingkat provinsi dan bahkan sampai ketingkatnasional dan

internasional.

Dengan demikian perkembangan olahraga penting pencak silat sudah bukan di

Indonesia saja, tetapi berkembang juga di seluruh dunia dengan indikasi banyak

kejuaraan dunia pencak silat dilaksanakan seperti di korea dan di belgia, dan Asian games

tahun 2018 juga untuk pertama kalinya pencak silat dipertandingkan.

2. Tendangan Sabit

Tendangan sabit merupakan salah satu teknik yang dapat dilakukan saat pertandingan

dan termasuk bentuk serangan dalam pencak silat. Tendangan yang dilakukan saat

pertandingan selain tepat sasaran harus juga cepat dan lincah agar lawan tidak mudah

mengantisipasi serangan ataupun menangkap tendangan yang dilakukan. Tendangan yang

baik adalah tendangan yang sulit untuk dibaca, atau di antisipasi, maupun ditangkap oleh

lawan. Kuswanto (2016: 1) menjelaskan “Tendangan sabit adalah tendangan yang

lintasanya menyerupai sabit atau setengah lingkaran dengan arah ke dalam dengan

sasaran seluruh bagian tubuh dengan perkenaan punggung kaki”.

3. Belajar dan Hasil Belajar

a. Belajar

Menurut Slameto (2015: 2) "Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya". Menurut

Husdarta dan Saputra (2014: 3) "Belajar dimaknai dengan tingkah laku sebagai akibat

adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya". Berdasar beberapa pendapat di


atas dapat penulis jelaskan bahwa belajar proses yang sistematis dengan harapan adanya

perubahan pada segala aspek ke arah yang lebih baik.

b. Hasil Belajar

Husdarta dan Saputra (2014: 3) menjelaskan hasil belajar sebagai berikut.

Hasil belajar, tidak semua perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Ada juga
perubahan itu yang disebabkan oleh bukan hasil belajar melainkan faktor kematangan.
Kedua faktor ini satu sama lain saling mengisi guna meraih hasil belajar yang lebih
baik.

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap sikap,

apresiasi dan keterampilan. Sedangkan menurut Ahmadi dan Prasetyo (2005: 5) hasil

belajar adalah sebagai berikut.

Hasil belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan kemampuan
baru yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajarmengajar tentang
mata pelajaran tertentu. Dalam sistem pendiddikan nasional rumusan tujuan
pendidikan mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat penulis jelaskan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, efektif, dan psikomotor.

Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan

data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran.

4. Tabata

Latihan tabata di definisikan sebagai latihan dengan intensitas yang melelahkan

subjek selama set ke-7 atau ke-8 dari latihan 20 detik dengan istirahat 10 detik di antara

latihan. Latihan Tabata pertama kali diterapkan dalam cabang olahraga bersepeda dengan

intensitas yang tinggi. Dalam Latihan tabata, Tabata dikenal yaitu salah satu metode
pelatihan orisinal dan unik yang dapat dijelaskan dengan istilah pelatihan interval klasik

namun familiar dalam istilah modern sebagai HIIT. Tujuan Utama Latihan Tabata yaitu

peningkatan kerja aerobik dan anaerobik dengan intensitas yang tinggi. Menurut Akif. E.

A. (2018:2). “Latihan Tabata ialah latihan HighIntensity Interval Training (HIIT) yang

berfungsi buat menaikkan penyimpanan aerobic serta anaerobic.” Tabata dipergunakan

adalah kata lain buat HIIT dengan memakai waktu jeda istirahat singkat yang berarti

latihan tersebut menerapkan latihan interval yang berintensitas tinggi. Pelatihan Tabata

telah dianggap sebagaisalah satu metode pelatihan (HIIT) intensitas tinggi, yang sangat

bervariasi dalam hal karakteristik latihan, yaitu, mode latihan, intensitas, dan durasi

latihan dan istirahat.

Menurut Romdani, D. A. P. (2018: 4) latihan Tabata yaitu sutu metode dengan

memanfaatkan waktu pergerakan latihan dengan istirahat latihan untuk pelaksanaan

berlangsung dengan waktu 4 menit latihan dengan intensitas yang melelahkan subjek

selama set ke-7 atau ke-8 dari latihan 20 detik dengan istirahat 10 detik diantara latihan.

