Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan pada
payudara, berasal dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun
komponen selain kelenjar seperti jaringan lemak, pembuluh darah, dan persyarafan jaringan
payudara (Rasjidi, 2010).
Kanker payudara memiliki dampak fisik, psikologis dan sosial. Dampak fisik berupa
penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di amputasi, rasa nyeri dan
perubahan fisik karena efek samping dari pengobatan yang dijalani pasien. Dampak
psikologis dapat berupa reaksi psikologis terhadap diagnosa kanker payudara yang harus
dihadapi, rangkaian terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan kondisi fisik yang baru.
Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena kehilangan pekerjaan
dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena tidak mampu melakukan tugasnya
sebagai salah satu anggota keluarga (Rachmadahniar,2005).
Menurut Kumar dkk (2009), kurva insident usia pada kanker payudara bergerak naik
terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang di temukan pada wanita usia 20 tahun. Angka
tertingi pada usia 45-66 tahun.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia
adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung dan kanker
hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima
besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker getah bening, kulit dan
kanker nasofaring. Kanker payudara merupakan kanker terbanyak yang diderita oleh wanita.
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Kanker payudara
merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita yaitu sekitar 19%. Lima
data terakhir menunjukkan bahwa kema tian akibat kanker payudara pada wanita
menunjukkan angka ke 2 tertinggi (WHO).
Payudara di miliki oleh setiap orang, lelaki maupun wanita. Pada lelaki payudara
mengalami rudimeter dan tidak penting, sedangkan wanita menjadi berkembang dan penting.
Payudara merupakan salah satu organ paling penting bagi wanita yang erat kaitannya dengan
fungsi reproduksi dan kewanitaan (kecantikan). Karena itu gangguan payudara tidak sekedar
memberikan gangguan kesakitan sebagaimna penyakit pada umumnya, tetapi juga akan
mempunyai efek estetika dan psikologis khusus (bustan, 2000).
Amerika Serikat tercatat lebih dari lebih dari 190.000 kasus baru dan 40.000
kematian.
Data WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada wanita usia 50
keatas, sedangkan 6% nya pada usia kurang dari 40 tahun.
Di Negara Indonesia jumlah kanker payudara didapatkan kurang lebih 200 juta
populasi atau 23.140 kasus baru setiap tahun (Emir & Suyatno,2010).
Menurut Ramli dkk (2010), di dapatkan jumlah penderita kanker payudara stadium
IIIA dan IIIB sebanyak 43,4%, Stadium IV sebanyak 14,3 %, berbeda dengan negara maju
dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak dalam stadium dini.
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSHS di Provinsi Jawa Barat selama Tahun
2011 di kutip dari Siahaan (2012) Jumlah kunjungan pasien dengan keluhan menderita
benjolan pada payudara atau kanker payudara mengalami kenaikan yang signifikan yaitu
sebanyak 1.502 terdiri dari criteria remaja berumur 11-24 tahun sebanyak 45 orang
sedangkan usia 25-44 tahun sebnyak 673 orang dan usia lebih dari 45 tahun sebagai sisanya
masih menempati urutan pertama jumlah penderita kanker payudara.
Menurut Dinkes Jawa Barat, pada tahun 2014 Deteksi Kanker Payudara dengan
Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE) dilakukan di 8 Kab/Kota (29%), dengan jumlah
pemeriksaan sebanyak 6.512 orang dan sasaran yang harus diperiksa 4.413.523 orang
sehingga cakupan sebesar 0,15%. Tersebar di Kab.Pangandaran 1.531 pemeriksaan (0,84%),
Kota Sukabumi 1.323 pemeriksaan (0,68%), Kab Subang 550 pemeriksaan (0,59%),
Kab.Indramayu 618 pemeriksaan (0,24%), Kab.Bandung Barat 1.249 pemeriksaan (0,21%),
Kab.Kuningan 1.007 pemeriksaan (0,07%), Kota Tasikmalaya 217 pemeriksaan (0,04%) dan
Kota Bekasi 17 pemeriksaan (0,002%).
Peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara yaitu
melalui upaya promotif,prepentif,kuratif dan rehabilitas.Upaya promotif meliputi pemberian
pendidikan kesehatan tentang penyakit kanker payudara,upaya preventif yaitu mencegah
infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka dengan teknik aseptik dan
antiseptik,upaya kuratif meliputi pemberian pengobatan dan penganjuran klien untuk
mematuhi terapi,serta upaya rehabilitative meliputi perawatan luka di rumah dan
menganjurkan untuk meneruskan terapi yang telah diberikan.Peran perawat dalam aspek
psikologis yaitu memberikan informasi dan dukungan positif kepada jlien tentang proses
pengobatan yang akan di jalani bahwa itu adalah alternative untuk pengobatan
Berdasarkan data tersebut maka dari itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah
kanker payudara pada studi kasus ini supaya bisa memberikan asuhan keperawatan secara
mendalam terhadap klien dengan masalah kanker payudara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
Bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien dengan kanker payudara
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
3. Mampu membuat perencanaan terhadap klien dengan kanker payudara
4. Mampu melakukan tindakan keperawatan terhadap klien dengan kanker payudara
5. Mampu mengevaluasi dari tindakan keperawatan yang telah diberikan terhadap
klien dengan kanker payudara
6. Mampu melakukan pedokumentasian asuhan keperawatan terhadap klien dengan kanker
payudara.

