Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK DOUBLE LEG SPEED HOP DAN

HOPSCOTCH TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PADA


ATLET UKM PENCAK SILAT PSHT (PERSAUDARAAN SETIA HATI
TERATE) DI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Arif Rahman
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang
Email: arifmulyo63@gmail.com

Mulyani Surendra
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang

Sapto Adi
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Jurusan Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Malang

Abstrak
Penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh latihan pliometrik double leg speed hop dan
hopscotch terhadap peningkatan power tungkai pada atlet pencak silat PSHT (Persaudaraan
Setia Hati Terate) di Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian eksperimental. Dalam penelitian ini peneliti mengambilan sampel 14 orang
dengan menggunakan penarikan sampel nonprobability sampling dengan teknik sampling
jenuh di UKM pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data uji normalitas, uji homogenitas, uji ANOVA. Hasil
analisis menunjukkan bahwa latihan pliometrik double leg speed hop lebih baik dalam
meningkatkan power tungkai atlet UKM pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya
Malang daripada latihan hopscotch.

Kata Kunci: olahraga, double leg speed hop, hopscotch, power, pencak silat.

Summary
The purpose of this study was to determine the effect of double leg speed hop and hopscotch
pliometric exercises on increasing leg power in pencak silat athletes PSHT (Loyal Heart of
Brotherhood of Terate) in Brawijaya University Malang. this study uses an experimental
research design. In this study the researcher took a sample of 14 people using a
nonprobability sampling sample with a saturated sampling technique in Pencak Silat PSHT
in Brawijaya University Malang. This study uses normality test data collection techniques,
homogeneity test, ANOVA test. Analysis shows that the double leg speed hop pliometric
exercise is better to improve power of the pencak silat athlete UKM of PSHT in Brawijaya
University of Malang than the hopscotch exercise.

Keywords: sports, double leg speed hop, hopscotch, power, pencak silat.

Olahraga merupakan suatu aktivitas fisik tinggi yang lebih mementingkan peningkatan
yang memiliki berbagai tujuan, salah satu kinerja tubuh dengan indikator fisik saja,
tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat memiliki risiko terhadap penurunan derajat
bugar (Sutisna, 2016:185). Latihan memiliki efek kesehatan (Aroziah dkk, 2014:125). Kondisi fisik
terhadap peningkatan kesehatan dan kesegaran merupakan pondasi awal yang dibutuhkan oleh
jasmani, namun latihan fisik dengan intensitas tubuh untuk menunjang latihan fisik, teknik,
taktik dan mental. Menurut Fazdinata & Haridito ini sependapat dengan Sugiharto (2014:138),
(2018:2), bahwa beladiri memiliki kemampuan bahwa latihan pliometrik menggunakan
untuk pengembangan beberapa komponen elastisitas dan proprioseptif otot untuk
biomotorik yang baik dalam pertarungan, memaksimalkan tenaga yang optimal,
misalnya kekuatan otot, kecepatan, daya ledak, merangsang mechanoreceptor untuk
keseimbangan, kelentukan, daya tahan serta meningkatkan keterlibatan otot dalam waktu
keterampilan gerak. Komponen biomotor yang yang singkat. Muscle spindle dan organ golgi
diperlukan dalam pencak silat adalah kecepatan tendon sebagai dasar dalam latihan pliometrik.
(Ihsan dkk, 2018:125). Cabang olahraga pencak Serabut syaraf pusat sebagai serabut syaraf
silat power otot tungkai memiliki persentase sensorik mempengaruhi tonus otot, motor
lebih besar, jika dibandingkan dengan unsur execution dan gerakan. Rangsangan reseptor
keseimbangan dan kelincahan (power 33%, dapat menyebabkan sebagai fasilitatif,
keseimbangan 13%, dan kelincahan 26%) (Fauzi, menghambat, dan modulasi agonis dan antagonis
2007:293). Latihan pliometrik merupakan metode aktivitas otot.
