Anda di halaman 1dari 74

PENGEMBANGAN MODEL BELAJAR SERVIS DALAM

PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA SMPN 181


JAKARTA

Bayu Aji Saputra


1601617106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
AGUSTUS, 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani dan olahraga pada saat ini telah berjalan sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dimana itu

semua berperan penting dalam meningkatkan pengembangan anak peserta didik.

Pada kenyataannya pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu bidang

kajian yang sangat luas. Pusat perhatiannya adalah peningkatan kemampuan gerak

anak peserta didik. Sekolah adalah lembaga formal untuk anak peserta didik

Pembelajaran dibawah pengawasan guru untuk mencerdaskan dan meningkatkan

prestasi anak peserta didik.

Salah satu proses kegiatan belajar mengajar dan adanya interaksi di sekolah

adalah melalui pembelajaranan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

Olahraga saat ini mengalami kemajuan yang begitu pesat. Selain itu olahraga saat

ini sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat baik pria maupun wanita, dari

anak-anak sampai dengan orang tua. Hal tersebut dikarenakan olahraga

mempunyai andil besar dalam membentuk karakter individu. Dengan pembinaan

di bidang olahraga dapat menjadikannya salah satu faktor membangun bangsa ini,

serta dengan adanya olahraga dapat memberikan kesempatan dan manfaat untuk

sehat baik jasmani maupun rohani.

Setiap cabang olahraga mempunyai sejarah kelahirannya sendiri-sendiri,

begitu juga sepak takraw yang mulanya hanya permainan untuk mengisi waktu

luang hingga berkembang menjadi olahraga permainan untuk mencapai suatu

prestasi.

1
2

Sepak sendiri merupakan artian dari menendang yang diambil dari Bahasa

Malaysia, sementara takraw diambil dari Bahasa Thailand yang artinya bola rotan

yang dianyam. Sepak takraw merupakan olahraga tradisional yang berasal dari

bumi Indonesia dan telah lama berkembang di tanah air, dengan banyak

dimainkan oleh masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di daerah pesisir

pantai seperti Kepulauan Riau, Sumatra bagian barat dan Makassar. Di Makassar

Permainan sepak takraw di namakan “sepak raga” yang banyak dimainkan oleh

para nelayan sebagai pengisi waktu luang sebelum mereka melaut.

Sepak takraw merupakan salah satu cabang olahraga yang mulai populer dan

banyak diminati masyarakat dari semua golongan. Hal ini dapat dilihat dari

antusias masyarakat dalam menyaksikan pertandingan.

Cabang olahraga sepak takraw sangat tinggi baik itu dari tingkat Sekolah

Dasar sampai Perguruan Tinggi atau dari tingkat daerah sampai ketingkat nasional

diselenggarakan oleh pihak terkait.

Dalam memainkan permainan sepak takraw bola pertama kali di servis atau

diseberangkan melalui atas net ke arah lapangan lawan, setelah itu melalui operan

dari kaki ke kaki atau menggunakan paha dan kepala sebagai usaha untuk

mengembalikan bola kearah lawan. Orang yang melakukan servis disebut dengan

tekong, tekong sendiri memiliki arti kata yaitu nahkoda atau biasa disebut orang

yang mengendalikan jalannya kapal, tekong sendiri berasal dari bahasa

kalimantan. Oleh karena itu servis merupakan serangan awal dengan tujuan lawan

tidak bisa mengembalikan bola sehingga dapat menghasilkan poin.

Servis atau sepak mula merupakan gerakan yang dilakukan oleh seorang

tekong untuk melakukan tendangan pertama dalam suatu permainan sepak

takraw, servis
juga merupakan serangan pertama kepada lawan selain smesh dan diharapkan

melalui servis ini suatu regu atau tim bisa langsung menghasilkan angka. Sepak

mula atau servis dapat dibagi menjadi tiga, yaitu servis, servis samping dan servis

atas. Servis yaitu bola yang dilambungkan oleh apit kiri atau kanan dibawah bahu.

Servis samping yaitu bola yang dilambungkan di antara pinggul dan bahu. Servis

atas yaitu bola yang dilambungkan diatas bahu. Bola disepak menggunakan kaki

bagian dalam dan kaki bagian punggung .

Servis merupakan salah satu teknik dalam sepak takraw yang harus terus

menerus dilatih agar dapat menghasilkan teknik yang baik. Teknik servis dapat

dilatih mulai dari sikap awal, perkenaan kaki dengan bola serta posisi gerakan

lanjutan. Kesalahan saat melakukan servis yaitu menginjak garis lingkaran tekong,

bola yang disepak sangkut di net dan bola keluar dari lapangan atau out akan

memberikan angka kepada lawan.

Untuk mendapatkan teknik servis yang baik dan benar maka peserta didik

harus dilatih dari tahapan yang mudah ke yang sulit. Selain itu pola gerakan dalam

melakukan servis perlu diperhatiakan mulai dari kaki tumpuan, posisi kaki yang

menendang bola dan posisi badan sampai gerakan lanjutan setelah menendang

bola. Dengan pemberian teknik yang benar diharapkan peserta didik dapat

mengetahui dan melakukan konsep gerakan dalam melakukan servis.

Jika peserta didik sudah menguasai teknik servis dengan baik, maka peserta

didik dapat melakukan teknik servis yang lebih efisien dan terarah pada tempat-

tempat yang menjadi titik kelemahan lawan sehingga melalui servis ini suatu tim

atau regu dapat langsung menghasilkan poin. Servis yang dilakukan dengan baik

juga dapat membuat lawan kesulitan dalam membuat serangan balik dengan baik.
Begitu pula sebaliknya, apabila tekong melakukan banyak kesalahan ketika

melakukan servis maka secara langsung lawan mendapat poin dengan cuma-cuma.

Dalam penelitian ini si penulis akan meneliti dan mengembangkan tentang

model belajar servis pada permainan sepak takraw. Karena pada saat ini sepak

takraw merupakan cabang olahraga yang semakin maju yang mana membuat

sepak takraw ini mulai terkenal dan banyak peminatnya di masyarakat. Kurangnya

referensi model belajar servis untuk para pelajar membuat model pembelajaran ini

kurang inovatif dan kreatif juga menjadi penyebab penulis melakukan penelitian

ini. Servis adalah permulaan dalam permainan sepak takraw dan servis adalah

teknik lanjutan yang harus dikuasai oleh atlit pelajar setelah pembelajaran tentang

teknik dasar dalam permainan sepak takraw. Penulis akan mengembangkan model

belajar servis pada permainan sepak takraw siswa SMPN 181 Jakarta. Hal tersebut

didasari oleh hasil observasi peneliti pada saat proses latihan dan pertandingan

siswa sepak takraw SMPN 181 Jakarta.

Dengan berbagai bentuk model belajar servis diharapkan dapat menambah

variasi belajar servis untuk peserta didik. Banyaknya variasi model belajar ini juga

dapat memudahkan pelatih dan guru karena mempunyai banyak pilihan dalam

menggunakan model sesuai dengan perkembangan peserta didik.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka fokus penelitian

perlu dibatasi. Pada penelitian ini peneliti hanya akan memfokuskan untuk

membuat pengembangan model belajar servis pada permainan sepak takraw yang

kreatif, inovatif, dan berkualitas.


C. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan model yang akan dikembangkan pada penelitian ini, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengembangan model belajar servis pada permainan

sepak takraw ?

D. Kegunaan Hasil Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, adapun kegunaan hasil penelitian ini

adalah :

1. Menjawab permasalahan yang ada pada penelitian ini

2. Menjadi bahan referensi bagi para pelatih dalam membuat model belajar servis

pada permainan sepak takraw dan menyusun program pembelajaran sesuai

dengan kemampuan siswa yang dimiliki.

3. Memberikan masukan kepada para guru pendidikan jasmani, pelatih dan

pembina cabang olahraga sepak takraw di sekolah-sekolah dalam

mengembangkan model belajar servis.

4. Memperbanyak model belajar teknik servis pada permainan sepak takraw

yang lebih bervariatif dan kreatif, sehingga menyenangkan bagi para ipemain.

5. Meningkatkan pembinaan sepak takraw khususnya di kalangan pelajar.


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Pengembangan Model

“Penelitian hakikatnya merupakan kegiatan ilmiah untuk memperoleh

pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang diperoleh berupa

fakta-fakta, konsep, generalisasi dan teori yang memungkinkan manusia dapat

memahami fenomena dan memecahkan masalah yang dihadapi” (Sangadji, 2010).

Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Setiap jenis penelitian memiliki cara pelaksanaan yang

spesifik, sehingga seseorang yang akan mengadakan penelitian sangat perlu untuk

memahami apa jenis penelitian yang akan dipergunakan.

Belajar pengembangan model adalah menggambarkan pola berfikir dan

menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Dalam pengembangan

model belajar, model adalah suatu proses sistematik, konstuksi, pemanfaatan,

pengelolaan, evaluasi sistem belajar.

Mengembangkan model belajar teknik lanjutan yaitu servis pada permainan

sepak takraw, peneliti menggunakan metode penelitian dan pengembangan (research

and development). Metode Reseach and Development mengembang model yang

sudah ada dan memperbaharui untuk di uji keefektifanya. Maka dari itu peneliti

meningkatkan,

6
7

menambah atau memperbaharui model pembelajaran servis pada permainan sepak

takraw yang sudah ada dan diuji keefektifannya.

Sugiyono berpendapat bahwa “Metode penelitian dan pengembangan atau dalam

bahasa inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

tertentu”. (Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, 2015, p. 407) Mengembangkan model belajar servis pada permainan sepak

takraw dan di uji keefektifannya. Untuk memenuhi kebutuhan guru agar dapat

memberikan model pembelajaran servis yang bervariasi dan berkualitas.

Nana Syaodih Sukmadinata mendefinisikan bahwa “Penelitian dan

Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah suatu proses atau

langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan

produk yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan”. (Sukmadinata, Metode

Penelitian Pendidikan, 2010, p. 164) Pada proses penelitian ini harus di awali dengan

adanya kebutuhan dan permasalahan yang sering terjadi dalam belajar servis pada

permainan sepak takraw.

