Anda di halaman 1dari 8

Efektivitas Latihan Rhytmic Stabilitation dan Combination Of Isotonic terhadap

Penurunan Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah

Yuliana Ratmawati1*, Yoni Rustiana Kusumawati2


Poltekkes kemenkes Surakarta Jurusan Fisioterapi
*Email: juliafisio96@gmail.com

Abstract
Background: Low back pain is a complaint that is often encountered and very disturbing in carrying out
daily activities. Myogenic pain is the most common complaint, around 49%.Physiotherapy modalities that
can be given are Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (rhythmic stabilization and combination of
isotonic). Purpose this study to analyze effectivity rhythmic stabilitation exercise and combination of
isotonic to decreased pain for myogenic pain. Methods: this research is two groups pre and post test
design. Subjects: 30 subject diagnosed with myogenic pain in Dr Moewardi Hospital during the period
between 2019 June –Augs. Results: The result of test toward pain effect between pre and post in group
one after 3 weeks (6 times of therapy) is p = 0.009 with Wilcoxon test. The result of test toward pain
between pre and post in group two is p = 0.001 and the test of pain between group one and group two
shows p = 0.051. Conclusion: there is no difference in effect between the group one and group two
toward the reduction of pain of patients with myogenic pain so that the results cannot be seen which is
more effective.

Keyword: myogenic pain, proprioceptive neuromuscular facilitation

PENDAHULUAN keseluruhan, NPB miogenik


Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan keluhan yang paling banyak
merupakan keluhan yang sering ditemui dijumpai sekitar 49%. Ditinjau dari segi
dan sangat mengganggu dalam melakukan ekonomi, NPB banyak sekali membawa
aktifitas sehari-hari. Hampir 2 dari 3 kerugian bagi penderita maupun negara
individu pernah mengalami keluhan ini, oleh karena meningkatnya angka absensi
minimal sekali dalam hidup mereka ditempat dia bekerja dan biaya
(Simms, 2001). Suatu survey di Amerika pengobatannya akan besar sekali.
terhadap 3000 orang berumur 65 tahun NPB miogenik dapat ditimbulkan
ternyata 25 % menderita nyeri punggung oleh beberapa faktor penyebab yaitu
bawah. Akibat nyeri punggung bawah postur tubuh, kurang olahraga, berdiri atau
tersebut 40 % terganggu aktifitas sehari membungkuk dalam waktu lama, duduk
hari dan 20% terganggu tidurnya. Secara dengan kursi yang tidak egonomis, serta
keseluruhan 75 % memerlukan perhatian kegemukan (Bull and Archard, 2005).
medis dan sisanya 25 % perlu dibawa ke Gangguan yang terjadi akibat nyeri
rumah sakit (Cohen, et al 2001). punggung bawah miogenik yaitu adanya
Pada negara maju prevelensi orang nyeri tekan dari region lumbal,
terkena NPB miogenik adalah sekitar 70- ketegangan otot yang menyebabkan
80%. Di Amerika kejadian NPB miogenik spasme otot daerah lumbal. Bila keadaan
meningkat sebanyak 68% antara ini berlanjut terus-menerus dalam waktu
tahun1971-1981 (Bimaariotejo, 2009). Di lama, akan menyebabkan kekuatan otot
Indonesia NPB miogenik dijumpai pada menurun, mobilitas gerak sendi lumbal
golongan usia 40 tahun. Secara menjadi terbatas sehingga dapat
menimbulkan keterbatan saat bangun dari

29
30 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 9, No 1, Mei 2020, hlm 1-116

