Anda di halaman 1dari 9

EFEKTIVITAS WILLIAM FLEXION EXERCISE UNTUK MENGURANGI

INTENSITAS NYERI LOW BACK PAIN (LBP) PADA PENGRAJIN KAYU DI BALI,
INDONESIA

A.A Istri Dalem Hana Yundari *, Putu Puspita Wulandari Mas


Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Wira Medika Bali, Bali, Indonesia

Abstrak
Latar Belakang: Penelitian sebelumnya menunjukkan 8 dari 10 pengrajin kayu di Bali
mengalami nyeri punggung bawah/Low Back Pain (LBP), yaitu suatu sindrom klinis dengan
gejala utama nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah punggung bawah. William Flexion Exercise,
merupakan suatu latihan yang terdiri dari enam jenis gerakan, yang dapat mengurangi nyeri
dengan megurangi lordosis lumbar (fleksi). Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi
pengaruh William Flexion Exercise dalam mengurangi intensitas nyeri LBP pada pengrajin kayu
di Bali, Indonesia.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasi-eksperimental dengan pendekatan pretest-


posttest dan kelompok kontrol. Dari 42 pengrajin kayu di Desa Mas, Gianyar, Bali, Indonesia, 20
diantaranya dipilih dengan teknik purposive sampling, dan kemudian didistribusikan secara
merata ke dalam kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan diberikan
latihan William's Flexion Exercise 2 kali setiap minggu selama 4 minggu. Intensitas nyeri diukur
dengan skala nyeri; nyeri ringan (skala 1-3), sedang (4-6), dan berat (7-10). Uji Wilcoxon dan
Mann Whitney digunakan untuk analisis statistik.

Hasil: Studi ini menemukan bahwa William's Flexion Exercise yang diberikan kepada para
pengrajin kayu dapat mengurangi intensitas nyeri secara signifikan (nilai p = 0,000).

Kesimpulan: William Flexion exercise direkomendasikan untuk diberikan kepada para pengrajin
kayu untuk mengurangi nyeri punggung bawah/LBP.

Kata kunci: Low Back Pain, pengrajin kayu, intensitas nyeri


PENDAHULUAN
Nyeri dapat dirasakan di semua bagian tubuh, dan salah satunya adalah nyeri punggung
bawah yang sering disebut Low Back Pain (LBP). Low Back Pain (LBP) adalah sindrom klinis
dengan gejala utama nyeri atau ketidaknyamanan di daerah punggung bawah. Lebih dari 80%
kejadian LBP dirasakan oleh semua manusia dalam kehidupan mereka, LBP tidak mengenal
perbedaan jenis kelamin, status sosial, atau tingkat pendidikan1. WHO memasukkan LBP sebagai
sebuah prioritas untuk Bone dan Joint Decade 2013-2016 dan telah dibuktikan oleh data dari
Badan Eropa untuk Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja/ European Agency for Safety
and Health at Work (EASHW) yang menunjukkan bahwa banyak pekerja mengeluhkan nyeri
punggung bawah.2 Hasil penelitian nasional yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Neural
Indonesia (PERDOSI) pada tahun 2016 di 14 kota di Indonesia menemukan 4.456 (25% dari
total kunjungan) orang dengan rasa sakit, di mana 1.598 orang (35.86%) adalah penderita sakit
kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita LBP.

Data di Bali menunjukkan 46,1% orang sering mengeluh mengalami nyeri pada
punggung bawah, terutama pada usia 30-40 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut
merupakan usia produktif dimana LBP yang dirasakan berkaitan erat dengan pekerjaan dan
aktivitas fisik3. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Kabupaten Gianyar melalui
wawancara dengan pengrajin kayu, diperoleh data bahwa 8 dari 10 orang mengalami LBP.
Menurut berbagai sumber, LBP dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu mekanis dan non-mekanis.
Mekanis disebabkan oleh keseleo dan ketegangan di area lumbal, proses generatif, HNP, dan
fraktur kompresi osteoporotik. Sedangkan yang non-mekanis disebabkan oleh kegiatan sehari-
hari, mengangkat beban berat, duduk dan berdiri terlalu lama di posisi yang salah4. Dalam hal
ini, penyebab utama para pengrajin kayu mengalami LBP adalah postur yang tidak sesuai saat
bekerja atau mungkin terjadi karena ketegangan otot yang terjadi selama 30 menit dalam posisi
duduk atau menekuk yang dapat menyebabkan kerusakan otot. Duduk lama menyebabkan beban
yang berlebihan dan bisa mengakibatkan kerusakan jaringan pada lumbar yang menyebabkan
munculnya keluhan.