Nusa Putra berpendapat bahwa “Penelitian dan Pengembangan (R&D) terdiri dari

empat jenis kegiatan, yaitu: penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan

produk, dan proses pengembangan”. (Putra, 2011, p. 69) Keempat jenis kegiatan

penelitian ini juga dapat dilakukan dalam Pengembangan model belajar servis dalam

permainan sepak takraw.

Penelitian dasar memahami servis pada permainan sepak takraw. Penelitian

terapan: merumuskan masalah yang ada atau yang sering terjadi pada belajar servis

dan
memecahkan masalahnya. Pengembangan produk mengembangkan model belajar

servis yang sudah ada atau menambah model baru. Proses pengembangan: menguji

keefektifan dan kualitas model belajar servis untuk di kembangkan.

Dunia Olahraga, Penelitian dan Pengembangan atau (Research and

Development) sangatlah penting untuk membuat model atau mengembangkan suatu

model belajar yang sudah ada dan memperbaharuinya serta di uji keefektifannya.

Untuk meningkatkan performa siswa. Seperti yang tertulis di buku Nana Syaodih

Sukmadinata menyatakan bahwa “Penelitian dan Pengembangan atau Research and

Development (R&D) adalah sebuah strategi atau metode penelitian yang cukup

ampuh untuk memperbaiki praktik”. (Sukmadinata, Metode Penelitian dan

Pengajaran, 2010, p. 164)

Dalam penelitian research and development terdapat beberapa model yang dapat

digunakan sebagai panduan dalam mengembangkan suatu produk diantaranya

adalah:

1. Model Pengembangan Borg & Gall

Borg & Gall mengembangkan 10 tahapan dalam mengembangkan model, yaitu:

1) Research and information collecting, termasuk dalam langkah ini antara

lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji,

pengukuran kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk

merumuskan kerangka kerja penelitian;

2) Planning, termasuk dalam langkah ini menyusun rencana penelitian yang

meliputi merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan

permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan,


desain atau langkah-langkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan

melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;

3) Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk

permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini

adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku

petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung.

Contoh pengembangan bahan belajar, proses belajar dan instrument

evaluasi;

4) Preliminary field testing, yaitu melakukan uji

5) coba lapangan awal dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1-3 sekolah,

dengan jumlah 6-12 subyek. Pada langkah ini pengumpulan dan analisis

data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi atau angket;

6) Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal

yang dihasilkan berdasarkan hasil uji coba awal. Perbaikan ini sangat

mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang

ditunjukan dalam uji coba terbatas, sehingga diperoleh draft produk

(model) utama yang siap diuji coba lebih luas;

7) Main field testing, biasanya disebut ujicoba utama yang melibatkan

khalayak lebih luas, yaitu 5-15 sekolah, dengan jumlah subyek 30-100

orang. Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif, terutama dilakukan

terhadap kinerja sebelum dan sesudah penerapan uji coba. Hasil yang

diperoleh dari uji coba ini dalam bentuk evaluasi terhadap pencapaian

hasil uji coba (desain model) yang dibandingkan dengan kelompok

kontrol.
Dengan demikian pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan

penelitian eksperimen;

8) Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan/penyempurnaan

terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan

sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi;

9) Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap model

operasional yang telah dihasilkan. Dilaksanakan pada 10-30 sekolah

melibatkan 40-200 subyek. Pengujian dilakukan melalui angket,

wawancara, dan observasi dan analisis hasilnya. Tujuan langkah ini adalah

untuk menentukan apakah suatu model yang dikembangkan benar-benar

siap dipakai di sekolah tanpa harus dilakukan pengarahan atau

pendampingan oleh peneliti/pengembangan model;

10) Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model

yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);

11) Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebarluaskan

produk/model yang dikembangkan kepada khalayak/masyarakat luas,

terutama dalam kancah pendidikan. Langkah pokok dalam fase ini adalah

mengkomunikasikan dan mensosialisasikan temuan/model, baik dalam


bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan

kepada skakeholders yang terkait dengan temuan penelitian.

Gambar 2.1 Model Pengembangan Borg & Gall

Sumber: Walter R. Borg and Meredith D. Gall, Educational Research An

Introduction (New York: Longman)

2. Model ADDIE

ADDIE adalah singkatan dari Analysis, Design, Development, Implement,

dan Evaluation. Model ADDIE ini adalah model yang memperlihatkan tahapan-

tahapan dasar desain belajar yang sederhana dan mudah dipelajari. Didalam

model ADDIE ini memliki 5 tahapan di dalamnya. Kelima tahapan ini ini harus

dilakukan secara sistemik dan sistematik, hal ini diperuntukkan agar dapat

membantu penggunaannya dan menciptakan belajar efektik, efisien, dan menarik.

Kelima model ADDIE ini dapat digambarkan sebagai berikut:


Gambar 2.2 Model ADDIE

Sumber: Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem Belajar (Jakarta:

Dian Rakyat. 2009), h.127.

3. Model Sugiyono

Alur Rancangan model metode Penelitian dan Pengembangan yang

digambarkan dalam bagan seperti dikutip dari Prof. Dr. Sugiyono adalah sebagai

berikut :
Potensi Pengumpula Desain Validasi Desain
dan n data Produk
Masalah
Ujicoba
Revisi Ujicoba Revisi
Pemakaian
Produk Produk Desain

Revisi Produk
Produksi Masal

Gambar 2.3 Lagkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development

(R&D) Sugiyono

Sumber: Sugiyono,”Metode Penelitian Pendidikan”,

(Bandung: Alfabeta,2015)h.409

Berikut langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan dan penjelasannya

pada gambar tersebut :

1) Potensi dan Masalah, Potensi adalah segala sesuatu yang bila didaya gunakan

akan memiliki nilai tambah. Masalah adalah penyimpangan antara yang

diharapkan dengan yang terjadi.

2) Mengumpulkan Informasi, setelah potensi dan masalah dapat ditunjukan secara

factual dan uptodate.

3) Desain Produk, Produk yang di hasilkan dalam penelitian Research and

Development bermacam-macam.

4) Validasi Desain, merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan

produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih efektif

dari yang lama atau tidak.


5) Perbaikan Desain, setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar

dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan

tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain.

Yang bertugas memperbaiki desain adalah yang mau menghasilkan produk

tersebut.

6) Uji Coba Produk, seperti yang telah di kemukakan, kalau dalam bidang teknik,

desain produk yang telah dibuat tidak bisa langsung diuji coba dulu, tetapi harus

dibuat terlebih dahulu menjadi barang, dan barang tersebut yang diuji coba.

7) Revisi Produk, penguji efektivitas metode mengajar baru pada sempel yang

terbatas tersebut menunjukkan bahwa metode mengajar baru ternyata yang lebih

efektif dari metode lama.

8) Uji Coba Pemakaian, setelah penguji terhadap produk berhasil, dan mungkin ada

revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya produk berupa metode

mengajar baru tersebut diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas.

Dalam operasinya, metode baru tersebut, tetapi harus dinilai kekurangan atau

hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih lanjut.

9) Revisi Produk, apabila dalam pemakaian dalam lembaga pendidikan yang luas

terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuat

produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk dalam hal ini adalah

metode mengajar.

10) Pembuatan Produk Masal, bila produk yang berupa metode mengajar baru

tersebut dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan. (Sugiyono, Metode

Penelitian Pendidikan, 2015, p. 409)


4. Model Arif S. Sadiman

Berikut ini adalah Alur rancangan model metode penelitian dan pengembangan

menurut ahli Arif S. Sadiman:

Gambar 2.4 Bagan Rancangan Model Flow Chart.

Sumber : Sadiman,”Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan

Pemanfaatannya”,(Jakarta: Pustekom Dikbud, 2003)

Arif S. Sadiman kemudian menjelaskan secara rinci tiap langkah yang diuraikan

diatas,sebagai berikut :

1) Pertama kali yang ditentukan adalah sebuah ide-ide yang akan dikembangkan,

dengan mengumpulkan informasi sebagai landasan pemikiran untuk membuat

konsep.

2) Pembuatan model latihan (rancangan produk), bnetuk rancangan tersebut adalah

model latihan

3) Revisi produk I, revisi dilakukan oleh ahli yang bersangkutan.


4) Produksi prototipe, dilakukan dengan mempraktekkan model latihan di lapangan.

5) Uji coba prototipe, pengujian terhadap subyek lapangan baik dalam uji coba

tahap I maupun uji coba tahap II.

6) Revisi produk kedua, revisi dilakukan oleh ahli, guna memperoleh hasil yang

sempurna.

7) Reproduksi, penyempurnaan produk untuk menuju produk akhir yang

diharapkan pada pengembangan. (Sadiman, 2003, p. 6)

Dari semua pendapat para ahli diatas, tentang Penelitian dan Pengembangan atau

Research and Development (R&D) adalah pola pikir untuk melakukan Penelitian dan

Pengembangan. Mulai dari permasalahan yang sering terlihat (fakta) untuk di teliti

dan di pahami permasalahan tersebut. Untuk mencari solusi permasalahan tersebut

dilakukan pengembangan permasalahan agar dapat mencari solusi permasalahannya.

Setelah di lakukan pengembangan dibuatlah model yang sudah ada dan menguji

keefektifannya serta untuk meningkatkan, variasi, kualitas dan menjadi bahan

referensi untuk para pelatih.

B. Konsep Model Yang Dikembangkan

Mengembangkan suatu produk perlunya ada analisa dalam menemukan masalah

yang ada, dengan adanya kerangka dalam sebuah proses konsep tentunya peneliti

ingin mengembangkan suatu proses belajar sepak takraw khususnya servis untuk

pelajar agar dapat diterapkan dalam suatu proses belajar. Dalam hal ini peneliti akan

mengembangkan model belajar servis dalam permainan sepak takraw yang didasari
dengan model latihan yang terdapat pada buku karangan Achmad Sofyan Hanif

dengan judul “Sepak Takraw Untuk Pelajar”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang sudah dikemukakan, untuk

membuat suatu produk dalam metode Penelitian dan Pengembangan dibutuhkan

rancangan model agar alur penelitian dapat berjalan dengan benar dan baik. Maka

dari itu konsep model yang akan dikembangkan adalah membuat model

pembelajaran teknik lanjutan servis pada permainan sepak takraw. Model belajar

yang akan dibuat oleh peneliti sebagian besar di variasikan dengan menggunakan alat

bantuan.

