Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL II

Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Kelainan Kongenital


(CLUBFOOT / CTEV)

DosenPembimbing :
Isni L M, S.Kep. Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 02
1.
2.
3.
4.

Emmi Februalina
Evi Yustina Anda Rini
Nafakhatun Nazilah
Nur Khoirun Nisa

5.
6.
7.
8.

Nurul Fitriyah
Suharjo Mugiono
Vina Dwi Amalya
Widya Dwi K.N

VII-C S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2016
Jl. Raya Plalangan Plosowahyu KM3 Lamongan Jawa Timur

MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL II


Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Kelainan Kongenital
(CLUBFOOT / CTEV)

DosenPembimbing :
Isni L M, S.Kep. Ns., M.Kep.

Disusun Oleh :
Kelompok 02
1.
2.
3.
4.

Emmi Februalina
Evi Yustina Anda Rini
Nafakhatun Nazilah
Nur Khoirun Nisa

5.
6.
7.
8.

Nurul Fitriyah
Suharjo Mugiono
Vina Dwi Amalya
Widya Dwi K.N

VII-C S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2016
Jl. Raya Plalangan Plosowahyu KM3 Lamongan Jawa Timur
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini

dengan baik. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Keperawatan Sistem Muskuloskeletal. Dalam makalah ini kami membahas
tentang Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Kelainan Kongenital.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan serta
motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah
dan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd.Kep., M.Kesselaku ketua STIKES Muhammadiyah
Lamongan.
2. Arifal Aris S.Kep., Ns.,M.Kesselaku Kaprodi S-1 Keperawatan
3. Isni L M, S.kep., Ns., M.Kep.selaku dosen pembimbing.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca
khususnya.

Lamongan, Desember 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ..........................................................................................


KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................

i
ii
iii

BAB 1:PENDAHULUAN...............................................................................
1.1. Latar Belakang...............................................................................
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................
1.3. Tujuan.............................................................................................

1
1
2
2

BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA....................................................................


2.1. Definisi...........................................................................................
2.2. Etiologi...........................................................................................
2.3. Klasifikasi ......................................................................................
2.4. Patofisiologi....................................................................................
2.5. Pathway..........................................................................................
2.6. Manifestasi Klinis...........................................................................
2.7. Pemeriksaan Diagnostik.................................................................
2.8. Penatalaksanaan..............................................................................
2.9. Komplikasi.....................................................................................

4
4
4
5
5
6
8
8
8
9

BAB 3: KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................


3.1 Konsep Pengkajian.........................................................................
3.2 Analisa Data ..................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................
3.4 Rencana Keperawatan ...................................................................

10
10
13
13
14

BAB 4 : PENUTUP.........................................................................................
4.1 Kesimpulan ....................................................................................
4.2 Saran ..............................................................................................

16
16
16

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iv

DAFTAR PUSTAKA

Kowalak, Jennifer P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Smelltzer, Suzane C; Bare, Brenda G. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth Edisi 8 Vol 3. Jakarta: EGC.

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Congenital talipes equinovarus (CTEV) yang juga dikenal sebagai

clubfoot adalah suatu gangguan perkembangan ekstremitas inferior yang sering


ditemui, tetapi masih jarang dipelajari. CTEV dimasukkan dalam terminology
sindromik bila kasus ini ditemukan bersamaan dengan gambaran klinik lain
sebagai suatu bagian dari sindrom genetic. CTEV dapat timbul sendiri tanpa
didampingi gambaran klinik lain, dan sering disebut sebagai CTEV idiopatik.
CTEV sindromik sering menyertai gangguan neurologis dan neuromuscular,
seperti spina bifida maupun atrofi muscularspinal. Bentuk yang paling sering
ditemui adalah CTEV idiopatik; pada bentuk ini, ekstremitas superior dalam
kedaan normal.
Clubfoot ditemukan pada hieroglif Mesir dan perawatannya dijelaskan oleh
Hipokrates pada 400 SM dengan cara memanipulasi kaki dengan lembut untuk
kemudian dipasangi perban. Sampai saat ini, perawatan modern juga masih
mengandalkan manipulasi dan immobilisasi. Manipulasi dan immobilisasi serial
yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan
modern non-operatif. Cara immobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif
adalah metode ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi. Walaupun
demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif.
Dalam penelitian barker dkk, mendapatkan angka insiden CTEV secara
gelobal sekitar 0,064 sampai 6,8 setiap 1000 kelahiran hidup. Bila ada riwayat
CTEV dalam keluarga maka peluang keturunan tingkat pertama, kedua dan ketiga
akan menderita CTEV secara berturut-turut adalah: 2%, 0,6% dan 0,2%. Bila
kedua orang tua menderita CTEV maka kemungkinan anak menderita CTEV
sebesar 15%.
CTEV dapat terjadi pada satu sisi kaki maupun pada kedua sisi kaki, lebih
dari 50% kasus terjadi pada kedua sisi kaki. Bila CTEV itu terjadi pada salah satu

