Disusun Oleh:
Merlinda – 112018190
Pembimbing :
Dr. dr. A. Aris Susanto, MS, Sp.OK
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit bersifat kronik, berjalan progresif lambat, non-
inflamasi atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, serta ditandai dengan adanya deteriorasi
dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Biasanya penyakit
ini mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing) terutama sendi lutut. Gejala yang
ditimbulkan dari penyakit ini adalah nyeri yang dapat mengganggu aktivitas kehidupan sehari-
hari dan mengurangi aktivitas hidup. Terjadinya osteoarthritis biasanya dipengaruhi oleh faktor-
faktor resiko yaitu umur (faktor penuaan), genetik, kegemukan, cedera sendi, pekerjaan,
olahraga, kelainan anatomi, penyakit metabolik, dan penyakit inflamasi sendi. Namun diantara
semua faktor-faktor tersebut, faktor utama yang paling berpengaruh adalah umur dikarenakan
proses degeneratif. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya umur.1
Kurang lebih terdapat 151.400.000 jiwa di seluruh dunia menderita osteoarthritis, dengan
penderita mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. 2 Selain itu, osteoarthritis merupakan
penyakit nomor lima yang menyebabkan Years of Life Disability pada wanita dan negara maju.
Pada negara berkembang, osteoarthritis berada di peringkat ke delapan penyebab Years of
Disability. Osteoarthritis sering terjadi pada manusia lanjut usia (manula). Menurut WHO,
sebanyak 40% manusia di dunia di atas umur 70 tahun menderita penyakit ini. Walaupun begitu,
orang yang berusia lebih muda pun, termasuk anak-anak, dapat menderita osteoarthritis karena
obesitas atau cedera pada sendi.3
Berdasarkan temuan radiologis, didapatkan bahwa 70% dari penderita yang berumur
lebih dari 65 tahun menderita osteoarthritis. Prevalensi osteoarthritis lutut pada penderita wanita
berumur 75 tahun ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada. Diperkirakan juga
bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena osteoarthritis.2
BAB II
Tinjauan Pustaka
Definisi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif atau kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). Osteoartritis juga
ditandai dengan kerusakan tulang rawan atau kartilago hialin sendi, pertumbuhan osteofit pada
tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan dan melemahnya otot-otot yang
menghubungkan sendi. Ketika semakin tua, suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial
akan menurun. Hal ini akan menyebabkan ujung-ujung tulang saling bergesek satu sama lain.
Gesekan yang terjadi pada ujung-ujung tulang inilah yang akan menimbulkan nyeri.2
Etiologi
Etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan
biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Faktor
biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain kapsul sendi, ligament, otot-otot
persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang. Kerusakan sendi terjadi multifactorial, yaitu akibat
terganggunya faktor-faktor protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjai akibat komplikasi
dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya.4
Klasifikasi
Menurut penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi:5
a. Osteoarthritis primer disebut juga osteoarthritis idiopatik yaitu yang kausanya tidak
diketahui dan tidak da hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses lokal pada
sendi.
b. Osteoarthritis sekunder yaitu osteoarthritis yang disertai adanya kelainan sitemik, seperti:
gangguan endokrin, proses inflamasi, gangguan metabolik, pertumbuhan ,keturunan,
trauma mikro-makro, immobilisasi yang lama.
Epidemiologi
Penyakit osteoarthritis meningkat seiring dengan proses penuaan, terutama pada usia di
atas 50 tahun. Penyakit ini mengenai, dua per tiga orang yang berumur lebih dari 65 tahun,
dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5% pada wanita. Orang lanjut usia di Indonesia yang
menderita cacat karena osteoarthritis diperkirakan mencapai dua juta. Prevalensi osteoarthritis
usia 49-60 tahun di Malang mencapai 21,7%, yang terdiri dari 6,2% laki-laki dan 15,5%
perempuan. Kejadian osteoarthritis di Norwegia pada tahun 2008, 80% berusia lebih dari 55
tahun. Angka keseluruhan prevalensi osteoarthritis di Norwegia adalah 12,8% dan lebih tinggi
pada perempuan (14,7%) disbanding laki-laki (10,5%). Prevalensi osteoarthritis panggul adalah
5,5%, osteoarthritis lutut 7,1%, dan osteoarthritis tangan 4,3%.6
Faktor Resiko
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya osteoarthritis, yaitu:5,7-9
a. Usia
Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat seiring bertambahnya usia.