Berikut ini adalah beberapa konsep model pembelajaran yang dirancang oleh

peneliti :

Servis/Tekong Smes Umpan

TAE. KNIK
LANJUTAN
PERMAINAN
Blok
SEPAK
TAKRAW
Teknik Lanjutan yang
Dikembangakan

Gambar 2.5 Konsep Model yang Dikembangkan Pada Permainan Sepaktakraw

Sumber : Desain Peneliti


C. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan perubahan perilaku atau perubahan kecakapan yang

mampu bertahan dalam waktu tertentu dan bukan berasal dari proses

pertumbuhan (Gagne, 1989). Pendapat yang hampir sama dikemukakan

Singer (1980) yang menyatakan belajar adalah terjadinya perubahan

perilaku yang potensial sebagai akibat dari latihan dan pengalaman masa

lalu dalam menghadapi suatu tugas tertentu. Annarino (1980) menyatakan

belajar adalah terjadinya suatu perubahan perilaku dari organisasi

manusia. Sedangkan Bowerd dan Hilgard (1981) menyatakan bahwa

belajar adalah terjadinya suatu perubahan perilaku yang potensial

terhadap situasi tertentu yang diperoleh dari pengalaman yang dilakukan

berulang kali. Oxendine (1984) menggambarkan bahwa belajar sebagai:

(1) akumulasi pengetahuan, (2) penyempurnaan dalam suatu kegiatan, (3)

pemecahan suatu masalah, dan (4) penyesuaian dengan sistuasi yang

berubah-ubah. Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa definisi

belajar di atas, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku

yang relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman dimasa

lalu. Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar menurut Gagne (1985)

dapat dikategorikan menjadi lima kelompok, yaitu: (1) Keterampilan

intelektual, (2) Informasi verbal, (3) Strategi kognitif, (4) Sikap, (5)

Keterampilan motorik. Sedangkan menurut Bloom (1985) perubahan -

perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar dapat dikelompokkan

kedalam tiga domain, yaitu: (1)


Kognitif, (2) Afektif dan (3) Psikomotor. Terjadinya perubahan pada

keterampilan intelektual, informasi verbal, dan strategi kognitif atau

menurut Bloom disebut domain kognitif merupakan bentuk dalam

pengetahuan yang menunjuk pada informasi yang tersimpan dalam

pikiran. Sedangkan perubahan yang terjadi pada sikap dan keterampilan

motorik atau menurut Bloom meliputi domain afektif dan psikomotor

merupakan bentuk dalam gerakan yang menunjukkan aksi atau reaksi

yang dilakukan seseorang dalam mencapai tujuan.

2. Pengertian Belajar Motorik

Pengertian belajar motorik pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan

pengertian belajar secara umum. Drowaztky (1981) menyatakan belajar

motorik adalah belajar yang diwujudkan melalui respons-respons muskuler

yang umumnya di ekspresikan dalam bentuk gerakan tubuh atau bagian

tubuh. Oxendine (1984) menyatakan, belajar motorik adalah suatu proses

terjadinya perubahan yang bersifat tetap dalam perilaku motorik sebagai

hasil dari latihan dan pengalaman. Schmidth (1988) menyatakan belajar

motorik adalah seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan atau

pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam

perilaku terampil. Rahantoknam (1988) memberikan definisi belajar

motorik sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik

yang disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau diperoleh dari

pengalaman, dan bukan karena proses kematangan atau motivasi temporer


dan fluktuasi fisiologis. Meskipun tekanan belajar motorik adalah

penguasaan keterampilan, bukan berarti aspek lain seperti domain

kognitif dan afektif diabaikan. Belajar motoric dalam olahraga

mencerminkan suatu kegiatan yang disadari dari mana aktivitas belajar

diarahkan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Menurut

Magill (1980) perubahan perilaku yang terjadi dalam belajar motorik

ternyata dapat diamati bahkan dapat diukur dari sikap dan penampilannya

dalam suatu gerakan atau penampilan tertentu. Karakteristik penampilan

merupakan indikator dari pengembangan belajar atau penguasaan

keterampilan yang telah dikembangkan menjadikan seseorang dapat

memiliki keterampilan yang lebih baik dari sebelumnya, dan semakin

meningkatnya penguasaan keterampilan tersebut, maka waktu yang

diperlukan untuk menampilkan keterampilan tersebut juga semakin

singkat. Oleh karena itu konsep belajar motorik berkaitan erat dengan

konsep belajar yang dikembangkan oleh Gagne dan Bloom, yaitu

perubahan sikap dan keterampilan atau perubahan yang terjadi pada

domain afektif dan psikomotor.

Schmidth (1988) Memberikan batasan bahwa, yang dimaksud dengan

belajar gerak adalah suatu rangkaian proses yang berhubungan dengan

latihan atau pengalaman yang mengarah pada terjadinya perubahan –

perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan seseorang untuk

menampilkan gerakan – gerakan yang terampil.


3. Pengertian Pembelajaran

Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner dalam buku Udin S. Winataputra

pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang

untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Belajar merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, belajar adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan

menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan

(aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek

afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik,

namn proses pengajar ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu

pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan belajar menyiratkan

adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.

Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar

dan kreativitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi

ditunjag dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut

akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target

belajar
dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui

proses belajar. Desain belajar yang baik, ditunjang fasilitas yang

memadai, ditambah dengan kreativitas guru akan membuat peserta didik

lebih udah mencapai target belajar. (Samsudin, 2017)

Bahri Djamarah dalam bukunya mengatakan “Pembelajaran pada

hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar.

Pembelajaran juga dikatakan sebagai proses memberikan bimbingan atau

bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses belajar. Peran dari

guru sebagai pembimbing bertolak dari banyaknya peserta didik yang

bermasalah. Dalam belajar tentunya banyak perbedaan, seperti adanya

peserta didik yang mampu mencerna materi pelajaran, ada pula peserta

didik yang lamban dalam mencerna materi pelajaran. Kedua perbedaan

inilah yang menyebabkan guru mampu mengatur strategi dalam

pembelajaran yang sesuai dengan keadaan setiap peserta didik. Oleh

karena itu, jika hakikat belajar adalah “perubahan”, maka hakikat

pembelajaran adalah “pengaturan”. (Djamarah, 2013)

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pembelajaran adalah proses

interaksi pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar yang

berlangsung dalam suatu lingkungan belajar. (Indonesia, 2003) Secara

nasional, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses interaksi yang


melibatkan komponen-komponen utama, yaitu peserta didik, pendidik,

dan sumber belajar yang berlangsung dalam suatu lingkungan belajar,

maka yang dikatakan dengan proses pembelajaran adalah suatu sistem

yang melibatkan satu kesatuan komponen yang saling berkaitan dan

saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara

optimal sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan.

Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi edukatif yang

terjadi, yaitu interaksi edukatif yang sadar akan tujuan. Interaksi ini

berakar dari pihak pendidik (guru) dan kegiatan belajar secara paedagogis

pada diri peserta didik, berproses secara sistematis melalui tahap

rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi seketika,

melainkan berproses melalui tahapan-tahapan tertentu. Dalam belajar,

pendidik menfasilitasi peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Dengan adanya interaksi tersebut maka akan menghasilkan proses

pembelajaran yang efektif sebagaimana yang telah diharapkan. (Hanafy,

2014)

Menurut Trianto, pembelajaran adalah aspek kegiatan yang kompleks dan

tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Secara sederhana, pembelajaran dapat

diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan

dan pengalaman hidup. Pada hakikatnya, Trianto mengungkapkan bahwa

pembelajaran merupakan usaha sadar dari seorang guru untuk

membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik

dengan sumber belajar lain) dengan maksud agar tujuannya dapat

tercapai. Dari uraiannya tersebut, maka terlihat jelas bahwa pembelajaran

itu adalah
interaksi dua arah dari pendidik dan peserta didik, diantara keduanya

terjadi komunikasi yang terarah menuju kepada target yang telah

ditetapkan. (Trianto, 2013)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran ataupun belajar

dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku guru dan

siswa tentulah berbeda, perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa

adalah belajar. Dua perilaku ini tidak terlepas dari bahan pelajaran.

Dengan demikian, pembelajaran pada dasarnya adalah kegiatan terencana

yang mengkondisikan atau merangsang seseorang agar dapat belajar

dengan baik, sehingga kegiatan pembelajaran ini bermuara pada dua

kegiatan pokok, yaitu bagaimana orang melakukan tindakan perubahan

tingkah laku melalui kegiatan belajar dan bagaimana orang melakukan

tindakan penyampaian ilmu pengetahuan melalui kegiatan mengajar. Oleh

karena itu, makna pembelajaran merupakan tindakan eksternal dari

belajar, sedangkan belajar adalah tindakan internal dari belajar.

4. Teknik Dalam Sepak Takraw

Sepak takraw adalah olahraga asli Indonesia dan telah lama

berkembang di tanah air, dengan banyak dimainkan oleh masyarakat

Indonesia terutama yang berdomisili di pantai, seperti daerah Kepulauan

Riau, Sumatra bagian barat, dan Makasar. Dalam bukunya, Nur Ali, dkk.

mengatakan bahwa

: “Secara harafiah kata “takraw” berasal dari bahasa Thai yang berarti bola

yang terbuat dari rotan. Kemudian ditambah didepan kata “sepak” yang

artinya
menendang, memainkan bola dengan bagian kaki mulai dari ujung kaki

sampai ke pangkal paha (Ali, Hanif, & Jamalong,2003).”

