Anda di halaman 1dari 6

Analisis Struktur Paragraf dan Kalimat pada Esai Ilmiah

HUBUNGAN BODY MASS INDEKS (BMI) DENGAN DERAJAT


OSTEOARTHRITIS LUTUT

Pendahuluan

Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif berkaitan dengan


terjadinya kerusakan tulang rawan. Sering terjadi pada tulang-tulang dan sendi-
sendi yang menahan berat badan tubuh seperti lutut, pinggul, engkel, dan tidak
menutup kemungkinan untuk sendi yang lainnya juga dapat mengalaminya. Namun
diantara sendi-sendi tersebut biasanya lebih sering terkena pada lutut yang
mengakibatkan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari bahkan
disabilitas (kecacatan). Hal menjadi penyebab utama osteoarthritis yaitu kerusakan
kartilago hialin lutut, dimana terbentuk osteofit pada tulang rawan sendi dan jaringan
subkondral, yang menyebabkan terjadinya penurunan elastisitas dari sendi tersebut.
Pada saat itu degenerasi kartilago hialin mengalami kerapuhan dan membuat adanya
perubahan-perubahan struktur bentuk di permukaan sendi, sehingga memicu
pergesekan satu sama lain saat bergerak dan mengakibatkan timbul rasa nyeri dan
kaku.

Osteoarthritis termasuk dalam katergori tinggi 2,3% hingga 11,3%


penyakit muskuloskeletal urutan ke 12 dari semua penyakit yang ada secara
global. Tingkat terjadinya OA dari kseluruhan populasi di Amerika Serikat sekitar 40
juta orang. Ditemukan 49,4% pada usia lebih dari 65 tahun dan lebih sering terjadi
pada wanita di bandingkan pria. Di Indonesia jumlah kasus OA lutut secara radiologis
cukup tinggi, sekitar 15,5 untuk laki-laki, 12,7 pada perempuan yang memiliki umur
antara 40-60 tahun, dan 1-2 juta orang pada lanjut usia mengalami kecacatan karena
OA. Diperkirakan prevalensi terjadinya OA akan mengalami peningkatan dua kali
lipat pada tahun 2020 dengan pertambahan usia dari populasi.
Ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi osteoarthritis antara lain usia,
berat badan, genetik, riwayat cedera, dan aktivitas fisik. Berat badan berlebih atau
obesitas merupakan faktor yang sering dijumpai pada penderita osteoarthritis
lutut. Semakin seseorang memiliki berat badan besar, maka orang tersebut juga
memiliki beban yang tinggi pada sendi lutut sehingga menjadi lebih besar terjadinya
resiko osteoarthritis. Dengan memiliki berat badan berlebih maka jaringan lemak
menghasilkan protein yang dapat menimbulkan stres pada sendi. Ini terjadi baik pada
laki – laki maupun perempuan karena bisa mempercepat proses terjadinya kerusakan
kartilago yang dapat mempercepat pula proses terjadinya osteoarthritis. Sebuah
penelitian yang berkaitan dengan hubungan indeks masa tubuh (IMT) pada kejadian
osteoarthritis lutut, mebawakan hasil bahwa seseorang dengan IMT > 22
(overweight) mempunyai resiko 2000 kali lebih besar untuk mengalami osteoarthritis
dibandingkan dengan orang yang memiliki BMI normal <22, dan jika seseorang
tersebut tidak pernah mengalami cedera sendi seperti kecelakaan, karena adanya
cedera yang pernah terjadi sekian lama dan tampaknya sudah sembuh dapat
meningkatkan resiko osteoarthritis.

Isi

Berdasarkan pathogenesisnya OA dibedakan menjadi dua, yaitu OA


Primer dan OA sekunder. OA Primer ini disebut juga OA idiopatik yaitu tidak
diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan local pada sendi. Sedangkan OA sekunder didasari dengan adanya
kelainan endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas makro dan
mikr serta imobilisasi yang terlalu lama. Selama ini OA sering dilihat sebagai akibat
dari suatu proses penuaan yang tidak dapat dihindari.