Secara umum, manajemen LBP yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah
manajemen farmakologi, non-farmakologi dan pembedahan. Pemberian terapi farmakologis
tidak dianjurkan terus menerus karena bisa mengganggu fungsi organ lain dalam jangka panjang.
Terapi non-farmakologis merupakan sebuah alternatif untuk mengobati nyeri punggung. Latihan
fisik adalah salah satu dari terapi nonfarmakologi dan salah satunya adalah William Flexion
exercise. William Flexion exercise adalah program latihan yang terdiri dari enam jenis gerakan
yang berperan dalam penurunan lordosis lumbar (terjadi fleksi lumbar). Model ini pertama kali
dikembangkan oleh Dr. Paul William's pada tahun 1937. William Flexion exercise telah menjadi
dasar manajemen LBP, berdasarkan temuan diagnostik. Dalam beberapa kasus, program latihan
ini digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari facet joint (capsule-ligament), otot, dan
degenerasi korpus dan diskus. Mr.William menjelaskan bahwa posisi posterior memiringkan
panggul sangat penting untuk mendapatkan hasil terbaik 5.

Dampak jika LBP tidak ditangani dengan baik secara fisiologis dapat menyebabkan
ketegangan otot, ketegangan ligament tulang belakang, tekanan abnormal pada jaringan,
kontraksi otot punggung secara isometrik (melawan resistensi), ini dapat menyebabkan
penyempitan saraf tulang belakang atau Herniated Nucleus Pulposus (HNP). Penyempitan ini
dapat menyebabkan gangguan aktivitas dan dapat menyebabkan kelumpuhan. Secara ekonomis,
dapat mengurangi produktivitas pekerja sehingga akan menurunkan pendapatannya6. Salah satu
pekerjaan yang bisa menyebabkan LBP adalah pekerjaan memahat kayu, dimana daerah yang
memiliki seni pengrajin kayu adalah Bali yang merupakan destinasi popular para turis dengan
seni kerajinannya, terutama ukiran kayu. Proses kerajinan kayu terdiri dari pemotongan kayu,
ukiran, perataan, dan finishing. Para pengrajin kayu di Bali masih mengukir secara tradisional,
duduk di lantai dengan kaki melipat menyentuh dada dan tangan ditekuk dan menggerakkan
tangan secara berulang-ulang dalam proses pengukiran kayu. Akibat pekerjaan yang dilakukan
dengan teknik tersebut, maka para pekerja dapat mengalami risiko ergonomis postur abnormal,
postur kerja paksa dengan punggung membungkuk ke depan tanpa meregangkan otot untuk
waktu yang lama, sehingga pekerja berpotensi mengalami cedera yang berhubungan dengan
pekerjaan tersebut atau gangguan muskuloskeletal7.

Salah satu daerah yang terkenal dengan industri kerajinannya adalah Kecamatan Ubud,
Bali, Indonesia, dengan jumlah total pengrajin kayu adalah 681 orang. Ada 70 pengrajin kayu di
Banjar Tegalbingin, 42 orang diantaranya mengalami LBP8. Sekitar 10 pengrajin kayu
diwawancarai, dan 7 diantaranya mengalami LBP, 3 dari mereka mengalami nyeri ringan skala
1-3 dan 4 pekerja lainnya mengalami nyeri sedang dengan skala 4-6.
METODE DAN BAHAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen Pre Post dengan
desain kontrol grup. Menggunakan tes Wilcoxon dan tes Mann Witney. Penelitian ini dilakukan
di Desa Mas, Gianyar, Bali, Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non-
Probability Sampling dengan teknik Purposive Sampling9. Jumlah populasi adalah 42 orang,
tiap-tiap kelompok kontrol dan perlakuan diambil 10 orang sampel (10 kontrol, dan 10
perlakuan) yang menderita LBP non-mekanik, belum mengkonsumsi analgetik, dan telah bekerja
lebih dari enam bulan10.

Kelompok perlakuan diberikan William's Flexion Exercise dengan frekuensi 2 kali setiap
minggu selama 4 minggu dan intensitas nyeri diukur dengan skala nyeri yang diklasifikasikan
menjadi nyeri ringan (skala 1-3), sedang (4-6), dan berat (7-10)11. Protokol studi tentang
William's Flexion Exercise diambil dari Athletic Training and Sport Medicine oleh Chad
Starkey, Glen Johnson. Kelompok kontrol diperintahkan untuk melakukan peregangan yang
biasa mereka lakukan.