latihan yang dapat meningkatkan power otot Latihan fisik yang baik dan sistematis
tungkai pada atlet pencak silat. Dalam melatih akan memberikan manfaat bagi sistem organ
kecepatan, terdapat beberapa faktor yang tubuh manusia, yaitu: memberikan manfaat pada
mempengaruhinya, diantaranya elemen kekuatan aspek sistem saraf pusat, meningkatnya konduksi
yang sering digabungkan dengan kecepatan yang impuls saraf, meningkatkan fungsi serabut otot,
dinamakan dengan eksplosif power (Ihsan dkk, meningkatkan sintesa protein untuk
2017:2). pengembangan otot, bertambahnya massa otot
Latihan pliometrik secara konseptual (Haritsa & Trisnowiyanto, 2016:52). Penggunaan
dilakukan dengan gerakan cepat dan kuat, metode dan bentuk latihan pliometrik yang salah
kontraksi otot yang cepat diikuti dengan relaksasi dapat menimbulkan efek kurang tepat. Hal ini
yang cepat (Selcuk dkk, 2018:109). Hal ini sependapat dengan Márquez dkk (2015:3),
sejalan dengan pendapat Nabizadeh dkk latihan pliometrik dianggap aman dan efektif
(2013:3798), bahwa latihan pliometrik mencakup untuk meningkatkan otot kekuatan dan kinerja
pergerakan yang cepat dan kuat dengan kontraksi keterampilan motorik pada anak-anak dan atlet
eksentrik (eccentric concentration) yang diikuti remaja. Akan tetapi latihan pliometrik dilakukan
oleh kontraksi konsentrik (concentric dengan tidak tepat dapat memberikan efek
contraction). Menurut Shuttler dkk (2017:2), negatif bagi tubuh. Menurut Sari (2016:98)
bahwa latihan pliometrik adalah metode yang “bahwa melakukan aktivitas fisik yang
efektif untuk meningkatkan kekuatan dan berlebihan dapat menyebabkan terjadinya cedera,
kecepatan, bahkan dalam waktu singkat. Latihan kerusakan otot atau jaringan ikat pada otot.
pliometrik terdiri dari peregangan cepat otot (fase Apabila pada otot mengalami kerusakan jaringan
eksentrik) segera diikuti oleh tindakan konsentris maka secara otomatis tubuh akan merespon
atau pemendekan otot yang sama dan jaringan dengan memperbaiki kerusakan dan merangsang
ikat (Arazi dkk, 2012:23). Hal ini sependapat ujung saraf sensorik sehingga akan timbul nyeri
dengan Bedoya dkk (2015:2353) “bahwa latihan karena rangsangan tersebut”. Hal inilah yang
pliometrik dilakukan dengan tepat dapat harus diperhatikan oleh para pelatih agar dapat
berpengaruh meningkatkan fungsi neuromuskular menggunakan metode dan bentuk latihan yang
manusia, kemampuan sistem saraf, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
musculotendinous untuk menghasilkan kekuatan Latihan pliometrik double leg speed hop
maksimal, eksplosif dan daya tahan”. Latihan menurut Hidayad & Santoso (2016:45),
pliometrik secara fisiologi merupakan latihan merupakan “latihan dengan gerakan meloncat
untuk mengkondisikan sistem neuromucular dan menekankan lompatan pada saat melompat
dalam mendukung kinerja otot yang cepat dan ke atas dan ke depan dengan kedua kaki di bawah
kuat (eksplosif) (Sugiharto, 2014:122). Menurut pantat serta posisi kedua kaki selalu bersamaan
Cahyo B dkk (2012:19) bentuk proprioseptor di baik pada saat tumpuan maupun mendarat untuk
dalam otot ditemukan dalam muscle spindle yang mencapai ketinggian maksimum dan jarak
mengirim informasi ke sistem saraf pusat tentang horizontal”. Sedangkan latihan hop scotch
kontraksi otot, dan tendon golgi yang menerima merupakan sebuah permainan tradisional lompat
perintah mengurangi beban otot atau berfungsi atau jingkat yang idealnya dimainkan 2 sampai 5
sebagai pelindung dari kemungkinan cedera orang (Roidatussalamah & Hasibuan, 2017:3).
karena melakukan peregangan sangat kuat. Hal
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian, maka terdapat dua variabel, yaitu:
peneliti akan memberikan latihan pliometrik 1) variabel bebas (X) yaitu pengaruh latihan
double leg speed hop dan hopscotch. Peneliti pliometrik double leg speed hop dan latihan
memberikan modifikasi latihan pliometrik hopscotch, 3) variabel terikat (Y) yaitu power
dikarenakan untuk mengetahui latihan pliometrik tungkai.
