Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS PADA PASIEN OSTHEOARTHRITIS

DENGAN PENDEKATAN PELAYANAN


KEDOKTERAN KELUARGA

Disusun Oleh:
Merlinda – 112018190

Pembimbing :
Dr. dr. A. Aris Susanto, MS, Sp.OK

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PERIODE 15 Maret – 22 Mei 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
BAB I
Pendahuluan

Osteoarthritis (OA) adalah penyakit bersifat kronik, berjalan progresif lambat, non-
inflamasi atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, serta ditandai dengan adanya deteriorasi
dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Biasanya penyakit
ini mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing) terutama sendi lutut. Gejala yang
ditimbulkan dari penyakit ini adalah nyeri yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-
hari dan mengurangi aktivitas hidup. Terjadinya osteoarthritis biasanya dipengaruhi oleh faktor-
faktor resiko yaitu umur (faktor penuaan), genetik, kegemukan, cedera sendi, pekerjaan,
olahraga, kelainan anatomi, penyakit metabolik, dan penyakit inflamasi sendi. Namun diantara
semua faktor-faktor tersebut, faktor utama yang paling berpengaruh adalah umur dikarenakan
proses degeneratif. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya umur.1
Kurang lebih terdapat 151.400.000 jiwa di seluruh dunia menderita osteoarthritis, dengan
penderita mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. 2 Selain itu, osteoarthritis merupakan
penyakit nomor lima yang menyebabkan Years of Life Disability pada wanita dan negara maju.
Pada negara berkembang, osteoarthritis berada di peringkat ke delapan penyebab Years of
Disability. Osteoarthritis sering terjadi pada manusia lanjut usia (manula). Menurut WHO,
sebanyak 40% manusia di dunia di atas umur 70 tahun menderita penyakit ini. Walaupun begitu,
orang yang berusia lebih muda pun, termasuk anak-anak, dapat menderita osteoarthritis karena
obesitas atau cedera pada sendi.3
Berdasarkan temuan radiologis, didapatkan bahwa 70% dari penderita yang berumur
lebih dari 65 tahun menderita osteoarthritis. Prevalensi osteoarthritis lutut pada penderita wanita
berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada. Diperkirakan juga
bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena osteoarthritis.2

