Anda di halaman 1dari 12

Low Back Pain

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ergonomi menjembatani berbagai lapangan ilmu Higiene perusahaan dan keselamatan
kerja dan perencanaan kerja. Namun kekhususan utamanya adalah perencanaan dari cara
bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya. Sejalan dengan bertambahnya
jumlah orang yang banyak menghabiskan waktu diruang kerja dengan duduk, maupun diatas
kendaraan maka makin menambah insiden keluhan nyeri pada punggung bagian bawah (Low
Back Pain).
Dalam hal perawatan secara umum pada penyakit LBP dengan penyakit syaraf lainnya
mempunyai kesamaan dalam pemberian asuhan keperawatan menitik beratkan pada
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ada beberapa kendala yang ditemukan sehingga
standar keperawatan yang telah ditetapkan rumah sakit tidak dapat dicapai secara maksimal,
dari pihak klien misalnya alasan faktor ekonomi dimana klien dengan LBP membutuhkan
waktu yang lama untuk menyembuhkan sehingga membutuhkan dana yang cukup besar jika
harus dirawat di rumah sakit, sedangkan dari pihak rumah sakit misalnya masih minimnya
tenaga kesehatan dibandingkan jumlah dengan jumlah klien yang memerlukan perawatan
sehingga tidak setiap klien dapat dilayani secara maksimal menurut standar keperawatan
yang ada di rumah sakit.

1.2 RUMASAN MASALAH


1.2.1 Apa defenisi low back pain ?
1.2.2 Bagaimana etiologi low back pain ?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi low back pain ?
1.2.4 Apa manifestasi klinis low back pain ?
1.2.5 Bagaimana pemeriksaan penunjang low back pain ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan low back pain ?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan dengan gangguan low back pain ?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan secara teoritis gangguan sistem muskuluskeletal (low back pain) dan
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Low back pain.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui Definisi Low Back Pain.
2) Untuk mengetahui Etiologi Low Back Pain
3) Untuk mengetahui Patofisiologi Low Back Pain
4) Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Low Back Pain
5) Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Low Back Pain
6) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Low Back Pain
7) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan Low Back Pain.

1.4 MANFAAT PENULISAN


1.4.1 Teori
Manfaat makalah ini untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi para
mahasiswa/mahasiswi STIKES Eka Harap agar lebih mengetahui dan memahami tentang
Low Back Pain.
1.4.2 Praktis
Manfaat yang kami harapkan dalam penulisan makalah ini, agar dapat dijadikan sebagai
ilmu pengetahuan dan penunjang untuk mahasiswa/mahasiswi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI LOW BACK PAIN


Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal,
nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.
Herniasi diskus (carram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri
punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin sebagai dampak
trauma atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan
Low back pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang. Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah
adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada daerah lumbasakral dan sakroiliakal atau pada
diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, nyeri pinggang bawah ini
sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki.
Low back pain dapat berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat
timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam sampai
beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang, dari tulang iga
terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar ketungkai.

2.2 ETIOLOGI LOW BACK PAIN


1) Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
2) Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
3) Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis
spinal, spondilitis,osteoartritis.
4) Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
5) Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
6) Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
7) Kegemukan.
8) Mengangkat beban dengan cara yang salah.
9) Keseleo.
10) Terlalu lama pada getaran.
11) Gaya berjalan.
12) Merokok.
13) Duduk terlalu lama.
14) Kurang latihan (oleh raga).

2.3 PATOFISIOLOGI LOW BACK PAIN


Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system
nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah
faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus
yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang
mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons
hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut
sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan jaras multi arah yang
kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar
keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan
mengakibatkan vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang
lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan
organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau
persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana
zat tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin.
Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah
endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam system saraf
pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan. Aktivasi
terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak dalam kulit dan organ internal.
Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna vertebralis
dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit vertebrae
dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan
fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan
vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang
belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban.
Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah
postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat
berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada
lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra
merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6,
menderita stress paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau
kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.