1.4 Kegunaan
Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah :
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sendiri dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
2. Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi kesehatan dan tenaga kesehatan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap kanker payudara.
3. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan
bagi pembaca tentang payudara.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang penyakit
kanker payudara serta penatalaksanaanya.
1.5 Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Tujuan Teoritis
3. Bab III Tinjauan Kasus
4. Bab IV Pembahasan
5. Bab V Penutup

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan
sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan
akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari jaringan
payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi
dan maturasi sel (Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Kanker payudara adalaah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit,bukan penyakit tunggal (Tucker
dkk,1998).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal yang terus tumbuh di dalam
jaringan mammae (Tapan, 2005).
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
yang berubah menjadi ganas (http//www.pikiran-rakyat. com. jam 10.00, Minggu tanggal 29-
8-2005,sumber : Harianto,dkk).
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari parenkim, stoma areola, dan
papila mamae (Taufan Nugroho,2011).

2.1.2 Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1. Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada
fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot).

Kanker Payudara Berdasarkan Stadium I


Sumber Harrison , 2006

Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening
regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker
tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.

2. Stadium II

Gambar 2.2 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium II


Sumber Harrison , 2006

Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk
mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini,
kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.

3. Staium III A

Gambar 2.3 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium III A


Sumber Harrison , 2006
Tumor sudah meluas pada payudara, besar tumor 5-10 cm, tapi masih bebas di
jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening axila masih bebas satu sama lain. Menurut data
Depkes, 87% kanker payudara ditemukan pada stadium ini.
4. Stadium III B
Gambar 2.4 : Kanker Payudara Berdasarkan Stadium III B
Sumber Harrison , 2006
Tumor melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah, ada edema (lebih dari
sepertiga permukaan kulit payudara) ulserasi, kelenjar getah bening axila melekat satu sama
lain atau ke jaringan sekitarnya dengan diameter 2-5 cm. Kanker sudah menyebar pada
seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada.

5. Stadium IV

Gambar 2.5 : KankerPayudara Berdasarkan Stadium IV


Sumber Harrison , 2006
Tumor seperti pada stadium I,II,III tapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening
axila supra-klafikula dan metastasis jauh. Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian
tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati, otak, kulit, kelenjar limfa yang ada di batang
leher. Tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat payudara. Tujuan pengobatan pada
palliative bukan lagi kuratif(menyembuhkan).

2.1.3 Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker
ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan
dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon
steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua
hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan
Sudart, 2001).

2.1.4 Anatomi Fisiologi Payudara


Anatomi payudara dan kuadran letak kanker payudara dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:

Gambar 2.1 : Anatomi Payudara dan Kuadran Letak Kanker Payudara


sumber : Harriston, 2006

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas otot
dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1. Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel
otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu
beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan
dari alveolus ke dalam saluran kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di
bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar.
Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.
3. Papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bentuk puting ada
4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).
2.1.5 Faktor resiko
1. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di
ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :

a. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering
terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40
tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan
wanita berusia diatas 40 tahun.
b. Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan
lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap
proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
c. Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker
payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
d. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu
kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada
studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.

e. Riwayat penyakit payudara jinak


Wanita yang menderita kelainan ploriferatif pada payudara memiliki peningkatan resiko
untuk mengalami kanker payudara. Menurut penelitian Brinton (2008) di Amerika Serikat
dengan desain cohort, wanita yang mempunyai tumor payudara (adenosis, fibroadenoma, dan
fibrosis) mempunyai resiko 2,0 kali lebih tinggi untuk mengalami kanker payudara 4,0 kali
lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR=4,0).