BAB II
Tinjauan Pustaka
Definisi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif atau kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). Osteoartritis juga
ditandai dengan kerusakan tulang rawan atau kartilago hialin sendi, pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan dan melemahnya otot-otot yang
menghubungkan sendi. Ketika semakin tua, suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial
akan menurun. Hal ini akan menyebabkan ujung-ujung tulang saling bergesek satu sama lain.
Gesekan yang terjadi pada ujung-ujung tulang inilah yang akan menimbulkan nyeri.2
Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan
biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Faktor
biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligament, otot-otot
persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi multifactorial, yaitu akibat
terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjai akibat komplikasi
dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.4
Klasifikasi
Menurut penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi:5
a. Osteoarthritis primer disebut juga osteoarthritis idiopatik yaitu yang kausanya tidak
diketahui dan tidak da hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses lokal pada
sendi.
b. Osteoarthritis sekunder yaitu osteoarthritis yang disertai adanya kelainan sitemik, seperti:
gangguan endokrin, proses inflamasi, gangguan metabolik, pertumbuhan ,keturunan,
trauma mikro-makro, immobilisasi yang lama.
Epidemiologi
Penyakit osteoarthritis meningkat seiring dengan proses penuaan, terutama pada usia di
atas 50 tahun. Penyakit ini mengenai, dua per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun,
dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Orang lanjut usia di Indonesia yang
menderita cacat karena osteoarthritis diperkirakan mencapai dua juta. Prevalensi osteoarthritis
usia 49-60 tahun di Malang mencapai 21,7%, yang terdiri dari 6,2% laki-laki dan 15,5%
perempuan. Kejadian osteoarthritis di Norwegia pada tahun 2008, 80% berusia lebih dari 55
tahun. Angka keseluruhan prevalensi osteoarthritis di Norwegia adalah 12,8% dan lebih tinggi
pada perempuan (14,7%) disbanding laki-laki (10,5%). Prevalensi osteoarthritis panggul adalah
5,5%, osteoarthritis lutut 7,1%, dan osteoarthritis tangan 4,3%.6
Faktor Resiko
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya osteoarthritis, yaitu:5,7-9
a. Usia
Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
Dari semua jenis osteoarthritis hampir tak pernah ada pada anak-anak, jarang pada usia di bawah
40 tahun dan sering pada usia di atas 60 tahun. Osteoarthritis lutut terjadi <0.1% pada kelompok
usia 25-34 tahun, tetapi terjadi 10-20% pada kelompok 65-74 tahun. Osteoarthritis lutut moderat
sampai berat dialami 33% pasien usia 65-74 tahun dan osteoarthritis panggul moderat sampai
berat dialami oleh 50% pasien dengan rentang usia yang sama. Usia yang semakin bertambah
menyebabkan penurunan fungsi dari tulang rawan sendi. Kekuatan kolagen pada lansia juga
mengalami penurunan, hal ini bisa menyebabkan tulang rawan sendi menjadi lemah dan mudah
rusak. Proses menua menyebabkan beberapa perubahan pada tulang dan sendi. Pada tulang
terjadi pengurangan massa tulang dan berkurangnya formasi osteoblast tulang. Sedangkan pada
sendi terjadi gangguan martiks kartilago dan modifikasi proteoglikan dan glikosamaminoglikan.
b. Jenis Kelamin
Perempuan lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan osteoarthritis banyak sendi,
sedangkan lelaki lebih sering terkena osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Perempuan di Amerika ternyata lebih sering terkena osteoarthritis; perempuan berusia tua
mempunyai kemungkinana terkena osteoarthritis lutut dan tangan dua kali lipat daripada laki-
laki. Berdasarkan usia, <45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih samaa pada laki-laki dan
wanita, tetapi ketika >50 tahun (setelah menopause) frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada
wanita daripada pria. Osteoarthritis terutama terjadi pada perempuan yang berusia lebih dari 50
tahun atau memasuki masa menopause ini akan mengalami penurunan hormon terutama estrogen
dan fungsi fisiologis tubuh lainnya, sedangkan fungsi dari hormon estrogen salah satunya adalah
membantu sintesa kondrosit dalam matriks tulang dan jika estrogen menurun ma sintesa
kondrosit akan ikut menurun sehingga sintega proteoglikan dan kolagen menurun sedangkan
aktifitas lisosom menjadi meningkat. Hal ini yang menyebabkan osteoarthritis lebih banyak
terjadi pada wanita.
c. Suku Bangsa
Osteoarthritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat perbedaan
prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoarthritis. Orang kulit putih cenderung lebih sering
terkena Osteoarthritis dibandingkan dengan orang kulit hitam. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan frekuensi pada kelainan kongenital dan pertumbuhan.
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen atau gen-gen structural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen,
proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoarthritis.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoarthritis baik pada wanita maupun pada pria. Sendi lutut merupakan tumpuan dari setengah
berat badan seseorang selama berjalan. Berat badan yang meningkat akan memperberat tumpuan
pada sendi lutut. Pembebanan lutut dan panggul dapat menyebabkan kerusakan kartilago,
kegagalan ligamen dan dukungan struktural lain. Penambahan berat badan membuat sendi lutut
bekerja lebih keras dalam menopang berat tubuh. Sendi yang bekerja lebih keras akan
mempengaruhi daya tahan dari tulang rawan sendi. Rawan sendi akan rusak dan menyebabkan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya dan menyebabkan terjadinya perubahan biofisika yang
berupa fraktur jaringan kolagen dan degradasi proteoglikan. Setiap penambahan berat ±½ kg,
tekanan total pada satu lutut meningkat sebesar ±1-1½ kg. setiap penambahan 1 kg
meningkatkan resiko terjadinya osteoarthritis sebesar 10%. Bagi orang yang obesitas, setiap
penuruanan berat walau hanya 5kg akan mengurangi faktor risiko osteoarthritis di kemudian hari
sebesar 50%.
f. Penyakit Metabolik
Diketahui bahwa pasien-pasien osteoarthritis mempunyai risiko penyakit jantung koroner
dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa osteoarthritis. Peran faktor
metabolik dan hormonal pada kaitan antara osteoarthritis dan kegemukan juga disokong oleh
adanya kaitan antara osteoarthritis dengan penyakit jantung coroner, diabetes mellitus dan
hipertensi.
g. Pekerjaan
Pekerjaan dapat menjadi salah satu pemicu osteoarthritis dan memperberat keluhan yang
dirasakan. Hubungan antara pekerjaan dengan risiko terserang osteoarthritis tergantung dari tipe
dan intensitas aktivitas fisiknya. Aktivitas dengan gerakan berulang atau cedera akan
meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis. Aktivitas fisik dengan tekanan berulang pada
tangan atau tubuh bagian bawah akan meningkatkan risiko osteoarthritis pada sendi yang terkena
tekanan. Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (misalnya
tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan risiko osteoarthritis tertentu. Usia
pada saat cedera akan mempengaruhi peningkatan risiko osteoarthritis. Cedera ligament pada
manula cenderung menyebabkan osteoarthritis berkembang lebih cepat dibanding orang muda
dengan cedera yang sama.
h. Cedera Sendi (Trauma)
Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi osteoarthritis cedera traumatik
(misalnya robeknya meniscus, ketidakstabilan ligament) yang dapat mengenai sendi. Meskipun
demikian, beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-
orang yang mempunyai predisposisi osteoarthritis dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya osteoarthritis. Trauma yang hebat terutama fraktur intra-artikular atau dislokasi sendi
merupakan predisposisi osteoarthritis.
i. Aktivitas Fisik
Penelitian yang dilakukan oleh Toivanen pada tahun 2009 memperlihatkan hubungan
antara meningkatnya aktivitas fisik seseorang dengan risiko terjadinya kejadian osteoarthritis,
dimana seseorang dengan aktivitas fisik yang berat mengalami peningkatan risiko osteoarthritis
sebesar 7 kali. Hal ini terjadi karena aktivitas fisik yang berat menyebabkan penekanan yang
keras dan menetap pada kartilago artikular, sehingga kartilago dan tulang subkondral akan rusak.
j. Kelainan Pertumbuhan
Penyakit Perthes dan dislokasi kongenital paha yang merupakan kelainaan kongenital
telah dikaitkan dengan timbulnya osteoarthritis paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga
berperan pada lebih banyaknya osteoarthritis paha pada laki-laki dan ras tertentu.
k. Faktor-faktor Lain
Tulang yang kepadatangannya tinggi dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya
osteoarthritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) cenderung kurang
fleksibel sehingga tak dapat membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga
berperan apda lebih tingginya osteoarthritis pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya
mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan osteoarthritis.
Gejala Klinis
Manifestasi klinis dari osteoarthritis biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya
persedian akan terasa nyeri, kemudian nyeri tersebut akan menjadi persisten atau menetap,
kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat pagi hari atau pada posisi tertentu pada
waktu yang lama. Tanda kardinal dari osteoarthritis adalah kekakuan dari persediaan setelah
bangun dari tidur atau duduk waktu yang lama, swelling (bengkak) pada satu atau lebih
persendiaan, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi) ketika persendian digerakkan.10
Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot. Terdapatnya luka
mencerminkan kelainan sebelumnya. Perlunakan sering ditemukan dan dalam cairan sendi
superfisial, penebalan synovial atau osteofit dapat teraba. Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering
dirasakan tidak sakit pada jarak tertentu; hal ini mungkin disertai dengan krepitasi. Beberapa
gerakkan lebih terbatas dari yang lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul, abduksi dan
rotasi interna biasanya merupakan gerakan yang paling terbatas. Pada stadium lanjut
ketidakstabilan sendi dapat muncul dikarenakan tiga alasan: berkurangnya kartilago dan tulang,
kontraktur kapsuler asimetris, dan kelemahan otot.11
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tidak dapat didasarkan hanya pada
satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan
prinsip GALS (gait, arms, legs, spined) dengan memperhatikan gejala-gejala dan tanda-tanda
sebagai berikut:5,12
a. Nyeri sendi
Merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada osteoarthritis merupakan
nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada pergerakkan dari sendi yang
terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri juga dapat menjalar (radikulopati)
misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal. Claudicatio intermitten merupakan nyeri
menjalar ke arah betis pada osteoarthritis lumbal yang telah mengalami stenosis spinal.
Predileksi osteoarthritis pada sendi-sendi; Carpometacarpal I (CMC I), Metatarsophalangeal I
(MTP I), sendi apofiseal tulang belakang lutut dan paha.
b. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi misalnya karena duduk di
kursi atau mengendarai mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan sering disebutkan kaku
muncul pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness).
c. Hambatan pergerakkan sendi
Hambatan pergerakkan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat secara
perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi.
d. Krepitasi
Rasa gemertak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit.
e. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan berupa perubahan
bentuk dan penyempitan pada celah sendi. Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi
yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berjalan dan perubahan
pada tulang dan permukaan sendi. Seringkali pada lutut atau tangan mengalami perubahan
bentuk membesar secara perlahan-lahan.
f. Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, hampir semua
pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan panggul mengalami perubahan gaya
berjalan (pincang). Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri.
Klasifikasi
Secara radiologis, osteoarthritis diklasifikasikan menjadi 5 grade yaitu 0-4, menurut
Kellgren-Lawrence dibedakan berdasarkan gambaran osteofit, jarak antar sendi, sclerosis
subkondral dan kista yang terbentuk.13
Tabel 1. Klasifikasi derajat osteoarthritis lutut berdasarkan Kellgren-Lawrence13
Grade Deskripsi
0 Normal tidak ada gambaran osteoarthritis
1 Meragukan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit
Minimal
2 Ringan osteofit kecil, kemungkinan penyempitan sendi
3 Sedang osteofit sedang, deformitas ujung tulang, dan celah
sendi sempit
4 Berat osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas
ujung tulang, celah sendi hilang, serta adanya
sklerosis dan kista subkondral