Dari semua jenis osteoarthritis hampir tak pernah ada pada anak-anak, jarang pada usia di bawah
40 tahun dan sering pada usia di atas 60 tahun. Osteoarthritis lutut terjadi <0.1% pada kelompok
usia 25-34 tahun, tetapi terjadi 10-20% pada kelompok 65-74 tahun. Osteoarthritis lutut moderat
sampai berat dialami 33% pasien usia 65-74 tahun dan osteoarthritis panggul moderat sampai
berat dialami oleh 50% pasien dengan rentang usia yang sama. Usia yang semakin bertambah
menyebabkan penurunan fungsi dari tulang rawan sendi. Kekuatan kolagen pada lansia juga
mengalami penurunan, hal ini bisa menyebabkan tulang rawan sendi menjadi lemah dan mudah
rusak. Proses menua menyebabkan beberapa perubahan pada tulang dan sendi. Pada tulang
terjadi pengurangan massa tulang dan berkurangnya formasi osteoblast tulang. Sedangkan pada
sendi terjadi gangguan martiks kartilago dan modifikasi proteoglikan dan glikosamaminoglikan.
b. Jenis Kelamin
Perempuan lebih sering terkena osteoarthritis lutut dan osteoarthritis banyak sendi,
sedangkan lelaki lebih sering terkena osteoarthritis paha, pergelangan tangan dan leher.
Perempuan di Amerika ternyata lebih sering terkena osteoarthritis; perempuan berusia tua
mempunyai kemungkinana terkena osteoarthritis lutut dan tangan dua kali lipat daripada laki-
laki. Berdasarkan usia, <45 tahun frekuensi osteoarthritis kurang lebih samaa pada laki-laki dan
wanita, tetapi ketika >50 tahun (setelah menopause) frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada
wanita daripada pria. Osteoarthritis terutama terjadi pada perempuan yang berusia lebih dari 50
tahun atau memasuki masa menopause ini akan mengalami penurunan hormon terutama estrogen
dan fungsi fisiologis tubuh lainnya, sedangkan fungsi dari hormon estrogen salah satunya adalah
membantu sintesa kondrosit dalam matriks tulang dan jika estrogen menurun ma sintesa
kondrosit akan ikut menurun sehingga sintega proteoglikan dan kolagen menurun sedangkan
aktifitas lisosom menjadi meningkat. Hal ini yang menyebabkan osteoarthritis lebih banyak
terjadi pada wanita.
c. Suku Bangsa
Osteoarthritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat perbedaan
prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoarthritis. Orang kulit putih cenderung lebih sering
terkena Osteoarthritis dibandingkan dengan orang kulit hitam. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan frekuensi pada kelainan kongenital dan pertumbuhan.
d. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis. Adanya mutasi dalam gen
prokolagen atau gen-gen structural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen,
proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoarthritis.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
osteoarthritis baik pada wanita maupun pada pria. Sendi lutut merupakan tumpuan dari setengah
berat badan seseorang selama berjalan. Berat badan yang meningkat akan memperberat tumpuan
pada sendi lutut. Pembebanan lutut dan panggul dapat menyebabkan kerusakan kartilago,
kegagalan ligamen dan dukungan struktural lain. Penambahan berat badan membuat sendi lutut
bekerja lebih keras dalam menopang berat tubuh. Sendi yang bekerja lebih keras akan
mempengaruhi daya tahan dari tulang rawan sendi. Rawan sendi akan rusak dan menyebabkan
sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya dan menyebabkan terjadinya perubahan biofisika yang
berupa fraktur jaringan kolagen dan degradasi proteoglikan. Setiap penambahan berat ±½ kg,
tekanan total pada satu lutut meningkat sebesar ±1-1½ kg. setiap penambahan 1 kg
meningkatkan resiko terjadinya osteoarthritis sebesar 10%. Bagi orang yang obesitas, setiap
penuruanan berat walau hanya 5kg akan mengurangi faktor risiko osteoarthritis di kemudian hari
sebesar 50%.