sisi kaki, lebih dari 50 % kejadian mengenai sisi kanan. Dengan populasi kejadian
CTEV pada laki-laki lebih banyak 2 kali lipat disbanding wanita.
Jika CTEV pada bayi tidak dikoreksi atau terkoreksi dengan tidak lengkap
maka bayi akan tumbuh menjadi anak dengan kaki cacat dan bisa berlanjut hingga
dewasa. Dengan demikian perlu disusun makalah yang berjudul Konsep Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan Gangguan Muskuloskeletal Kongenital Clubfoot
(Talipes) agar pembaca mengetahui bagaimana penanganannya.
1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada pasien dengan Clubfoot adalah:

1.2.1 Bagaimana definisi dari Clubfoot?


1.2.2 Bagaimana klasifikasi dari Clubfoot?
1.2.3 Bagaimana etiologi dari Clubfoot?
1.2.4 Bagaimana manifestasi klinis Clubfoot?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi Clubfoot?
1.2.6 Bagaimana pathway Clubfoot?
1.2.7 Bagaimana pemeriksaan diagnostik Clubfoot?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan Clubfoot?
1.2.9 Bagaiman konsep asuhan keperawatan pada pasien Clubfoot?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana konsep medis dan konsep asuhan keperawatan pada
pasien dengan Clubfoot.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari Clubfoot
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Clubfoot
3. Untuk mengetahui etiologi dari Clubfoot
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Clubfoot
5. Untuk mengetahui patofisiologi Clubfoot
6. Untuk mengetahui pathway Clubfoot
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Clubfoot
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Clubfoot

9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien Clubfoot

BAB 2
KONSEP TEORI

2.1

Definisi
Clubfoot (kaki pengkor), yang juga dinamakan talipes merupakan kelainan

congenital yang paling sering ditemukan pada ekstremitas bawah. Kelainan ini
terutama ditandai oleh deformitas os talus dan pemendekan tendon Achilles
sehingga kaki terlihat seperti alat pemukul yang khas. Pada talipes akuinovarus,
kaki mengarah ke bawah (ekuinus) dan berputar ke dalam (varus) sementara
bagian depan kaki terpuntir kearah tumit (aduksi kaki depan) (Kowalak, 2011).
Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya
terpuntir ke dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi (Smeltzer,
2009).
2.2

Etiologi
Menurut Kowalak (2011), kombinasi faktor genetik dan lingkungan di

dalam rahim tampak menjadi penyebab talipes; faktor-faktor tersebut meliputi:


1. Hereditas (mekanisme transmisinya belum dapat ditentukan: Saudara
kandung bayi yang lahir dengan talipes memiliki satu kemungkinan untuk
menderita talipes dari 35 kelahiran dengan riwayat anomaly yang sama, dan
anak yang salah satu orang tuanya menderita talipes memiliki satu
kemungkinan dari 10 kelahiran)
2. Tumbuh-kembang yang terhenti pada usia embrio antara 9 dan 10 minggu,
ketika berlangsung pembentukan kaki (pada anak-anak tanpa riwayat talipes
dalam keluarga)
3. Kelainan otot yang menimbulkan variasi panjang dan insersio tendon
4. Kelaianan sekunder akibat paralisis, poliomyelitis, atau paralisis serebral
(anak yang lebih besar), dan penanganan pada kasus-kasus ini melputi
pengelolaan penyakit yang mendasarinya.
2.3

Klasifikasi
Menurut Kowalak (2011), literature medis menguraikan tiga kategori utama

clubfoot, yaitu:
1.