duduk, saat aktivitas memutar badan, saat METODE PENELITIAN


duduk dan berdiri lama, serta saat berjalan Populasi penelitian ini adalah
mengalami gangguan (Borenstein dan subyek yang mengalami nyeri punggung
Wiesel, 2004). bawah miogenik pada periode bulan juli-
Intervensi fisioterapi terhadap NPB agustus di RSUD Moewardi Surakarta.
sangat bervariasi, terutama ditujukan Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi
untuk pengurangan nyeri, spasme, eksperimental dengan menggunakan
meningkatkan fleksibilitas dan stabilitas. rancangan two group pre test – post test
Salah satu pendekatan intervensi design.
fisioterapi pada NPB yang dapat diberikan Subyek penelitian yang memenuhi
dengan Proprioceptive Neuromuscular kriteria inklusi dan ekslusi dibagi menjadi
Facilitation (PNF) meliputi rhythmic dua kelompok, kelompok I diberi
stabilization dan combination of isotonic. perlakuan rhythmic stabilization dan
Penelitian dari Kofotolis (2006) kelompok II diberi perlakuan combination
menginformasikan perlakuan PNF of isotonic masing-masing sebanyak 6
(rhythmic stabilization dan combination kali, seminggu 2 kali selama 3 minggu.
of isotonic), berpengaruh terhadap daya Sebelum diberikan perlakuan terlebih
tahan otot, fleksibilitas, dan fungsional dahulu dilakukan pemeriksaan nyeri
yang dikarenakan adanya efek dengan Visual Analog Scale (VAS).
pengurangan nyeri. Teknik rhythmic dilakukan dengan cara pasien diminta
stabilization menggunakan kontraksi untuk menunjukkan seberapa berat nyeri
isometrik dari kelompok agonis dan yang dirasakan pada garis horisontal
antagonis. Hal ini digunakan terutama sepanjang 100 mm kemudian subyek
untuk memperbaiki kondisi-kondisi diminta menandai derajat nyeri yang
kelemahan dan stabilisasi serta dirasakan pada garis tersebut lalu
memberikan stimulasi pada pola agonis. pengambil data mengukur hasil derajat
Sedangkan teknik combination of isotonic nyerinya. Pengukuran VAS dilakukan
adalah latihan PNF yang digunakan untuk sebelum dan sesudah penelitian setelah 3
mengevaluasi dan mengembangkan minggu perlakuan. Hasil data VAS
kemampuan untuk melakukan gerakan sebelum dan sesudah perlakuan kemudian
yang terkontrol, melibatkan kontraksi dianalisis. Untuk menentukan uji
konsentrik, eksentrik, dan isometrik, yang hipotesisnya dilakukan terlebih dahulu uji
berfungsi memperbaiki kelemahan otot normalitas dengan Saphiro Wilk dan uji
dan lingkup gerak sendi (Alder et al, homogenitas. Uji hipotesis pre dan post
2008). kelompok I dan II menggunakan uji t
Berdasarkan penelitian sebelumnya berpasangan bila data berdistriusi normal
belum ada yang membandingkan kedua dan uji Wilcoxon bila data berdistribusi
tehnik tersebut sehingga peneliti tertarik tidak normal. Uji hipotesis posttest
ingin mengetahui efektifitas latihan kelompok I dan II menggunakan uji t
rhythmic stabilization dan combination of tidak berpasangan bila syarat parametric
isotonic terhadap penurunan nyeri pada terpenuhi dan uji Mann Whitney bila
penderita nyeri pungung bawah miogenik syarat parametric tidak terpenuhi.
Prosedur pelaksanaan rhythmic
stabilization dilakukan dengan cara posisi
Yuliana Ratmawati, Efektivitas Latihan Rhytmic Stabilitation dan Combination Of Isotonic 31

pasien duduk di tepi tempat tidur skapula), terapis memberikan tahanan


menghadap terapis. Terapis meletakkan bertahap dari sangat lemah, lemah, sampai
kedua tangannya tepat di tulang klavikula. kuat (dari tahanan kuat posisi
Dari posisi tersebut, subyek diinstruksikan dipertahankan 5 detik), lutut terapis
untuk gerak membungkuk sampai batas fleksibel mengikuti gerak tubuh pasien
nyeri (dengan pola anterior depresi pada untuk menghindari cidera pada terapis itu
skapula) dan terapis memberikan tahanan. sendiri. Melalui klavikula, terapis
Tahanan perlahan-lahan meningkat mendorong kembali agar pasien duduk
sampai batas maksimal (posisi tersebut tegak. Pasien secara perlahan menegakkan
dipertahankan sekitar 5 detik) ,lutut badannya (dengan melawan tahanan yang
terapis fleksibel mengikuti gerak tubuh diberikan terapis). Kemudian tangan
pasien untuk menghindari cidera pada terapis berpindah pada skapula. Dari
terapis itu sendiri. Kemudian tangan posisi tersebut, subyek diinstruksikan
kanan terapis berpindah pegangan pada untuk gerak mengektensi trunk (dengan
bahu bagian belakang (skapula) pasien sisi pola posterior elevasi pada skapula),
kiri, pasien diminta untuk menegakkan terapis memberikan tahanan bertahap dari
badan (mengekstensikan trunknya dengan sangat lemah, lemah, sampai kuat (dari
pola posterior elevasi pada skapula), tahanan kuat posisi dipertahankan 5
selanjutnya tangan kiri terapis megikuti detik). Melalui skapula, terapis menarik
berpindah pegangan ke pundak bagian kembali agar pasien duduk tegak. Pasien
belakang (skapula) kanan pasien untuk secara parlahan menegakkan badannya
memberikan tahanan. Dosis latihan, setiap (dengan melawan tahanan yang diberikan
menyelesaikan 3 set, 15 repetisi dari terapis). Dosis latihan setiap
masing-masing intervensi, istirahat 30 menyelesaikan 3 set, 15 repetisi dari
detik antara repetisi dan 60 detik antara masing – masing intervensi, istirahat 30
set. detik antara repetisi dan 60 detik antara
Combination of isotonic dilakukan set.
dengan cara posisi pasien duduk di tepi
tempat tidur menghadap terapis. Terapis HASIL PENELITIAN
meletakkan kedua tangannya tepat di Karakteristik subyek berdasarkan
tulang klavikula. Dari posisi tersebut, umur berkisar pada rentang 30-60 tahun.
subyek diinstruksikan untuk gerak Kelompok I terbanyak rata-rata usia 51-60
membungkuk sampai batas nyeri (fleksi tahun, sedangkan kelompok II terbanyak
trunk dengan pola anterior depresi pada rata-rata usia 41-50 tahun.
32 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 9, No 1, Mei 2020, hlm 1-116