Diagnosis
Klasifikasi diagnosis osteoarthritis berdasarkan kriteria American College of
Rheumatology (ACR).10
 Berdasarkan kriteria klinis:10
 Nyeri sendi lutut,
Dan paling sedikit 3 dari 6 kiteria di bawah ini:
1. Krepitus saat gerakan aktif
2. Kaku sendi <30 menit
3. Umur >50 tahun
4. Pembesaran tulang sendi lutut
5. Nyeri tekan tepi tulang
6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut
Sensitivitas 95% dan spesifitas 69%.
 Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis:
Nyeri sendi lutut
dan
Adanya osteofit
dan
Paling sedkit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. Kaku sendi <30 menit
2. Umur >50 tahun
3. Krepitus pada gerakan sendi aktif
Sensitvitas 91% dan spesifitas 86%
 Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi lutut
Dan
Paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:
1. Usia >50 tahun
2. Kaku sendi <30 menit
3. Krepitus pada gerakan aktif
4. Nyeri tekan tepi tulang
5. Pembesaran tulang
6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena
7. LED <40 mm/jam (laju endap darah
8. RF <1:40 (Rheumatoid factor)
9. Analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%
Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:10
1. Meredakan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan osteoarthritis pada pasien berdasarkan atas distribusinya (sendi mana
yang terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena.
 Terapi non-farmakologis:10,11
 Edukasi
Memberitahu tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak
bertambah parah serta persendiannya tetap dapat dipakai.
 Menurunkan berat badan: bila berat badan berlebih (BMI >25), dilakukan
program penurunan berat badan minimal 5% dari berat badan, dengan target BMI
18,5-25.
 Fisioterapi dan rehabilitasi
Untuk menghilangkan nyeri dan mempertahankan kekuatan otot serta ROM.
Latihan yang dianjurkan adalah latihan ROM pada sendi yang terlibat dan latihan
isometric untuk membantu membentuk otot-otot yang mendukung sendi tersebut.
Pada latihan-latihan isotonic sebaiknya tidka dilakukan dengan tahanan karena
dapat memberatkan sendi.
 Mengurangi aktivitas yang membebani sendi
Penderita osteoarthritis dianjurkan untuk istirahat yang teratur untuk mengurangi
penggunaan beban pada sendi.
 Kompres bagian sendi osteoarthritis dengan air hangat
Pemakaian terapi panas berguna untuk mengurangi nyeri, mengurangi spasme
otot, mengurangi kekakuan sendi, menambah ekstensibilitas tendon.
 Terapi farmakologis:5,12,14
a. Obat sistemik
1. Analgesik oral non-opiat
Untuk osteoarthritis dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, berdasarkan
ACR (American College of Rheumatology) merekomendasikan asetaminofen
(parasetamol) sebagai obat pertama. Pilihan lainnya adalah OAINS misalnya
aspirin, ibuprofen yang berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol
sinovitis.
2. Analgesik topikal
Terapi ini caranya cukup dioleskan gel natrium diklofenak 1% di bagian sendi
yang terlibat.
3. Agen kondroprotektif
Obat-obatan yang dapat melakukan perbaikan (repair) atau mempertahankan
tulang rawan sendi pada pasien osteoarthritis. Obat-obatan dalam kelompok
ini dibagi menjadi Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau
Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Kelompok obat ini
adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan,
vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.
b. Obat topikal
1. Krim rubefacients dan capsaicin.
2. Krim NSAIDs
c. Injeksi intraartikular/intralesi
Injeksi intra articular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan utama dalam
penanganan osteoarthritis. Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intraartikular
yakni penanganan simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi (DMAODs)
dengan hialuronan untuk modifikasi perjalanan penyakit.
1. Steroid Intra-artikuler (triamsinolone hexacetanide dan methyl prednisolone)
2. Asam hialuronat
d. Pembedahan
Tindakan operasi dilakukan apabila:
1. Nyeri tidak dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan tindakan lokal
2. Sendi tidak stabil karena terjadi subluksasi atau deformitas
3. Didapatkan kerusakan sendi tingkat lanjut
4. Ditujukan untuk mengkoreksi beban pada sendi agar distribusi beban terbagi
sama rata
Prosedur operasi yang dapat dilakukan adalah arthroscopic debridement joint
lavage, osteotomy, atroplasti sendi total. Bedah artroskopi memungkinkan
pelaksanaan berbagai macam prosedur operasi dengan morbidits yang lebih kecil
daripada operasi biasa. Prosedur osteotomy dipakai untuk mengobati
osteoarthritis lutut yang mempengaruhi satu kompartemen saja.

Gambar 1. Rekomendasi Terapi Farmakologi pada Osteoarthritis10

Komplikasi
Komplikasi yang timbul bergantung pada lokasi sendi yang mengalami osteoarthritis dan
bagaimana proses perbaikan yang terjadi selama dilakukan terapi. Beberapa penyulit yang
diakibatkan oleh berbagai patologi adalah efusi synovial, osteofit, dan degenerasi jaringan sekitar
sendi. Kerusakan sendi pada osteoarthritis dapat mengakibatkan malalignment dan subluksasi.
Penyempitan celah sendi asimetris mengakibatkan varus atau valgus. Fragmentasi permukaan
sendi yang terjadi berupa debris pada kavum synovial atau osteochondral bodies yang tetap
melekat pada permukaan sendi asalnya. Pada sendi lutut, efusi synovial dapat menyebabkan kista
Baker pada fosa poplitea.10