Osteoarthritis sering terjadi pada orang yang sudah lanju usia atau
manula. Berdasarkan data WHO, menyebutkan bahwa sebanyak 40% dari individu
yang ada di dunia dengan umur 70 tahun keatas mengalami penyakit OA. Namun
perlu di sadari bahwa para pemuda juga tidak lepas dari baying-bayang penyaki OA,
termasuk anak-anak juga rentan terhadap penyakit ini. Pada penelitian terbaru yang
dilakukan oleh para ahli menyebukan bahwa seorang individu dengan obesitas pada
dirinya memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terkena OA.

Obesitas sendiri adalah penyakit yang berhubungan dengan kelebihan


berat badan pada tubuh seseorang. Obesitas termasuk dalam jenis penyakit
multifactorial yang terjadi karena akumulasi jaringan lemak berlebihan, hal ini
menyebabkan gangguan kesehatan pada tubuh penderitanya. Pada suatu penelitian
didapati bahwa obesitas pada wanita memiliki kandungan lemak dalam tubuh nya
sebesar lebih dari 30%, sedangkan pria memiliki kandungan lemak berada di bawah
dari kandungan lemak wanita yaitu pada 20-25%. Perbedaan ini disebabkan karena
per bobot total tubuh pada wanita lebih banyak dari pada pria. .

Berat badan yang berlebihan atau obesitas menjadi salah satu faktor
penting dalam peningkatan resiko penyakit ostheoartritis terutama pada bagian
sendi yang menopang tubuh, hal ini dapat terjadi baik pada laki-laki maupun
perempuan. Pada seseorang yang mengalami obesitas akan meningkatkan stress
pada sendi penopang tubuh yang kemudian akan memberikan rasa nyeri pada sendi
tersebut. Penelitian terbaru yang meneliti hubungan antara Indeks Masa Tubuh
dengan kejadian ostheoartritis lutut menunjukkan hasil bahwa seseorang dengan IMT
lebih dari 22 atau yang bisa dikategorikan sebagai overwight memiliki resiko 2000
kali lebih besar dalam terkena penyakit OA jika dibandingkan dengan orang yang
memiliki IMT yang normal.

Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, resiko munculnya OA semakin


tinggi. Obesitas menjadi faktor resiko yang cukup tinggi bagi penderita OA lutut
bilateral maupun unilateral pada semua jenis kelamin. Ketika seseorang berjalan
maka beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat berat badan. Maka
bila proporsi berat badan seseorang lebih dari tinggi badan (obesitas) maka kinerja
sendi pun akan semakin berat. Pada keadaan seseorang dengan berat badan normal
gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot paha
bagian lateral yang kemudian beban akan diterima sendi lutut bagian sentral.
Sedangkan pada seseorang yang mengalami obesias beban yang akan ditumpukan
pada lutut sentral akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut
menjadi tidak seimbang. Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan karena
bergesernya titik tumpu badan.

Penutup

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa


Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif yang memiliki kaitan dengan
terjadinya kerusakan tulang rawan. Sering terjadi pada tulang-tulang dan sendi-
sendi yang menahan berat badan tubuh seperti lutut, pinggul, engkel, dan tidak
menutup kemungkinan untuk sendi yang lainnya juga dapat mengalaminya. Namun
diantara sendi-sendi tersebut biasanya lebih sering terkena pada lutut yang
mengakibatkan adanya keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari bahkan
disabilitas. OA ini disebabkan oleh banyak hal diantaranya adalah Berat badan
berlebih atau obesitas. Berat badan yang berlebihan merupakan faktor yang sering
dijumpai pada penderita osteoarthritis lutut. Semakin seseorang memiliki berat badan
besar, maka orang tersebut juga memiliki beban yang tinggi pada sendi lutut sehingga
menjadi lebih besar terjadinya resiko osteoarthritis. Dengan memiliki berat badan
berlebih maka jaringan lemak menghasilkan protein yang dapat menimbulkan
stres pada sendi hal ini terjadi baik pada laki – laki maupun perempuan karena
bisa mempercepat proses terjadinya kerusakan kartilago yang dapat
mempercepat pula proses terjadinya osteoarthritis.
Analisis Struktur paragraph dan kalimat.