Menurut Achmad Sofyan Hanif dalam bukunya menjelaskan bahwa :

Cabang olahraga sepak takraw merupakan cabang olahraga permainan yang

didalamnya ada gerakan-gerakan dari cabang lain seperti sepak bola, bulu

tangkis, dan senam, permainan ini dilakukan dua regu yang berlawanan.

Setiap regu terdiri dari tiga orang pemain yang terpisahkan oleh net (Hanif,

Sepak Takraw Untuk Pelajar, 2015)

Secara singkat sejarah sepak takraw, tahun 1965 dibentuk ASTAF

(Asian Sepak Takraw Federation) yang menaungi kegiatan para pecinta

sepak takraw di daerah asia, kemudian juga dibentuk ISTAF (International

Sepak Takraw Federation). Tahun 1981 PERSERASI resmi diterima sebagai

anggota KONI, kemudian pada tahun 1987-1996 selama 9 tahun,

PERSERASI berubah nama menjadi PERSETASI (Persatuan Sepak Takraw

Seluruh Indonesia). Dan mulai tahun 2005 sesuai hasil munas, PERSETASI

resmi berubah nama menjadi PSTI (Persatuan Sepak Takraw Indonesia).

Dalam bukunya yang berjudul Sepak takraw, Abdul Aziz menjelaskan

pengertian dari sepak takraw yaitu : “Sepak takraw adalah suatu permainan

yang dilakukan diatas lapangan empat persegi panjang, rata, baik terbuka

maupun tertutup, serta bebas dari semua rintangan. Lapangan dibatasi oleh

net, bola yang dipakai terbuat dari rotan atau plastic “synthetic fibre”

dianyam bulat. Permainan ubu menggunakan seluruh anggota tubuh kecuali

tangan (Hakim & dkk, 2007).”


Menurut Ucup Yusuf, dkk mereka juga menjelaskan bahwa:

“Permainan sepak takraw dilakukan oleh dua regu yang berhadapan di

lapangan yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah

lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3

orang pemain yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dua

orang lainnya menjadi pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan

yang disebut apit kiri dan apit kanan (Yusuf, Prawirasaputra, & Usli,2001).”

Achmad Sofyan Hanif dalam bukunya yang berjudul Kepelatihan

Dasar Sepak Takraw menjelaskan pengertian permainan sepak takraw bahwa:

“Sepak takraw merupakan perpaduan atau pengembangan tiga macam

permainan yaitu sepak bola, bola voli dan bulu tangkis. Dikatakan sama

dengan sepak bola karena permainan itu dimainkan dengan menggunakan

kaki dan anggota badan yang lain kecuali tangan, dikatakan bola voli karena

ada teknik umpan, blok dan smash, dan dikatakan bulu tangkis karena ukuran

lapangan dan net sama dengan bulu tangkis (Hanif, Kepelatihan Dasar Sepak

Takraw, 2015)”.

Dalam bermain sepak takraw yang benar, seorang atlet dituntut

mempunyai keterampilan dan kemampuan yang baik. Kemampuan yang

dimaksud adalah kemampuan dasar bermain sepak takraw. Meliputi:

menyepak bola dengan menggunakan bagian-bagian kaki, memainkan bola

dengan kepala, mendada, memaha, bahu, serta menggunakan telapak kaki

(Ali, Hanif, & Jamalong, 2003). Kemampuan dasar diatas itu antara satu

dengan yang lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Tanpa

meguasai
kemampuan dasar atau teknik dasar, seorang atlet tidak dapat memainkan

bola dalam suatu permainan sepak takraw dengan baik.

Sebagaimana olahraga lainnya, dalam upaya pencapainnya prestasi

olahraga sepak takraw juga dipengaruhi oleh berbagai aspek yang saling

menunjang antara lain : aspek teknik, aspek fisik, aspek taktik, dam aspek

psikologi (Hakim & dkk, 2007). Aspek teknik yang dimaksud adalah pemain

sepak takraw harus menguasai dan memiliki keterampilan teknik dasar dan

keterampilan teknik lanjutan bermian sepak takraw yang baik pula.

Teknik-teknik dasar dalam sepak takraw dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Sepak sila atau menyepak bola dengan kaki bagian dalam

Sepak sila adalah dasar sepakan sepak takraw yang kegunaanya untuk

menahan bola, mengawal bola dan mengumpan dalam suatu permainan

sepak. Teknik-teknik melakukan sepak sila adalah sebagai berikut :

a) Berdiri dengan dua kaki terbuka berjarak selebar bahu.

b) Kaki-sepak di gerakan melipat setinggi lutut kaki tumpu.

c) Bola dikenai atau bersentuh dengan bagian dalam kaki sepak pada

bagian bawah bola.

d) Kaki tumpu agak ditekuk sedikit dan badan dibungkukkan sedikit.

e) Mata melihat kearah bola.

f) Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan pada siku untuk menjaga

keseimbangan.
g) Pergelangan kaki-sepak pada waktu menyepak ditegangkan atau

dikencangkan, dan bola disepak ke atas lurus kepala.

Gambar 2.6 Teknik Dasar Sepak Sila

Sumber: Foto Pribadi

2. Sepak cungkil atau menyepak bola dengan punggung kaki

Sepak cungkil adalah sepakan atau menyepak bola dengan

menggunakan punggung kaki atau ujung kaki yang digunakan untuk

mengambil dan menyelamatkan bola yang jauh dari jangkauan dan arah

datang bola lebih rendah.

Teknik-teknik melakukan sepak cungkil adalah sebagai berikut :

a) Berdiri dengan kedua kaki berjarak selebar bahu.

b) Kaki-sepak diluruskan sehingga ujung kaki dengan lutut digerakkan

di atas setinggi lutut kaki-tumpu menuju kea rah datangnya bola.

c) Bola disentuh dengan bagian atas ujung kaki-sepak pada bagian

bawah bola, sedangkan kaki-tumpu di tekuk sedikit pada lutut dan

badan dicondongkan atau dikedipkan sedikit ke belakang.

d) Mata melihat kea rah datangnya bola.


e) Kedua tangan dibuka lebar dan dibengkokkan pada siku untuk

keseimbangan, bola di sepak lurus ke atas setinggi bahu atau kepala

tindak lanjut.

Gambar 2.7 Teknik Dasar Sepak Cungkil

Sumber : Foto Pribadi

3. Memaha

Memaha adalah memainkan bola dengan paha dalam usaha

mengontrol bola. Memaha biasanya digunakan sebagai penerimaan bola

cepat yang posisinya mengarah ke arah ketinggian perut, perkenaan bola

terhadap paha adalah 5-10 sentimeter di atas tempurung lutut, sehingga

perkenaan bola pantul akan mudah dikendalikan.

Teknik-teknik untuk melakukan memaha adalah sebagai berikut :


a) Kaki diangkat dengan cara lutut ditekuk dan paha diangkat sejajar

dengan pinggang.

b) Kaki tumpu ditekuk sedikit dan berat badan ada pada kaki tumpu.

c) Kedua tangan dibuka yang akan berfungsi sebagai keseimbangan.

d) Perkenaan bola berada diatas lutut, agar bola datang dapat memantul.

e) Bola yang dikontrol diarahkan keatas agar dapat dikuasai lebih lanjut.

Gambar 2.8 Teknik Dasar Memaha

Sumber : Foto Pribadi

4. Heading (Menyundul)

Main kepala atau heading adalah memainkan bola dengan

menggunakan kepala. Bola disundul dengan bagian kepala seperti dahi,

samping kiri kepala, samping kanan kepala, dan bagian belakang kepala.

Gunanya ada bermacam-macam, bagian dahi untuk mengumpan pada teman,

melakukan serangan dengan kepala.


Bagian samping kanan dan bagian samping kepala dapat digunakan

untuk bertahan dari servis lawan dan juga digunakan untuk bertahan dari

servis lawan dan digunakan juga untuk melakukan serangan ke pihak lawan.

Bagian belakang kepala untuk menyerang pihak lawan dengan tipuan. Untuk

menyundul bola dengan melompat ada dua tahapan, yaitu :

1) Tahapan melompat

Dimulai dari gerakan ke atas dengan lecutan kedua lutut, kedua lengan

mengikuti gerakan badan.

2) Tahapan menyundul

Saat perkenaan kepala dengan bola, dahi dan leher mengarahkan

ketempat sasaran yang diinginkan, hal ini digunakan untuk smash atau

menempatkan bola ke daerah lawan.

Dan Teknik yang digunakan untuk memainkan bola dengan kepala adalah

sebagai berikut :

a) Beridiri pada kedua kaki menghadap datangnya bola

b) Hadapkan dahi pada bola

c) Arahkan kepala pada tujuan dan sasaran yang dituju

d) Bola dating setinggi kepala, maka kepala menyambut dengan suatu

gerakan

e) Kaki atau kepala guna membantu tenaga pantulan atau arah yang

diperlukan (Hanif, Kepelatihan Dasar Sepak Takraw, 2015)


Gambar 2.9 Teknik Dasar Menyundul

Sumber : Foto Pribadi

Selain memiliki teknik dasar, seorang pemain atau atlet juga harus

mempunyai teknik spesialis. Teknik spesialis yang dimaksud adalah

bagaimana seorang atlet dapat memainkan bola didalam suatu permainan

sehingga permainan dapat berjalan dengan baik. Teknik dasar dan teknik

spesialis saling berhubungan erat dalam permainan sepak takraw sehingga

harus selalu dilakukan secara bersamaan untuk mendapatkan hasil yang

optimal.

Adapun teknik lanjutan atau teknik spesialis dalam permainan sepak

takraw, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Servis atau Tekong

Servis atau tekongan adalah suatu gerak kerja yang penting dalam

permainan sepak takraw yaitu mengawali suatu permainan dengan ayunan

kaki
yang diawali dengan lontaran bola dari pemain apit, karena servis merupakan

serangan pertama untuk mendapatkan poin. Kegagalan-kegagalan dalam

servis berarti hilanglah kesempatan regu untuk mendapatkan poin dan

memberikan kesempatan kepada pihak lawan untuk membuat poin atau

angka. Banyak pemain tekong yang mencoba membuat poin angka dengan

servis yang keras saja, oleh sebab itu mereka selalu melakukan servis yang

keras, akibatnya banyak servis tersebut menyangkut pada jaring atau keluar.