Clubfoot ringan atau postural dapat membaik secara spontan atau


memerlukan latihan pasif atau pemasangan gips serial. Tidak ada deformitas

tulang, tetapi mungkin ditemukan penencangan dan pemendekan jaringan


2.

lunak secara medial dan posterior.


Clubfoot tetralogic terkait dengan anomaly congenital seperti mielodisplasia
atau artogriposis. Kondisi ini biasanya memerlukan koreksi bedah dan

3.

memiliki insidensi kekambuhan yang sangat tinggi.


Clubfoot idiopatik kongenital, atau clubfoot sejati hampir selalu
memerlukan intervensi bedah karena terdapat abnormalitas tulang.

2.4

Patofisiologis
Perkembangan kaki yang abnormal selama masa pertumbuhan janin akan

menyebabkan kelainan otot serta persendian dan kontraktur jaringan lunak.


Keadaan yang dinamakan apparent clubfoot (defek yang kelihatannya seperti
talipes) ini terjadi karena janin mempertahankan posisi in utero yang membuat
kakinya terlihat mengalami talipes sejak saat lahir. Biasanya kedaan ini bisa
dikoreksi secara manual. Bentuk apparent clubfoot yang lain adalah inversion
kaki yang terjadi karena atrofi muskuler progresif tipe denervasi dan distrofi
muskuler progresif (Kowalak, 2011).

2.5

Pathway
Kondisi janin saat di
dalam kandungan

Idiopatik
Genetik
Posisi abnormal janin
MK. Risiko Gangguan
Pertumbuhan

Faktor neurogenik

Pergerakan janin terbatas

Deformitas tulang

Kelainan perkembangan

Fase fibular

Peningkatan jaringan
fibrosa di otot dan ligamen

Perubahan inervasi
intrauterin
Abnormalitas
histokimia pada
otot peroneal

CTEV
Congenital Talipes
Equino Varus

Metatarsal pertama lebih


fleksi terhadap daerah
plantar

fleksi plantar talus


(pergelangan kaki)
tumit menjadi
terbalik/ lebih tinggi

MK. Hambatan
Mobilitas Fisik

Keterbatasan aktivitas

Calcaneus, navicular dan


cuboid terrotasi ke arah
medial terhadap talus
inversi pada sendi subtalar
(tungkai)

Sulit berjalan
MK. Risiko Jatuh

Adduksi serta inversi


pada ligamen dan
tendon peroneal
adduksi pada kaki depan

Bentuk kaki abnormal

MK. Gangguan
Citra Tubuh
MK. Ansietas

Terapi Konservatif

Terapi Operatif

Pemasangan Gips

Pembedahan

Gips terlalu ketat


Kompartemen
Sindrom
MK. Kerusakan
Integritas Kuit

Pre Op
MK. Ansietas

Post Op
MK. Kurang
Pengetahuan

Kurang pemahaman
terkait penyakit yang
diderita
MK. Kurang Pengetahuan

MK. Nyeri

MK. Risiko Infeksi

2.6

Manifestasi Klinis
Menurut Kowalak (2011), talipes ekuinovarus memiliki intensitas yang

sangat beragam. Deformitas dapat terjadi demikian ekstrem sehingga jari-jari kaki
menyentuh sisi medial pergelangan kaki atau deformitas hanya tampak samarsamar. Setiap kasus talipes ini meliputi:
1. Deformitas pada os talus
2. Pemendekan tendon Achilles
3. Os kalkaneus yang pendek dan rata pada tumit
4. Otot-otot betis yang memendek serta tidak berkembang dan kontraktur
jaringan lunak pada lokasi deformitas (bergantung pada derajat deformitas
5.

varus)
Kaki yang secara ketat berada pada posisi deformasi dan resisten terhadap

6.

segala upaya manual untuk menembalikannya ke posisi normal


Tidak ada keluhan nyeri kecuali pada pasien arthritis berusia lanjut dan
mengalami deformitas sekunder.