BAB III
Laporan Status Pasien
Tanggal Pemeriksaan : 01-04-2021
Anamnesis : Autoanamnesis
3.1 Identitas Pasien
Nama Penderita : Tn. AS
Usia : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Raden Intan Kalianda, Lampung
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMA
3.2 Anamnesis
Nyeri pada lutut kiri sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan
Kaku pada lutut kiri di pagi hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada lutut kiri sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa
nyerinya terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri biasanya dirasa makin memberat saat pasien
melipat lutut dan menggerakkannya, namun nyeri akan sedikit berkurang dengan
istirahat. Selain itu pasien juga merasakan kaku pada lututnya terutama pada pagi hari
saat bangun tidur, namun rasa kaku itu berlangsung kurang dari 10 menit. Keluhan merah
dan panas pada sendi yang nyeri tidak ada. Keluhan pada sendi lainnya disangkal. Pasien
juga tidak merasa lututnya berbunyi saat berjalan. Keluhan lain seperti demam (-), nyeri
kepala (-), batuk (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengeluh penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah mengkonsumsi Asam Mefenamat 3x500 mg pemberian dari dokter jika
pasien merasa nyeri pada lututnya.
Riwayat Pribadi dan Sosial
 Olahraga : tidak ada olahraga rutin yang dilakukan. Terkadang
melakukan lari sore 1-2x dalam seminggu kurang lebih 30 menit.
 Pola Jajan : Tn. AS suka sekali memakan kripik manis dan selalu
membeli kripik manis setidaknya 2x dalam seminggu.
 Pola Makan : 2-3x dalam sehari, makanan bervariasi, tidak ada
pantangan makan.
 Pola Rekreasi : dalam 1 bulan setidaknya 2-3 kali pasien berkumpul
bersama keluarga besar, tidak ada rekreasi rutin bersama keluarga inti, dan dalam
beberapa bulan terakhir pasien tidak pergi keluar kota karena sedang masa
pandemi.
 Merokok & Alkohol : -
3.3 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Sakit Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tanda-tanda Vital
 Tekanan Darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 83x/menit (regular, kuat angkat)
 Pernapasan : 20x/menit (regular, abdomino thorakalis)
 Suhu : 36,5 ºC
 Status Gizi
 BB : 78 kg
 TB : 1,65 m
 IMT : 28,7 kg/m2 (Obesitas I)
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan: Pemeriksaan rontgen genu sinistra AP-Lateral
untuk mengetahui Grade dari OA.

3.5 Pendekatan Holistik


Profil Keluarga
Pasien memiliki 1 orang istri dan 4 orang anak (2 anak perempuan dan 2 anak laki-laki).
Saat ini pasien tinggal bersama istri dan keempat anaknya.
Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah
Hubungan Keadaan
Jenis Usia Pendidikan Imunisa
No Nama dengan Pekerjaan Agama Kesehata
Kelamin (tahun) Terakhir si
pasien n saat ini
1. AS Suami L 54 SMA Wiraswasta Kristen Baik Lupa
Ibu Rumah
2. M Istri P 48 SMA Kristen Sehat Lupa
Tangga
3. VS Anak P 25 Tamat S1 Guru Kristen Sehat Lengkap
4. LS Anak L 22 Tamat S1 Polisi Kristen Sehat Lengkap
5. LS Anak P 17 SMA Siswa Kristen Sehat Lengkap
6. RBS Anak L 7 SD Siswa Kristen Sehat Lengkap

Genogram

Keterangan:

: Keluarga Tn. AS

: Penderita

: Laki-laki Sehat

: Laki-laki Meninggal

: Perempuan Sehat

: Perempuan Meninggal
a. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak kandung.
b. Hubungan Anggota Keluarga
Tn. AS dan Ny. M merupakan pasangan suami istri dengan empat orang anak. Hubungan
antar anggota cukup baik, mereka sering berkumpul, dan komunikasi antar keluarga
terjalin dengan baik, tidak ada individu yang dominan.
Keadaan Umum Keluarga
Status Gizi
Bb (kg) Tb (cm) IMT (kg/m2)
Ny. M 65 150 28.9 Obes I
Nn. VS 67 160 26.2 Obes I
Tn. LS 80 175 26.1 Obes I
Nn. LS 70 165 25.7 Obes I

Pemeriksaan Fisik Keluarga


Status Gizi
Tekanan
HR (x/menit) RR (x/menit) Suhu (ºC)
Darah (mmHg)
Ny. M 130/80 98 19 36,6
Nn. VS 110/70 87 18 36,7
Tn. LS 120/80 82 20 36,5
Nn. LS 110/75 88 20 36,6

Riwayat Biologis Keluarga


 Keadaan kesehatan sekarang : Baik
 Kebersihan perorangan : Baik
 Penyakit yang sedang diderita (oleh anggota keluarga) : Tidak ada
 Penyakit keturunan : Tidak ada
 Penyakit kronis/menular : Tidak ada
 Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
 Pola makan : Kurang baik
 Pola istirahat : Baik
 Jumlah anggota keluarga : 6 orang
Psikologis Keluarga
 Kebiasaan buruk : Tidak ada
 Pengambilan keputusan : Keluarga (semua keputusan diambil secara mufakat
dengan melibatkan seluruh anggoa keluarga yang ada)
 Ketergantungan obat : Tidak ada
 Tempat mencari pelayanan kesehatan : Rumah sakit (jarak dari rumah ke RS sekitar 6 km)
 Pola rekreasi : Baik
Spiritual Keluarga
 Ketaatan ibadah : Baik
 Keyakinan tentang kesehatan : Baik
Keadaan Sosial Keluarga
 Tingkat pendidikan : Menengah
 Hubungan antar anggota keluarga : Baik
 Hubungan dengan orang lain : Baik
 Kegiatan organisasi sosial : Baik
 Keadaan ekonomi : Baik
Kultural Keluarga
 Adat yang berpengaruh : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada
Identifikasi keadaan rumah/lingkungan (Berisiko/tidak)
 Daerah pemukiman : Tidak padat penduduk
 Jenis bangunan : Permanen
 Status kepemilikan rumah : Milik sendiri
 Luas rumah : 12 x 10 m2
 Luas halaman rumah : ± 15 m2
 Lantai rumah : Keramik
 Dinding rumah : Beton
 Kebersihan rumah : Baik
 Ventilasi udara : Baik
 Penerangan listrik : 3.500 watt
 Dapur : Ada
 Jamban keluarga : Ada 2
 Ketersediaan air bersih : Ada (PDAM)
 Sumber air minum : Air galon
 Sumber pencemaran air : Tidak ada
 Sistem pembuangan air limbah : Ada
 Pemanfaatan perkarangan : Ada
 Tempat pembuangan sampah : Ada, di dalam rumah dan di luar rumah (petugas
kebersihan mengambil sampah setiap hari)
 Sanitasi lingkungan : Baik
 Keadaan udara/polusi di luar rumah : Minimal (rumah berada didalam gang dan jauh dari
jalan raya)
Kepemilikan Barang-Barang Berharga
Keluarga Tn. AS memiliki beberapa barang elektronik di rumahnya antara lain yaitu, tiga
buah AC pada tiga kamar tidur, 2 buah televisi, 1 buah kipas angin, 1 buah rice cooker, dan 2
buah kulkas.
Penilaian Perilaku Kesehatan
 Jenis tempat berobat : Rumah Sakit
 Asuransi/Jaminan Kesehatan : BPJS
Pola Konsumsi Keluarga
Keluarga Tn. AS memiliki kebiasaan makan dua hingga tiga kali dalam sehari dengan
menu makanan sehari-hari yang bervariasi. Menu makanan yang biasa disajikan di rumah Tn.
AS terdiri dari nasi, sayur, dan lauk (kebanyakan melalui proses penggorengan) yang di masak
sendiri. Lauk yang paling sering dikonsumsi adalah ikan dan ayam. Konsumsi buah-buahan juga
tidak menentu, dalam seminggu bisa 2-3 kali mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang,
semangka, ataupun melon. Selain itu, keluarga Tn. AS suka membeli makanan dari luar jika lauk
yang di masak habis dan dikonsumsi saat malam hari.
Menu Pagi Menu Siang Menu Malam Cemilan