2.4. MANIFESTASI KLINIS LOW BACK PAIN


Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem anatomi :
1. LBP Viscerogenik
Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas maupun istirahat.
Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya. Lebih sering disebabkan oleh faktor
ginekologik, kadang-kadang didapatkan spasme otot paravertebralis dan perubahan sudut
ferguson pada pemeriksaan radiologik, nyeri ini disebut juga nyeri pinggang akibat referred
pain.
2. LBP Vaskulogenik
Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat nyeri punggung
dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai, nyeri sering
menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua tungkai. Nyeri tidak timbul karena adanya
stress spesifik pada kolumna vertebralis (membungkuk, batuk dan lain-lain). Diagnosa
ditegakkan apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.
3. LBP Neurogenik
Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri tenang, terutama
dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan dengan aktivitas, dan rasa nyeri
berkurang saat penderita berbaring, sering didapat kompresi akar saraf, ditemukan juga
spasme otot paravertebralis.
4. LBP Spondilogenik
Yang sering ditemukan adalah :
1) HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang, menjalar kebokong,
paha belakang tumit sampai telapan kaki.
2) Miofasial : Nyeri akibat trauma pada otot fasia atau ligamen, keluhan berupa nyeri
daerah pinggang, kurang dapat dilokasikan dengan tepat, timbul mendadak waktu
melakukan gerakan yang melampau batas kemampuan ototnya.
3) Keganasan : Tumor ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer atau sekunder.
Pada foto rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan laboratorium terlihat adanya
peningkatan alkalifostase.
4) Osteoporotik : Terjadi pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal atau nyeri
radikuler karena adanya fraktur kompresi sebagai komplikasi osterporosis tulang
belakang.
5. LBP Psikogenik
Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang ditemukan, penderita
memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa amannya dengan
menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu. Keadaan ini akan menyebabkan otot-
otot dalam keadaan tegang sehingga meningkatkan spasme otot dan timbul rasa nyeri.

2.5. PEMERIKSAAN PENUNJANG LOW BACK PAIN


Pemeriksaan fisik :
1. Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga cara
duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan indikasi untuk
pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku penderita konsisten dengan
keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan psikiatrik).
2. Inspeksi : untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan, ekstensi
kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
3. Nyeri yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga penderita
berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi, tumor dan fraktur)
4. Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot disamping
tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus spinosus menimbulkan
rasa nyeri (spurling sign)
5. Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok.
Pemeriksaan neurologi pada tungkai :
 Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
 Test provokasi (sensorik).
a. Laseque
b. Kernig
c. Bragard dan sicard
d. Patrick (lesi coxae)
e. Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal)
 Adakah gangguan miksi dan defekasi.
 Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor (LMN).

2.6. PENATALAKSANAAN MEDIS LOW BACK PAIN


1. Tirah baring :
Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang spasme,
sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal untuk
mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1 minggu.
2. Medika mentosa :
Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin, dapat
diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti depresan atau
kadang-kadang obat blokade neuratik.
3. Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi latihan dan
ortesa (kovset).
4. Psikoterapi :
Diberikan pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi dalam
timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan dengan relaksasi,
hyprosis maupun biofeedback training.
5. Akupuntur :
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai neurotras
mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang kemudian menutup
gerbang nyeri.
6. Terapi operatic :
Dikerjakan apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau kasus
fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun adanya gangguan
spinger
7. Latihan :
Latihan perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk keadaan,
dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya adalah herniasi diskus.