70
60
50
40 30-40 th
30 41-50 th
20 51-60 th
10
0
KEL 1 KEL 2

Gambar 1. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Usia

Karakteristik subyek berdasarkan dikelompok II rata-rata berjenis kelamin


jenis kelamin pada kelompok I rata-rata perempuan 67%.
berjenis kelamin laki-laki 53% Sedangkan

80

60
LAKI-LAKI
40
PEREMPUAN
20

0
KEL 1 KEL 2

Gambar 2. Karakteristik Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik subyek berdasarkan Sedangkan dikelompok II 60% kategori


Indeks Massa Tubuh (IMT) pada normal.
kelompok I 60% kategori overweight.

60
50
40 underweight
30 normal
20 overweight
10 obesitas
0
KEL 1 KEL 2

Gambar 3. Karakteristik Data Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Karakteristik rata-rata VAS sebelum perlakuan 56 menjadi 52,8 nilai VAS


dan sesudah perlakuan pada kelompok I Sedangkan dikelompok II dari sebelum
mengalami penurunan dari sebelum perlakuan 49,2 menjadi 44,4 nilai VAS.
Yuliana Ratmawati, Efektivitas Latihan Rhytmic Stabilitation dan Combination Of Isotonic 33

60
50
40
30 VAS PRE

20 VAS POST

10
0
KEL 1 KEL 2

Gambar 4. Karakteristik rata-rata VAS sebelum dan sesudah Perlakuan

Hasil uji normalitas sebelum dan sebelum perlakuan didapatkan nilai


sesudah perlakuan menunjukkan nilai p< p=0,881 (p>0,05) artinya data homogen.
0,05, maka data berdistribusi tidak Karena data berdistribusi tidak normal
normal. Sehingga untuk uji hipotesis maka uji hipotesis menggunakan uji non
menggunakan uji non parametrik. paramterik.
Sedangkan dari hasil uji homogenitas

Tabel 1. Uji beda sebelum dan sesudah Perlakuan pada Kelompok I dan II
VAS N p Keterangan
Kel I 15 0,009 Ada beda
Kel II 15 0,001 Ada beda
Sumber: data primer, 2019

Tabel 2. Uji beda sesudah Perlakuan antara kelompok I dan II


VAS N p Keterangan
Post kel I 15 0,051 Tidak ada beda
Post Kel II 15
Sumber: data primer, 2019

PEMBAHASAN penurunan nyeri pada pasien NPB


Hasil penelitian ini menunjukkkan miogenik, hal ini sesuai dengan penelitian
tidak ada perbedaan pengaruh antara yang dilakukan oleh Kofotolis (2006)
pemberian rhythmic stabilization dan yang menyatakan hasil bahwa rhythmic
combination of isotonic terhadap stabilization dapat meningkatkan
penurunan nyeri. Hal ini sesuai dengan fleksibilitas lumbal karena adanya efek
hasil penelitian dari Kofotolis (2006) dan penurunan nyeri. Menurut Kofotolis
Kumar (2011). Pemberian rhythmic bahwa tehnik rhythmic stabilization
stabilization berpengaruh terhadap merupakan kontraksi isometrik yang
34 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 9, No 1, Mei 2020, hlm 1-116