f. Penyakit Metabolik
Diketahui bahwa pasien-pasien osteoarthritis mempunyai risiko penyakit jantung koroner
dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa osteoarthritis. Peran faktor
metabolik dan hormonal pada kaitan antara osteoarthritis dan kegemukan juga disokong oleh
adanya kaitan antara osteoarthritis dengan penyakit jantung coroner, diabetes mellitus dan
hipertensi.
g. Pekerjaan
Pekerjaan dapat menjadi salah satu pemicu osteoarthritis dan memperberat keluhan yang
dirasakan. Hubungan antara pekerjaan dengan risiko terserang osteoarthritis tergantung dari tipe
dan intensitas aktivitas fisiknya. Aktivitas dengan gerakan berulang atau cedera akan
meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis. Aktivitas fisik dengan tekanan berulang pada
tangan atau tubuh bagian bawah akan meningkatkan risiko osteoarthritis pada sendi yang terkena
tekanan. Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (misalnya
tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan risiko osteoarthritis tertentu. Usia
pada saat cedera akan mempengaruhi peningkatan risiko osteoarthritis. Cedera ligament pada
manula cenderung menyebabkan osteoarthritis berkembang lebih cepat dibanding orang muda
dengan cedera yang sama.
h. Cedera Sendi (Trauma)
Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi osteoarthritis cedera traumatik
(misalnya robeknya meniscus, ketidakstabilan ligament) yang dapat mengenai sendi. Meskipun
demikian, beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-
orang yang mempunyai predisposisi osteoarthritis dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan
beratnya osteoarthritis. Trauma yang hebat terutama fraktur intra-artikular atau dislokasi sendi
merupakan predisposisi osteoarthritis.
i. Aktivitas Fisik
Penelitian yang dilakukan oleh Toivanen pada tahun 2009 memperlihatkan hubungan
antara meningkatnya aktivitas fisik seseorang dengan risiko terjadinya kejadian osteoarthritis,
dimana seseorang dengan aktivitas fisik yang berat mengalami peningkatan risiko osteoarthritis
sebesar 7 kali. Hal ini terjadi karena aktivitas fisik yang berat menyebabkan penekanan yang
keras dan menetap pada kartilago artikular, sehingga kartilago dan tulang subkondral akan rusak.
j. Kelainan Pertumbuhan
Penyakit Perthes dan dislokasi kongenital paha yang merupakan kelainaan kongenital
telah dikaitkan dengan timbulnya osteoarthritis paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga
berperan pada lebih banyaknya osteoarthritis paha pada laki-laki dan ras tertentu.
k. Faktor-faktor Lain
Tulang yang kepadatangannya tinggi dikatakan dapat meningkatkan risiko timbulnya
osteoarthritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) cenderung kurang
fleksibel sehingga tak dapat membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang
rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga
berperan apda lebih tingginya osteoarthritis pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya
mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan osteoarthritis.
