Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri punggung atau low back pain (LBP) adalah masalah yang sering

dirasakan kebanyakan orang. Nyeri punggung biasanya dirasakan sebagai rasa Commented [L1]: Dalam penulisan karya ilmiah tidak
diperkenankan menulis kata yg ambigu, tunjukkan saja dengan
prosentase atau angka.
sakit, tegangan, atau rasa kaku di bagian punggung. Nyeri ini dapat bertambah

buruk dengan postur tubuh yang tidak sesuai pada saat duduk atau berdiri, cara

menunduk yang salah, atau mengangkat barang yang terlalu berat. Nyeri

punggung adalah nyeri yang dirasakan di bagian punggung yang berasal dari

otot, persarafan, tulang, sendi atau struktur lain di daerah tulang belakang.

Tulang belakang adalah suatu kompleks yang menghubungkan jaringan saraf,

sendi, otot, tendon, dan ligamen, dan semua struktur tersebut dapat

menimbulkan rasa nyeri.1

Nyeri punggung bawah sering dijumpai dan cukup mengganggu.

Insidennya bisa terjadi seumur hidup yang mencapau 65%-80%, dan dari

jumlah tersebut 30%-50% keluhannya reumatologis.2 Berdasarkan data WHO

diperkirakan sekitar 60-70% warga di negara maju mengalami nyeri punggung

bawah non spesifik minimal sekali seumur hidup. Sekitar 20% pasien dengan Commented [L2]: Data who kapan ini

nyeri punggung bawah akut akan berlanjut mengalami gejala kronis. Angka

prevalensi nyeri punggung bawah tiga hingga empat kali lipat lebih tinggi di

atas usia 50 tahun dibandingkan dengan di antara usia 18 hingga 30 tahun.

Nyeri punggung bawah kronis adalah 4.2% di antara usia 24 – 39 tahun dan

1
19.6% di antara 20–59 tahun.3 Prevalensi LBP di Indonesia sebesar 18%.

Prevalensi LBP meningkat sesuai dengan bertambahnya usia dan paling sering

terjadi pada usia dekade tengah dan awal dekade empat.4 Commented [L3]: Ini di tahun berapa?

Nyeri punggung menyebabkan perasaan tidak nyaman dan terganggu.

Untuk mendapatkan diagnosis LBP yang tepat diperlukan anamnesis yang

cermat dan pemeriksaan fisik yang teliti sehingga penyakit spinal yang serius

(red flag) dapat terdeteksi. Nyeri Punggung Bawah kasusnya banyak dan sering

mengalami kekambuhan, biaya pemeriksaan penunjang yang mahal, penyebab Commented [L4]: Dialinea atas sudah dityliskan angka kejadian,
tidak perlu diulang lagi

kehilangan jam kerja dan yang lebih penting adalah banyak pasien LBP yang

belum mendapat penatalaksanaan yang memadai. Diperlukan upaya-upaya

pencegahan terjadinya NPB dan kekambuhannya serta pengobatan yang Commented [L5]: ??????

rasional berdasarkan bukti-bukti klinis.5

Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak

menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan

aktual. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal

yang disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari nyeri

ringan sampai nyeri berat namun menurun sejalan dengan proses

penyembuhan.6 Commented [L6]: Harusnya alinea ini diletakkan diawal


sebelum menjelaskan tentang LBP

Secara garis besar ada dua manajemen untuk mengatasi nyeri yaitu

manajemen farmakologi dan manajemen non farmakologi. Manajemen

farmakologis yang biasa digunakan adalah analgetik golongan opioid, tujuan

pemberian opioid adalah untuk meredakan nyeri. Penggunaan analgetik jenis

opioid ini memiliki efek samping yaitu depresi pernapasan, konstipasi,


gangguan SSP, hipotensi ortostatik dan mual dam muntah pada dosis awal.

Manajemen non farmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari berbagai

tindakan penanganan fisik meliputi stimulus kulit, stimulus elektrik saraf kulit,

akupuntur. Intervensi prilaku kognitif meliputi tindakan distraksi, teknik

relaksasi, hypnosis dan sentuhan terapeutik. Metode penatalaksanaan nyeri

nonfarmakologis mempunyai resiko yang sangat rendah.6

Salah satu intervensi pada tindakan nonfarmakologis adalah dengan

terapi modalitas yaitu terapi Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation

(TENS). TENS adalah modalitas mengurangi nyeri non invasif yang dapat

dibawa kemana-mana yang memungkinkan klien berpartisipasi dalam aktifitas

dengan nyaman tanpa obat.7 Commented [L7]: Tambahkan kenapa TENS dapat mengurangi
nyeri

Penelitian yang dilakukan oleh Sallatalohy, Paliyama dan Noya (2018)

menemukan bahwa sebelum dilakukan terapi TENS didapatkan skala nyeri

yang kategori berat sebanyak 39 pasien dan setelah dilakukan terapi TENS

jumlah penderita yang nyeri berat tinggal 1 pasien. Pasien dengan nilai VAS

didapatkan mengalami kecenderungan penurunan setelah terapi TENS.8 Commented [L8]: Ini maksudnya apa, VAS itu ya yang
digunakan untuk mengukur skala nyeri

Penelitian lain tentang terapi TENS untuk menurunkan nyeri juga

dilakukan oleh Prayogi, Yuliana dan Ratnawati (2018) yang menemukan

bahwa dari 30 responden sebelum pemberian TENS (Transcutaneous

Elektrical Nerve Stimulation) yang mengalami nyeri berat sebanyak 26,67%,

sedangkan responden yang mengalami nyeri sedang sebanyak 73,33%. Tingkat

nyeri setelah pemberian TENS (Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation),


responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak 70%, sedangkan responden

yang mengalami nyeri sedang sebanyak 30%.7

Gambaran latar belakang yang telah diuraikan menarik minat penulis

untuk menyusun Proposal Karya Tulis Ilmiah studi kasus dengan judul “

Efektifitas penggunaan Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation

(TENS) pada Pasien Nyeri Punggung Bawah di RSUD”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tersebut maka permasalahan studi kasus yang dapat di

rumuskan sebagai berikut : “Bagaimana penerapan terapi transcutaneus

electrical nerve stimulation (TENS) pada Pasien Nyeri Punggung Bawah?”

C. Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus ini adalah menggambarkan penerapan terapi transcutaneus

electrical nerve stimulation (TENS) pada Pasien Nyeri Punggung Bawah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama bagi pada penderita nyeri

punggung tentang metode terapi TENS sebagai upaya menurunkan tingkat

nyeri.

2. Bagi perkembangan ilmu keperawatan dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang keperawatan dalam

meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya penderita nyrei punggung

tentang terapi TENS untuk menurunkan nyeri punggung.


3. Bagi penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan terapi TENS untuk

menurunkan gangguan nyeri punggung.


DAFTAR PUSTAKA

1 Huldani. Nyeri Punggung. Artikel. Universitas Lambung Mangkurat Fakultas


Kedokteran Banjarmasin Januari, 2012
2 Patrick Davey. At Glance Medicine. Alih Bahasa: Annisa Rahmalia. Penerbit
Erlangga. 2012.
3 Alomedika. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah.
https://www.alomedika.com/penyakit/rehabilitasi-medik/nyeri-punggung-
bawah/epidemiologi. 2018.
4 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Low Back Pain (LBP).
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-low-back-pain-lbp-5012.html. Sep-2018.
5 Thomas Eko Purwata. Nyeri Punggung Bawah. Modul Khusus.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/c78b60c1843ff902ebe1
c0afeb4927df.pdf
6 Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi 8, Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC EGC. 2010
7 Agus Sarwo Prayogi, Yeyen Yuliana, Ana Ratnawati. Pengaruh TENS
(Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation) terhadap intensitas nyeri pada
pasien post operasi section caesaria. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Aisyiyah. Vol. 14. No. 2 Desember 2018
8 Ninil Ma’ata Sallatalohy, Maureen J Paliyama, Fara CH Noya. Efektifitas
penggunaan Terapi Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) pada
Pasien Nyeri Punggung Bawah di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon. Molucca
Medica. Volume 11. Nomor1, April 2018.

Anda mungkin juga menyukai