5. Belajar tendangan sabit dalam Pencak Silat Menggunakan Metode latihan


Tabata Adapun langkah-langkah belajar tendangan sabit menggunakan metode
Tabata adalah sebagai berikut.

a) Guru/pelatih mengintruksikan siswa untuk melakukan pemanasan statis dan

dinamis.

b) Guru/pelatih menjelaskan mengenai teknik tendangan sabit.

c) Guru/pelatih mendemonstrasikan bagaimana cara melakukan latihan tabata dan

teknik tendangan sabit yang benar.


d) Guru/pelatih membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dengan masing-masing

kelompok berjumlah sama banyak.

e) Guru/pelatih mengintruksikan siswa untuk melakukan latihan tabata dan menendang

tendangan sabit.

f) Guru/pelatih selalu memantau atau mengamati siswa saat proses

pembelajaran/latihan

g) Guru/pelatih melakukan evaluasi diakhir pembelajaran/latihan

K. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2017: 22) pengertian metode penelitian adalah sebagai berikut.

”Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Keberhasilan suatu penelitian ditentukan oleh

metode yang digunakan. Untuk itu pemilihan metode yang tepat bagi peneliti agar

penelitiannya berhasil dan memuaskan.

Untuk menguji kebenaran hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini digunakan

metode eksperimen yang dilakukan oleh penulis berdasarkan masalah yang diteliti yaitu

mengetahui pengaruh metode latihan Tabata terhadap hasil belajar kecepatan tendangan

sabit pada anggota diklat perguruan pencak silat Tadjimalela Sumedang.

2. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan one-grup pretest-postest design, dengan

bentuk sebagai berikut.

Test Pretest T1
Postest
Gambar 1
Desain Penelitian One-group pretest-posttest degsain
(Arikunto, 2010: 394-357)

Keterangan:

Pre-test : Tes awal tendangan sabit sebelum subyek mendapatkan


perlakuan (treatment)

T1 : Perlakuan (menggunakan metode Latihan Tabata)

Pos-test : Tes akhir yang dilakukan setelah subyek mendapatkan perlakuan

3. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2017: 80) adalah "Wilayah generalisasi terdiri atas objek

atau subjek yang menpunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan". Populasi dalam penelitian ini adalah

anggota diklat Perguruan pencak Silat Tadjimalela Sumedang yang berjumlah 20 orang

siswa.

b. Sampel

Sampel menurut Sugiyono (2017: 81) adalah sebagai berikut.


Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi
besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya
karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang di ambil dari populasi itu. Berdasarkan pendapat tersebut, penulis menetapkan
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 20 orang siswa putra.
c. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
sampling jenuh, sesuai pernyataan Sugiyono (2017: 85) sebagai berikut.
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat
kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
4. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah tes. Tes yang dimaksud

adalah tes melakukan tendangan sabit dalam waktu 15 detik

5. Tekhnik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data yang penulis gunakan adalah teknik statistik dari Suherman,

(2014: 17) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

Mencari rata-rata X̌ =
∑ X1
n

Rumus untuk mencari rata-rata:

X⃛ = Skor rata-rata

X1 = Skor mentah

N = jumlah sampel

∑¿ = jumlah dari

a. Rumus mencari simpang baku

Rumus: S=√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿

S= Simpang baku

Ʃ=simpang baku

X 1 =Skor yang didapat


n = Banyaknya sampel

b. Menguji Normalitas Melalui Uji Liliefors

Langkah-langkahnya uji liliefors sebagai berikut.

1) Merangking dari nilai skor terkecil hingga skor terbesar.

2) Menghitung luas batas Z individu ¿ ¿

Rumus : Z1 =X1 - X

S
Keterangan :

X1 = Besarnya nilai/ skor yang diperoleh masing masing

X = Nilai rata-rata

S = Simpangan baku

3) Menghitung nilai F( Z1 ) melalui rumus :0,5 ± nol koma tabel F

a) Kalau perhitungan Z1 negatif, rumus=0,5-nol koma F table

b) Kalau perhitungan Z1 postif, rumus=0,5-nol koma F table

4) Menghitung proporsi, melalui rumus:

Banyak Z1 , Z2 , Z3 , ............................. Z n Z1

S( Z1 )= n

5) Menghitung selisih antara F( Z1 ) - S ¿ ¿)

6) Menentukan nilai paling besar( LO) dari selisih F( Z1 ) – S( Z1 )

7) Bandingkan( LO)dengan tabel tarap nyata 0,05

8) Menguji normalitas dengan kriteria :

a) Apabila LOhitung¿ LOtabel, maka skor berdistribusi normal.