Gejala Klinis
Manifestasi klinis dari osteoarthritis biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya
persedian akan terasa nyeri, kemudian nyeri tersebut akan menjadi persisten atau menetap,
kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat pagi hari atau pada posisi tertentu pada
waktu yang lama. Tanda kardinal dari osteoarthritis adalah kekakuan dari persediaan setelah
bangun dari tidur atau duduk waktu yang lama, swelling (bengkak) pada satu atau lebih
persendiaan, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi) ketika persendian digerakkan.10
Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot. Terdapatnya luka
mencerminkan kelainan sebelumnya. Perlunakan sering ditemukan dan dalam cairan sendi
superfisial, penebalan synovial atau osteofit dapat teraba. Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering
dirasakan tidak sakit pada jarak tertentu; hal ini mungkin disertai dengan krepitasi. Beberapa
gerakkan lebih terbatas dari yang lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul, abduksi dan
rotasi interna biasanya merupakan gerakan yang paling terbatas. Pada stadium lanjut
ketidakstabilan sendi dapat muncul dikarenakan tiga alasan: berkurangnya kartilago dan tulang,
kontraktur kapsuler asimetris, dan kelemahan otot.11
Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tidak dapat didasarkan hanya pada
satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan
prinsip GALS (gait, arms, legs, spined) dengan memperhatikan gejala-gejala dan tanda-tanda
sebagai berikut:5,12
a. Nyeri sendi
Merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada osteoarthritis merupakan
nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada pergerakkan dari sendi yang
terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri juga dapat menjalar (radikulopati)
misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal. Claudicatio intermitten merupakan nyeri
menjalar ke arah betis pada osteoarthritis lumbal yang telah mengalami stenosis spinal.
Predileksi osteoarthritis pada sendi-sendi; Carpometacarpal I (CMC I), Metatarsophalangeal I
(MTP I), sendi apofiseal tulang belakang lutut dan paha.
b. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)
Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi misalnya karena duduk di
kursi atau mengendarai mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan sering disebutkan kaku
muncul pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness).
c. Hambatan pergerakkan sendi
Hambatan pergerakkan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat secara
perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi.
d. Krepitasi
Rasa gemertak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit.
e. Perubahan bentuk sendi
Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan berupa perubahan
bentuk dan penyempitan pada celah sendi. Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi
yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berjalan dan perubahan
pada tulang dan permukaan sendi. Seringkali pada lutut atau tangan mengalami perubahan
bentuk membesar secara perlahan-lahan.
f. Perubahan gaya berjalan
Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, hampir semua
pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan panggul mengalami perubahan gaya
berjalan (pincang). Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri.
Klasifikasi
Secara radiologis, osteoarthritis diklasifikasikan menjadi 5 grade yaitu 0-4, menurut
Kellgren-Lawrence dibedakan berdasarkan gambaran osteofit, jarak antar sendi, sclerosis
subkondral dan kista yang terbentuk.13
Tabel 1. Klasifikasi derajat osteoarthritis lutut berdasarkan Kellgren-Lawrence13
Grade Deskripsi
0 Normal tidak ada gambaran osteoarthritis
1 Meragukan gambaran sendi normal, tetapi terdapat osteofit
Minimal
2 Ringan osteofit kecil, kemungkinan penyempitan sendi
3 Sedang osteofit sedang, deformitas ujung tulang, dan celah
sendi sempit
4 Berat osteoartritis berat dengan osteofit besar, deformitas
ujung tulang, celah sendi hilang, serta adanya
sklerosis dan kista subkondral
Diagnosis
Klasifikasi diagnosis osteoarthritis berdasarkan kriteria American College of
Rheumatology (ACR).10
Berdasarkan kriteria klinis:10
Nyeri sendi lutut,
Dan paling sedikit 3 dari 6 kiteria di bawah ini:
1. Krepitus saat gerakan aktif
2. Kaku sendi <30 menit
3. Umur >50 tahun
4. Pembesaran tulang sendi lutut
5. Nyeri tekan tepi tulang
6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut
Sensitivitas 95% dan spesifitas 69%.
Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis:
Nyeri sendi lutut
dan
Adanya osteofit
dan
Paling sedkit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:
1. Kaku sendi <30 menit
2. Umur >50 tahun
3. Krepitus pada gerakan sendi aktif
Sensitvitas 91% dan spesifitas 86%
Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris:
Nyeri sendi lutut
Dan
Paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini:
1. Usia >50 tahun
2. Kaku sendi <30 menit
3. Krepitus pada gerakan aktif
4. Nyeri tekan tepi tulang
5. Pembesaran tulang
6. Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena
7. LED <40 mm/jam (laju endap darah
8. RF <1:40 (Rheumatoid factor)
9. Analisis cairan sinovium sesuai osteoarthritis
Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%
Tatalaksana
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:10
1. Meredakan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi
Penatalaksanaan osteoarthritis pada pasien berdasarkan atas distribusinya (sendi mana
yang terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena.