yang dapat meningkatkan power tungkai pada
Instrumen penelitian yang digunakan
atlet pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya
Malang. untuk mengukur power tungkai yaitu front
jump test dengan validitas 0,607 dan
METODE reliabilitas 0,963 (Atmojo, 2010:75). Dalam
Penelitian ini bertujuan untuk prosedur penelitian yang digunakan dalam
mengetahui pengaruh latihan double leg speed penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu: 1)
hop dan hopscotch terhadap peningkatan power tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, 3)
tungkai. Rancangan penelitian yang ditulis tahap penyelesaian. Masing-masing tahapan
oleh peneliti menggunakan rancangan sebagai berikut: 1) tahap persiapan, a) )
penelitian eksperimental. Menurut Winarno memilih judul penelitian, b) konsultasi
(2017:60) rancangan penelitian dengan dosen pembimbing, c) menentukan
eksperimental bertujuan untuk subjek penelitian, d) meminta izin melakukan
mengungkapkan hubungan sebab-akibat observasi kepada ketua komisariat PSHT
antar variabel dengan melakukan manipulasi Universitas Brawijaya Malang, e) mengkaji
variabel bebas. Desain penelitian merupakan pustaka yang diperoleh dari perpustakaan
rancangan bagaimana penelitian FIK UM, dan perpustakaan pusat UM, f)
dilaksanakan. Desain penelitian yang menyusun rancangan penelitian dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing yang berisi proposal dan
Randomized Pretest-Posttest Control Group desain operasional penelitian. 2) Tahap
Design. Dalam desain ini, sebelum perlakuan pelaksanaan, a) mengadakan pertemuan
diberikan terlebih dahulu sampel diberi dengan seluruh sampel kemudian diberikan
pretest (tes awal) dan di akhir pembelajaran arahan dan penjelasan secara umum tentang
sampel diberi posttest (tes akhir). Desain ini penelitian yang akan dilakukan, b)
digunakan sesuai dengan tujuan yang hendak melaksanakan front jump test pada sampel
dicapai yaitu ingin mengetahui power penelitian, c) melakukan latihan double leg
tungkai pada atlet pencak silat PSHT di speed hop dan hopscotch, d) mengolah data
Universitas Brawijaya Malang. dengan tujuan mempermudah peneliti
Penelitian ini dilakukan selama 6 menganalisis data yang diperoleh, e)
minggu, sebanyak 18 kali pertemuan dengan menganalisis data yang diperoleh dengan
jumlah pertemuan 3 kali dalam satu minggu. menggunakan metode eksperimen, dan f)
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas menyimpulkan hasil. 3) Tahap penyelesaian,
Brawijaya Malang. Sampel yang digunakan a) menyusun laporan hasil penelitian dalam
dalam penelitian ini adalah atlet UKM bentuk laporan yang sistematis dan sesuai
pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya dengan PPKI (Pedoman Penulisan Karya
Malang yang berusia sekitar 19-22 tahun Ilmiah), b) mengkonsultasikan hasil
dengan jumlah 14 orang. penelitian kepada dosen pembimbing untuk
Penelitian ini terdiri dari variabel mendapatkan saran dan masukan, c) ujian
bebas dan variabel terikat. Variabel bebas laporan penelitian, d) merevisi laporan
adalah objek atau gejala-gejala dalam penelitian.
penelitian yang bebas dan tidak tergantung Teknik Analisis Data
dengan hal-hal dilambangkan dengan (X) dan Teknik analisis data dalam penelitian
variabel terikat adalah objek atau gejala- ini sebagai berikut: 1) uji normalitas, uji
gejala yang keberadaannya tergantung atau normalitas digunakan untuk melihat apakah
terikat dengan hal-hal yang mempengaruhi distribusi data yang diperoleh dalam
dilambangkan (Y). Berdasarkan judul penelitian (tes awal dan tes akhir) berasal
dari populasi yang berdistribusi normal normalitas dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai
dengan nilai signifikan 0,05 (Sig. > α, dengan berikut.
