Anda di halaman 1dari 17

Vol 6. No.

1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

PENGARUH TERAPI WILLIAM FLEXION EXERCISE TERHADAP


NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA LANSIA DI PANTI WERDHA
MOJOPAHIT MOJOKERTO

Abdul Muhith1, Angga Novida Yasma2 *)

Abstrak
Salah satu masalah fisik sehari-hari yang sering ditemukan pada lansia
adalah nyeri punggung bawah. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah pada nyeri punggung bawahdapat digunakan Terapi latihan :
william flexion exercise. Terapi latihan william flexion exercise digunakan
untuk penguluran otot ekstensor daerah punggung dan penguatan otot-otot
daerah abdomen. Penelitian ini termasuk jenis penelitian dengan desain pre-
experimental dengan menggunakan rancangan the one group pretest-posttest
design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami
nyeri punggung bawah di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto yaitu sejumlah 27
lansia, dan untuk sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang
ditentukan oleh peneliti. Untuk pengumpulan data digunakan lembar observasi
skala nyeri Bourbanis. Hasil penelitian didapatkan intensitas nyeri punggung
bawah sebelum dilakukan terapi william flexion exercise yaitu sebagian besar
responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 6 orang (55 %) dan terdapat
hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri berat yaitu 5 orang (45 %).
Terjadi penurunan intensitas nyeri sesudah terapi yang ditunjukkan dengan
sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang (64
%) dan hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri ringan yaitu 5
orang (36 %). Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
terapi william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada lansia.
Simpulan yang dapat ditarik adalah ada perubahan intensitas nyeri yang
dirasakan responden sesudah terapi karena terjadi penurunan ketegangan otot
terutama otot bagian lumbo sacral spine. Maka dari itu terapi latihan william
flexion exercise dapat digunakan sebagai salah satu terapi alternatif dan tidak
hanya berfokus pada terapi farmakologis dalam menangani nyeri khususnya
nyeri punggung bawah.
Kata kunci : lansia, nyeri punggung bawah, william flexion exercise
1) Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto
2) Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto

111
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

A. PENDAHULUAN
Meningkatnya angka harapan hidup bagi penduduk Indonesia
berdampak pada meningkatnya masalah lanjut usia (lansia) yang semakin
kompleks, dari masalah kesehatan penyakit degeneratif sampai status
mental lansia. Hal ini didasari dengan makin lanjutnya usia seseorang maka
kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fisiologik atas organ-
organnya semakin besar (Boedhi, 2006). Perubahan fisiologis bervariasi
pada setiap lansia. Beberapa lansia tidak mampu melakukan aktivitas atau
aktivitasnya terbatas karena adanya masalah fisik, emosional atau sosial
yang membuat lansia merasa sakit. Salah satu masalah fisik sehari-hari yang
sering ditemukan pada lansia adalah nyeri punggung bawah (Bandiyah,
2009). Dengan munculnya rasa nyeri yang dirasakan oleh lansia ini maka
akan mengakibatkan lansia tidak produktif terutama dalam hal aktivitas
maupun keterbatasan dalam merawat dirinya secara mandiri. Hal ini sangat
bertentangan dengan konsep bahwa selama individu tersebut memiliki
semangat untuk hidup serta melakukan kegiatan-kegiatan, maka ia akan
tetap produktif dan berbahagia meskipun usianya telah lanjut, sehingga
tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat (Maryam dkk, 2008).
Data epidemiologi mengenai nyeri punggung bawah yang ada yaitu
40% penduduk pulau Jawa berusia diatas 55 tahun pernah menderita nyeri
punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 57,2% dan pada wanita 42,8%.
Insiden berdasarkan kunjungan pasien dengan keluhan nyeri punggung
bawah ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 13-17% dari
total penyakit yang dikeluhkan pasien (Sadeli, 2011). Berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
didapatkan data jumlah lansia sampai bulan Maret 2012 sebanyak 43 orang
dan ditemukan 27 lansia (62,8%) mengalami nyeri punggung bawah. Dari
hasil wawancara, dalam menangani masalah nyeri punggung bawah tersebut
sebanyak 16 lansia (59,26%) mengatakan langsung minum obat saat nyeri
dan sebanyak 11 lansia (40,74%) mengatakan hanya membiarkannya saja.
Penyebab dari nyeri punggung bawah adalah peregangan dari
struktur yang sensitif terhadap nyeri. Hal lain yang dapat mengakibatkan
nyeri punggung bawah misalnya batuk, bersin, mengangkat benda yang
berat, atau peregangan dapat menimbulkan nyeri (Lyndon, 2009).
Gangguan yang terjadi akibat nyeri punggung bawah adanya nyeri tekan
pada regio lumbal, spasme otot-otot punggung, keterbatasan gerak
112
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

