PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ergonomi menjembatani berbagai lapangan ilmu Higiene perusahaan dan
keselamatan kerja dan perencanaan kerja. Namun kekhususan utamanya adalah
perencanaan dari cara bekerja yang lebih baik meliputi tata kerja dan peralatannya.
Sejalan dengan bertambahnya jumlah orang yang banyak menghabiskan waktu
diruang kerja dengan duduk, maupun diatas kendaraan maka makin menambah
insiden keluhan nyeri pada punggung bagian bawah (Low Back Pain).
Dalam hal perawatan secara umum pada penyakit LBP dengan penyakit syaraf
lainnya mempunyai kesamaan dalam pemberian asuhan keperawatan menitik
beratkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Ada beberapa kendala yang
ditemukan sehingga standar keperawatan yang telah ditetapkan rumah sakit tidak
dapat dicapai secara maksimal, dari pihak klien misalnya alasan faktor ekonomi
dimana klien dengan LBP membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkan
sehingga membutuhkan dana yang cukup besar jika harus dirawat di rumah sakit,
sedangkan dari pihak rumah sakit misalnya masih minimnya tenaga kesehatan
dibandingkan jumlah dengan jumlah klien yang memerlukan perawatan sehingga
tidak setiap klien dapat dilayani secara maksimal menurut standar keperawatan yang
ada di rumah sakit.
1.2. Rumasan Masalah
1. Apa defenisi low back pain ?
2. Bagaimana etiologi low back pain ?
3. Bagaimana patofisiologi low back pain ?
4. Apa manifestasi klinis low back pain ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang low back pain ?
6. Bagaimana penatalaksanaan low back pain ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dengan gangguan low back pain ?
(low
back pain) dan bagaimana rehabilitasi medik pada pasien dengan Low back pain.
1.3.2. Tujuan Khusus
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
agar dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai
kaki.
Herniasi diskus (carram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama
nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin sebagai
2
para
vertebral
otot,
herniasi
dan
regenerasi
dari
nucleus
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang. Low back pain (LBP)
atau nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada daerah
lumbasakral dan sakroiliakal atau pada diskus intervertebralis umumnya lumbal
bawah, L4-L5 dan L5-S1, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran
ketungkai sampai kaki.
Low back pain dapat berupa rasa sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini
dapat timbul secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa
jam sampai beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian belakang,
dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga dapat menjalar
ketungkai.
2.2. Etiologi
Menurut para ahli, yang menjadi penyebab nyeri pinggang dan jenis nyeri
pinggang banyak ragamnya dan pada akhirnya memerlukan pendekatan penanganan
yang multidisipliner tergantung dari apa yang menjadi penyebabnya. Diantara
penyebabnya antara lain menurut Macnab dibagi dalam :
1.
2.
Neurogenik LBP berkaitan dengan adanya gangguan system syaraf oleh karena
sebab tertentu seperti thalamic tumor,arachnoid irritasion tumor pada spinal
dura
3.
4.
5.
6.
gerakan yang tiba-tiba atau penggunaan yang berlebihan seperti duduk lama
dikantor atau ngenet dapat memicu back strain, terjatuh, otot yang lemah,
hentakan yang tidak dikehendaki dapat juga menjadi pemicunya
2) Disc degeneration, terjadinya kelainan discus, mencakup spondilosis, HNP,
Stenosis Spinalis, Osteoartritiss, Arthritis.
3) Sciatica Syaraf sciatica dari pinggang bawah yang berjalan dari tulang
belakang ketungkai bagian belakang dapat teriritasi oleh adanya
pembengkakan atau peradangan yang pada akhirnya menimbulkan nyeri
4) Osteoporosis, pengeropsan tulang atau hilangnya massa tulang
5) Emotional-stress terkait dengan adanya peningkatan ketegangan otot karena
ketegangan pikiran.
6) Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya kecelakaan.
Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis, spondilitis,
stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.
7) Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
8) Prosedur degenerasi pada pasien lansia, penggunaan hak sepatu yang terlalu
tinggi, kegemukan, mengangkat beban dengan cara yang salah, keseleo,
terlalu lama pada getaran, gaya berjalan, merokok, duduk terlalu lama,
kurang latihan (olah raga).
2.3. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari komponen system nosiseptif
dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua
orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang
sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang
lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, dimana
stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri merupakan
jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat dekat dengan
4
asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah lokal, sel-sel
mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut ini mengakibatkan
pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan vasodilatasi. Serabut
kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh dan berhubungan
dengan rantai simpatis paravertebra system saraf dan dengan organ internal yang
lebih besar.
Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri
meliputi histamin, bradikinin, asetilkolin dan substansi prostaglandin dimana zat
tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin.
Substansi lain dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri
adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam
system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun atas
banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama lain oleh
kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap
dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sum-sum tulang belakang.
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical pada saat berlari
atau melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur,
masalah struktur dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat
berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus intervertebra merupakan penyebab nyeri punggung biasa. Diskus
5
lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan perubahan
degenerasi terberat. Penonjolan diskus atau kerusakan sendi dapat mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang mengakibatkan
nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut.
2.4. Pathway Low Back Pain
Gangguan
pola tidur
dengan waktu, meningkat dengan gerakan, atau menyebar dari satu tempat ke tempat
lain.
Dalam kebanyakan kasus Low Back Pain hanya berlangsung selama seminggu
atau lebih, tetapi banyak orang menemukan masalahnya berulang, kecuali jika
mereka mengubah gaya hidup mereka dan cara di mana mereka melakukan aktivitas
sehari-hari.Dalam minoritas orang, terus-menerus rendah kembali sakit kronis dapat
menyebabkan kecacatan.
Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem
anatomi :
1.
LBP Viscerogenik
Tipe ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas maupun
istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ viseralnya. Lebih sering
disebabkan oleh faktor ginekologik, kadang-kadang didapatkan spasme otot
paravertebralis dan perubahan sudut ferguson pada pemeriksaan radiologik,
nyeri ini disebut juga nyeri pinggang akibat referred pain.
2.
LBP Vaskulogenik
Tahap dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat
nyeri punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan
kedua tungkai, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua
tungkai. Nyeri tidak timbul karena adanya stress spesifik pada kolumna
vertebralis (membungkuk, batuk dan lain-lain). Diagnosa ditegakkan apabila
ditemukan benjolan yang berpulpasi.
3.
LBP Neurogenik
Nyeri sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri tenang,
terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat dibangkitkan dengan
aktivitas, dan rasa nyeri berkurang saat penderita berbaring, sering didapat
kompresi akar saraf, ditemukan juga spasme otot paravertebralis.
4.
LBP Spondilogenik
Yang sering ditemukan adalah :
LBP Psikogenik
Keluhan nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang ditemukan,
penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa
amannya dengan menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu.
Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot dalam keadaan tegang sehingga
meningkatkan spasme otot dan timbul rasa nyeri.
2) Kernig
3) Bragard dan sicard
4) Patrick (lesi coxae)
5) Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal)
3. Adakah gangguan miksi dan defekasi.
4. Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor (LMN).
2.7. Penatalaksanaan
Mengingat nyeri pinggang bawah banyak factor yang menjadi penyebabnya,
maka
dalam penanganannya
pun menjadi
memerlukan pendekatan
yang
Tirah baring :
Tempat tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang
spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal batal
untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak lebih dari 1
minggu.
2.
Medika mentosa :
Menggunakan obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal
mungkin, dapat diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer,
anti depresan atau kadang-kadang obat blokade neuratik.
3.
Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi
latihan dan ortesa (kovset).
4.
Psikoterapi :
Diberikan
pada
penderita
yang
pada
pemeriksaan
didapat
peranan
5.
Akupuntur :
Kemungkinan bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai
neurotras mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.
Pelvic tilt. Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kaki rata dengan
tanah. Sejajarkan punggung anda dengan lantai, tanpa menekan kaki. Tahan
selama 5-10 detik.
2.
Single Knee to chest. Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk, kaki rata
dengan tanah. Perlahan-lahan tarik lutut kanan anda ke arah pundak dan
tahan selama 5-10 detik. Turunkan lutut dan ulangi dengan lutut lainnya.
10
3.
4.
5.
6.
Hip Flexor stretch. Letakkan satu kaki didepan kaki yang lainnya dengan
posisi kaki kiri (didepan) di-flexikan dan kaki kanan (dibelakang) ditarik
lurus ke belakang. Flexikan tulang leher sampai lutut kiri menyentuh
ketiak. Lakukan dengan kaki satunya.
7.
Squat. Berdiri dengan kedu kaki berdiri paralel, sejajar dengan bahu.
Dengan tujuan mengatur tulang leher se-perpendikular mungkin dengan
lantai, mata fokus ke depan, dan kaki datar dengan lantai, Pasien
menurunkan posisi berdirinya dengan memflexikan lututnya.
8.
Pasien terlentang pada bed yang padat, kedua tangan disilangkan di depan
dada dan lutut semi flexi. Gerakan : bagian badan diangkat dengan
pandangan lurus ke depan (Sit Up). Dilakukan 5-10 kali tiap sesi.
9.
10. Pasien duduk bersila, kedua telapak kaki bertemu. Gerakan : Kedua tangan
memegang jempol kaki kemudian badan di flexikan semaksimal mungkin
hingga mencium ibu jari kaki.
11. Pasien berhadapan dengan terapist, kedua tangan terapis dan pasien
menyentuh bahu masing-masing berhadapan. Kaki dibuka selebar bahu.
Gerakan : Badan Dibungkukkan sampai paralumbal terulur.
McKenzy Exercise
11
Retraksi
kepala
artinya
menarik
kepala
ke
bela-
Latihan
ini
prinsipnya
sama
dengan
Mula-mula
latihan
tekankan
ini
untuk
nyeri
tengkuk
yang
hebat
bila
latihan
12
13
berhak rendah.
2. Makanlah makanan seimbang, diit rendah lemak dan banyak mengkonsumi
sayur dan buah untuk mencegah konstipasi.
3. Tidurlah di kasur yang nyaman.
4. Hubungilah petugas kesehatan bila nyeri memburuk atau terjadi trauma.
14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LOW BACK PAIN
3.1. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
2. Eliminasi
Gejala
Konstribusi,
mengalami
kesulitan
dalam
defekasi,
adanya
inkontenensia/retensi urine.
3. Integritas Ego
1) Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah
pekerjaan,
finansial keluarga.
2) Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat.
4. Neurosensori
1) Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki.
2) Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori).
5. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau
adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke
kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).
Terdengar
15
2) Tanda : Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
7. Pemeriksaan Fisik
Observasi : amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa,
juga cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis).
Palpasi : apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otototot disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus
spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
3.
3.3. Intervensi
1.
16
kekuatan
dan
kemampuan berpindah
4) Memperagakan penggunaan alat bantu mobilisasi
Intervensi:
1. Lakukan TTV sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan.
R/ Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum.
2. Observasi kemampuan klien dalam mobilisasi.
R/ Mengetahui kemampuan klien untuk bergerak.
3. Ajarkan pasien tentang teknik ambulasi.
R/ Supaya secara psikologis pasien dapat menghadapi keadaannya ketika berada
dalam perawatan.
4. Latih pasien dalam latihan pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan.
R/ Untuk membantu pemenuhan ADLs pasien secara mandiri.
5. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs pasien.
R/ Membantu pasien dalam hal pergerakan tubuh dan membantu memenuhi
ADLs pasien.
6. Berikan alat bantu jika diperlukan.
R/ Untuk mempermudah aktivitas fisik pasien.
17
fisik pasien.
Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psikososial yang mengganggu tidur.
R/ Mengetahui pola tidur dan keadaan fisik dan psikososial pasien yang
observasi
nyeri
secara
komprehensif
termasuk
lokasi,
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri spasme otot dan berkurangnya kelenturan.
1) Memonitor TTV sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan.
2) Mengobservasi kemampuan klien dalam mobilisasi.
3) Mengajarkan pasien tentang teknik ambulasi.
4) Melatih pasien dalam latihan pemenuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan.
5) Mendampingi dan membantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi ADLs
pasien.
6) Memberikan alat bantu jika diperlukan.
18
tidur.
5) Mendiskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan pola
tidur.
3.5. Evaluasi
Diagnosa 1:
1. Menghilangkan nyeri hilang/terkontrol
2. Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
3. Mendemontrasikan penggunaaan intervensi (misalnya keterampilan relaksasi)
untuk menghilangkan nyeri.
Diagnosa 2:
1. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor resiko dan aturan pengobatan
individual
2. Mendemontrasikan teknik/perilaku yang mungkin
3. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang
sakit dan/atau kompensasi
Diagnosa 3:
Gangguan pola tidur teratasi dan pasien memperoleh istirahat yang cukup.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya
para
vertebral
otot,
herniasi
dan
regenerasi
dari
nucleus
20
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1.
Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3.
Jakarta : EGC
Mutakin Arif. 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
21