HASIL

Tabel 1. Karakteristik sampel berdasarkan usia pada kelompok kontrol dan


kelompok perlakuan
Kontrol Perlakuan
USIA N % n %
18-35 2 20.0 3 30.0
(dewasa muda)
36-55 7 70.0 5 50.0
(usia menengah)
>55 1 10.0 2 20.0
(Lansia)
Total 10 100.0 10 100.0

Berdasarkan tabel 1, pengukuran karakteristik usia sampel pada kedua kelompok


sebagian besar pada usia menengah (36-55 tahun). Data menunjukkan 70% untuk kelompok
kontrol dan 50% untuk kelompok perlakuan. Hasil pengukuran intensitas nyeri LBP fase pre-test
dan post-test pada kelompok kontrol akan ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2: Intensitas nyeri LBP pada kelompok kontrol
Pre-test pada Kelompok Post-test pada Kelompok Kontrol
NYERI Kontrol
n % n %
Ringan 1 10.0 1 10.0
Sedang 9 90.0 9 90.0
Berat 0 0 0 0
Total 10 100.0 10 100.0

Berdasarkan tabel 2, pengukuran intensitas nyeri pada fase pre-test yang ditampilkan
pada kelompok kontrol, kebanyakan responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 9 orang
(90%) dan responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak 1 orang (10%) dan data post-test
pada kelompok kontrol menunjukkan 9 orang (90%) mengalami skala nyeri sedang dan
responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak 1 orang (10%). Berdasarkan hasil uji
Wilcoxon diperoleh p = 0,083 (p> 0,05) yang berarti tidak ada perbedaan intensitas nyeri pada
pre-test dan post-test pada kelompok kontrol. Hasil pengukuran intensitas nyeri LBP fase pre-test
dan post-test pada kelompok perlakuan akan ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3: Intensitas nyeri LBP pada kelompok perlakuan
Pre-test pada Kelompok Post-test pada Kelompok Perlakuan
NYERI Perlakuan
n % n %
Ringan 2 20.0 9 90.0
Sedang 8 80.0 1 10.0
Berat 0 0 0 0
Total 10 100.0 10 100.0

Berdasarkan tabel 3, hasil pengukuran intensitas nyeri fase pre-test pada kelompok
perlakuan, berdasarkan hasil uji Wilcoxon diperoleh p = 0,000 (p <0,05) dimana kebanyakan
responden menagalami nyeri sedang yaitu sebanyak 8 orang, 1 responden mengalami nyeri
ringan dan tidak ada yang mengalami nyeri berat, dan pada data post-test kelompok perlakuan
setelah diberikan William's Flexion Exercise diperoleh 9 orang yang mengalami intensitas nyeri
ringan dan hanya 1 responden yang merasakan nyeri sedang dan tidak ada yang merasakan nyeri
berat. Artinya ada perbedaan intensitas nyeri pada fase pre-test dan posttest pada kelompok
perlakuan.
Tabel 4. Data statistik intensitas nyeri LBP pada fase pre-test
Nilai
Tendensi Pre-test pada Pre-test pada
Sentral Kelompok Kelompok
Perlakuan Kontrol
Mean (rata-rata) 5.41 5.58
Median 5.46 5.62
Minimum 2 2
Maksimum 6 6
Standar Deviasi 1.73 1.48

Berdasarkan tabel 4, dapat dilihat bahwa data pada fase pre-test untuk kelompok
perlakuan memiliki rata-rata 5.41, median 5.46, nilai minimum 2, nilai maksimum 6 dengan SD
1.73 dan rata-rata 5.58 untuk kelompok kontrol, median 5.62, nilai minimum 2, nilai maksimum
6 dengan SD 1.48.
Tabel 5. Data statistik intensitas nyeri LBP pada fase post-test
Nilai
Tendensi Post-test pada Post-test pada
Sentral Kelompok Kelompok
Perlakuan Kontrol
Mean (rata-rata) 2.15 4.72
Median 2.21 4.70
Minimum 1 3
Maksimum 4 5
Standar Deviasi 1.94 1.98