b) Apabila LOhitung¿ LOtabel, maka skor berdistribusi tidak normal.


c. Menguji kesaman dua Rata-rata (Uji data berpasangan)

Perbedakan statistik menggunakan rumus:

B
t= √ N Dimana :B= Β= Bn I
SB1

keterangan

T = nilai sekor yang dicari

B = nilai rata –rata beda

SB = simpang baku beda

N = jumlah responden

Kriteria Terima Hipotesis:

a) Tolak H O Jika harga statistic yang dihitung¿t table

b) Tolak H OJika harga statistic yang dihitung¿t table

6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengukur data. Menurut Sugioyono (2017:

148) "Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena

alam maupun sosial yang diamati". Berdasarkan pengertian di atas untuk memperoleh

data penelitian digunakan instrumen penelitian berupa test tendangan sabit.

a. Tujuan Tes

Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan tendangan sabit pada beladiri pencak silat

b. Alat dan Perlengkapan Tes

1) Stopwatch

2) Pecing/target sasaran tendangan


3) Alat tulis dan peluit

4) Lapangan/rauang latihan

c. Petunjuk pelaksanaan tes

1) Siswa berdiri di depan alat atau target sasaran tendangan (pecing).

2) Siswa memasang kuda-kuda siap untuk menendang pada saat akan melakukan

tendangan.

3) Siswa melakukan tendangan sabit dalam waktu 15 detik.

d. Cara penilaian

1) Penilaian sesuai dengan jumlah tendangan yang didapatkan dalam waktu 15 detik.

2) Nilai 1 untuk tiap tendangan yang dapat dilakukan dalam waktu 15 detik.

3) Nilai yang diperoleh adalah skor total dari keseluruhan pada saat melakukan tes.

7. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang diteliti dalam penelitian ini yaitu pengaruh latihan Tabata

sebagai variabel bebas (X), sedangkan hasil belajar tendangan sabit pada beladiri pencak

silat sebagai variabel terikat (Y).

b. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diteliti adalah anggota diklat perguruan pencak silat Tadjimalela

Sumedang
c. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di Pendopo Cigugur

d. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan dengan durasi pertemuan sebanyak

12 kali petemuan yang dimulai dari April tahun 2022.

e. Agenda Penelitian

Waktu 2023

Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu

Pembuatan rencana penelitian

Pengurusan perijinan

Tes awal (pretest)

Pemberian perlakuan (model


pembelajaran simulasi)

Pemberian perlakuan (model


pembelajaran simulasi)

Tes akhir (postest)

Pengolahan data

Penulisan dan Penyusunan


Laporan Hasil Penelitian

L. Daftar Pustaka
A, P., Munar, H., & Pasaribu, A. M. N. (2020). Pengaruh Latihan TabataTerhadap
Kemampuan Vo2Max Atlet Sepakbola PS.Tungkal Ulu U-21.

Abdurahman, R. M., Simanjuntak, V. G., & Purnomo, E. (2014). Keterampilan Gerak


Dasar Tendangan Sabit Di Perguruan Pencak Silat Kijang BerantaiKota
Pontianak.

Ahmad Yanuar Syauki, Dede Sumarna, & Zaenatul Bahar. (2021).


PengaruhManajemen Klub Terhadap Kesuksesan Atlet Sepak Bola
Bersaudara Fc. SPORTIF

Akif Afyon, Y., Mulazimoglu, O., & Altun, M. (2018). The effect of 6 weekly tabata
training on some physical and motor the effect of 6 weekly tabatatraining
on some physical and motor characteristics on female volley ball players

Alif, M. (2019). Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Bela Diri


Praktisuntuk Siswa Sekolah Dasar.

Ariga, B., Saifuddin, & Iskandar. (2016). PENGARUH LATIHAN LEG PRESSTERHADAP
KECEPATAN TENDANGAN SABIT ATLET PENCAK SILAT UNIVERSITAS
SERAMBI MEKKAH Brata.

Azizi, M. A. (2013). Pengaruh Latihan Split Jump Terhadap PeningkatanKecepatan


Tendangan Depan Pada Pencak Silat.

Coles, A., & Jones, D. (1997). A Plan for the Development of Sport in Indonesia:
Summary Report. Australia Indonesia Institute.

Corbin, C. B., Welk, G. J., Corbin, W. R., & Welk, K. A. (2008). Concepts of PHYSICAL
FITNESS Active Lifestyles for Well ness Developing a Healthy Lifestyle

Anda mungkin juga menyukai