α = 0,05). 2) Uji homogenitas, uji
homogenitas digunakan untuk mengetahui Tabel 2. Uji Normalitas pada
apakah distribusi data mempunyai ragam Kelompok Latihan Pliometrik
yang sama dengan nilai signifikan 0,05 (Sig. Double Leg Speed Hop dan
> α, dengan α = 0,05). 3) Analisis data Kelompok Latihan Hopscotch
dengan one way ANOVA menggunakan SPSS
versi 21, Analisis One Way ANOVA Shapiro-Wilk
Group Statistic df Sig.
digunakan untuk menguji perbedaan dua
Double Leg Speed
mean kelompok atau lebih sampel bebas atau ,886 7 ,255
Hop (Pretest)
sampel terikat dengan nilai signifikan f hi- Double Leg Speed
,980 7 ,958
tung > f tabel atau p < 0,05. Hop (Posttest)
Uji Hipotesis Hopscotch
,906 7 ,366
Pengujian hipotesis menggunakan uji- (Pretest)
Hopscotch
f dengan menggunakan bantuan program (Posttest)
,890 7 ,275
SPSS 21, yaitu dengan membandingkan
mean antara kelompok 1 dan kelompok 2. Berdasarkan hasil perhitungan uji
normalitas sebagaimana ditunjukkan dalam
HASIL (Tabel 2) menunjukkan bahwa data pretest
Keseluruhan data yang diperoleh dan posttest untuk seluruh kelompok latihan
yaitu dari hasil tes awal (pretest) dan tes memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05
akhir (posttest) power tungkai atlet UKM (Sig. > α, dengan α = 0,05). Dengan
pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh
Malang. Deskripsi data hasil tes dalam kelompok berasal dari populasi yang
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berdistribusi normal.
sebagai berikut. Uji homogenitas dilakukan terhadap
data skor prestasi tes awal dengan tes akhir
Tabel 1. Deskripsi Data Power Tungkai front jump test masing-masing kelompok
Atlet UKM Pencak Silat PSHT latihan dengan menggunakan uji
di Universitas Brawijaya homogenitas levene statistic pada taraf
Malang signifikansi α= 0,05. Rangkuman hasil
Tes
perhitungannya ditunjukkan dalam Tabel 3
Tes Awal sebagai berikut.
Kelompok Statistik Akhir
(Pretest)
(Posttest)
N 7 7 Tabel 3. Uji Homogenitas pada
Double Mean 225,34 317,8314 Kelompok Latihan Pliometrik
Leg Speed SD 81,09709 50,65504 Double Leg Speed Hop dan
Hop Min 126,06 245,43 Kelompok Latihan Hopscotch
Max 322,70 354
N 7 7 Group Levene df1 df2 Sig.
Mean 231,0385 309,83 Statistic
Hopscotch SD 78,25051 47,53732
Double Leg
Min 121,17 256,95
Speed Hop
Max 315,9 370,67
(Pretest)
3,823 1 12 ,074
Double Leg
Untuk mengetahui normalitas data, Speed Hop
uji normalitas dilakukan terhadap data front (Posttest)
jump test masing-masing kelompok latihan Hopscotch
dengan menggunakan uji normalitas shapiro- (Pretest)
3,963 1 12 ,071
Hopscotch
wilk pada taraf signifikansi α= 0,05. Hasil uji (Posttest)
“Latihan pliometrik double leg speed hop
Berdasarkan hasil perhitungan uji lebih baik daripada latihan hopscotch dalam
homogenitas sebagaimana ditunjukkan dalam meningkatkan power tungkai pada atlet
(Tabel 3) menunjukan bahwa data pretest pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya
dan posttest untuk seluruh kelompok latihan Malang”, diterima. Maka kelompok
memiliki nilai signifikan lebih besar dari 0,05 eksperimen dengan latihan pliometrik double
(Sig. > α, dengan α = 0,05). Dengan leg speed hop lebih baik dalam
demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh meningkatkan power tungkai atlet pencak
kelompok berasal dari populasi yang silat daripada latihan hopscotch.
berdistribusi homogen.