2.7

Pemeriksaan Diagnostik
Penegakan diagnosis dini talipes biasanya tidak menjadi masalah karena

deformitas ini tampak jelas. Namun, true clubfoot (talipes sejati) pada deformitas
yang tidak jelas harus dibedakan dari apparent clubfoot (varus metatarsus atau
pigeon toe) melalui:
Pemeriksaan radiologi ang memperlihatkan superimposisi os talus serta
kalkaneus dan gambaran tulang-tulang metatarsal yang mirip anak tangga (true
clubfoot) (Kowalak, 2011).
2.8

Penatalaksanaan
Menurut Kowalak (2011), penanganan talipes dilaksankan dalam tia tahap:

mengoreksi

deformitas,

mempertahankan

koreksi

tersebut

sampai

kaki

mendapatkan kembali keseimbangan otot yang normal dan mengobservasi kaki


dengan ketat selama beberapa tahun untuk mencegah deformitas kembali timbul.
Biasanya deformitas talipes dikoreksi dengan serangkaian urutan tindakan:
pertama-tama aduksi kaki, kemudian reposisi varus (inversio) dan akhirnya
ekuinus (fleksi plantaris). Mencoba mengoreksi sekaligus ketiga deformitas ini
hanya menghasilkan kaki yang salah bentuk dengan dasar seperti kursi goyang.
Bagian esensial lain dalam penatalaksanaan talipes meliputi:

1. Tekankan pada orang tua tentang pentingnya penanganan segera dan


pengawasan ortopedik sampai pertumbuhan anak selesai
2. Mengajarkan orang tua cara merawat gips dan mengenali gangguan sirkulasi
sebelum anak penderita talipes yang dipasang gips dipulangkan
3. Menjelaskan kepada anak yang ebih besar dan orang tuanya bahwa
pembedahan dapat memperbaiki kaki yang pengkor atau talipes dengan
menghasilkan fungsi kaki yang baik tetapi tidak sama sekali mengoreksinya;
otot betis pada sisi yang terkena akan tetap sedikit kurang berkembang
4. Menegaskan tentang perlunya perawatan ortopedik jangka panjang untuk
mempertahankan koreksi; untuk menghasilkan koreksi defek yang permanen
diperlukan waktu dan kesabaran.
2.9

Komplikasi
Menurut Kowalak (2011), komplikasi yang mungkin terjadi pada talipes

ekuinovarus meliputi:
1. Gangguan kronis (talipes yang diabaikan)
2. Jarang bisa diperbaiki total (kalau kedaannya cukup parah sehingga
memerlukan pembedahan).

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1

Pengkajian
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, usia, agama,

pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan


penanggung biaya.

Usia hanya terjadi pada bayi baru lahir, Jenis kelamin biasanya bayi lakilaki dua kali lebih banyak menderita kaki bengkok dari pada perempuan.
3.1.1 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama:
Keluhan yang membuat klien dibawah kerumah sakit karena adanya
keadaan yang abnormal pada kaki anak yaitu adanya berbagai kekakuan
kaki, atrofi betis kanan, hipoplasia tibia dan fibula.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Biasanya klien tidak mengalami keluhan apa-apa selain adanya keadaan
yang abnormal pada kaki.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Defisiensi iodium, oprasi tiroid sebelumnya, atau pengobatan hipertiroid
sebelumnya yang berlebihan.
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Dalam keluarga klien, kaji mengenai penyakit menular yang terdapat dalam
keluarga.
5. Riwayat antenatal, natal dan post natal
1) Antenatal
Kesehatan ibu selam hamil, penyakit yang pernah diderita serta upaya
yang dilakukan untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali perawatan
antenatal, obat yang perna diminum serta kebiasaan selam hamil.