2.7. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LOW BACK PAIN


2.7.1. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
1) Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi
dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak
dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang
biasanya dilakukan.
2) Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam
berjalan.
2. Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine.
3. Integritas Ego
1) 1) Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial
keluarga.
2) Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat.
4. Neurosensori
1) Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki.
2) Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori).
5. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher,
nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten;
nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).
Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
2) Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang
terkena, nyeri pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
2.7.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman.
2.7.3. Prioritas Masalah
1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman.
2.7.4. Intervensi
1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.
Kriteria hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c. Mampu mengenali nyeri
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi:
1. Lakukan observasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
R/ Memberi informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan intervensi.
2. Observasi reaksi abnormal dari ketidaknyamanan.
R/ Masing-masing pasien mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri, perubahan respon
verbal dan hemodinamik dapat mendeteksi adanya perubahan kenyamanan.
3. Ajarkan teknik non farmakologi.
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien secara psikologis dimana dapat
mengalihkan perhatian pasien sehingga tidak terfokus pada nyeri yang dialami.
4. Tingkatkan istirahat.
R/ Istirahat akan meningkatkan kebutuhan O2 sehingga suplai darah ikut meningkat.
5. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
R/ Untuk menghilangkan nyeri hebat/berat, memberikan relaksasi mental dan fisik.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan.
Kriteria Hasil :
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dan peningkatan aktivitas
3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
4. Memperagakan penggunaan alat bantu mobilisasi
Intervensi:
1. Lakukan TTV sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
R/ Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum.
2. Observasi kemampuan klien dalam mobilisasi.
R/ Mengetahui kemampuan klien untuk bergerak.
3. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi.
R/ Supaya secara psikologis pasien dapat menghadapi keadaannya ketika berada dalam
perawatan.
4. Latih pasien dalam latihan pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.
R/ Untuk membantu pemenuhan ADLs pasien secara mandiri.
5. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs pasien.
R/ Membantu pasien dalam hal pergerakan tubuh dan membantu memenuhi ADLs pasien.
6. Berikan alat bantu jika diperlukan.
R/ Untuk mempermudah aktivitas fisik pasien.
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman.
Kriteria Hasil:
1. Jumlah jam tidur cukup
2. Pola tidur normal
3. Kualitas tidur cukup
4. Tidur secara teratur
5. Tidak sering terbangun
6. Tanda vital dalam batas normal

Intervensi:
1. Observasi pola tidur / pola aktivitas.
R/ Untuk mengetahui pola tidur dan kecukupan kebutuhan tidur/istirahat pasien.
2. Anjurkan klien tidur secara teratur.
R/ Supaya pasien teratur dalam memenuhi kebutuhan istirahat dan tidurnya.
3. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan terapi.
R/ Memberi pengetahuan kepada pasien bahwa tidur penting untuk mobilitas fisik pasien.
4. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang mengganggu tidur.
R/ Mengetahui pola tidur dan keadaan fisik dan psikososial pasien yang mengganggu
kebutuhan istirahat pasien.
5. Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur. R/ Untuk
memberitahu kepada klien dan keluarga (memberi
pengetahuan) mengenai pola tidur dan pentingnya tidur.

2.7.5. Implementasi
1. Nyeri b.d masalah muskuloskeletal.
a. Melakukan observasi nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
b. Mengobservasi reaksi abnormal dari ketidaknyamanan.
c. Mengajarkan teknik non farmakologi.
d. Meningkatkan istirahat.
e. Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan.
1. Memonitor TTV sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
2. Mengobservasi kemampuan klien dalam mobilisasi.
3. Mengajarkan pasien tentang teknik ambulasi.
4. Melatih pasien dalam latihan pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan.
5. Mendampingi dan membantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs pasien.
6. Memberikan alat bantu jika diperlukan.

3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman.


1. Mengobservasi pola tidur / pola aktivitas.
2. Mengajurkan klien tidur secara teratur.
3. Menjelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan terapi.
4. Memonitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang mengganggu tidur.
5. Mendiskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola tidur.
2.7.6. Evaluasi
Diagnosa 1:
1. Menghilangkan nyeri hilang/terkontrol
2. Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
3. Mendemontrasikan penggunaaan intervensi (misalnya keterampilan relaksasi) untuk
menghilangkan nyeri.
Diagnosa 2:
1. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor resiko dan aturan pengobatan
individual
2. Mendemontrasikan teknik/perilaku yang mungkin
3. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
dan/atau kompensasi
Diagnosa 3:
Gangguan pola tidur teratasi dan pasien memperoleh istirahat yang cukup.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada muskuloskeletal
seperti ketegangan lumbosacral akut, ketidakmampuan ligamen lumbosacral, kelemahan
otot,osteoartritis, spinal stenosis serta masalah pada sendi inter vertebra dan kaki yang tidak
sama panjang.
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
Penyebab lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor
retroperitoneal, aneurisma abdominal dan masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri
punggung akibat gangguan muskuloskeletal akan diperberat oleh aktifitas, sedangkan nyeri
akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi oleh aktifitas.
3.2. SARAN
Diharapkan siswa mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja yang ada di
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta :
EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta :
EGC
Mutakin Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/02/makalah-low-back-pain.html

Anda mungkin juga menyukai