Setelah dilakukan uji persyaratan PEMBAHASAN
analisis varian yaitu uji normalitas dan uji Pengaruh Latihan Pliometrik Double Leg
homogenitas dan didapatkan hasil bahwa Speed Hop terhadap Power Tungkai
seluruh kelompok latihan berasal dari Hasil analisis menunjukkan bahwa
populasi yang berdistribusi normal dan terdapat peningkatan power tungkai atlet
homogen, selanjutnya akan dilakukan UKM pencak silat PSHT di Universitas
pengujian hipotesis dengan analisis varian Brawijaya sesudah latihan pliometrik double
(ANOVA) satu jalur. Pengujian hipotesis leg speed hop. Hal ini ditunjukkan dengan
dengan analisis varian (ANOVA) satu jalur nilai f hitung 6,481 > f tabel 3,89, dan nilai
dilakukan terhadap selisih data skor prestasi signifikansi 0,026 < 0,05, maka hasil ini
tes awal dengan tes akhir front jump test menunjukkan terdapat perbedaan yang
masing-masing kelompok dengan signifikan. Dengan demikian hipotesis
menggunakan uji F pada taraf signifikansi a= alternatif (Ha) yang berbunyi “Latihan
0,05. Rangkuman hasil perhitungannya pliometrik double leg speed hop berpengaruh
ditunjukkan dalam Tabel 4 di halaman terhadap peningkatan power tungkai pada
berikut. atlet UKM pencak silat PSHT di Universitas
Brawijaya Malang”, diterima. Artinya latihan
Tabel 4. Uji ANOVA Selisih Pretest dan pliometrik double leg speed hop memberikan
Posttest Kelompok Latihan pengaruh yang signifikan terhadap
Pliometrik Double Leg Speed peningkatan power tungkai pada atlet UKM
Hop dan Kelompok pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya
Latihan Hopscotch Malang. Besarnya perubahan power tungkai
f-test for Equality of means
tersebut dapat dilihat dari perbedaan nilai
Rata-
Kelompok
rata
% f f
Sig. Selisih
rata-rata yaitu sebesar 92,47 cm, dengan
hitung tabel
Latihan kenaikan persentase sebesar 41,03%.
Pliometrik 41,03
Double Leg
92,47
%
0,078 3,89 0,785 13,68
Berdasarkan hasil penelitian, latihan
Speed Hop
Latihan
78,79
34,10 pliometrik double leg speed hop dapat
Hopscotch %
meningkatkan power tungkai atlet pencak
silat, karena latihan ini merangsang otot
Berdasarkan hasil analisis untuk selalu berkontraksi dengan cepat baik
sebagaimana ditunjukkan pada (Tabel 4) saat memanjang (eccentric) maupun
diperoleh nilai rerata selisih posttest memendek (concentric) sesuai prinsip
kelompok latihan pliometrik double leg gerakan latihan pliometrik. Pada dasarnya
speed hop sebesar 92,47 cm dengan kenaikan faktor utama daya ledak otot (power) adalah
persentase sebesar 41,03%, nilai rerata kekuatan dan kecepatan. Latihan pliometrik
posttest kelompok latihan hopscotch bangku menggunakan unsur faktor kekuatan dan
sebesar 78,79 cm dengan kenaikan kecepatan. Hal ini menurut Santosa (2015:3)
persentase sebesar 34,10%, dilihat dari “bahwa latihan pliometrik dapat
selisih nilai posttest sebesar 13,68 cm. meningkatkan daya ledak otot (power) itu
Dengan demikian hipotesis yang berbunyi dipengaruhi oleh unsur kekuatan dan
kecepatan kontraksi dan kedua unsur tersebut
saling berkaitan”. Menurut Sugiharto pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya
(2014:75) “daya ledak (power) dapat Malang”, diterima. Artinya latihan hopscotch
ditingkatkan melalui latihan dengan jalan memberikan pengaruh yang signifikan
meningkatkan kekuatan, kecepatan atau terhadap peningkatan power tungkai pada
meningkatkan keduanya secara bersama- atlet pencak silat PSHT di Universitas
sama”. Menurut Nabizadeh dkk (2013:3798), Brawijaya Malang. Besarnya perubahan
bahwa latihan pliometrik mencakup power tungkai tersebut dapat dilihat dari
pergerakan yang cepat dan kuat dengan perbedaan nilai rata-rata yaitu sebesar 78,79
kontraksi eksentrik (eccentric concentration) cm, dengan kenaikan persentase sebesar
yang diikuti oleh kontraksi konsentrik 31,10%.
(concentric contraction). Peran sumber Latihan hopscotch merupakan metode
energi yang langsung dapat digunakan pada latihan melompat ke arah depan dengan
saat terjadi kontraksi otot adalah ATP melakukan lompatan hop dengan
(adenosin trifosfat). Menurut Rahman & melangkahkan kaki secara bergantian.