2) Natal
Tanggal, jam, tempat pertolongan persalinan, siapa yang menolong, cara
persalinan, presentasi kepala dan komplikasi atau kelainan congenital.
Keadaan saat lahir, dan masa kehamilan (cukup, kurang atau lebih) bulan.
3) Post Natal
Lama dirawat dirumah sakit, masalah-masalah yang berhubungan dengan
gangguan sistem reproduksi, masalah nutrisi, perubahan berat badan,
warna kepala, pola eliminasi dan respon lainnya. Selam neonatal perlu
dikaji adanya trauma atau infeksi.
4) Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi sangat penting, dengan kelengkapan imunisasi pada
anak dapat mencegah terjadinya penyakit yang timbul.
3.1.2 Pola Fungsi Gordon
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan

Pola hidup klien dengan club foot yang sudah dewasa dalam menjaga
kebersihan diri, perawatan dan tata laksana hidup sehat sedikit mengalami
gangguan karena kondisi fisiknya.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Pada pasien yang menderita club foot biasanya tidak mengalami gangguan
pada pola ini.
3. Pola eliminasi
Pasien akan mengalami club foot biasanya tidak mengalami gannnguan
pada pola BAB dan BAK.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pada pasien yang menderita club foot biasanya mengalami keterbatasan
aktivitas karena kelainan fisik pada kaki.
5. Pola istirahat dan tidur
Pada pasien yang menderita club foot biasanya tidak mengalami gangguan
pada pola ini.
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Mengenai pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit yang diderita
klien.
7. Pola konsep diri
Pada pasien yang menderita club foot biasanya pasien menarik diri karena
malu dengan penyakitnya
8. Pola hubungan-peran
Biasanya klien dengan club foot akan menarik diri karena malu dengan
kelainan yang diderita
9. Pola seksual-seksualitas
Pada pasien yang menderita club foot biasanya tidak mengalami gangguan
pada pola ini.
10. Pola mekanisme koping
Keluarga perlu memberikan dukungan dan semangat bagi pasien
11. Pola nilai dan kepercayaan
Keluarga selalu optimis dan berdoa agar penyakit pada pasien dapat segera
sembuh
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran : composmentis
TTV : Td, Nadi, RR, dan Suhu biasanya tidak mengalami gangguan.
2. Review Of System
1) B1 (Breath) : tidak mengalami gangguan
2) B2 (Blood) : tidak ditemukan adanya kelainan

3) B3 (Brain) : tidak mengalami gangguan


4) B4 (Bladder) : tidak mengalami gangguan
5) B5 (Bowel) : tidak mengalami kelainan / gangguan
6) B6 (Bone) : adanya keterbatasan aktivitas karena bentuk kaki yang
abnormal, adanya keterlambatan berjalan, kekakuan kaki, atrofi betis
kanan, hipoplasia tibia dan fibula
3.2 Analisa Data
No
1

Data
DS : DO :
Kelainan anatomi kaki

Etiologi
CTEV

Problem
Gangguan
Mobilitas Fisik

Adduksi serta inverse pada


ligament dan tendon peroneal
Adduksi pada kaki depan
Kelainan anatomi kaki

DS:
Orang
tua
menyatakan
ketidaktahuan tentang
penyakit yang di
derita anaknya
DO: Orang tua tampak
kebingungan tentang
anaknya
DS: Ibu mengatakan
cemas
dengan
keadaan anaknya
DO: -

Deformitas CTEV
Terapi pembedahan

Kurang
pengetahuan
orang tua

Kurang pengetahuan terkait


penyakkit yang diderita
Penatalaksanaan penyakit anak
CTEV

Ansietas

Terapi pembedahan
Dampak hospitalisasi pada
anak

3.3

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Clubfoot adalah sebagai berikut:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelainan anatomi kaki
2. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan penatalaksanaan
penyakit anak
3. Ansietas berhubungan dentgan dampak hospitalisasi pada anak

3.4

Rencana Keperawatan

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan mobilitas
fisik berhubungan
dengan
kelainan
anatomi kaki

Tujuan & Kriteria Hasil

NOC :
Joint movement: Active
Mobility level
Self care: ADLs
Transfer performan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam dengan tujuan gangguan
mobilitas
fisik
teratasi
dengan
Kriteria hasil:
1. Klien
mengetahui
penyebab dari gangguan
mobilitas fisik
2. Klien mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
3. Klien
mampu
meningkatkan
kemampuan
dalam
beraktivitas
4. Memverbalisasikan
perasaan
dalam
meningkatkan
kekuatan
dan
kemampuan
berpindah
5. Memperagakan
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi
Kurang
Setelah dilakukan tindakan
pengetahuan orang keperawatan selama 1x 24
tua
berhubungan jam dengan tujuan kurang
dengan
pengetahuan
orang
tua
penatalaksanaan
teratasi dengan