Terapi non-farmakologis:10,11
Edukasi
Memberitahu tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak
bertambah parah serta persendiannya tetap dapat dipakai.
Menurunkan berat badan: bila berat badan berlebih (BMI >25), dilakukan
program penurunan berat badan minimal 5% dari berat badan, dengan target BMI
18,5-25.
Fisioterapi dan rehabilitasi
Untuk menghilangkan nyeri dan mempertahankan kekuatan otot serta ROM.
Latihan yang dianjurkan adalah latihan ROM pada sendi yang terlibat dan latihan
isometric untuk membantu membentuk otot-otot yang mendukung sendi tersebut.
Pada latihan-latihan isotonic sebaiknya tidka dilakukan dengan tahanan karena
dapat memberatkan sendi.
Mengurangi aktivitas yang membebani sendi
Penderita osteoarthritis dianjurkan untuk istirahat yang teratur untuk mengurangi
penggunaan beban pada sendi.
Kompres bagian sendi osteoarthritis dengan air hangat
Pemakaian terapi panas berguna untuk mengurangi nyeri, mengurangi spasme
otot, mengurangi kekakuan sendi, menambah ekstensibilitas tendon.
Terapi farmakologis:5,12,14
a. Obat sistemik
1. Analgesik oral non-opiat
Untuk osteoarthritis dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, berdasarkan
ACR (American College of Rheumatology) merekomendasikan asetaminofen
(parasetamol) sebagai obat pertama. Pilihan lainnya adalah OAINS misalnya
aspirin, ibuprofen yang berguna untuk menghilangkan nyeri dan mengontrol
sinovitis.
2. Analgesik topikal
Terapi ini caranya cukup dioleskan gel natrium diklofenak 1% di bagian sendi
yang terlibat.
3. Agen kondroprotektif
Obat-obatan yang dapat melakukan perbaikan (repair) atau mempertahankan
tulang rawan sendi pada pasien osteoarthritis. Obat-obatan dalam kelompok
ini dibagi menjadi Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau
Disease Modifying Anti Osteoarthritis Drugs (DMAODs). Kelompok obat ini
adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kondrotin sulfat, glikosaminoglikan,
vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.
b. Obat topikal
1. Krim rubefacients dan capsaicin.
2. Krim NSAIDs
c. Injeksi intraartikular/intralesi
Injeksi intra articular ataupun periartikular bukan merupakan pilihan utama dalam
penanganan osteoarthritis. Pada dasarnya ada 2 indikasi suntikan intraartikular
yakni penanganan simtomatik dengan steroid dan viskosuplementasi (DMAODs)
dengan hialuronan untuk modifikasi perjalanan penyakit.
1. Steroid Intra-artikuler (triamsinolone hexacetanide dan methyl prednisolone)
2. Asam hialuronat
d. Pembedahan
Tindakan operasi dilakukan apabila:
1. Nyeri tidak dapat diatasi dengan terapi farmakologis dan tindakan lokal
2. Sendi tidak stabil karena terjadi subluksasi atau deformitas
3. Didapatkan kerusakan sendi tingkat lanjut
4. Ditujukan untuk mengkoreksi beban pada sendi agar distribusi beban terbagi
sama rata
Prosedur operasi yang dapat dilakukan adalah arthroscopic debridement joint
lavage, osteotomy, atroplasti sendi total. Bedah artroskopi memungkinkan
pelaksanaan berbagai macam prosedur operasi dengan morbidits yang lebih kecil
daripada operasi biasa. Prosedur osteotomy dipakai untuk mengobati
osteoarthritis lutut yang mempengaruhi satu kompartemen saja.
Komplikasi
Komplikasi yang timbul bergantung pada lokasi sendi yang mengalami osteoarthritis dan
bagaimana proses perbaikan yang terjadi selama dilakukan terapi. Beberapa penyulit yang
diakibatkan oleh berbagai patologi adalah efusi synovial, osteofit, dan degenerasi jaringan sekitar
sendi. Kerusakan sendi pada osteoarthritis dapat mengakibatkan malalignment dan subluksasi.