punggung dan penurunan kekuatan otot punggung dan ekstremitas inferior,


sehingga dapat menimbulkan keterbatasan fungsi yaitu gangguan saat
bangun dari keadaan duduk, saat membungkuk, saat duduk atau berdiri
lama dan berjalan (Candra, 2011). Terdapat berbagai tindakan yang dapat
dilakukan seorang perawat untuk mengurangi rasa nyeri yang pasien derita.
Tindakan-tindakan tersebut mencakup tindakan non farmakologis dan
tindakan farmakologis. Dalam beberapa kasus nyeri yang sifatnya ringan,
tindakan non farmakologis adalah yang paling utama, sedangkan tindakan
farmakologis dipersiapkan untuk mengantisipasi perkembangan nyeri.
Sebagai contoh tindakan non farmakologis yang dapat dilakukan adalah
distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing, stimulasi kutaneus maupun terapi
latihan. Pada kasus nyeri sedang sampai berat, tindakan non farmakologis
menjadi suatu pelengkap yang efektif untuk mengatasi nyeri (Prasetyo,
2010). Salah satu tindakan yang dapat dilakukan seorang perawat untuk
mengatasi masalah pada nyeri punggung bawah dapat digunakan Terapi
latihan : william flexion exercise. Terapi latihan william flexion exercise
digunakan untuk penguluran otot ekstensor daerah punggung dan penguatan
otot-otot daerah abdomen sehingga ketegangan otot dapat menurun
akibatnya nyeri dapat berkurang (Agus, 2009). Oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Terapi William Flexion Exercise
Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia Di Panti Werdha Mojopahit
Mojokerto.
.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian dengan desain pre-
experimental dengan menggunakan rancangan the one group pretest-
posttest design. Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok
subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi
lagi setelah intervensi. Pengujian sebab akibat dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pre-tes dengan post tes (Nursalam, 2008).

113
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

Menentukan Subyek
Penelitian
Melakukan pengukuran intensitas
Pre-Test nyeri sebelum diberikan terapi
Wiliam Flexion Exercise Hasil
pengukuran
Memberikan terapi
dibandingkan
William Flexion Exercise
antara sebelum
yang dilakukan 4-5 menit,
dan sesudah
diberikan sebanyak 2 kali
diberikan terapi
per minggu selama 1
Wiliam Flexion
bulan
Exercise

Melakukan pengukuran intensitas


Post-Test nyeri sesudah diberikan terapi
Wiliam Flexion Exercise
Gambar 1. Frame Work Pengaruh Terapi William Flexion Exercise
Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia
Tabel 1. Definisi Operasional Pengaruh Terapi William Flexion
Exercise Terhadap Nyeri Punggung Bawah Pada Lansia
No. Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala
1. Terapi Suatu bentuk terapi - -
William yang diikuti oleh
Flexion lanjut usia dengan
Exercise maksud menurunkan
ketegangan otot untuk
mengurangi nyeri
punggung bawah pada
lansia yang dilakukan
4-5 menit, diberikan
sebanyak 2 kali per
minggu selama 1
bulan pada hari selasa
dan kamis.
114
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

No. Variabel Definisi Operasional Kriteria Skala


2. Nyeri Perasaan tidak Kriteria Ordinal
Punggung menyenangkan yang Rentang nilai
Bawah dialami seseorang antara 0-10, yaitu:
sebagai tanda adanya 1. Tidak nyeri: 0
gangguan yang 2. Nyeri ringan: 1
dirasakan di daerah -3
punggung bagian 3. Nyeri sedang:
bawah pada lansia 4-6
yang dapat diukur 4. Nyeri berat:7 -
dengan menggunakan 9
skala nyeri Bourbanis. 5. Nyeri sangat
berat: 10

(Adhyati,2011)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang


mengalami nyeri punggung bawah di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
yaitu sejumlah 27 lansia. Sampel adalah sebagian obyek yang diambil dari
keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo,2005). Jumlah sampel yang dipilih dalam penelitian ini
adalah 11 lansia. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non
probability sampling dengan metode purposive sampling yaitu suatu teknik
penetapan sampel. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan
atau yang layak diteliti, yaitu :
a. Responden tidak mengonsumsi obat pereda nyeri.
b. Responden berusia 55 sampai dengan 75 tahun.
2. Kriteria eksklusi adalah responden yang tidak layak dijadikan sampel,
yaitu:.
a. Responden tidak kooperatif.
b. Responden tidak mampu melakukan ADL secara mandiri.
c. Responden dalam keadaan sakit seperti demam.