Berdasarkan tabel 5, dapat dilihat bahwa data pada fase post-test untuk kelompok
perlakuan memiliki rata-rata 2.15, median 2.21, nilai minimum 1, nilai maksimum 4 dengan SD
1,94 dan rata-rata 4.72 untuk kelompok kontrol, median 4.70, nilai minimum 3, nilai maksimum
5 dengan SD 1.98.
Perbedaan Intensitas Nyeri LBP pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Pengaruh William's Flexion Exercise dapat dilihat melalui uji Mann Whitney yang
menunjukkan nilai yang signifikan p = 0,000 (p <0,05) yang berarti terdapat perbedaan intensitas
nyeri LBP yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang diberikan
William's Flexion exercise.
PEMBAHASAN
Efektifitas William’s Flexion Exercise dalam Mengurangi Intensitas Nyeri LBP pada
Pengrajin Kayu
Hasil pengamatan berdasarkan variabel penelitian ditemukan p = 0,000 (p <0,05) yang
berarti terdapat perbedaan intensitas nyeri pada pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan.
Hal tersebut berarti ada perbedaan nilai intensitas nyeri LBP pengrajin kayu antara sebelum dan
sesudah dan terdapat perbedaan intensitas nyeri LBP yang signifikan sebelum dan sesudah
diberikan William Flexion exercise pada kelompok perlakuan. Salah satu penyebab nyeri
punggung bawah (LBP) yaitu adanya beban statis pada otot punggung akan menyebabkan otot di
tubuh mengalami ketegangan dan pembuluh darah menyempit. Ini dapat mengurangi aliran darah
yang membawa oksigen dan glukosa ke seluruh tubuh dan akibatnya orang akan lelah, tulang
belakang dan ototnya akan terluka. Penyempitan pembuluh darah juga bisa menyebabkan
pelepasan zat yang bisa merangsang reseptor rasa sakit seperti histamin, ion kalium, bradikin,
prostaglandin dan zat P yang akan menghasilkan respons nyeri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden yang mengalami nyeri sedang
pada kelompok perlakuan berjumlah 8 orang, 1 orang mengalami nyeri ringan, dan tidak ada
yang mengalami nyeri berat, dan pada data post-test—setelah diberikan William Flexion
Exercise—jumlah responden yang mengalami nyeri ringan berjumlah 9 orang dan hanya 1
responden yang mengalami nyeri sedang, dan tidak ada yang mengalami nyeri berat. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa terdapat efek yang mengurangi intensitas nyeri setelah
diberikan William's Flexion Exercise dalam kelompok tersebut. Nyeri disebabkan oleh
akumulasi hasil residu dari proses metabolism yang terakumulasi di dalam jaringan. Akumulasi
sisa metabolisme dapat dihilangkan dengan latihan gerakan punggung yang cukup untuk
melebarkan pembuluh darah. Fakta bahwa sirkulasi darah, zat-zat yang tidak bermanfaat bagi
tubuh juga terbuang, nyeri akan berkurang diikuti oleh berkurangnya spasme otot jadi itu akan
mengendurkan otot, sirkulasi darah dan nutrisi dan mengaktifkan pelepasan sistem endorphin
dalam darah11. Temuan ini juga didukung oleh penelitian lain yang menemukan perbandingan
analisis data skala analog visual pada pre [5.06] dan post-test [3.56] menunjukkan p [<0.001]
yang sangat signifikan. Membandingkan kuesioner Oswetry disability index pada pra [28.80] dan
post [17.6] menunjukkan p [<0,001] yang sangat signifikan dengan subjek 12.
Tingginya insiden terjadinya LBP non-spesifik pada dewasa awal dan pertengahan
membuktikan fakta bahwa mereka harus melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari yang berat
bersamaan dengan proses perubahan pada tulang belakang lumbar dan jaringan di sekitar tulang
belakang yang berkaitan dengan penuaan mulai terjadi, sehinggal hal ini menciptakan
kesenjangan antara kebutuhan sosial dan kemampuan fisik. LBP non-spesifik sering didiagnosa
berdasarkan ekslusinya, dan penting khususnya untuk membedakan adanya penyakit serius
seperti tumor tulang belakang dan penyakit menular tulang belakang13. Endorphin adalah
neuropeptida yang diproduksi oleh tubuh pada saat relaksasi atau keadaan tenang. Endorfin
diproduksi di otak dan sumsum tulang belakang. Hormon dapat berfungsi sebagai obat penenang