banyak digunakan pada pasien nyeri yang konstan dengan bagian tubuh
punggung bawah. bergerak melawan beban melewati sebuah
Teknik tersebut merupakan gerakan lingkup gerak sendi. Peningkatan tonus
bergantian antara kelompok otot agonis otot akan merangsang golgi tendon organ
dan antagonis tanpa diselingi periode serta memperbesar impuls saraf yang
relaksasi yang mengakibatkan reciprocal mencapai medulla spinalis.
inhibition. Seperti diketahui salah satu Terangsangnya golgi tendon organ otot-
faktor penghambat fleksibilitas adalah otot erektor spine akan mengaktifasi
nyeri dan spasme. Dengan adanya serabut saraf berpenampang tebal tipe Ib
penurunan nyeri dan spasme akibat (Aα), aktivasi golgi tendon organ akan
rileksasi otot akan meningkatkan menghambat nosiseptor pada tingkat
fleksibilitas lumbal (Kumar, 2011). Hal spinal, sehingga nyeri dan spasme dapat
ini juga sesuai dengan penelitian direduksi dan otot menjadi rileks (Foss,
Appleton (2003) menunjukkan kontraksi 2004).
isometrik yang diberikan sebelum Penelitian ini sesuai dengan
stretching dari otot yang mengalami penelitian Kofotolis (2006) yang
ketegangan akan menghasilkan rileksasi menunjukan hasil bahwa combination of
sebagai hasil dari reciprocal inhibition. isotonic dapat meningkatkan fleksibilitas
Adanya relaksasi akan meningkatkan lumbal karena adanya penurunan nyeri.
lingkup gerak sendi. Secara teori combination of isotonic
Disisi lain kontraksi isometrik exercises akan mengaktivasi kontraksi
merupakan kontraksi statik yang akan isotonik otot-otot stabilisator punggung
mengaktivasi serabut saraf tipe II (Aβ bawah sampai batas maksimal. Level
secondary receptors of muscle spindle). endurance yang tinggi akan meningkatkan
Adanya aktivasi pada serabut A beta akan kemampuan otot-otot stabilisator
menginhibisi neuron nosiseptif di kornu punggung bawah dalam menjaga postur
dorsalis medulla spinalis sehingga dan stabilitas punggung bawah sehingga
substansia gelatinosa menjadi aktif yang pembebanan pada struktur lumbal dapat
berdampak pada penurunan asupan diminimalkan. Latihan isotonik
terhadap sel T atau rangsang yang menuju meningkatkan ketegangan yang akan
pusat melalui sel T terhenti di mana merangsang golgi tendon organ otot-otot
serabut yang berdiameter besar (A beta) erektor spine. Sinyal dari golgi tendon
akan menutup gerbang dan membloking organs dihantarkan ke medula spinalis
transmisi impuls dari serabut saraf aferen untuk menimbulkan efek refleks pada otot
nosiseptor (Kuntono, 2011). yang bersangkutan. Efek inhibisi dari
Pemberian combination of isotonic golgi tendon organs menyebabkan
terhadap penurunan nyeri pada pasien rileksasi seluruh otot secara tiba-tiba.
NPB miogenik, hal ini sesuai dengan Istilah lain untuk efek inhibisi adalah
penelitian yang dilakukan oleh Kumar autogenic inhibition atau juga inverse
(2011), yang menunjukkan bahwa myotatic reflex. Efek inhibisi terjadi pada
combination of isotonic dapat menurunkan waktu kontraksi atau regangan yang kuat
nyeri dan spasme otot, sehingga terjadi pada suatu tendon. Keadaan ini
peningkatan fleksibilitas lumbal. latihan menyebabkan suatu refleks seketika yang
isotonik otot berkontraksi melawan beban menghambat kontraksi otot serta tegangan
Yuliana Ratmawati, Efektivitas Latihan Rhytmic Stabilitation dan Combination Of Isotonic 35