115
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

d. Responden sedang tidak berada di Panti ketika dilakukan


penelitian.
Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi skala
nyeri Bourbanis. Lembar observasi dilengkapi dengan karakteristik
responden yang berisi: inisial nama, umur, pendidikan terakhir, pekerjaan,
tanggal terapi dan intensitas nyeri yang dirasakan. Pemeriksaan skala nyeri
menggunakan seperangkat alat tulis dengan menggunakan instrumen
berupa lembar observasi intensitas nyeri. Langkah-langkah pengumpulan
dimulai dari pemilihan responden sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian
peneliti melakukan pendekatan pada responden untuk menjelaskan maksud
dan tujuan penelitian serta perlakukan yang akan diberikan pada
responden. Langkah selanjutnya peneliti mengukur skala nyeri punggung
bawah responden sebelum dilakukan terapi dengan cara responden diminta
menunjukkan rasa nyeri antara 0-10, 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan,4-6 :
nyeri sedang,7-9 : nyeri berat,10 : nyeri sangat berat.
Kemudian peneliti mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
untuk terapi William flexion exercise, dalam hal ini matras. Kemudian
membimbing responden untuk dilakukan terapi selama kurang lebih 4-5
menit, diberikan sebanyak 2 kali per minggu selama 1 bulan pada hari
selasa dan kamis. Setelah selesai terapi peneliti kembali mengukur skala
nyeri punggung bawah responden Adapun tahap-tahap analisis data adalah
sebagai berikut :
a. Analisis univariat
Analisis dilakukan terhadap tiap-tiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan prosentase dari
tiap variable, serta meihat apakah semua data masuk dalam entry atau
ada data yang hilang (missing).
b. Analisis bivariat
Analisis untuk melihat dua variabel yang diduga berhubungan
atau berpengaruh, yaitu variabel independen (terapi william flexion
exercise) dan variabel dependen (nyeri punggung bawah). Dalam
analisis hasil penelitian ini digunakan jenis uji Wilcoxon dengan =
0,05. Bila p 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak dan Bila p < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima.

116
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

C. HASIL PENELITIAN
1. Data Umum
Data ini menggambarkan karakteristik responden yang berada
di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto yang meliputi :
a. Karakteristik responden berdasarkan umur
8 64 %

6
36 %
4
Umur

2
0%
0
55 - 64 tahun65 - 74 tahun 75 tahun

Gambar 2. Distribusi frekuensi berdasarkan umur


responden yang diberi terapi william flexion
exercise di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto
pada bulan Juni 2012.

Gambar 2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden


berusia 55 64 tahun, yaitu sebanyak 7 orang (64 %) dan hampir
setengah responden lainnya berusia 65 74 tahun, yaitu sebanyak
4 orang (36 %).

b. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

117
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT
7 55 %
6
5 36 %
4
3
2 Tingkat
9% Pendidikan
1 0%
0
Tidak SD SMP SMA
Sekolah

Gambar 3. Distribusi frekuensi berdasarkan tingkat


pendidikan responden yang diberi terapi
william flexion exercise di Panti Werdha
Mojopahit Mojokerto pada bulan Juni 2012.

Gambar 3 dapat menjelaskan bahwa sebagian besar


responden tidak sekolah yaitu sebanyak 6 orang (55 %) dan
sebagian kecil responden menempuh pendidikan SMP yaitu
sebanyak 1 orang (9 %).

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan.


8 64 %

4
Pekerjaan
18 % 18 %
2

0
petani pedagang penjahit

Gambar 4. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan


responden yang diberi terapi william flexion

118
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

exercise di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto


pada bulan Juni 2012.
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 7 orang (64 %)
dan sebagian kecil responden lainnya bekerja sebagai pedagang
dan penjahit masing masing sebanyak 2 orang (18 %).