Tujuan suatu servis hendaklah dipusatkan untuk mendapatkan poin atau

angka, olrh sebab itu servis hendaklah dilakukan dengan berbagai cara supaya

mengacaukan pihak lawan terhadap sasaran servis yang akan kita lakukan

seterusnya. Tekong yang melakukan servis haruslah pandayi mencari titik

kelemahan pihak lawan agar regunya dapat menghasilkan point atau angka.

Sepak mula atau biasa disebut servis adalah sepakan yang dilakukan oleh

seorang tekong ke arah lapangan lawan sebagai cara memulai permainan.

Adapun contoh teknik melakukan sepak mula kaki bagian dalam adalah

sebagai berikut :

a) Badan menghadap saran dan berada di belakang takraw

b) Kaki tumpu berada disamping takraw dengan jarak kurang lebih 25

cm, ujung kaki menghadap sasaran, lutut sedikit di tekuk

c) Kaki tending berada di belakang takraw dengan ujung kaki

menghadap kedalam

d) Kaki tending ditarik kebelakang dan ayunan kedepan sehingga

mengenai takraw
e) Perkenaan kaki pada takraw tepat mengenai punggung kaki disamping

badan untuk menjaga keseimbangan

Gambar 2.10 Servis Kaki Dalam

Sumber : Abdul Gani, Sepak Takraw Double Event

(Depok, RajaGrafindo Persada,2020) hlm.12

2. Smash atau Rejaman

Smash bola ke arah lawan ialah kerja yang terpenting dan terakhir dalam gerak

kerja serangan. Kegagalan untuk men-smash bola ke daerah lawan akan

memberi kesempatan kepada pihak lawan untuk melakukan serangan balasan.

Melalui smash-smash yang bagus akan mendapatkan point, oleh sebab itu tiap-

tiap pemain apit haruslah mahir dalam melakukan smash. Terdapat beberapa

jenis smash yaitu smash gulung (roll spike), smash kedeng, dan smesh gunting.

Adapun teknik dan cara latihan dalam melakukan smash, adalah sebagai berikut:
a) Sikap awal, awalan harus dilakukan cepat dengan cara melangkah

atau lari kecil menuju kearah datangnya bola yang akan di

sepak/smash

b) Tolakan harus dimulai dengan salah satu kaki tumpuan ditekuk

kemudian diikuti Gerakan merendahkan badan, lalu secara

eksplosif lakukan tolakan dengan bantuan ayunan kedua lengan

c) Setelah melakukan tolakan kemudian pinggul diangkat sampai

badan terlihat agak condong . lakukan smash dengan punggung

kaki atau telapak kaki (smash telapak kaki)

d) Gerakan ikutan saat mendarat dimulai dari tungkai yang

digunakan menyepak bola, punggung, bahu, dan lengan secara

bersamaan. Yang membedakan teknik smash yang satu dengan

yang lainnya adalah pada posisi bola saat disepak.

Gambar 2.11 Teknik Smash

Sumber : Abdul Gani, Sepak Takraw Double Event

(Depok: RajaGrafindo Persada, 2020) hlm.17


3. Umpan atau Feeder

Umpan atau operan serangan ialah suatu gerakan kerja memindahkan

bola dari seorang pemain kepada pemain selanjutnya seperti mengumpan

kembali atau melakukan smash. Dalam permainan professional, pemain

spesialis yang bertugas pengoper bola smash adalah feeder player.

Operan yang baik adalah operan yang tidak akan menyusahkan

temannya yang lain untuk meneruskan gerakan-gerakan selanjutnya. Teknik

ini sangat penting dalam permainan sepak takraw karena tanpa operan yang

baik susah bagi regu itu untuk mengatur serangan-serangan yang bagus.

Dalam usaha memberikan umpan kepada teman perlu diperhatikan hal-hal

sebagai berikut:

a) Arahnya umpan yang akan diberikan

b) Tinggi umpan yang dikehendaki teman

c) Jenis dan bentuk smash yang akan dilakukan teman

d) Jalan bola tidak terlalu kencang

Dan teknik dalam mengumpan adalah sebagai berikut:

a) Berdiri kokoh tetapi tidak baku, kedua kaki agak ditekuk

sedikit pada lutut

b) Kedua tangan dibuka dan dibengkokkan sedikit pada siku

untuk menjaga keseimbangan

c) Mata melihat dan memperhatikan bola

d) Mengumpan bola menggunakan sepak sila atau sepak kura


Gambar 2.12 Teknik Mengumpan

Sumber : Abdul Gani, Sepak Takraw Double Event

(Depok, RajaGrafindo Persada, 2020) hlm.103

Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian tentang

teknik servis pada permainan sepak takraw. Dalam proses belajar servis

permainan sepak takraw harus di kembangkan cara melatihnya sehingga

dibutuhkan pedoman yang baik untuk meningkatkan hasil belajar. Dalam

model yang akan disampaikan nantinya peneliti akan mempertimbangkan

karakterisik- karakteristik peserta didik. Hal ini dilakukan agar apa yang

disampaikan sesuai dengan belajar di sekolah.

Setiap permainan sepak takraw dimulai dengan melakukan sepak

mula atau biasa disebut dengan servis. Servis juga merupakan serangan

pertama untuk mendapatkan poin pada permainan sepak takraw. Tekong atau

orang yang melakukan servis harus memiliki teknik servis yang baik yakni

dapat mengarahkan bola ketempat-tempat dimana permainannya lemah dan

sulit menerima servis dengan harapan bola tersebut tidak bisa di terima

dengan baik dan di smes dengan baik sehingga dapat memperoleh poin.
(Abdul Gani, 2020) Ada beberapa gerakan servis pada permainan

sepak takraw, yaitu : (1)dengan kaki bagian dalam (sevis bawah dan servis

samping), (2)dengan punggung kaki ataupun kaki bagian luar (servis atas).

Permainan sepak takraw dalam servis terdapat 2 hal yang perlu

dilihat, yaitu (1)servis merupakan komponen yang paling urgent dalam

permainan sepak takraw, angka dan kemenangan dapat diraih, (2)latihan

servis yang teratur secara terus menerus dan diiringi dengan analisis gerakan

yang benar maka otomatisasi gerakan yang sempurna dapat dimiliki oleh atlet

sepak takraw.

Kesalahan pelambung (apit) melambungkan bola kearah tekong

mendahului perintah wasit menyatakan angka bagi salah satu regu. Bila hal

itu terjadi, maka lambungan itu harus diulangi dan pemain itu mendapat

peringatan dari wasit. Sebaliknya, apit memainkan bola setelah wasit

menyebutkan angka bagi salah satu regu, atau tekong sendiri melakukan

pelanggaran aturan antara lain kedua kakinya keluar dari lingkaran tempat

melakukan sepak mula, atau juga tekong melakukan sepak mula sambil

melompat.

Tujuan dari servis itu hendaklah diarahkan kepada merusak

permainan atau pertahanan pihak lawan sehingga dapat mengatur serangan-

serangan yang baik dan menyebabkan pihak lawan kacau balau. Untuk itu,

servis hendaklah dibuat dengan berbagai cara agar dapat memporak-

porandakan atau mengecoh lawan terutama tentang sasaran servis yang akan

dilakukan. Tekong hendaklah


dapat membuat servis yang baik yakni tempat-tempat di mana permainannya

lemah dan sukar menerima servis.

Cara menggunakannya : (a)berdiri pada salah satu kaki berada di

dalam lingkaran sebagai kaki tumpu, kaki lainnya berada di samping

belakang badan sebagai awalan, (b)salah satu lengan menunjukan permintaan

bola yang akan dilambungkan oleh apit sebagai pelambung, (c)perkenaan

dengan bola saat melakukan servis dengan kaki bagian dalam, (d)bola

disepak saat ketinggian bola setinggi lutut, (e)setelah melakukan sepakan,

gerakan badan mengikuti lanjutan gerak sepak dan mendarat dengan

mengeper. (Hanif, Sepak Takraw Untuk Pelajar, 2015)

D. Rancangan Model

Pada penelitian ini peneliti akan merancang model belajar servis untuk cabang

olahraga sepak takraw. Agar rancangan model dapat berjalan dengan baik dan benar,

maka peneliti akan menggunakan rancangan model yang digambarkan dalam bagan

yang dikutip dari Sugiyono sebagai berikut :


Potensi Pengumpula Desain Validasi
Produk Desain
dan n data
Masalah
Ujicoba
Revisi Ujicoba Revisi
Pemakaian
Produk Produk Desain

Revisi Produk
Produksi Masal

Gambar 2.13 Lagkah-langkah Penggunaan Metode Research and Development

(R&D) Sugiyono

Sumber: Sugiyono,”Metode Penelitian Pendidikan”,(Bandung: Alfabeta,2015)h.409


1. Potensi dan Masalah, adanya potensi atau masalah pada model belajar servis.

Peneliti dapat melakukan peneliitian sesuai kebutuhan atau permasalahan untuk

meningkatkan model belajar tersebut.

2. Pengumpulan Data, setelah potensi dan masalah dapat di tunjukan secara fakta.

Maka dikumpulkan perumusan permasalahan dan memahaminya untuk bahan

perencanaan model belajar servis untuk mengatasi masalah tersebut.

3. Desain Produk, setelah merumuskan masalah, memahami dan membuat bahan

perencanaan. Di buatlah model belajar baru atau memperbaharui model belajar

yang sudah ada.

4. Validasi Desain, Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah

rancangan produk, dalam hal ini metode mengajar baru secara rasional akan lebih

efektif dari yang lama atau tidak.dikatan secara rasional, karena validasi disini

bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan.

Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau

tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang

tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya

dapat diketahui kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan

dalam forum diksusi. Sebelum diskusi peneliti mempersentasikan proses

peneltian sampai ditemukan desain tersebut beserta keunggulannya.

5. Revisi Desain, Setelah desain produk, divalidasi melalui diskusi dengan pakar dan

para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut

selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain. Yang

bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau menghasilkan produk.


6. Uji Coba Produk, Dalam bidang pendidikan, desain produk seperti metode

mengajar baru dapat langsung di uji coba, setelah divalidasi dan revisi. Uji coba

tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan metode mengajar tesebut.

Setalah disimulasikan, maka dapat di uji cobakan pada kelompok yang terbatas.

Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah metode

mengajar baru tersebut lebih efektif dan efisien dibanding dengan metode megajar

yang lama atau yang lain.

7. Revisi produk, setelah di uji. Dari beberapa model pembelajaran, maka

tersaringlah mana yang efektif dan yang tidak efektif. Yang efektif di ambil untuk

dilakukan uji coba lagi pada kelompok yang terbatas.

8. Uji Coba Pemakaian, setelah tersaring. Model pembelajaran di terapkan pada

kelompok yang terbatas dan tetap dinilai keefektifannya untuk di perbaiki lebih

lanjut

9. Revisi Produk, setelah model pembelajaran di terapkan pada kelompok yang

terbatas terdapat kekurangan keefektifannya. Dalam uji pemakaian, harus di

evaluasi cara menerapkan model tersebut.

10. Pembuatan Produk Masal, apabila model pembelajaran tersebut dinyatakan

efektif, maka dapat menjadi referensi bagi para guru dan pelatih sepak takraw.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Secara umum hasil dari penelitian pengembangan adalah

menghasilkan produk baru yang nantinya dapat digunakan untuk model

belajar pada saat proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengembangkan model belajar servis pada permainan sepak takraw yang

kreatif, inovatif dan berkualitas.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa di SMPN 181 Jakarta

b. Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian dilakukan dari bulan Juni - Juli

C. Karakteristik Subjek Penelitian

Sasaran dalam penelitian model belajar servis dalam permainan sepak

takraw adalah siswa siswi SMPN 181 Jakarta.

D. Pendekatan dan Metode Penelitian

Model belajar servis untuk cabang olahraga sepak takraw ini adalah

dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and

Development) dari buku Sugiyono, yaitu metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan dan produk

tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian

yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk

tersebut supaya dapat berfungsi di masyrakat luas, maka diperlukan

penelitian

42
43

untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan

pengembangan bersifat longitudinal (bertahap bisa multi years). (Sugiyono,

2015)

Hasil akhir dari penelitian ini adalah model belajar servis. Selain itu

hasil dari penelitian pengembangan ini akan menghasilkan produk berupa

desain belajar model pembelajaran servis yang lengkap dan terperinci ke

cabang olahraga sepak takraw yang akan dibuat menjadi sebuah buku untuk

dijadikan bahan referensi bagi para guru dan siswa dalam menerapkan

belajar servis pada permainan sepak takraw.

Agar rancangan model dapat berjalan dengan baik dan benar,maka

peneliti akan mengunakan alur rancangan model. Adapun alur rancangan

model belajar servis pada permainan sepak takraw siswa SMPN 181 Jakarta

dilakukan dengan metode penelitian dan pengembangan ini seperti yang

digambarkan dalam bagan yang dikutip dari buku Sugiyono, yaitu sebagai

berikut :
Potensi dan Pengumpula Desain Validasi
n Produk Desain
Masalah
data
Ujicoba
Pemakaian Revisi Ujicoba Revisi
Produk Produk Desain

Revisi
Produksi
Produk
Masal
Gambar 3.1 Lagkah-langkah Penggunaan Metode Research

and Development (R&D) Sugiyono

Sumber: Sugiyono,”Metode Penelitian Pendidikan”,(Bandung:

Alfabeta,2015)h.409
E. Langkah-langkah Pengembangan Model

1. Penelitian Pendahuluan

Pada penelitian ini peneliti akan mengembangkan produk

berupa model belajar servis pada permainan sepak takraw. Pada

tahapan ini peneliti melakukan instrumen wawancara yang

mendalam (in-depth interview) kepada siswa SMPN 181 Jakarta

serta melakukan analisis permainan melalui melihat video

permainan ataupun menerima data dari sumber tertentu seperti

laporan hasil permainan.

Hal tersebut dilakukan agar dapat mengetahui seberapa

penting model belajar servis yang akan dikembangkan oleh peneliti.

Dalam tahapan ini hal yang sangat penting adalah dengan

merumuskan tujuan khusus yang ingin dicapai oleh produk yang

akan dikembangkan. Tujuannya adalah untuk memberikan

informasi yang tepat untuk mengembangkan sebuah produk atau

program yang ingin di uji coba dapat sesuai dengan tujuan khusus

yang ingin dicapai.

Hasil dari pengumpulan data atau temuan lapangan

selanjutnya dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat

memperoleh suatu rumusan hasil data yang telah dikumpulkan.

Rumusan hasil ini bersifat deskriptif dan analisis.

Model belajar servis pada permainan sepak takraw yang

ingin dikembangkan ini bersumber dari buku Sepak Takraw Untuk

Pelajar
yang ditulis oleh Achmad Sofyan Hanif, dimana model latihan

servis/tekong ini dipakai sebagai model belajar untuk para pelajar

dalam pengembangan proses belajar mengajar di sekolah.

2. Perencanaan Pengembangan Model

Melakukan penelitian pendahuluan (prasurvai) untuk

mengumpulkan informasi kajian Pustaka, identifikasi

permasalahan yang dijumpai dalam proses belajar di SMPN 181

Jakarta dan merangkum permasalahan. Dalam mengembangkan

model belajar servis dalam permainan sepak takraw ini

difokuskan pada analisis awal atau identifikasi masalah serta

kebutuhan yang diperlukan pada model belajar servis dalam

permainan sepak takraw.

Kusioner yang digunakan untuk para ahli berupa aspek untuk

menilai kelayakan model yang dikembangkan. Hal yang sangat

penting dalam tahap ini adalah merumuskan tujuan khusus yang

ingin dicapai oleh produk yang akan dikembangkan. Tujuan ini

dimaksudkan untuk memberikan informasi yang tepat untuk

mengembangkan produk atau program sehingga program atau

produk yang ingin diuji cobakan sesuai dengan tujuan khusus

yang ingin dicapai.

Perencanaan rancangan pengembangan model belajar servis

dalam permainan sepak takraw yang dikembangkan dalam kajian

berdasarkan rancangan pengembangan model menurut Sugiyono.

Prosedur yang dikemukakan di atas tentu saja bukan merupakan


langkah baku yang harus diikuti secara lengkap. Karena

keterbatasan penelitian maka peneliti mendesain langkah-langkah

prosedur yang dikembangkan oleh Sugiyono dan disesuaikan

dengan kondisi yang ada.

3. Validasi, Evaluasi, dan Revisi Model

Penelitian pengembangan terdapat komponen-komponen

yang harus diperhatikan seperti validasi ahli atau evaluasi produk

awal guna mengevaluasi produk awal memberikan masukan dan

perbaikan dengan melakukan analisis konseptual yang selanjutnya

dilakukan revisi. Validasi dilakukan untuk mendapatkan masukan

tentang draf awal model belajar servis dalam permainan sepak

takraw yang akan dikembangkan.

Setelah divalidasi oleh para ahli maka kelemahan dan

kesalahan dari model belajar servis yang dikembangkan akan

diketahui. Kelemahan dan kesalahan yang terdapat dalam model

yang dibuat selanjutnya akan dikurangi dengan merevisi desain

yang dibuat oleh peneliti. Dari 9 model belajar servis yang ditelaah

oleh para ahli dari tahapan validasi serta evaluasi model belajar

yang layak untuk diuji cobakan.

Hasil evaluasi berupa nilai untuk kriteria, tujuan, sarana

prasarana, pelaksanaan, dan gambar model belajar servis pada

permainan sepak takraw menggunakan skala guttman 1-0. Skor

dan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) skor 1

apabila
jawaban yang diberikan ahli “Ya”; (2) skor 0 apabila jawaban yang

diberikan ahli “tidak”.

Setelah penyusunan desain produk selesai, desain tersebut

akan dinilai dan dievaluasi apakah Pengembangan model belajar

servis dalam permainan sepak takraw sesuai atau tidak sesuai

untuk digunakan pada siswa. Dalam alur validasi desain ini

peneliti akan bekerja sama dengan ahli di bidang olahraga sepak

takraw yaitu dosen ahli sepak takraw, dosen ahli pembelajaran, dan

guru PJOK di sekolah.

Setelah dinilai oleh pakar dan ahlinya, maka kelemahan dan

kekurangan dari model pembelajaran dapat diketahui. Selanjutnya

kekurangan tersebut akan diperbaiki sesuai dengan kritik dan saran

dari para pakar dan ahli. Hasil model belajar yang telah di revisi

ini yang akan di uji coba. Revisi dilakukan kembali setelah uji

coba pelaksanaan. Revisi ini dilakukan untuk kembali

memperbaiki kekurangan dari setiap model yang dirasa masih

tidak sesuai dengan harapan agar layak sebelum model

pembelajaran siap untuk dilakukan oleh para siswa.

a) Telaah Pakar (Expert Judgment)

Telaah pakar dalam model belajar servis beregu pada

permainan sepak takraw siswa SMPN 181 Jakarta,

berguna untuk mengevaluasi bagian-bagian dari model

belajar yang perlu diperbaiki, dihilangkan atau


disempurnakan, hal ini dilakukan pada hasil rancangan

dalam bentuk rancangan tulisan-gambar maupun dari

teknik peragaan langsung di lapangan saat perancangan

model belajar servis pada permainan sepak takraw siswa

SMPN 181 Jakarta. Pakar yang akan dilibatkan dalam

penelitian R&D ini adalah dosen ahli sepak takraw dosen

ahli pembelajaran dan guru PJOK di sekolah. Hasil

evaluasi dari pakar akan dijadikan masukan dalam

menyempurnakan rancangan model belajar servis

sebelum di uji cobakan kepada siswa. Berikut adalah

nama para ahli dalam uji justifikasi :

Tabel 3.1. Daftar Validasi Ahli Model Belajar Servis


Pada Permainan Sepak Takraw Siswa SMPN 181 Jakarta

No Nama Keterangan

1 Dr. Abdul Gani, M.Pd. Dosen Ahli Sepak Takraw

2 Dr. Sujarwo, M.Pd Dosen Ahli Pembelajaran

3 Irwan Nurkhalish, S.Or Pelatih POPB DKI Jakarta


Berikut adalah table instrument justifikasi ahli terhadap model
belajar sevis :

Table 3.2 Instrumen Uji Justifikasi Ahli terhadap Model


Belajar Servis Pada Permainan Sepak Takraw Siswa SMPN 181
Jakarta

UJI JUSTIFIKASI AHLI


NAMA : JABATAN

No Nama Model Penerimaan Model KETERANGAN

LAYAK TIDAK

1 Model Belajar Servis….

b) Uji coba kepada kelompok kecil (Small Group Try-

Out)

Pada tahap ini adalah tahap uji coba kelompok kecil

dilakukan dengan 10 subyek yang terdiri dari siswa

SMPN 181 Jakarta dalam uji coba kelompok kecil ini,

subyek dilibatkan untuk merasakan model belajar servis

dalam permainan sepak takraw, setelah itu dilanjutkan

mengisi angket kemudahan dan kemenarikan, untuk

mengetahui seberapa mudah dan menarik model belajar

yang telah subyek rasakan pada saat uji coba produk.


Tabel 3.3 Instrumen Untuk Siswa
Kemudahan Model Pembelajaran Servis Bawah
PENILAIAN
NO. NAMA
SM M S SS

Apakah model belajar servis…. mudah saat


1
dilakukan ?

Keterangan

SM : Sangat Mudah = skor 4

M : Mudah = skor 3

S : Sulit = skor 2

SS : Sangat Sulit = skor 1

Tabel 3.4. Instrumen Untuk Siswa


Kemenarikan Model Pembelajaran Servis Bawah
PENILAIAN
NO. NAMA
SM M KM TM

Apakah model belajar servis …. menarik saat


1
dilakukan ?

Keterangan

SM : Sangat Menarik = skor 4

M : Menarik = skor 3

KM : Kurang Menarik = skor 2

TM : Tidak Menarik = skor 1


Uji coba model juga melihat sejauh mana produk yang dibuat mencapai

sasaran dan tujuan. Uji coba dilakukan dua kali, yaitu (1) uji coba terbatas

dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna model, (2) uji coba

lapangan. Adapun dua tahapan dalam uji coba model belajar servis pada

permainan sepak takraw ini meliputi :

1) Uji coba terbatas, uji coba dilakukan kepada kelompok kecil

sebagai subyek. Setelah dievaluasi dan dianggap layak oleh para

ahli, kegiatan selanjutnya dalam pengembangan adalah

melakukan uji coba kelompok kecil. Uji cobas ini dilaksanakan

pada siswa SMPN 181 Jakarta dengan 10 orang subyek.

2) Adapun tujuan dari uji coba instrumen angket kemudahan dan

kemenarikan ini untuk mengetahui kemudahan dan kemenarikan

model belajar servispada permainan sepak takraw siswa SMPN

181 Jakarta. Karena sebagus apapun model belajar, jika tidak

menarik dan tidak mudah untuk dilakukan, maka akan sulit

dipahami oleh siswa


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengembangan Model

Pengembangan model belajar servis permainan sepak takraw ini

tertulis dalam bentuk naskah yang menyajikan bentuk-bentuk

pengembangan model belajar dalam bentuk proses pembelajaran yang

diaplikasikan dalam permainan sepak taktaw sekolah.

1. Analisis Kebutuhan

Secara keseluruhan terdapat 3 tujuan umum yang akan diungkap

dalam studi pendahuluan atau analisis kebutuhan, yaitu: (1)

memberikan variasi model belajar. (2) memberikan referensi untuk

pelatih dan guru di sekolah. (3) upaya peningkatan proses belajar

mengajar yang bervariasi pada servis dalam permainan sepak takraw.

Berdasarkan tujuan umum diatas kemudian menjadi dasar peneliti

melakukan studi pendahuluan dengan menggunakan instrument

wawancara yang mendalam (in-depth interview) kepada siswa di

SMPN 181 Jakarta, serta melakukan observasi karena tujuan

utamanya adalah melakukan persiapan teknis dengan menjajaki lebih

dahulu karakteristik subjek penelitian dan tempat yang akan dilakukan

penelitian dan pengembangan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengetahui seberapa penting Pengembangan model belajar servis

dalam permainan sepak takraw yang akan dikembangkan oleh peneliti.

52
53

Hasil studi pendahuluan atau temuan lapangan selanjutnya

dideskripsikan dan dianalisis sehingga dapat diperoleh suatu rumusan

hasil data yang telah dikumpulkan. Rumusan hasil ini bersifat

deskriptif dan analisis, dengan mengacu pada tujuan studi

pendahuluan maupun tujuan umum. Berikut akan dijabarkan

mengenai hasil analisis kebutuhan dan temuan lapangan yang

diperoleh dari hasil observasi penelitian, dari guru dan pelatih sepak

takraw di sekolah SMPN 181 Jakarta.

Hasil analisis kebutuhan dan temuan di lapangan, guru dan pelatih

sepak takraw SMPN 181 Jakarta kurang memberikan penerapan

model servis yang menarik bagi siswa. Dalam segi sarana dan

prasarananya yang digunakan dalam proses pembelajarannya pun

masih kurang memadai. Jadi materi yang disajikan oleh guru dan

pelatih lebih bersifat kurang inofatif, hal ini berdampak pada motivasi

siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sepak takraw pada teknik

lanjutan servis, siswa cenderung jenuh atau bosan, jadi materi yang

diajarkan tidak maksimal.

Berdasarkan analisis kebutuhan dan temuan di lapangan secara

garis besar selama ini guru dan pelatih sudah berupaya maksimal

dalam memberikan materi teknik lanjutan servis, agar siswa dapat

tertarik dalam mengikuti materi belajar servis, akan tetapi karena

kurangnya sumber-sumber model belajar yang ada sebagai referensi

dalam proses belajar mengajar sepak takraw di sekolah. Maka secara

umum guru dan pelatih sangat membutuhkan berbagai model belajar

servis yang
variative dan inovatif. Berikut 10 model belajar servis pada permainan

sepak takraw yang dapat disajikan.

2. Model Final

1. Servis melewati paralon

 Tujuan : untuk melatih ayunan kaki sebelum kaki mengenai

bola dan untuk mendapatkan otomatisasi gerakan dengan

pengulangan

 Alat yang digunakan : Paralon

 Tahapan :

a) Siswa A dan B berdiri berhadapan

b) Siswa B memegang paralon diatas kursi

c) Siswa A berdiri menghadap paralon

d) Siswa A kemudian melakukan gerakan servis melewati atas

paralon

e) Lakukan terus – menerus secara continue 10 kali

 Model :

a) Servis bawah
b) Servis samping

c) servis atas

2. Servis menggunakan kicking pad

 Tujuan : Untuk melatih perkenaan bola dengan target yang

tepat.

 Alat yang digunakan : kicking pad

 Tahapan :

a) Siswa berdiri berhadapan dengan teman yang memegang

kicking pad

b) Pastikan teman yang memegang kicking pad berdiri

diposisi yang lebih tinggi

c) Siswa kemudaian melakukan gerakan servis

bawah, samping dan atas dengan sasaran kicking

pad
d) Lakukan terus menerus secara continue 10 kali

 Model :

a) Servis bawah

b) Servis samping

c) Servis atas
3. Servis ditembok dengan lemparan sendiri

 Tujuan : untuk memudahkan siswa agar mengetahui letak posisi

bola yang harus mereka pukul dengan hasil lemparan sendiri.

 Alat yang digunakan : Bola takraw dan tembok

 Tahapan :

a) Siswa berdiri menghadap tembok

b) Siswa melempar bola sendiri sesuai dengan keinginanya

c) Lalu siswa melakukan gerakan servis

d) Setelah siswa memukul bola dengan perkenaan bola

yang pas, kaki terkuat siswa follow through ke depan

e) Lakukan terus – menerus secara continue 10 kali

 Model :

a) Servis bawah

b) Servis samping
c) Servis atas

4. Servis dilapangan dengan lemparan sendiri

 Tujuan : Untuk melatih timing bola di udara dengan hasil

lemparan sendiri.

 Alat yang digunakan : Bola takraw, net sepak takraw

 Tahapan :

a) Siswa berdiri pada

b) posisi di atas lingkaran servis.

c) Siswa melempar bola sendiri sesuai dengan keinginannya.

d) Ketika bola dilempar keatas siswa bersiap untuk melakukan

servis.

e) Setelah siswa memukul bola dengan perkenaan bola yang

pas, kaki terkuat siswa follow through ke depan.

f) Lakukan terus – menerus secara continue 10 kali

 Model :

a) Servis bawah
b) Servis samping

c) Servis atas

5. Servis dengan bantuan pelatih

 Tujuan : Untuk melatih timing bola di udara dengan hasil

lemparan yang dilakukan oleh pelatih

 Alat yang digunakan : Bola takraw dan net sepak takraw

 Tahapan :

a) Siswa berdiri pada posisi diatas lingkaran servis

b) Posisi pelatih di dekat siswa

c) Pelatih melempar bola di dekat siswa

d) Ketika bola sudah dilempar, siswa bersiap

untuk melakukan servis

e) Setelah siswa memukul bola dengan perkenaan bola

yang pas, kaki terkuat siswa follow through ke depan.

f) Lakukan terus – menerus secara maksimal.


 Model :

a) Servis bawah

b) Servis samping

c) Servis atas

6. Servis dilempar temannya

 Tujuan : Untuk melatih timing bola di udara dengan hasil

lemparan yang dilakukan oleh temannya dari posisi tempat

melambungkan bola.

 Alat yang digunakan : Bola takraw dan net sepak takraw

 Tahapan :

a) Siswa berdiri pada posisi di atas lingkaran servis dan meminta

sesuai degan arah yang diinginkan


b) Teman melempar bola sesuai keinginan tekong

c) Ketika bola sudah dilempar, siswa bersiap untuk

melakukan servis

d) Setelah siswa memukul bola dengan perkenaan bola yang pas,

kaki terkuat siswa follow through ke depan

e) Lakukan terus – menerus secara maksimal

 Model :

a) Servis bawah

b) Servis samping

c) Servis atas
7. Servis dengan sasaran kiri diantara smash dan tekong

 Tujuan : untuk mematangkan servis siswa bagian kiri dengan

sasaran antara smash dan tekong

 Alat yang digunakan : Bola takraw dan net sepak takraw

 Tahapan :

a) Siswa berdiri pada posisi diatas lingkaran servis dan meminta

sesuai arah yang diinginkan

b) Teman melempar bola sesuai dengan permintaan tekong

c) Ketika bola sudah dilempar, siswa bersiap untuk melakukan

servis

d) Siswa mengayunkan kaki dengan cepat menjemput arah

datangnya bola

e) Siswa melakukan servis dengan power maksimal dengan

sasaran kearah kiri bagian antara smash dan tekong

dilapangan seberang

f) Setelah siswa melakukan servis ayunan kaki follow strough

kedepan.

g) Lakukan terus – menerus selama 20 menit.

 Model :

a) Servis bawah
b) Servis samping

c) Servis atas

8. Servis dengan sasaran kanan diantara tekong dan feeder

 Tujuan : untuk mematangkan servis siswa kearah kanan dengan

sasaran diantara tekong dan feeder.

 Alat yang digunakan : Bola takraw dan net sepak takraw

 Tahapan :

a) Siswa berdiri pada posisi diatas lingkaran servis dan

meminta sesuai arah yang diinginkan.

b) Teman melempar bola sesuai dengan permintaan tekong.

c) Ketika bola sudah dilempar, siswa bersiap

untuk melakukan servis.

d) Siswa mengayunkan kaki dengan cepat menjemput arah

datangnya bola.
e) Siswa melakukan servis dengan power maksimal

dengan sasaran kearah kanan bagian antara tekong dan

feeder dilapangan seberang.

f) Setelah siswa melakukan servis ayunan kaki follow strough

kedepan.

g) Lakukan terus – menerus selama 20 menit.

 Model :

a) Servis bawah

b) Servis samping

c) Servis atas
9. Servis semi game 3 kali masuk

 Tujuan : Untuk simulasi permainan bagaimana caranya ketika

berkesempatan servis tekong berusaha sekeras mungkin untuk

servis 3 kali masuk melewati net.

 Alat yang digunakan : Bola takraw dan net sepak takraw

 Tahapan :

a) Siswa berdiri pada posisi didalam lingkaran servis dan

meminta bola sesuai posisi yang diinginkan.

b) Teman melempar bola sesuai dengan permintaan tekong.

c) Ketika bola sudah dilempar, siswa bersiap

untuk melakukan servis.

d) Siswa mengayunkan kaki dengan cepat menjemput arah

datangnya bola.

e) Siswa melakukan servis dengan power maksimal dengan

sasaran kearah yang diinginkannya.

f) Setelah siswa melakukan servis ayunan kaki follow strough

kedepan.

g) Lakukan terus – menerus sampai bola 3 kali masuk.

 Model :

a) Servis bawah
b) Servis samping

c) Servis atas

10. Servis semi game dengan itungan waktu 20 menit

 Tujuan : Untuk mematangkan servis siswa agar bisa mengatur

strategi servis tepat dan stabil.

 Alat yang digunakan : Bola takraw dan net sepak takraw

 Tahapan :

a) Siswa berdiri pada posisi didalam lingkaran servis dan

meminta bola sesuai posisi yang diinginkan.

b) Teman melempar bola sesuai dengan permintaan tekong.

c) Ketika bola sudah dilempar, siswa bersiap

untuk melakukan servis.

d) Siswa mengayunkan kaki dengan cepat menjemput arah

datangnya bola.

e) Siswa melakukan servis dengan power maksimal dengan

sasaran kearah yang diinginkannya.


f) Setelah siswa melakukan servis ayunan kaki follow strough

kedepan.

g) Lakukan terus – menerus selama 20 menit.

 Model :

a) Servis bawah

b) Servis samping

c) Servis atas
B. Kelayakan Model

Sebelum pengembangan model belajar sevis pada permainan sepak

takraw yang dikembangkan dinyatakan layak untuk diuji cobakan di

lapangan, maka peneliti melakukan validasi atau uji kelayakan model

kepada tiga orang ahli yaitu dosen ahli sepak takraw, dosen ahli

pembelajaran, pelatih POPB DKI Jakarta. Ketiga ahli tersebut menilai

rancangan model yang dikembangkan sehingga akan layak untuk diuji

cobakan di lapangan.

Hasil evaluasi berupa nilai untuk untuk kriteria tujuan model

belajar, alat yang digunakan, tahapan, dan gambar model belajar servis

pada permainan sepak takraw menggunakan skala guttman 1-0. Skor dan

kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) skor 0 apabila jawaban

yang diberikan “tidak layak”; (2) skor 1 apabila jawaban yang diberikan

“layak”. Berikut merupakan ringkasan revisi berdasarkan evaluasi dan

saran dari para ahli :

Tabel 4.1. Hasil Uji Justifikasi Ahli

No Nama Model Belajar P1 P2 P3 Rata- Kriteria

rata

1 Servis melewati paralon 1 1 1 1 Layak

2 Servis menggunakan kicking ped 1 1 1 1 Layak

3 Servis ditembok dengan lemparan Layak


1 1 1 1
sendiri
4 Servis dilapangan dengan lemparan Layak
1 1 1 1
sendiri

5 Servis dengan bantuan pelatih 1 1 1 1 Layak

6 Servis dilempar temannya 1 1 1 1 Layak

7 Servis dengan sasaran kiri diantara Layak


1 1 1 1
smash dan tekong

8 Servis dengan sasaran kanan Layak


1 1 1 1
diantara tekong dan feeder

9 Servis semi game 3 kali masuk 1 1 1 1 Layak

10 Servis semi game dengan itungan Layak


1 1 1 1
waktu

Keterangan :

P1 : Dosen Ahli sepak takraw

P2 : Dosen Ahli Pembelajaran

P3 : Pelatih POPB DKI

Jakarta

Berdasarkan uji ahli yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan

bahwa model belajar servis pada permainan sepak takraw layak dan dapat

digunakan dalam proses pembelajaran.

Uji ahli yang dilakukan oleh peneliti terhadap tiga ahli terdapat

beberapa saran yang membangun untuk menyempurnakan model belajar

servis dalam permainan sepak takraw, diantaranya adalah :

1. Buat keterangan gambar model


2. Menambahkan item variasi dalam proses belajar mengajar

3. Model yang dibuat harus berurutan dari yang termudah hingga yang

tersulit

4. Membuat foto dan video pelaksanaan model belajar servis pada

permainan sepak takraw agar lebih jelas dan mudah dimengerti

C. Pembahasan

Model belajar servis pada permainan sepak takraw yang dibuat

oleh peneliti merupakan produk yang bertujuan untuk menambah wawasan

dan keterampilan tentang proses pembelajaran teknik lanjutan servis yang

efektif dan efisien serta mudah untuk dilakukan. Model belajar servis ini

dibuat berdasarkan penetapan model-model belajar servis yang efektif dan

evisien.

Berdasarkan hasil penelitian dari 10 model yang dibuat oleh

peneliti dan dinyatakan kelayakannya melalui validitas atau uji kelayakan

kepada 3 orang ahli yang terdiri dari 1 orang ahli dibidang sepak takraw, 1

orang ahli dibidang pembelajaran dan 1 orang pelatih POPB DKI Jakarta.

Ketiga ahli tersebut menilai rancangan model yang dikembangkan layak

untuk diuji cobakan di lapangan. Berdasarkan hasil uji coba kelompok

kecil didapatkan nilai kemenarikan model sebesar % dan dinyatakan baik

sedangkan untuk kemudahan model belajar servis pada permainan sepak

takraw diperoleh nilai sebesar % dan dinyatakan baik. Dari hasil presentasi

tersebut menunjukan bahwa siswa tertarik dengan model belajar servis

pada permainan sepak takraw yang dibuat. Berikut adalah hasil uji coba

kelompok kecil :
Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Uji Coba Kelompok Kecil

No. Variabel Skor hasil Skor maks % Keterangan

1 Kemudahaan 526 600 87,66 Baik Sekali

2 Kemenarikan 530 600 88,33 Baik Sekali

Validasi ahli dan evaluasi produk dilakukan untuk memperbaiki

produk awal dengan cara mengevaluasi, memberikan masukan untuk

dilakukan perbaikan dengan analisis konseptual yang selanjutnya

dilakukan revisi. Validasi bertujuan untuk mendapatkan perbaikan tentang

draft awal model belajar servis pada permainan sepak takraw yang akan

dibuat. Evaluasi dilakukan dengan cara memperlihatkan draft awal

rancangan model belajar servis pada permainan sepak takraw, dengan

disertai lembar evaluasi untuk ahli. Lembar evaluasi berupa draft

rancangan awal model belajar servis pada permainan sepak takraw pada

siswa SMPN 181 Jakarta, angket penilaian dan saran terhadap rancangan

model belajar servis yang dibuat.

Adapun ringkasan singkat revisi dari pada ahli adalah model yang

dibuat harus sesuai urutan dari yang termudah hingga ke yang tersulit dan

juga menambahkan variasi pada model tersebut.

Hasil akhir dari Pengembangan model belajar servis dalam

permainan sepak takraw pada siswa SMPN 181 Jakarta ini dikemas dalam

bentuk buku. Buku tersebut dapat dilihat oleh guru maupun pelatih dengan

tujuan sebagai bahan untuk menambah materi dalam proses pembelajaran

servis pada permainan sepak takraw.

Anda mungkin juga menyukai