Hari Nasi – ayam goreng


Roti gandum + selai cokelat Nasi goreng Pisang, kripik
Pertama – tempe goreng
Hari Nasi – tahu goreng –
Nasi uduk Nasi – telor dadar Roti bakar
Kedua sayur sop
Nasi – tumis
Hari Nasi – sayur oyong –
Mie goreng kangkung – ikan Melon, kripik
Ketiga bakso sapi
goreng
Hari Nasi – sayur nangka
Roti gandum + selai stroberi Nasi goreng Kripik
Keempat – ikan goreng
Nasi – perkedel – Nasi – ayam goreng
Hari
- tempe goreng – – tumis buncis Martabak manis
Kelima
sayur asem wortel
Nasi – capcay –
Hari Nasi – sayur bayam
Nasi uduk bakwan jagung – -
Keenam – daging kecap
daging kecap
Nasi – sayur asem –
Hari Nasi – telur balado – tempe
ikan goreng – tempe Ketoprak Pisang, kripik
Ketujuh kecap
goreng

Pola Dukungan Keluarga


a. Faktor Pendukung Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Pasien memiliki istri dan anak yang mendukung pasien untuk mengubah pola hidup.
Selain itu jarak dari rumah ke fasilitas kesehatan tidak jauh dan biaya pengobatan
ditanggung oleh BPJS atau terkadang membayar mandiri.
b. Faktor Penghambat Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Diantara yang merupakan faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
tersebut adalah dari diri pasien sendiri karena masih belum dapat menerapkan pola hidup
sehat dan terkadang malas kontrol ke dokter karena terlalu lelah setelah pulang bekerja.
Fungsi Fisiologis (Skor APGRAR)
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang dikembangkan
oleh Rosan, Guyman dan Leyton dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga, antara lain:
 Adaptation : Tingkat kepuasaan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang
dibutuhkan.
 Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam mengambil
keputusan dan menyelesaikan masalah.
 Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga
dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga.
 Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi
emosional yang berlangsung.
 Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi
waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
Penilaian
Hampir
Hampir Kadang-
No. Pertanyaan Tidak
Selalu Kadang
(2) Pernah
(1)
(0)
1. Adaptation (Adaptasi)
Saya puas bahwa saya dapat kembali

kepada keluarga saya, bila saya
menghadapi masalah
2. Partnership (Kemitraan)
Saya puas dengan cara-cara keluarga

saya membahas serta membagi masalah
dengan saya

3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas bahwa keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan √
saya melaksanakan kegiatan dan
ataupun arah hidup yang baru
4.
Affection (Kasih Sayang)

Saya puas dengan cara-cara keluarga



saya menyatakan rasa kasih sayang dan
menanggapi emosi
5. Resolve (Kebersamaan)
Saya puas dengan cara keluarga saya √
membagi waktu bersama
Total Skor 9
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 9 ini menunjukkan Fungsi keluarga sehat.

Fungsi Patologis (SCREEM)


Aspek sumber daya patologis
 Sosial
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka
dalam masyarakat dan lingkungan setempat sangat baik. Keluarga pasien berinteraksi
baik dengan tetangga disekitar rumahnya.
 Cultural
Kepuasan dan kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari sehari-hari baik
dalam keluarga maupun di lingkungan. Keluarga pasien sehari-hari berkomunikasi
menggunakan Bahasa Indonesia.
 Religius
Pemahaman dan penerapan terhadap ajaran agama sangat baik. Tn. AS dan seluruh
keluarganya setiap pagi dan malam sebelum tidur selalu membaca renungan dan berdoa
bersama. Selain itu, Tn. AS dan seluruh keluarganya rajin menghadiri gereja setiap hari
Minggu dan setiap hari Kamis selalu mengikuti Komsel (komunitas sel) di gereja. Tn. AS
juga merupakan salah satu anggota Majelis inti di dalam gereja.
 Ekonomi
Ekonomi keluarga ini tergolong cukup, seluruh kebutuhan primer dan kebutuhan
sekunder sudah dapat terpenuhi, namun tetap menerapkan skala prioritas untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
 Edukasi
Pendidikan anggota keluarga sudah cukup baik. Tn. AS dan istrinya Ny. M merupakan
lulusan SMA. Anak ke-1 dan ke-1 lulusan S1. Anak ke-3 merupakan siswa SMA dan
anak ke-4 merupakan siswa SD.
 Medikasi
Pembiayaan pelayanan kesehatan sudah cukup baik. Pasien dan keluarganya biasanya
menggunakan BPJS atau membayar sendiri/mandiri. Saat ini keluarga sudah menganggap
bahwa pemeriksaan rutin kesehatan merupakan hal yang sangat perlu untuk dilakukan.
Diagnosis Pasien
Biologi
Osteoarthritis genu sisnistra, Obesitas
Psikologis
Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik.
Sosial
Pasien bersosialisasi baik dengan tetangga disekitar rumahnya.
Ekonomi
Keadaan ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Religius
Pasien menjalankan ibadah dengan baik serta mengikuti acara keagamaan yang ada di
wilayahnya.
Diagnosis Keluarga
Biologi
Sehat dengan risiko (obesitas)
Psikologi
Hubungan semua anggota keluarga terjalin dengan baik.
Sosiologi
Anggota keluarga bersosialisasi baik dengan tetangga disekitar rumahnya.
Ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga anggota keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
Religius
Semua anggota keluarga menjalankan ibadah dengan baik serta mengikuti acara
keagamaan yang ada di wilayahnya.