alami yang diproduksi otak dan menghasilkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorfin
dalam tubuh untuk mengurangi rasa sakit. Latihan ini terbukti meningkatkan kadar β-endorphin
yang merupakan salah satu hormon endorphin. Seseorang yang melakukan banyak latihan juga
akan meningkatkan kadar β-endorphin. Sebuah studi dari Gupta menunjukkan bahwa terdapat
perbaikan nyeri yang signifikan pada latihan William’s Flexion exercise dalam mengurangi
L.B.P di B.PT yang menunjukkan 53,2% pada kelompok eksperimental untuk L.B.P pada siswa
B.PT setelah 6 minggu pengobatan14.
Seseorang yang melakukan latihan, β-endorphin akan keluar dan ditangkap oleh reseptor
di hipotalamus dan sistem limbik yang mengatur emosi. Peningkatan β-endorphin terbukti
berkaitan erat dengan penurunan nyeri, peningkatan daya ingat, peningkatan libido, kemampuan
seksual, tekanan darah dan respirasi15. Mengembalikan kekuatan, fleksibilitas, dan daya tahan
otot punggung pasien dengan LBP dapat dilakukan dengan memberikan program pelatihan
latihan punggung mekanik. Berbagai metode latihan punggung telah dikembangkan untuk
mengobati nyeri punggung bawah, termasuk William’s Flexion exercise. Latihan ini pertama kali
dikembangkan oleh Dr. Paul William16. Tujuan dari latihan fleksi ini adalah untuk mengurangi
tekanan oleh beban tubuh pada tekanan artikular yang menahan beban dan meregangkan otot-
otot dan fasia (meningkatkan ekstensibilitas jaringan lunak) di daerah dorsolumbal, bermanfaat
untuk memperbaiki postur yang salah. Latihan fleksi ini juga meningkatkan stabilitas di daerah
lumbar dengan secara aktif melatih otot-otot perut, gluteus maximus dan hamstring (urat-urat
lutut)17.
Selain itu, latihan fleksi ini meningkatkan tekanan intraabdomen yang mendorong lumbar
tulang belakang ke belakang, dengan demikian hal ini dapat membantu mengurangi hiperlordosis
lumbalis dan mengurangi tekanan pada disk interbertebral. Secara teori, latihan fleksi ini dapat
membantu mengurangi rasa sakit dengan mengurangi kekuatan kompresi pada sendi facet dan
melenturkan (melenturkan) fleksor pinggul dan lumbar ekstensor. Metode pelatihan fleksi ini
cocok untuk meningkatkan atau memulihkan mobilitas lumbar (Fleksibilitas) dalam kasus LBP
mekanik. Sebuah studi oleh Bogduk mengkonfirmasi faktor usia sebagai salah satu penyebab
LBP yang signifikan, dapat dilihat pada hasil penelitian ini dimana karakteristik umur peserta
menunjukkan sebagian besar responden berada di usia produktif, dewasa muda (18-35) dan usia
pertengahan (36-55) pada kedua kelompok, maka pada kelompok perlakuan dapat dilihat
sebagian besar responden juga pada usia produktif, yaitu 20% dalam kategori dewasa muda (18-
35), 50% pada kategori paruh baya (36-55), dan hanya 20% pada usia tua (> 55)18.

KESIMPULAN
Ada perbedaan intensitas nyeri pada pre-test dan post-test pada kelompok perlakuan
dengan nilai p =0,000 (p <0,05), tidak ada perbedaan intensitas nyeri pada pre-test dan post-test
pada kelompok kontrol dengan nilai p = 0,083 (p> 0,05), dan ada perbedaan intensitas nyeri pada
LBP dengan nilai yang signifikan p = 0,000 (p <0,05) antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan yang diberikan William's Flexion exercise. Artinya, William's Flexion Exercise
berperan dalam mengurangi intensitas nyeri LBP pada pengrajin kayu.

SARAN
Dianjurkan kepada masyarakat khususnya pengrajin kayu dan diharapkan untuk
melakukan latihan William's Flexion exercise di rumah dua kali seminggu meskipun tanpa
bimbingan langsung oleh peneliti tetapi bisa tetap mengikuti latihan William's Flexion exercise
melalui leaflet atau video. Promosi kesehatan dapat dilakukan secara teratur oleh lembaga
kesehatan (Puskesmas) dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat
dari William's Flexion Exercise dan juga diharapkan untuk memberikan pelatihan kepada para
kader tentang William's Flexion exercise.

Anda mungkin juga menyukai