Sugiarto (2015:2) bahwa energi ini berupa Latihan hopscotch merupakan sebuah
senyawa energi yang dikenal dengan permainan tradisional lompat atau jingkat
adenosine trifosfat (ATP). Hal ini sejalan yang yang idealnya dimainkan 2 sampai 5
dengan pendapat Sugiharto (2014:98) orang (Roidatussalamah & Hasibuan,
“bahwa peran ATP dalam kontraksi otot 2017:3).
sebagai sumber energi yang langsung dapat Perbedaan Latihan Pliometrik Double Leg
digunakan untuk otot tidak hanya digunakan Speed Hop dan Hopscotch terhadap Power
untuk kontraksi, tetapi juga untuk relaksasi Tungkai
otot”. Namun dalam hal ini latihan pliometrik Hasil analisis menunjukkan bahwa
sumber energi yang digunakan adalah ATP- latihan pliometrik double leg speed hop lebih
PC dan LA. Menurut Sugiharto (2014:11) baik dalam meningkatkan power tungkai atlet
“sistem ATP-PC dan LA dilakukan untuk UKM pencak silat PSHT di Universitas
semua aktivitas anaerobik power dan Brawijaya Malang daripada latihan
ketahanan yang berlangsung sampai 1,5 hopscotch. Berdasarkan hasil analisis
menit”. Hal ini juga sependapat dengan diperoleh nilai rerata selisih posttest
Rahman & Sugiarto (2015:2) “ATP-PC dan kelompok latihan pliometrik double leg
LA merupakan suatu sumber energi yang speed hop sebesar 92,47 cm dengan kenaikan
digunakan untuk aktivitas antara 20 detik persentase sebesar 41,03%, nilai rerata
sampai 2 menit”. Dengan gerakan yang posttest kelompok latihan hopscotch sebesar
dilakukan berulang-ulang dan intensitasnya 78,79 cm dengan kenaikan persentase
semakin bertambah di setiap pertemuan maka sebesar 34,10%, dilihat dari selisih nilai
secara tidak langsung dapat meningkatkan posttest sebesar 13,48 cm. Maka kelompok
power tungkai. eksperimen dengan latihan pliometrik double
Pengaruh Latihan Hopscotch terhadap leg speed hop lebih baik untuk meningkatkan
Power Tungkai power tungkai atlet pencak silat PSHT di
Hasil analisis menunjukkan bahwa Universitas Brawijaya Malang daripada
terdapat peningkatan power tungkai atlet latihan hopscotch. Meskipun kedua latihan
UKM pencak silat PSHT di Universitas ini sama-sama merangsang otot untuk selalu
Brawijaya sesudah latihan hopscotch. Hal ini berkontraksi dengan cepat baik saat
ditunjukkan dengan nilai f hitung 5,184 > f memanjang (eccentric) maupun memendek
tabel 3,89, dan nilai signifikansi 0,042 < (concentric) sesuai prinsip gerakan latihan
0.05, maka hasil ini menunjukkan terdapat pliometrik. Gerakan yang dilakukan
perbedaan yang signifikan. Dengan demikian berulang-ulang dan intensitasnya semakin
hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi bertambah di setiap pertemuan maka secara
“Latihan hopscotch berpengaruh terhadap tidak langsung dapat meningkatkan power
peningkatan power tungkai pada atlet UKM tungkai. Menurut Sugiharto (2014:75)
“pelatihan kekuatan akan memberikan tungkai yang dibutuhkan otot tungkai juga
dampak yang signifikan terhadap adaptasi berbeda sesuai dengan tuntutan kekuatan dan
pada sistem otot, diantaranya adalah kecepatan yang diterima.