dengan cepat berkurang. Pengurangan keduanya, sehingga dari hasil tersebut


tegangan ini berfungsi sebagai suatu tidak bisa dilihat mana yang lebih efektif.
mekanisme protektif untuk mencegah Akan tetapi dari melihat hasil selisih mean
terjadinya robek pada otot atau lepasnya setelah perlakuan antara kedua kelompok,
tendo dari perlekatannya ke tulang. Hal ini kelompok yang diberikan perlakuan
hanya mungkin diciptakan oleh impuls- latihan rhythmic stabilization
impuls golgi tendon organs yang menunjukkan selisih mean lebih kecil
berfungsi sebagai pencegah yang menolak daripada kelompok yang diberikan
pembangkitan impuls-impuls dari muscle perlakuan latihan combination of isotonic.
spindle (Juliantine, 2010) Adapun perbedaan nilai selisih mean
Hasil penelitian ini menunjukkkan tersebut tidak menunjukkan perbedaan
tidak ada perbedaan pengaruh antara yang berarti. Rhythmic stabilization dan
pemberian rhythmic stabilization dan combination of isotonic masing-masing
combination of isotonic terhadap sebanyak 6 kali, seminggu 2 kali selama 3
penurunan nyeri. Karena tidak ada minggu.
perbedaan pengaruh antara kedua Dari hasil analisis data dapat
kelompok sehingga dari hasil tersebut disimpulkan tidak terdapat perbedaan
tidak dapat dilihat mana yang lebih pengaruh antara latihan rhythmic
efektif. Beberapa faktor yang stabilization dan combination of isotonic
menyebabkan tidak ada perbedaan terhadap penurunan nyeri pada penderita
pengaruh antara pemberian rhythmic nyeri punggung bawah miogenik sehingga
stabilization dan combination of isotonic penelitian ini dapat menjadi referensi
adalah penelitan ini hanya menggunakan fisioterapis dalam menangani nyeri
subyek sejumlah 15 pada masing-masing punggung bawah dengan memilih antara
kelompok, dan variabel penggganggu latihan rhythmic stabilization atau
yang tidak semua bisa dikendalikan combination of isotonic karena keduanya
seperti aktivitas. Sedangkan pada dapat mengurangi nyeri pada nyeri
penelitian Kofotolis (2006) menggunakan punggung bawah miogenik.
subyek sejumlah 86, dan variabel Saran pada penelitian selanjutnya
pengganggu yang dapat dikendalikan. adalah (1) perlu dilakukannya kontrol
Selain itu pada kedua tehnik tersebut aktifitas pada subyek penelitian, (2) perlu
mempunyai manfaat yang sama yaitu subyek yang lebih banyak dan adanya
sama-sama dapat mengurangi nyeri, dan randomisasi pada subyek penelitian.
menimbulkan rileksasi pada otot penderita Terima kasih kami ucapkan kepada
NPB miogenik kronis. semua yang terlibat pada penelitian ini
,pasien di RSUD Dr Moewardi Surakarta
KESIMPULAN DAN SARAN khususnya pasien nyeri punggung bawah
Subyek pada penelitian ini adalah miogenik di Poli Fisioterapi RSUD Dr
penderita nyeri punggung bawah Moewardi.
myogenic di RSUD Dr Moewardi
Surakarta. Subyek yang diberikan latihan DAFTAR RUJUKAN
rhythmic stabilization dan combination of Alder, S., Beckers, D., and Buck, M.
isotonic terhadap penurunan nyeri tidak (2008). PNF in Practice ; Thrid
menunjukkan adanya perbedaan diantara Edition, Philadelphia.
36 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan , Volume 9, No 1, Mei 2020, hlm 1-116

September, 3, 2011, from


Appleton, B.D. (2003). Strecth and http://ptjournal.apta.org.
flexibility; Buletin Sport Injury
`http://www.enteract.com/~bradapp/ Kumar, A., And Zutshi, K. (2011).
docs/rec/stretching/' Efficacy ?of Trunk Proprioceptive
Neuromuscular Facilitation
Bimaariotejo, H. (2009). Low Bak Pain; Training on Chronic Low Back
diakses tanggal 10112011 dari Pain; May, 2011
http:bimaariotejowordpressos=lbp
Kuntono, H.P. (2011). Nyeri Secara
Borestein, dan Wissel. (2004). Low back Umum dan Osteoarthritis Lutut dan
pain Medical diagnosis and Aspek Fisioterapi; Muhammadiyah
comprehensive management; WB University Press, Surakarta. Hal 1,
Saunders Company, Philadelphia, 1-2
hal. 147- 169. Simms R.W. (2001). Low Back Pain in
Field Guide To Soft Tissue Pain,
Bull, E., dan Archad, G. (2005). Nyeri Lippinkott W&W, Philadelphia
Pinggang; Erlangga,Jakarta

Cohen, R., (2001). Low Back Pain part I,


primary work-up of acute and
cronics symtomps Geriatrics hal 59-
67

Foss, M.L., & Marin, H.N. (2004). Effect


of Submaximal Contraction Intensity
in Contract Relax Propioseptif
Muscular Facilitation Stretching;
Retrieved April, 17, 2010, from
www. Bjsportmed.com

Juliantine T. (2010). Studi Perbandingan


Berbagai Macam Metode Latihan
Peregangan Dalam Meningkatkan
Kelentukan. Universitas Pendidikan
Indonesia.

Kofotolis, N., Kellis, E. (2006). Effects of


Two 4-Week Proprioceptive
Neuromuscular Facilitation
Programson Muscle Endurance,
Flexibility, and Functional
Performance in Women With
Chronic Low Back Pain; Retreived

Anda mungkin juga menyukai