Penatalaksanaan Penyakit dan Edukasi


Promotif
a. Health Promotion : Meningkatkan derajat kesehatan perorangan, mengurangi peranan
penyebab dan derajat risiko, dan meningkatkan lingkungan yang sehat secara orptimal.
Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Sasaran untuk keluarga Tn. AS:
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit Osteoarthritis
yang disebabkan oleh proses penuaan dimana terjadi kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut, serta
memberitahu pasien mengenai komplikasi penyakit ini.
 Memberitahu kepada pasien untuk mengistirahatkan dan menghindari aktivitas
yang berlebihan pada sendi yang sakit.
 Memberikan edukasi kepada keluarga pasien agar lingkungan disekitar pasien
dijaga untuk melindungi pasien dari cedera. Misalnya dengan memberikan
tambahan matras kasar di atas lantai kamar mandi agar tidak licin.
 Memberikan edukasi pada keluarga pasien untuk memberi motivasi kepada pasien
misalnya memberi dorongan ke pasien agar rutin berobat.
 Diet  hitung kebutuhan kalori total harian (bisa berdasarkan panduan
kemenkes), diet rendah lemak, dan rendah karbohidrat.
 Olahraga untuk penurunan berat badan seperti jalan santai selama 15-30 menit.
 Pola tidur  dianjurkan waktu tidur sekitar 7-8 jam per hari.
Preventif
b. Spesific Protection : Tindakan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses interaksi
penyakit, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu (faktor risiko).
Sasaran untuk keluarga Tn. AS:
 Mengikuti program diet dan konsultasi gizi pada yang sudah mulai obesitas dan
menopause atau yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tertentu.
 Hati-hati agar tidak terjatuh, karena cedera dapat membuat penyakit menjadi lebih
buruk.
 Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan dalam kegiatan sehari-hari seperti
naik-turun tangga.
Kuratif
c. Early Diagnosis and Prompt Treatment : Merupakan tindakan menemukan penyakit
sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi, mencegah meluasnya penyakit, dan
menghentikan proses penyakit sejak dini.
Sasaran untuk keluarga Tn. AS:
 Jika di keluarga Tn. AS ada yang mengalami keluhan nyeri pada sendi lutut, siku
ataupun panggul agar segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat. Karena penyakit osteoarthritis lebih mudah dialami oleh orang yang
memiliki faktor risiko genetik (di keluarga ada yang mengalami osteoarthritis).
 Segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan begitu ada gejala walau sedikit.
 Konsultasi ke dokter dan konsumsi obat nyeri jika keluhan nyeri dirasakan.
d. Disability Limitation : Tindakan penatalaksanaan terapi yang adekuat pada pasien dengan
penyakit yang telah lanjut, mencegah penyakit menjadi lebih berat, menyembuhkan
psaien, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecacatan yang akan timbul.
Sasaran untuk keluarga Tn. AS:
 Pengobatan dan perawatan yang sesuai agar tidak terjadi komplikasi, atau
setidaknya dapat melihat kemungkinan komplikasi agar tidak berkembang lanjut
dengan cara kontrol rutin ke fasilitas layanan kesehatan.
 Jika dirasakan nyeri semakin bertambah agar segera memeriksakan diri ke dokter
agar bisa dilakukan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui progesivitas
penyakit.
 Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan
dan perawatan yang lebih intensif atau mengikuti saranuntuk dirujuk ke tingkat
yang lebih tinggi dan memiliki peralatan medis yang lebih lengkap.
 Mematuhi anjuran dokter untuk melakukan pengobatan dan kontrol teratur.
Rehabilitatif
e. Rehabilitation : Sasaran utamanya adalah penderita penyakit tertentu yang sudah sembuh
atau terkontrol dalam usaha memulihkan fungsinya serta program rehabilitasi, untuk
mengembalikan pasien ke masyarakat dan berfungsi sebaik mungkin agar mereka dapat
hidup danbekerja secara wajar, atau agar tidak menjadi beban orang lain.
Sasaran untuk Tn. AS:
 Pasien diminta untuk tetap melakukan kontrol secara rutin ke fasilitas layanan
kesehatan untuk dilakukan pemantauan pengobatan dan melihat perkembangan
penyakit.
Prognosis
Pasien
Prognosis pasien dubia et bonam. Belum terlihat adanya komplikasi yang terjadi. Selain
itu pasien juga selalu mendapatkan dukungan dari keluarganya, namun pola konsumsinya masih
perlu diperbaiki.
Keluarga
Prognosis kesehatan keluarga saat ini dubia et bonam dikarenakan memiliki risiko besar
untuk menimbulkan penyakit metabolic dikemudian hari apabila pola hidup tidak diperbaiki.
BAB IV
Analisa Kasus
Pasien pria berusia 54 tahun dengan keluhan nyeri sendi lutut sejak 1 tahun yang lalu disertai
kaku pada pagi hari terutama saat bangun tidur yang berlangsung kurang dari 10 menit. Faktor
pencetus terjadinya osteoarthritis padapasien terdiri dari beberapa faktor, yaitu dari faktor usia,
obesitas, dan pola konsumsi harian yang kurang sehat.
Identifikasi Faktor Risiko
 Faktor Perilaku
Faktor perilaku pasien dan keluarga dalam keseharian kurang lebih sama. Sehingga saat
ini status gizi keluarga pasien masih masuk dalam kategori obesitas. Pola makan pasien juga
kurang baik dan hal tersebut yang dapat memicu terjadinya kelebihan berat badan. Saat ini
pasien sudah mulai mengurangi jumlah porsi makan dan mengurangi konsumsi snack ataupun
jajanan lainnya diantara jam makan. Jumlah nasi putih yang dikonsumsi juga sudah mulai
dikurangi. Aktivitas sehari-hari pasien juga tergolong aktivitas yang ringan yaitu hanya duduk
memantau para pekerjanya di toko/tempat dagangnya. Pasien juga jarang berolahraga secara
rutin karena terlalu lelah akan pekerjaannya dan mengeluhkan nyeri pada lutut jika sering
digerakkan. Pasien juga jarang melakukan kontrol secara rutin ke dokter untuk mengecek
progresifias penyakitnya karena merasa terlalu lelah akibat pekerjaan yang ia lakukan.
Keluarga Tn. AS memiliki kebiasaan jarang berolahraga juga dan aktivitas sehari-hari
yang mereka lakukan termasuk aktivitas ringan karena lebih banyak duduk. Aktivitas Ny. M
sehari-hari adalah menonton, tidur, dan kurangnya aktivitas sosial. Hal ini beresiko
meningkatkan berkembangnya obesitas, kelemahan otot, kepikunan, dan penyakit metabolik.
Sedangkan anak ke-1 pasien yang bekerja menjadi guru lebih banyak melakukan aktivitasnya di
depan komputer. Anak ke-2 pasien yang berprofesi sebagai seorang polisi juga lebih banyak
melakukan kegiatannya didalam ruangan begitupun dengan anak ke-3 pasien yang lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk bermain computer game. Terlihat bahwa secara keseluruhan
keluarga ini termasuk gaya hidup sedentari. Anak ke-2 pasien saat ini sudah mulai menerapkan
pola hidup sehat dengan mengurangi jumlah makananan yang mengandung banyak karbohidrat
dan lemak, serta mulai rutin berolahraga untuk meningkatkan kebugarannya. Perilaku pasien
yang lebih banyak duduk dan jarang berolahraga membuat sendi menjadi lebih kaku sehingga
disarankan kepada Tn. AS untuk melakukan aktivitas fisik ringan seperti senam, bersepeda, atau
berjalan santai agar mencegah terjadinya kekakuan dan nyeri pada sendi. Selain itu perilaku
tersebut tentunya dapat memicu terjadinya kelebihan berat badan. Dari hasil IMT pasien
tergolong obesitas derajat I. dimana obesitas juga merupakan salah satu faktor risiko dan faktor
yang dapat memperburuk progesifitas terjadinya osteoarthritis
 Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah Tn. AS terlihat bersih. Berdasarkan luasnya, tempat tinggal Tn. AS
termasuk baik dan layak huni karena cukup besar untuk dihuni oleh 6 orang. Rumah Tn. AS