meningkatnya kadar kreatin otot 39%, dan
posphokreatin 22% dan ATP 18% serta KESIMPULAN
terjadi glikogen otot 66%”. Berdasarkan pengujian hipotesis dan
Olahraga atau latihan akan pembahasan dalam penelitian yang dilakukan
meningkatkan sistem metabolisme tubuh, pada atlet UKM pencak silat PSHT di
terjadi peningkatan energi dan suhu tubuh, Universitas Brawijaya Malang yang
keasaman tubuh, kadar CO2 dan menurunnya berjumlah 14 sampel, maka diperoleh hasil
kadar O2. Menghadapi hal tersebut tubuh penelitian yang dapat disimpulkan bahwa: (1)
berusaha menjaga homeostatis melalui latihan double leg speed hop berpengaruh
respon dan adaptasi. Menurut Sugiharto terhadap peningkatan power tungkai pada
(2014:71) “respon dan adaptasi terhadap atlet UKM pencak silat PSHT di Universitas
olahraga untuk mengurangi stress akibat Brawijaya Malang, (2) latihan hopscotch
olahraga”. Untuk memaksimalkan adaptasi berpengaruh terhadap peningkatan power
suatu latihan perlu menjaga keseimbangan tungkai pada atlet UKM pencak silat PSHT
antara latihan, kompetisi dan pemulihan. di Universitas Brawijaya Malang, (3) ada
Semakin tinggi tuntutan kekuatan dan perbedaan latihan pliometrik double leg
kecepatan yang diterima atau ditahan otot speed hop dan latihan hopscotch dalam
saat kontraksi maka semakin besar meningkatan power tungkai pada atlet UKM
pengaruhnya dalam meningkatkan power pencak silat PSHT di Universitas Brawijaya
tungkai yang secara langsung berpengaruh Malang, namun latihan double leg speed hop
terhadap peningkatan power tungkai. Hal ini lebih baik dalam meningkatkan power
sependapat dengan Kustoro (2018:179) tungkai atlet UKM pencak silat PSHT di
“semakin singkat pemberian waktu recovery Universitas Brawijaya Malang daripada
dan interval, berarti semakin tinggi intensitas latihan hopscotch.
latihannya, sebaliknya bila semakin lama
pemberian waktu recovery dan interval, SARAN
berarti semakin rendah intensitasnya”. Dengan memperhatikan hasil
Latihan pliometrik double leg speed hop penelitian ini, penelitian ini memiliki
memberikan pengaruh yang lebih baik kemanfaatan yang sangat berarti bagi banyak
terhadap peningkatan power tungkai atlet pihak, diantaranya: (1) pelatih dapat
UKM pencak silat PSHT di Universitas menggunakan latihan double leg speed hop
Brawijaya Malang. Hal ini dikarenakan sebagai salah satu alternatif latihan yang
latihan pliometrik double leg speed hop bertujuan untuk meningkatkan power tungkai
menggunakan gerakan meloncat dan pada atlet pencak silat, (2) dengan adanya
menekankan lompatan pada saat melompat penelitian tentang peningkatan power
ke atas dan ke depan dengan kedua kaki di tungkai, para pemain memperoleh
bawah pantat serta posisi kedua kaki selalu pengetahuan tentang bentuk-bentuk latihan
bersamaan baik pada saat tumpuan maupun yang dapat meningkatkan power tungkai, (3)
mendarat untuk mencapai ketinggian bukan hanya latihan taktik dan latihan teknik
maksimum dan jarak, sehingga tuntutan yang harus ditingkatkan, para atlet UKM
kekuatan dan kecepatan dalam pelaksanaan pencak silat PSHT Universitas Brawijaya
latihan pliometrik double leg speed hop lebih Malang juga harus memperhatikan kondisi
tinggi. Sedangkan latihan hopscotch tuntutan fisik agar kemampuan teknik, taktik dan daya
kekuatan dan kecepatan lebih rendah. tahan memiliki kemampuan seimbang, (4)
Dengan perbedaan tuntutan kekuatan dan Dalam penelitian selanjutnya hendaknya
kecepatan yang harus diterima atau ditahan melihat tentang penelitian sebelumnya
oleh otot tungkai menyebabkan power sehingga dalam menentukan atau melakukan
penelitian sesuai dengan rancangan yang Ihsan, N., Yulkifli., & Yohandri. 2018.
diinginkan. Instrumen Kecepatan Tendangan
Pencak Silat Berbasis Teknologi.
DAFTAR RUJUKAN Jurnal Sosioteknologi, 17(1), 124-131.
Atmojo, M.B. 2010. Teknik dan Pengukuran Ihsan, N., Yulkifli., & Yohandri. 2017.
Pendidikan Jasmani/Olahraga. Development of Speed Measurement
Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. System for Pencak Silat Kick Based on
Sensor Technology. Materials Science
Arazi, H., Asadi, A., Nasehi, M., & and Engineering, 17(180), 1-8.