1. Pada esai ilmiah ini masing-masing paragraph dibentuk dengan beberapa


bentuk paragraph yang berbeda-beda setiap paragrafnya. Berikut hasil analisa
bentuk dari setiap paragraph pada esai ilmiah ini:
a. Paragraph pertama di Pendahuluan memiliki bentuk paragraph deduktif
karena terdapat kalimat utama di awal paragraph, serta disusun dengan
penyataan umum dan diikuti oleh pernyataan khusus.
b. Paragraph kedua di Pendahuluan memiliki bentuk paragraph deduktif
karena terdapat kalimat utama di awal paragraph, serta disusun dengan
penyataan umum dan diikuti oleh pernyataan khusus.
c. Paragraph ketiga di Pendahuluan memiliki bentuk paragraph deskripsi, hal
ini ditunjukkan pada paragraph tersebut menggambarkan efek yang terjadi
pada orang yang memiliki obesitas terhadap penyakit OA.
d. Paragraph pertama di Isi/Pembahasan memiliki bentuk paragraph deduktif
dan deskripsi, hal ini karena pada paragraph tersebut diawali dengan
kalimat utama di awal paragraph dan di ikuti oleh penjelasan khusus di
kalimat berikutnya, dan juga pada paragraph ini menggambarkan penyakit
osteoarthritis.
e. Paragraph kedua di Isi/Pembahasan memiliki bentuk paragraph eksposisi
hal ini dikarenakan pada paragraph ini ditampilkan informasi mengenai
data dari penelitian terdahulu mengenai osteoarthritis yang membuat
pembaca memiliki wawasan baru.
f. Paragraph ketiga di Isi/Pembahasan memiliki bentuk paragraph deduktif
dan deskripsi, hal ini karena pada paragraph tersebut diawali dengan
kalimat utama di awal paragraph dan di ikuti oleh penjelasan khusus di
kalimat berikutnya, dan juga pada paragraph ini menggambarkan penyakit
obesitas.
g. Paragraph keempat di Isi/Pembahasan memiliki bentuk paragraph deduktif
dan persuasi, hal ini ditunjukkan dengan penempatan kalimat utama di
awal kalimat dilanjut dengan penempatan pernyataan khusus pada
paragraph. Termasuk juga persuasi karena mengandung secara tidak
langsung mengajak, membujuk orang-orang untuk tidak sampai terkena
penyakit obesitas.
h. Paragraph kelima di Isi/Pembahasan memiliki bentuk paragraph deduktif
dan persuasi, hal ini ditunjukkan dengan penempatan kalimat utama di
awal kalimat dilanjut dengan penempatan pernyataan khusus pada
paragraph. Termasuk juga persuasi karena mengandung secara tidak
langsung mengajak, membujuk orang-orang untuk tidak sampai terkena
penyakit OA.
i. Pada paragraph pertama di Penutup memiliki bentuk paragraph Campuran
Deduktif-Induktif serta paragraph Eksposisi. Hal ini dapat dilihat bahwa
terdapat dua kalimat utama pada paragraph ini yang terletak di awal dan
akhir kalimat, serta paragraph Penutup ini ditujukan untuk memberikan
wawasan kepada pembaca melalui simpulan informasi-informasi yang ada
pada paragraph ini.

Analisis Bentuk Kalimat pada Esai Ilmiah.

Analisis bentuk kalimat sendiri meliputi:

a. Highlight kalimat dengan warna kuning untuk kalimat tunggal


b. Highlight kalimat dengan warna biru untuk kalimat majemuk setara
c. Highlight kalimat dengan warna hijau untuk kalimat majemuk bertingkat
d. Highlight kalimat dengan warna abu-abu untuk kalimat majemuk campuran.
e. Setiap kalimat utama yang ada pada essai ini diberikan tanda bold.
f. Setiap konjungsi dan preposisi pada essai ini diberikan tanda garis bawah.

Anda mungkin juga menyukai