2. Data Khusus
Data ini menggambarkan hasil penelitian yang diperoleh dari
responden di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto yang meliputi :
a. Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sebelum diberikan
terapi William Flexion Exercise.
Tabel 2. Distribusi frekuensi intensitas nyeri punggung
bawah sebelum diberikan terapi william flexion
exercise
No. Intensitas nyeri
Frekuensi Prosentase (%)
punggung bawah
1. Tidak Nyeri 0 0
2. Nyeri Ringan 0 0
3. Nyeri Sedang 6 55
4. Nyeri Berat 5 45
5. Nyeri Sangat Berat 0 0
Jumlah 11 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden


mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 6 orang (55 %) dan
hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri berat yaitu 5
orang (45 %).
b. Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sesudah diberikan
terapi william flexion exercise.
Tabel 3. Distribusi frekuensi intensitas nyeri punggung
sesudah diberikan terapi william flexion exercise
No. Intensitas nyeri
Frekuensi Prosentase (%)
punggung bawah
1. Tidak Nyeri 0 0
119
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

2. Nyeri Ringan 4 36
3. Nyeri Sedang 7 64
4. Nyeri Berat 0 0
5. Nyeri Sangat Berat 0 0
Jumlah 11 100

Tabel 3 menjelaskan bahwa sesudah diberikan terapi


william flexion menunjukkan sebagian besar responden
mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang (64 %) dan
hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri ringan yaitu
4 orang (36 %).

c. Pengaruh pemberian terapi william flexion exercise terhadap


nyeri punggung bawah pada lansia.
Tabel 4. Distribusi frekuensi pengaruh pemberian terapi
william flexion exercise terhadap nyeri punggung
bawah

Sesudah terapi
Intensitas Nyeri
Tidak Nyeri Nyeri Nyeri
nyeri Sangat Jumlah
Nyeri Ringan Sedang Berat
punggung Berat
bawah F % F % F % F % F %
Tidak
- - - - - - - - - - -
Nyeri
Nyeri
- - - - - - - - - - -
Ringan
Nyeri
- - 4 36 2 19 - - - - 6 (55%)
Sebelum Sedang
terapi Nyeri Berat - - - - 5 4% - - - - 5 (45%)
Nyeri
Sangat - - - - - - - - - - -
Berat
11
Jumlah - - 4 36 7 64 - - - -
(100%)
Analisa
Wilcoxon Signed Ranks Test 0,003
uji

120
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

Berdasarkan tabel 4 didapatkan hasil pada saat


pengukuran intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan
terapi william flexion exercise responden mengalami nyeri berat
sebanyak 5 orang (45 %), sesudah dilakukan terapi dan diukur
kembali intensitas nyeri punggung bawah responden
menunjukkan responden mengalami penurunan intensitas nyeri
menjadi nyeri sedang. Untuk responden lainnya saat pengukuran
intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan terapi
william flexion exercise responden mengalami nyeri sedang yaitu
6 orang (55 %), sesudah dilakukan terapi dan diukur kembali
intensitas nyeri punggung bawah responden menunjukkan
responden mengalami penurunan intensitas nyeri menjadi nyeri
ringan sebanyak 4 orang (36 %) dan sisanya tetap mengalami
nyeri sedang sebanyak 2 orang (19 %). Hasil analisis uji
Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh angka significancy yaitu
0,003. Karena nilai significancy (p) < 0,05 maka H0 ditolak dan
H1 diterima yang berarti bahwa ada pengaruh pemberian terapi
william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada
lansia.