Penyempitan celah sendi asimetris mengakibatkan varus atau valgus. Fragmentasi permukaan
sendi yang terjadi berupa debris pada kavum synovial atau osteochondral bodies yang tetap
melekat pada permukaan sendi asalnya. Pada sendi lutut, efusi synovial dapat menyebabkan kista
Baker pada fosa poplitea.10
BAB III
Laporan Status Pasien
Tanggal Pemeriksaan : 01-04-2021
Anamnesis : Autoanamnesis
3.1 Identitas Pasien
Nama Penderita : Tn. AS
Usia : 54 Tahun
Jenis Kelamin : Pria
Alamat : Raden Intan Kalianda, Lampung
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan Terakhir : SMA
3.2 Anamnesis
Nyeri pada lutut kiri sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan
Kaku pada lutut kiri di pagi hari.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada lutut kiri sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan bahwa
nyerinya terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri biasanya dirasa makin memberat saat pasien
melipat lutut dan menggerakkannya, namun nyeri akan sedikit berkurang dengan
istirahat. Selain itu pasien juga merasakan kaku pada lututnya terutama pada pagi hari
saat bangun tidur, namun rasa kaku itu berlangsung kurang dari 10 menit. Keluhan merah
dan panas pada sendi yang nyeri tidak ada. Keluhan pada sendi lainnya disangkal. Pasien
juga tidak merasa lututnya berbunyi saat berjalan. Keluhan lain seperti demam (-), nyeri
kepala (-), batuk (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada yang mengeluh penyakit yang sama dengan pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah mengkonsumsi Asam Mefenamat 3x500 mg pemberian dari dokter jika
pasien merasa nyeri pada lututnya.
Riwayat Pribadi dan Sosial
Olahraga : tidak ada olahraga rutin yang dilakukan. Terkadang
melakukan lari sore 1-2x dalam seminggu kurang lebih 30 menit.
Pola Jajan : Tn. AS suka sekali memakan kripik manis dan selalu
membeli kripik manis setidaknya 2x dalam seminggu.
Pola Makan : 2-3x dalam sehari, makanan bervariasi, tidak ada
pantangan makan.
Pola Rekreasi : dalam 1 bulan setidaknya 2-3 kali pasien berkumpul
bersama keluarga besar, tidak ada rekreasi rutin bersama keluarga inti, dan dalam
beberapa bulan terakhir pasien tidak pergi keluar kota karena sedang masa
pandemi.
Merokok & Alkohol : -
3.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Nadi : 83x/menit (regular, kuat angkat)
Pernapasan : 20x/menit (regular, abdomino thorakalis)
Suhu : 36,5 ºC
Status Gizi
BB : 78 kg
TB : 1,65 m
IMT : 28,7 kg/m2 (Obesitas I)
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan: Pemeriksaan rontgen genu sinistra AP-Lateral
untuk mengetahui Grade dari OA.
Genogram
Keterangan:
: Keluarga Tn. AS
: Penderita
: Laki-laki Sehat
: Laki-laki Meninggal
: Perempuan Sehat
: Perempuan Meninggal
a. Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah Nuclear Family yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak kandung.
b. Hubungan Anggota Keluarga
Tn. AS dan Ny. M merupakan pasangan suami istri dengan empat orang anak. Hubungan
antar anggota cukup baik, mereka sering berkumpul, dan komunikasi antar keluarga
terjalin dengan baik, tidak ada individu yang dominan.
Keadaan Umum Keluarga
Status Gizi
Bb (kg) Tb (cm) IMT (kg/m2)
Ny. M 65 150 28.9 Obes I
Nn. VS 67 160 26.2 Obes I
Tn. LS 80 175 26.1 Obes I
Nn. LS 70 165 25.7 Obes I
3. Growth (Pertumbuhan)
Saya puas bahwa keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan √
saya melaksanakan kegiatan dan
ataupun arah hidup yang baru
4.