NIC
NIC:
Exercise
therapy
ambulation
1. Monitoring vital sign
sebelum
/
sesudah
latihan dan lihat respon
pasien saat latihan
2. Kaji kemampuan klien
dalam mobilisasi
3. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri
sesuai kemampuan
4. Ajarkan keluarga atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
5. Berikan alat bantu jika
klien membutuhkan
6. Ajarkan
pasien
bagaimana
merubah
posisi
dan
berikan
bantuan jika diperlukan
7. Dampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi
dan
bantu
penuhi
kebutuan ADLs pasien
1. Kaji
tingkat
kemampuan keluarga
untuk
mempelajari
informasi khusus
2. Berikan informasi yang

penyakit anak

Kriteria hasil:
1. Orang tua menyatakan
pemahamannya
tentang
proses penyakit anak
2. Orang
tua
mampu
mengungkapkan
pemahamannya mengenai
prognosis dan tindakan
pengobatan
terhadap
anaknya
3. Orang tua menyatakan
mampu ikut berperan serta
dalam merawat anaknya
4. Orang
tua
mampu
mempelajari
informasi
khusus tentang penyakit
klien
Ansietas
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan selama 1x24
dentgan
dampak jam dengan tujuan ansietas
hospitalisasi pada anak teratasi dengan
anak
Kriteria hasil:
1. Menunjukkan
pengendalian diri terhadap
ansietas
2. Tingkat ansietas menurun
3. Kemampuan untuk fokus
pada stimulasi tertentu
meningkat

adekuat
mengenai
proses penyakit
3. Anjurkan orang tua
untuk ikut berperan
serta dalam perawatan
pasien
4. Berikan
penyuluhan
sesuai
tingkat
pengetahuan keluarga
tentang penyakit klien

1. Kaji
dan
dokumentasikan tingkat
kecemasan klien
2. Melibatkan orang tua
dalam merawat anak
3. Memodifikasi
ruang
perawatan dengan cara
membuat situasi ruang
perawatan seperti di
rumah
4. Tunjukkan sikap empati
sebagai
pendekatan
utama
dalam
mengurangi rasa takut
5. Kolaborasi
dengan
pemberian obat untuk
menurunkan
kecemasan jika perlu

BAB 4
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Congenital Talipes Equino Varus adalah deformitas kaki yang tumitnya

terpuntir ke dalam garis tungkai dan kaki mengalami plantar fleksi yang
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan di dalam rahim. CTEV
dapat diklasifikasikan menjadi clubfoot ringan atau postural, clubfoot tetralogic
terkait dengan anomaly kongenital, dan clubfoot idiopatik kongenital atau
clubfoot sejati.
Patofisiologi dari CTEV adalah perkembangan kaki yang abnormal selama
masa pertumbuhan janin akan menyebabkan kelainan otot serta persendian dan
kontraktur jaringan lunak. Manifestasi klinis dari CTEV adalah terjadi
pemendekan dan deformitas dapat terjadi demikian ekstrem sehingga jari-jari kaki
menyentuh sisi medial pergelangan kaki atau deformitas hanya tampak samarsamar.
Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk mendiagnosis jenis CTEV
adalah menggunakan pemeriksaan radiologi. Untuk penatalaksanaan CTEV
dilaksankan dalam tiga tahap: mengoreksi deformitas, mempertahankan koreksi
tersebut sampai kaki mendapatkan kembali keseimbangan otot yang normal dan
mengobservasi kaki dengan ketat selama beberapa tahun untuk mencegah
deformitas kembali timbul. Komplikasi yang terjadi pada CTEV adalah gangguan
kronis dan jarang bisa diperbaiki total
4.2

Saran
Makalah ini dibuat dari beberapa sumber dan masih banyak sumber yang

masih belum digunakan oleh penulis tanpa membaca jurnal-jurnal penelitian yang
terupdate. Untuk itu, diharapkan bagi penulis selanjutnya dapat menambah
berbagai sumber-sumber terpercaya dan membaca jurnal-jurnal penelitian
terupdate dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien true clubfoot.

Anda mungkin juga menyukai