121
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


1. Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sebelum diberikan
terapi william flexion exercise.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebelum diberikan terapi
william flexion exercise sebagian besar lansia mengalami nyeri sedang
yaitu sebanyak 6 orang (55 %) dan hampir setengah responden lainnya
mengalami nyeri berat yaitu 5 orang (45 %).
Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan rasa
nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah punggung bagian bawah.
Nyeri punggung bawah bukanlah diagnosis tapi hanya gejala akibat
dari penyebab yang sangat beragam (Sinaga, 2011). Nyeri ini muncul
akibat adanya potensi kerusakan ataupun adanya kerusakan jaringan
antara lain: dermis pambuluh darah, facia, muskulus, tendon,
cartilago, tulang ligament, intra artikuler meniscus, bursa. Tanda dan
gejala nyeri punggung bawah adalah onset / waktu timbulnya
bertahap, nyeri difus (setempat) sepanjang punggung bawah,
tenderness pada otot-otot punggung bawah, lingkup gerak sendi
(LGS) terbatas, tanda-tanda gangguan neurologis tidak ada (Agus,
2009). Faktor risiko nyeri punggung bawah meliputi usia, jenis
kelamin, status antopometri, pekerjaan, aktivitas, kebiasaaan merokok
abnormalitas struktur, dan riwayat episode nyeri punggung bawah
sebelumnya.
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan
gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan
dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap
tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis (Setyawan, 2011).
Nyeri punggung bawah yang dialami responden dapat
disebabkan oleh karena faktor pekerjaan. Hal ini terbukti bahwa
sebagian besar responden bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 7
orang (64 %). Bekerja sebagai petani menuntut seseorang untuk
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu mencangkul
maupun menanam padi. Kegiatan membungkuk yang berulang
menyebabkan ketegangan otot yang meningkat sehingga muncul rasa
nyeri terutama pada punggung bagian bawah. Nyeri punggung bawah
dapat menimbulkan keterbatasan fungsi yaitu gangguan saat bangun

122
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

dari keadaan duduk, saat membungkuk, saat duduk atau berdiri lama
dan berjalan.
2. Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sesudah diberikan
terapi william flexion exercise.
Intensitas nyeri punggung bawah pada lansia sesudah
diberikan terapi william flexion exercise menunjukkan bahwa
sebagian besar lansia mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 7 orang
(64 %) dan hampir setengah responden lainnya mengalami nyeri
ringan yaitu 4 orang (36 %).
Pada dasarnya dikenal dua tahapan terapi nyeri punggung
bawah: konservatif dan operatif. Kedua tahapan terapi tadi
mempunyai kesamaan tujuan ialah rehabilitasi (Harsono, 2003). Salah
satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pada
nyeri punggung bawahdapat digunakan Terapi latihan : william flexion
exercise. Latihan ini dirancang untuk mengurangi nyeri punggung
dengan memperkuat otot-otot yang memfleksikan lumbo sacral spine,
terutama otot abdominal dan otot gluteus maximus dan meregangkan
kelompok ekstensor punggung bawah. Latihan ini sebaiknya
dilakukan tidak hanya pada waktu terasa sakit saja (Prasetyo, 2010).
Pengaruh dari terapi William Flexion Exercise yang
mempunyai prinsip memperkuat otot-otot abdominal sebagai otot
penggerak fleksi lumbosacral dan meregangkan otot-otot ekstensor
punggung bawah, karena semakin otot itu relax dan tidak tegang maka
otot tersebut dapat bergerak dengan penuh tanpa adanya rasa nyeri dan
spasme. Sehingga responden mengalami penurunan intensitas nyeri
terutama nyeri punggung bawah.
3. Pengaruh pemberian terapi william flexion exercise terhadap
nyeri punggung bawah pada lansia.
Dalam penelitian ini akan dibandingkan antara pengukuran
intensitas nyeri sebelum terapi dan sesudah terapi. Berdasarkan tabel 4
didapatkan hasil pada saat pengukuran intensitas nyeri punggung
bawah sebelum dilakukan terapi william flexion exercise responden
mengalami nyeri berat sebanyak 5 orang (45 %), sesudah dilakukan
terapi dan diukur kembali intensitas nyeri punggung bawah responden
menunjukkan responden mengalami penurunan intensitas nyeri
menjadi nyeri sedang. Untuk responden lainnya saat pengukuran
123
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

intensitas nyeri punggung bawah sebelum dilakukan terapi william


flexion exercise responden mengalami nyeri sedang yaitu 6 orang (55
%), sesudah dilakukan terapi dan diukur kembali intensitas nyeri
punggung bawah responden menunjukkan responden mengalami
penurunan intensitas nyeri menjadi nyeri ringan sebanyak 4 orang (36
%) dan sisanya tetap mengalami nyeri sedang sebanyak 2 orang (19
%). Hasil uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh angka
significancy yaitu 0,003. Karena nilai significancy (p) < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima yang berarti bahwa ada pengaruh pemberian
terapi william flexion exercise terhadap nyeri punggung bawah pada
lansia.
Dr. Paul William pertama kali memperkenalkan program
latihan william flexion exercise pada tahun 1937 untuk pasien dengan
nyeri punggung bawah kronik sebagai respon atas pengamatan klinik
dimana kebanyakan pasien yang pernah mengalami nyeri
punggung bawah dengan degenerasi vertebra hingga penyakit
degeneratif discus. William flexion exercise dirancang untuk
mengurangi nyeri punggung bawah dengan memperkuat otot-otot
yang memfleksikan lumbosacral spine terutama otot abdominal dan
otot gluteus maximus dan meregangkan kelompok otot ekstensor
punggung. William Flexion Exercise ini disamping efektif untuk nyeri
punggung bawah juga efektif untuk memperbaiki fleksibilias otot-otot
punggung dan sirkulasi darah yang membawa nutrisi ke diskus
intervertebral (Priyambodo, 2008).
Perubahan intensitas nyeri yang dirasakan responden sesudah
dilakukan terapi William flexion exercise menunjukkan bahwa ada
pengaruh dari terapi yang dilakukan dimana dari 11 responden 9 orang
mengalami penurunan intensitas nyeri dan 2 orang tetap merasakan
intensitas nyeri yang sama.
Respon nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu pengalaman sebelumnya, ansietas, kebudayaan, usia,
makna nyeri, gaya koping, perhatian, keletihan serta dukungan
keluarga dan sosial (Potter dan Perry, 2005).
Bila ada 2 responden yang tetap mengalami nyeri dengan
intensitas yang sama bisa disebabkan oleh karena faktor keletihan,
dimana di tempat responden sekarang tinggal responden dituntut
124
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

untuk hidup secara mandiri meskipun dibantu hanya sebagian oleh


perawat jaga. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti responden yang
tetap mengalami intensitas nyeri yang sama memang tampak lebih
aktif meskipun usia mereka tergolong lebih tua daripada responden
yang lain. Bila seseorang terlalu banyak beraktivitas maka akan
menyebabkan rasa letih dan juga bila seseorang telah berumur maka
kemampuan untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang sering akan
meningkatkan intensitas nyeri yang dirasakan. Selain itu tingkat
kemaknaan nyeri antara individu satu dengan lainnya pun berbeda
sehingga tidak semua responden akan mengalami intensitas nyeri yang
sama, hal inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan intensitas
nyeri saat sebelum terapi maupun sesudah terapi antar individu.

125
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

DAFTAR PUSTAKA
Agus, supriyanto. 2009. Pendekatan Fisioterapi Pada Problem Kapasitas Fisik
Dan Kemampuan Fungsional Pada Kondisi Low Back Pain Miogenik
(Online). (http://es.scribd.com, diakses pada tanggal 20 Maret 2012)
Adhyati,2011. Low back pain (LBP) - USU Repository (Online).
(http://repository.usu.ac.id, diakses pada tanggal 29 Mei 2012)
Bandiyah. 2009. Lanjut Usia. (http://bandiyahs.blogspot.com, diakses pada
tanggal 15 Desember 2011)
Boedhi, K. (2006). Asuhan Keperawatan Gerontik (Online). (http://boedhi-
ilmukeperawatan.blogspot.com, diakses pada tanggal 15 Desember
2011)
Candra, 2011. Peran Fisioterapi Dalam Penanganan LBP (Online).
(http://etd.eprints.ums.ac.id, diakses pada tanggal 17 Maret 2012)
Hadian, Agus.2010. Terapi Konservatif untuk Low back Pain (Online).
(http://www.jamsostek.co.id, diakses pada tanggal 29 Mei 2012)
Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Pers
Hidayat, A. Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi
1. Jakarta : Salemba medika.
Hidayat, A. Aziz. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta : Salemba Medika
Lyndon, saputra. 2010. Intisari Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang : Binarupa
Aksara
Maryam, R Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC
Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta
: Graha Ilmu
Priyambodo, Hanung. 2008. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low
Back Pain Miogenik Di RSUD Boyolali. Karya tulis ilmiah diploma
tidak dipublikasikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta
126
Vol 6. No. 1, Maret 2014 MEDICA MAJAPAHIT

Setyawan, Aris. 2011. Low Back Pain (Online).


(http://setyawan.wordpress.com, diakses pada tanggal 21 Maret 2012)
Sinaga. 2009. Nyeri Punggung Bawah/Low Back Pain.
(http://sinaga.blogspot.com, diakses pada tanggal 19 Maret 2012)
Tamsuri, Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta :EGC
Zuyina, Luklukaningsih. 2010. Sinopsis Fisioterapi Untuk Latihan. Yogyakarta
: Nuha Medika

127

Anda mungkin juga menyukai