Affection (Kasih Sayang)
Perkarangan depan
Tampak rapi dan bersih, banyak dimanfaatkan untuk menanam pepohonan
Ruang Tamu
1. Pintu Kaca : selalu dibuka, berfungsi sebagai tempat cahaya masuk (sirkulasi baik
dan penerangan baik)
2. Kursi : bantal kursi selalu dijemur dan dibersihkan setiap 2 minggu sekali
3. Pencahayaan matahari pagi baik, penerangan cukup
Kamar Tidur
1. Dihuni oleh 2 orang
2. Jendela selalu dibuka pada pagi hari (sirskulasi udara baik)
3. Pencahayaan matahari pagi, penerangan lampu cukup
4. Kamar dibersihkan setiap hari
5. Sprei, selimut, dan sarung bantal dicuci setiap seminggu sekali
6. Bantal rutin dijemur
7. Gorden dicuci setiap 2 minggu sekali
Kamar Mandi
1. Terdapat jendela kecil (penerangan dan sirkulasi udara baik)
2. Kamar mandi selalu dibersihkan setiap hari
3. Kondisi air di bak mandi jernih dan tidak berbau
4. Kamar mandi aktif yang digunakan hanya 1
Bagian samping rumah
1. Bagian samping digunakan sebagai tempat bersantai
2. Penerangan cahaya matahari baik
Dapur
1. Sirkulasi udara cukup (didapat dari arah depan pintu)
2. Cahaya matahari masuk melalui bagian samping rumah, penerangan lampu cukup
3. Perabotan yang ada didapur tidak banyak, akses baik
4. Terdapat 1 gudang kecil sebagai tempat penyimpanan barang yang tidak terpakai
Ruang Makan
1. Perabotan yang ada di ruang makan tidak banyak, sehingga akses baik
2. Sirkulasi udara cukup (didapat dari area depan rumah)
3. Penerangan lampu cukup
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I. Osteoartiritis dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed V. Jakarta: Interna Publishing; 2009.
2. Putra A, Nurmalasari Y, Anita T. Gambaran klinis osteoarthritis primer pada usia 40-60
pada laki-laki dan perempuan di rsud dr. h. abdul moelek provinsi lampung tahun 2018.
Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan. 2018; 5(3). 188-194.
3. Widhiyanto L, Desnantyo AT, Djuari L, Kharismansha M. Correlation between knee
osteoarthritis (oa) grade and body mass index (bmi) in outpatients of orthopaedic and
traumatology departement rsud dr. Soetomo. Journal Orthopaedi and Traumatology
Surabaya. 2017; 6(2): 24-32.
4. Sundaru H, Sukamto. Osteoartritis, dalam: buku ajar penyakit dalam. Ed 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2006.
5. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteartritis. Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi Ke-6. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
6. Pratiwi AI. Diagnosis and treatment osteoarthritis. J Majority. 2015; 4(4): 10-7.
7. Departemen Kesehatan. Pharmaceutical care untuk pasien penyakit arthritis reumatik.
Jakarta: Depkes; 2006.
8. Nugraha AS, Widyatmoko S, Jatmiko SW. Hubungan obesitas dengan terjadinya
osteoarthritis lutut pada lansia kecamatan laweyan Surakarta. Biomedika. 2015; 7(1): 15-
8.
9. Reksoprodjo. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta: Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2005.
10. Perhimpunan Reumatologi Indonesia (IRA). Rekomendasi IRA untuk diagnosis dan
penatalaksanaan osteoarthritis. Jakarta: IRA; 2014.
11. Rasjad C. Kelainan degeneratif tulang dan sendi. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi
Ketiga. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007.
12. Rosani S, Isbagio H. Osteoartritis. Jakarta: Media Aesculapius; 2014.
13. Joern W, Michael P, Kalus U, Brust S, Eysel P. The epidemiology, etiology, diagnosis,
and treatment of osteoarthritis of the knee. Deutsches Aeztebaltatt International. 2010;
107(9): 152-62.
14. Carter MA. Osteoarthritis. Parofisiologis Konsep Klinis dan Penyakit. Edisi keenam.
Jakarta: EGC; 2002.