Delpasand, A. 2012. Cardiovascular doi:10.1088/1757-899X/180/1/012171.
and Blood Lactate Responses To Acute
Plyometric Exercise In Female Kustoro, A. 2018. Pengaruh Latihan Hollow
Volleyball and Handball Players. Sport Sprints dengan Interval Training Ratio
Sci Health, 12(8), 23-29. DOI: 1:3 dan 1:5 terhadap Kecepatan dan
10.1007/s11332-012-0123-8. Power Otot Tungkai. Jurnal Koulutus:
Jurnal Pendidikan Kahuripan, 01(2),
Aroziah, M. Sugiharto., & Kinanti, R.G. 165-182.
2014. Efek Latihan terhadap
Imonoglobulin (Igg) pada Tikus Putih Nabizadeh, M., Bararpour, E., Chaleh, M.C.,
Wistar Norvegicus Strain. Jurnal Sport & Najafrina, Y. 2013. Comparison of
Science, 04(3), 125-129. Three Deep Jump Plyometric Trainings
on Vertical Jump in Basketball Players.
Fauzi. 2007. Pengaruh Latihan Pliometrik International Research Journal of
Modiflkasi terhadap Power Otot Applied and Basic Sciences, 04(12),
Tungkai pada Olahraga Bolavoli. 3798-3801.
Cakrawala Pendidikan, 26(2), 291-
308. Rahman, A. & Sugiarto. 2015. Meningkatkan
Kecepatan Lari 100 Meter dengan
Fazdinata, J.A. & Haridito, I. 2018. Latihan Interval 1 Banding 2 dan 1
Pengaruh Pelatihan Beban Kettler Banding 3. Journal of Sport Sciences
terhadap Kemampuan Tendangan and Fitness. 4(1). 1-6.
Doolyo Chagi Atlet Taekwondo Putra
SMA Antartika Sidoarjo. Jurnal Roidatussalamah, Y. & Hasibuan, R. 2017.
Kesehatan Olahraga, 02(7), 54-62. Peningkatan Kemampuan Mengenal
Lambang Bilangan 1-10 Melalui
Haritsa, N.F. & Trisnowiyanto, B. 2016. Bermain Hopscotch pada Anak
Perbedaan Efek Latihan Medicine Ball Kelompok A di TK Al Chusni Desa
dan Clapping Push Up terhadap Daya Tengaran Peterongan Jombang. Jurnal
Ledak Otot Lengan Pemain PAUD Teratai. 06(3). 1-6.
Bulutangkis Remaja Usia 13 – 16
Tahun. Jurnal Kesehatan, 01(1), 51-60. Santosa, D.W. 2015. Pengaruh Pelatihan
Squat Jump dengan Metode Interval
Hidayad, M. & Santoso, D.A. 2016. Pendek terhadap Daya Ledak (Power)
Pengaruh Latihan Plyometric Split Otot Tungkai. Jurnal Kesehatan
Jumps dan Double Leg Speed Hop Olahraga, 03(1), 158-164.
terhadap Kecepatan Tendangan Depan
pada Siswa Putra Ekstrakurikuler Sari, S. 2016. Mengatasi DOMS Setelah
Pencak Silat di SMP Negeri 2 Kalipuro Olahraga. Motion, 07(1), 97-107.
Tahun Pelajaran 2015/2016. Jurnal
Kejaora, 01(2), 44-50. Shuttler, J.D.E., Edmonds, R., Eddy, C.,
O’Neill, V., & Ives, S.J. 2017. The
Effect of Concurrent Plyometric
Training Versus Submaximal Aerobic
Cycling on Rowing Economy, Peak
Power, and Performance in Male High
School Rowers. Sports Medicine, 03(7),
1-10. DOI 10.1186/s40798-017-0075-
2.
Sugiharto. 2014. Fisiologi Olahraga: Teori
dan Aplikasi Pembinaan Olahraga.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Sutisna, N. 2016. Pengaruh Tari Topeng
terhadap Peningkatan Daya Tahan.
Jurnal SPORT, 01(1), 184-193.
Winarno, M.E. 2013. Metodologi Penelitian
dalam Pendidikan Jasmani (UM
PERS). Malang: Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai