A. Kajian Teori
1. Perkembangan Gerak
Perkembangan motorik adalah suatu proses kemasakan
motorik atau gerakan yang langsung melibatkan otot untuk
bergerak dan proses persyarafan yang menjadikan
seseorang mampu menggerakkan anggota tubuhnya. Selama
proses perkembangan motorik, selama 4 atau 5 tahun pasca
kelahiran, anak akan tetap dapat mengendalikan gerakan
yang kasar. Gerakan tersebut melibatkan bagian badan luas
yang digunakan dalam berjalan, berlari, melompat,
berenang, dan sebagainya. Setelah berumur 5 tahun terjadi
perkembangan yang besar dalam pengendalian koordinasi
yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih
kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar,
melempar, menangkap bola, menulis dan menggunakan alat.
Perkembangan gerak (motor development) suatu proses
sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan
bersinambung gerakan individu yang meningkat dari
sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil-keterampilan
gerak yang kompleks dan terorganisasi dengan baik-
penyesuaian keterampilan – proses penuaan.
2. Latihan Plyometric
Menurut Chu (1996: 6) simple definition of plyometric is
consists of hopping, skipping, jumping, and throwing
activities designed to make you faster. Artinya, plyometrics
secara sederhana terdiri dari melompat, skipping,
melompat dan kegiatan melempar yang dirancang untuk
membuat lebih capat. Menurut Sankarmani, et al (2012:
172-180) plyometrics are training techniques used by
athletes in all types of sports to increase strength and
explosiveness Artiya, Plyometrics adalah pelatihan teknik
yang digunakan oleh atlet di semua jenis olahraga untuk
meningkatkan kekuatan dan daya ledak. Artinya, latihan
pyometrik didefinisikan sebagai latihan yang cepat dan
explosive yang mengunakan simpanan energi dan
meningkatkan aktivitas otot selama fase kontraksi otot pada
saat latihan. Latihan plyometrics dapat digunakan untuk
anggota tubuh atas dan bawah untuk mengenbangkan
power. Cara kerja plyometric dapat dijelaskan menjadi dua
macam. Dua macam cara ini adalah mechanical dan
neurophysiological (otot dan syaraf).
Menurut Suharjana (2013: 38) Latihan adalah
memberikan penekanan fisik yang teratur, sistematis, dan
berkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dalam melakukan kerja dan
meningkatkan kebugaran jasmani atau kemampuan fisik.
Dengan latihan yang terstruktur akan meningkatkan
kemampuan fisik pemain. Terdapat tiga sistem dalam
penyelenggaraan suatu latihan, yaitu kardiovaskuler,
muskuloskeletal, dan neuromuskuler.
Pada musculoskeletal jenis latihan yang dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya seperti jenis latihan
konvensional dan latihan pembebanan. Jenis latihan
konvensional ini menekankan gerakan melompat untuk
meningkatkan daya ledak otot tersebut, latihan yang
berbentuk gerakan melakukan lompatan, daya ledak otot
dilatih dengan gerakan berulang seperti melompat.
Sehingga dengan intensitas maksimum dan dikontrol
dengan baik akan dapat meningkatkan tinggi lompatan.
Sedangkan pada latihan isometric melatih kekuatan otot
dan stabilisasi sendi tersebut secara perlahan sehingga
dengan intensitas yang maksimum dan dikontrol juga akan
sangat baik dalam menunjang peningkatan vertical jump.
Untuk melatih vertical jump secara efisien salah satunya
melalui latihan plyometric. Karena dalam latihan plyometric
adalah bentuk latihan yang gerakanya eksplosif dengan
selain efisien juga akan tercakup unsur-unsur yang terlatih,
seperti kekuatan otot, ketahanan otot, kelentukan,
kelincahan.
B. Hasil Temuan
Dari hasil observasi pada atlit bola voli putri yang berusia 17
tahun didapatkan data dengan menggunakan video wawancara
sebagai bukti observasi, dan didapatkan data sebagai berikuyt
Biodata
Nama : Neila Izza Fayola
Jenis kelamin : perempuan
Usia : 17 tahun
Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa objek merupakan
atlit bola voli yang kerap kali melakukan Latihan untuk
menunjang prestasinya. Salah satu latihan yang dilakukannya
adalah latihan plyometric, plyometric sendiri berkaitan dengan
pembentukan otot kaki mulai dari paha sampai ke tungkai.
Latihan plyometric ada beberapa macam yaitu lomcat pagar, box
jump, squat dan barrier hops.
Link video.
Dari hasil video wawancara diatas didapatkan bahwa objek
melakukan latihan plyometric untuk menunjang lompatannya
saat melakukan smash atau serangan. Pada awal video di
perlihatkan bahwa lompatan objek tidak setinggi pada video
setelah melakukan latihan plyometric. Metode latihan
plyometric yang di pilih objek antara lain loncat pagar, box jump
dan barrier hops. Setelah melakukan latihan plyometric
tersebut, kemudian objek melakukan awalan smash dan terbukti
bahwa raihan smash objek meningkat. Jika latihan ini dilakukan
secara rutin dapat meningkatkan raihan lompatan pada saat
smash dan bloking.
C. Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen pada objek
dan terbukti adanya pengaruh yang signifikan dari latihan
plyometric terhadap kemampuan lompatan smash bola voli pada
objek dan latihan power otot tungkai lebih efektif untuk
meningkatkan kemampuan tinggi lompatan smash bola voli
pada objek. Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan
bahwa latihan plyometric dapat digunakan sebagai salah satu
latihan penunjang lompatan dalam olahraga bola voli.
Daftar Rujukan
Broto, D. P. (2015). Pengaruh Latihan Plyometrics Terhadap
Power Otot Tungkai Atlet Remaja Bola Voli. Motion: Jurnal Riset
Physical Education, 6(2), 174-185.
Bagaskara, B. A., & Suharjana, S. (2019). PENGARUH LATIHAN
PLYOMETRIC BOX JUMP DAN PLYOMETRIC STANDING JUMP
TERHADAP KEMAMPUAN VERTICAL JUMP PADA ATLET KLUB BOLA
VOLI. MEDIKORA, 18(2), 64-69.