terdiri dari 3 kamar tidur, 2 kamar mandi, 1 gudang, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 ruang makan,
perkarangan, dan 1 garasi mobil yang muat untuk diisi 2 mobil. Jumlah ventilasi dan jendela
cukup dan berfungsi baik sehingga sirkulasi udara di tempat tinggalnya cukup baik. Ventilasi
yang ada di tempat tinggal bertujuan agar kelembapan ruangan tidak naik karena proses
penguapan cairan dari kulit. Adanya kelembapan akan menjadi media yang baik untuk bakteri-
bakteri patogen. Ventilasi juga bertujuan membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri
terutama bakteri patogen. Lingkungan tempat tinggal Tn. AS juga tidak padat penduduk.
Pencahayaan tepat tinggal Tn. AS sudah cukup baik, karena setiap ruangan sudah terdapat lampu
yang dapat menyala dan cahaya matahari yang dapat masuk dengan baik ke dalam rumah.
Pengoptimalan sinar matahari yang masuk kedalam ruangan diperlukan karena ruangan yang
lembab bisa menjadi tempat bakteri berkembang biak. Cahaya matahari yang masuk dapat
membantu membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah. Jamban atau kamar mandi juga
merupakan jamban miliki pribadi sehingga kebersihan lebih baik dan mengurangi risiko
terjadinya penularan penyakit. Tempat tinggal Tn. AS juga selama ini tidak pernah mengalami
banjir, tidak dekat pabrik. Untuk pembuangan sampah, setiap hari terdapat tukang sampah yang
mengambil sampah-sampah miliknya. Air minum yang digunakan juga berasal dari air galon
baru. Sedangkan air untuk kebutuhan sehari-hari sudah menggunakan air PAM. Selain itu,
kebersihan tempat tinggal Tn. AS juga cukup baik karena selalu dibersihkan (disapu dan dipel)
setiap hari. Kebersihan rumah juga harus terjaga karena tempat tinggal yang kotor tentu sangat
tidak nyaman untuk dihuni dan dapat menjadi tempat berkembang biak kuman penyakit.
Dari beberapa hal tersebut, dapat dikatakan bahwa lingkungan fisik tempat tinggal Tn.
AS dapat dikatakan baik dan sudah memenuhi syarat rumah sehat. Hal ini karena lingkungan
rumah Tn. AS sudah memenuhi syarat rumah yang sehat yakni telah memiliki ventilasi udara
yang cukup pada setiap ruangan, pengoptimalan sinar matahari yang masuk kedalam ruangan,
luas bangunan rumah yang cukup untuk penghuni di dalamnya, pencahayaan rumah yang cukup,
dan kebersihan rumah terjaga. Keadaan lingkungan sosial Tn. AS bisa terbilang baik.hal ini
dapat dilihat dari hubungan antara pasien dengan tetangga maupun keluarganya yang sangat
harmonis.
 Faktor Pelayanan Kesehatan
Di dekat lingkungan tempat tinggal Tn. AS dapat dijumpai dengan mudah pelayanan
kesehatan rumah sakit. Kemudahan akses menuju rumah sakit juga membantu Tn. AS untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan tersebut. Pasien sendiri mengaku jarang kontrol ke dokter
karena terlalu lelah akibat pekerjaan yang ia jalankan sehari-hari sebagai pedagang. Pasien
memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang penyakitnya sehingga tentunya pasien paham
untuk mencari bantuan medis ketika merasa penyakitnya semakin memberat. Tingkat ekonomi
pasien juga dikatakan cukup mampu sehingga tentunya cukup mudah dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan.
 Faktor Genetik
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita osteoarthritis merupakan faktor risiko
bagi keluarga pasien untuk menderita osteoarthritis walaupun faktor genetik bukanlah faktor
penyebab utama untuk terjadinya osteoarthritis. Hal ini disebabkan faktor genetik dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami osteoarthritis semakin tinggi. Terlebih jika ditunjang
dengan perilaku atau pola hidup yang tidak sehat. Selain itu, anak pasien juga harus lebih
berhati-hati dan waspada karena memiliki risiko untuk menderita osteoarthritis lebih tinggi
daripada seseorang yang tidak ada riwayat keluarga yang menderita osteoarthritis. Sehingga anak
pasien perlu pencegahan agar tidak mengembangkan penyakit osteoarthritis. Oleh karena itu
dianjukan kepada seluruh anggota keluarga, terutama anak pasien Tn. AS untuk melakukan pola
makan sehat dan menjaga berat badan agar tetap ideal sesuai dengan IMT untuk mencegah
terjadinya osteoarthritis semasa tua nanti.
Anjuran untuk Pasien dan Anggota Keluarga
Sebagai penderita osteoarthritis, Tn. AS dianjurkan untuk rutin kontrol ke fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai jadwal yang ditentukan oleh dokternya untuk melihat progresifitas
dari penyakitnya tersebut. Faktor risiko obesitas sebagai cerminan dari faktor perilaku sebaiknya
diubah untuk mencegah terjadinya perburukan osteoarthritis pasien. Sedangkan untuk keluarga
faktor obesitas ini dapat menimbulkan berbagai penyakit di kemudian hari sehingga perlu
dilakukan upaya pencegahan lebih dini. Beberapa anjuran yang dapat diberikan untuk mengatasi
hal ini adalah dengan melakukan diet seimbang sesuai kebutuhan kalori total harian dan takaran
penukar bisa dilihat dari berbagai sumber. Ubah frekuensi makan menjadi lebih sering dengan
porsi kecil. Selain itu perbanya aktivitas fisik. Pasien juga diharapkan untuk mengurangi
aktivitas berat agar tidak memperberat penyakitnya. Perlu dilakukan olahraga ringan secara rutin
agar dapat membantu menurunkan berat badannya.
Pada keluarga pasien terutama anak Tn. AS yang juga beresiko menderita osteoarthritis
di kemudian hari, dianjurkan untuk hidup sehat sedini mungkin secara teratur dan hidup dengan
pola makan yang sehat. Selain itu, olahraga secara rutin juga perlu untuk mendapatkan indeks
massa tubuh yang ideal agar mengurangi resiko menderita osteoarthritis.
BAB V
Kesimpulan
Kesimpulan
Menurut Teori Blum bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu
genetik, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Dimana unsur-unsur tersebut saling
berinteraksi dan saling terkait satu sama lain, juga mengacu pada kemampuan mengetahui,
mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan kesehatan individu.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa pasien menderita penyakit osteoarthritis.
Faktor pencetus terjadinya osteoarthritis pada pasien terdiri dari beberapa faktor, yaitu dari faktor
usia, obesitas, kurangnya olahraga, dan pola konsumsi harian yang kurang sehat. Pasien masih
belum dapat menerapkan pola hidup sehat, melakukan diet untuk menjaga berat badan normal,
dan melakukan olahraga secara teratur.
Selain itu dari hasil anamnesia kondisi kesehatan keluarga pasien (istri dan anak) adalah
sehat. Walaupun demikian perlu jadi perhatian bagi anak-anak pasien untuk kemungkinan
menderita osteoarthritis dikemudian hari, mengingat adanya risiko genetik untuk osteoarthritis.
Maka itu, faktor perilaku pada keluarga ini memiliki peranan yang sangat besar untuk mencegah
ataupun mengontrol penyakit osteoarthritis. Untuk istri pasien juga dianjurkan melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin, melakukan lebih banyak aktivitas fisik ringan-ringan dan aktivitas
kognitif untuk mencegah kepikunan.
Dilihat dari hasil gambaran rumah pasien, didapatkan bahwa tempat tinggal pasien sudah
memenuhi kriteria rumah sehat. Maka terbukti bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh
beberapa unsur-unsur yang disebutkan di Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga
yang bekerja di Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi
perorangan untuk memperbaiki pola hidup pasien, serta menerapkan prinsip kedokteran keluarga
yaitu komperhensif (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif).
LAMPIRAN

Bagian depan rumah


1. Tampak rapi dan bersih, tidak ada sampah yang berserakan
2. Garasi mobil luas, cukup untuk 2 mobil

Perkarangan depan
Tampak rapi dan bersih, banyak dimanfaatkan untuk menanam pepohonan
Ruang Tamu
1. Pintu Kaca : selalu dibuka, berfungsi sebagai tempat cahaya masuk (sirkulasi baik
dan penerangan baik)
2. Kursi : bantal kursi selalu dijemur dan dibersihkan setiap 2 minggu sekali
3. Pencahayaan matahari pagi baik, penerangan cukup

Kamar Tidur
1. Dihuni oleh 2 orang
2. Jendela selalu dibuka pada pagi hari (sirskulasi udara baik)
3. Pencahayaan matahari pagi, penerangan lampu cukup
4. Kamar dibersihkan setiap hari
5. Sprei, selimut, dan sarung bantal dicuci setiap seminggu sekali
6. Bantal rutin dijemur
7. Gorden  dicuci setiap 2 minggu sekali
Kamar Mandi
1. Terdapat jendela kecil (penerangan dan sirkulasi udara baik)
2. Kamar mandi selalu dibersihkan setiap hari
3. Kondisi air di bak mandi jernih dan tidak berbau
4. Kamar mandi aktif yang digunakan hanya 1
Bagian samping rumah
1. Bagian samping digunakan sebagai tempat bersantai
2. Penerangan cahaya matahari baik

Dapur
1. Sirkulasi udara cukup (didapat dari arah depan pintu)
2. Cahaya matahari masuk melalui bagian samping rumah, penerangan lampu cukup
3. Perabotan yang ada didapur tidak banyak, akses baik
4. Terdapat 1 gudang kecil sebagai tempat penyimpanan barang yang tidak terpakai
Ruang Makan
1. Perabotan yang ada di ruang makan tidak banyak, sehingga akses baik
2. Sirkulasi udara cukup (didapat dari area depan rumah)
3. Penerangan lampu cukup
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I. Osteoartiritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Putra A, Nurmalasari Y, Anita T. Gambaran klinis osteoarthritis primer pada usia 40-60
pada laki-laki dan perempuan di rsud dr. h. abdul moelek provinsi lampung tahun 2018.
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. 2018; 5(3). 188-194.
3. Widhiyanto L, Desnantyo AT, Djuari L, Kharismansha M. Correlation between knee
osteoarthritis (oa) grade and body mass index (bmi) in outpatients of orthopaedic and
traumatology departement rsud dr. Soetomo. Journal Orthopaedi and Traumatology
Surabaya. 2017; 6(2): 24-32.
4. Sundaru H, Sukamto. Osteoartritis, dalam: buku ajar penyakit dalam. Ed 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2006.
5. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteartritis. Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi Ke-6. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
6. Pratiwi AI. Diagnosis and treatment osteoarthritis. J Majority. 2015; 4(4): 10-7.
7. Departemen Kesehatan. Pharmaceutical care untuk pasien penyakit arthritis reumatik.
Jakarta: Depkes; 2006.
8. Nugraha AS, Widyatmoko S, Jatmiko SW. Hubungan obesitas dengan terjadinya
osteoarthritis lutut pada lansia kecamatan laweyan Surakarta. Biomedika. 2015; 7(1): 15-
8.
9. Reksoprodjo. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2005.
10. Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA). Rekomendasi IRA untuk diagnosis dan
penatalaksanaan osteoarthritis. Jakarta: IRA; 2014.
11. Rasjad C. Kelainan degeneratif tulang dan sendi. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi
Ketiga. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007.
12. Rosani S, Isbagio H. Osteoartritis. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
13. Joern W, Michael P, Kalus U, Brust S, Eysel P. The epidemiology, etiology, diagnosis,
and treatment of osteoarthritis of the knee. Deutsches Aeztebaltatt International. 2010;
107(9): 152-62.
14. Carter MA. Osteoarthritis. Parofisiologis Konsep Klinis dan Penyakit. Edisi keenam.
Jakarta: EGC; 2002.

Anda mungkin juga menyukai