2. Faktor resiko yang dapat diubah / dicegah (changeable)


a. Riwayat kehamilan
Usia lanjut saat melahirkan anak pertama meningkatkan resiko mengalami kanker
payudara. Menurut penelitian Briston (2008) di Amerika Serikat dengan desain cohort,
wanita yang kehamilan pertama setelah 35 tahun mempunyai resiko 3,6 kali lebih besar
dibandingkan wanita yang kehamilan pertama sebelum 35 tahun untuk terkena kanker
payudara (RR=3,6). Wanita yang multipara atau belum pernah melahirkan mempunyai faktor
resiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita multipara atau sudah lebih dari sekali
melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR=4,0)
b. Obesitas dan konsumsi lemak tinngi
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dengan kanker payudara pada
wanita pasca menopause. Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor resiko
terjadinya kanker payudara.
c. Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Hormone berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Kandungan estrogen dan
progestron pada kontrasepsi oral akan memberikan efek proliferasi berlebih pada kelenjer
payudara. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral untuk waktu yang lama mempunyai
resiko untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.
d. Konsumsi Rokok
Wanita yang merokok meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara daripada
waita yang tidak merokok. Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan
desain case control menunjukkan bahawa diperkirakaan resiko bagi wanita yang merokok
untuk terkena kanker payudara 2,36 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak
merokok (OR=2,36).
e. Riwayat Keterpaparan Radiasi
Radiasi diduga meningkatkan resiko kejadian kanker payudara. Pemajanan terhadap
radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun meningkatkan resiko kanker
payudara.
Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case
control menunjukkan bahwa diperkirakan resiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari
1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR=3,12).

2.1.6 Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun
bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu
mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang
di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali
lingkungan hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami
kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk
mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus
meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini
akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah
(Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi
yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi
abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel
tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap
inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari.
Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus
merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim
pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk
melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan
jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan
di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible. (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak
menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang
telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj
adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini
timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi
secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah,
atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh,
terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade
setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya
di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu
stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan, Scintigrafi
(Sukarja, 2000).

2.1.7 Manifestasi Klinis


Gejala- gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di rasakan pada stadium
dini menyebabkan bayak penderita yang berobat dalam kondisi stadium lanjut. Hal tersebut
akan mempersulit penyembuhan dan semakin kecil peluang untuk di sembuhkan. Bila kanker
payudara dapat di ketahui secara dini maka akan lebih mudah dilakukan pengobatan (Ramli
M, 2013)
Gejala yang timbul data penyakit memasuki stadium lanjut semakin banyak , seperti:
1. Timbul benjolan pada payudara yang dapat di raba dengan tangan, makin lama benjolan
makin keras dan bentuknya tidak beraturan.
2. Saat benjolan mulai membesar,barulah mulai terasa nyeri saat ditekan, karena terbentuk
penebalan pada kulit payudara.
3. Bentuk, ukuran, berat salah satu payudara berubah bentuk karena terjadi pembengkakan.
4. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
5. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke dalam yang tadinya
berwarna merah muda berubah menjadi kecoklatan.
6. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang tidak sedang
hamil.
7. Luka pada payudara tidak sudah lama dan tidak sembuh walau sudah diobati.
8. Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau dorange) akibat dari neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting kulit.

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Klien Ca Mammae


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu proses keperawatan,
suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara
dan pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang kemudian akan
menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang membutuhkan perencanaan untuk mengatasi
masalah yang timbul dan muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran
secara terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat merencanakan
asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap kegiatan yang
meliputi:
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama, status perkawinan,
alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya seperti penyakit payudara jinak
,hyperplasia tipikal.
2) Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel proliferative
mempunyai resiko dua kali lipat biasanya mengalami kanker payudara, wanita dengan
hyperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini
3) Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi penggantian hormon dalam waktu
yang lama (lebih dari 10-15 tahun)seperti estrogen suplemen.
4) Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi oral.
5) Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan makanan yang memakai
penyedap dan pengawet.
6) Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi pertama pada usia yang
relative mudah dan menopause pada usia yang relative lebih tua
7) Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah melahirkan), infertilitas, dan
melahirkan anak pertama pada usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak
menyusui

3. Riwayat kesehatan sekarang


a. Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara yang dapat diraba dengan
tangan, makin lama benjolan ini makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
b. Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan mulai membesar.
c. Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari puting susu pada wanita yang
tidak hamil.
d. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma menyekat drainase limfatik
sehingga terjadi edema dan piting kulit.
e. Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu makan, mual, muntah, ansietas.
f. Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit, ruam kulit, dan ulserasi.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama ibu, anak perempuan serta
saudara perempuan. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia
kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi pada dua orang saudara langsung.
b. Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena kanker payudara atau
ovarium.
c. Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara atau ovarium dibawah
40 tahun.
d. Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker payudara atau ovarium.
e. Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan
darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi,
kulit kepala tidak tampak bersih.
2) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.
4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang
disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke
paru-paru.
5) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
6) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries
positif
7) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d. Dada atau Thorak
1) Inspeksi
a) Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan pada payudara, dengan ukuran 1-2 cm.
b) Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara
dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
c) Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan
tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
d) Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding
dada,tulang rusuk,dan otot dada.
e) Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
2) Palpasi
a) Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
b) Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
c) Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
d) Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .
e) Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah
metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paruparu
mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
3) Perkusi
a) Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
b) Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena kanker belum
mengalami metastase.
c) Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase.
d) Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim
paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika
kanker telah bermetastase pada organ paru.
e) Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker
mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
4) Auskultasi
a) Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh lapangan pare dan
inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan
tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
b) Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi
lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga
dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti
ronchi (-) dan wheezing (-)
c) Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi
yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler
yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler dengan
bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
d) Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras
nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan
seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian
payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis.
e) Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan
seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya
seperti parupare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.
e. Jantung (Kardiovaskuler)
1) Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2) Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

3) Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas jantung kiri
RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra)
f. Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
g. Mammae (payudara)
1) Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
h. Perut
1) Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3) Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
i. Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih
j. Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
k. Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis

6. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Nutrisi
1) Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan setengah porsi
2) Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5 gelas sehari
b. Eliminasi
1) Miksi
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800 cc,karateristiknya warna kekunangan,pekat dan
bau khas
2) Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik warna kehitaman atau kemerahan,
konsistensi padat dan bau khas
c. Istirahat dan Tidur
Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam sehari
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri yang dirasakan di bagian payudara
d. Kebersihan Diri
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2 kali sehari,cuci rambut 1 kali
dalam 2 hari,pakain di ganti sesudah mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok gigi 1 kali sehari,cuci rambut 2
kali seminggu,pakain di ganti 1 kali sehari.

7. Data sosial ekonomi


Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber penghasilan dalam keluarga dan
perubahan yang dialami sejak klien sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien selama
sakit dan masalah keuangan yang dialami saat ini.
8. Data psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat di rumah sakit, harapan klien
terhadap penyakitnya dapat segera sembuh setelah diobati,dukungan dari keluarga baik dalam
perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya.
9. Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan agak terganggu di
bandingkan dengan sehat rutin dan rajin beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap
optimis selama segala penyakit ada obatnya.
10. Pemeriksaan laboratorium/penunjang
a. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit meningkat, trombosit
meningkat.
b. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini meningkat
c. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita karsinoma mammae adalah sinar
X, sinar X ini di perlukan selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat apakah ada
penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi : diperlukan bersamaan dengan mammografi
untuk membedakan krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
d. Respon Hormone
Diperlukan untuk mengetahui adanya peningkatan hormone estrogen dan progesteron.
e. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus
Pemeriksaan ini di lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai ganas. Biopsi
jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit
10 cc sampai jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi anatomi untuk
mengetahui apakah jaringan tersebut ganas (maligna) atau jinak (benigna)
f. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel tumor dan di temukan dalam
serum missal CEA, antigen spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat membantu
dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat sebagai prognostik
g. Tes kimia skrining
1) Elektrolit(natrium,kalium,kalsium)
2) Tes ginjal (BUN)
3) Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin fosfat,LDH)
4) Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium)
h. Sinar X dada
Menyelidiki penyakit paru metastasis
11. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan pengembangan daya fikir
berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang sama dengan masalah yang di dapat pada pasien
(Gusneli,2007)

2.2.2 Diagnosa dan Rencana Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan yang timbul adalah:
a. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan penyakit(kompressi atau dekstruksi,
jaringan saraf, infiltrasi syaraf, atau suplai vaskulernya, obtruksi jaringan syaraf inflamasi dan
adanya penekanan masa tumor (Marilynn E.Doenges, 2000)
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru oleh diafragma sekunder
terhadap ancites dan efusi pleura (Marilynn E.Doenges )
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
berkenaan dengan kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi, pembedahan misalnya,
anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa mual, distress emosional, control nyeri batuk
(Marilynn E.doenges, 2000)
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi energi, peningkatan energi
(status hipermetabolik) kebutuhan psikologis atau emosional berlebihan dan perubahan kimia
tubuh: efek samping obat-obatan : kemoterapi (Marilynn E.Doenges, 2000)
e. Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan Penurunan imunologis,
Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn E Dongees,2000).
f. Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis situasi (kanker) ancaman pada
perubahan status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi, ancaman kematian, perpisahan dari
keluarga, transmisi atau penularan perasaan interpersonal, perubahan gambaran tubuh
(Marilynn E doenges 2000).
g. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping kemoterapi atau radioterapi misal
kehilangan rambut, mual dan muntah, penurunan berat badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan
berlebihan, nyeri tidak terkontrol kecacatan bedah (Marilynn E.Doenges 2000).
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta pengobatan penyakit
berhubungan dengan kurang informasi (Marilynn E. Doenges 2000).
2. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil

1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:


nyaman : nyeri nyeri teratasi a. Tentukan riwayat nyeri, lokasi nyeri, a. Informasi data dasar untuk
berhubungan dengan Kriteria hasil: frekuensi durasi dan intensitas (skala nyeri mengevaluasi kebutuhan atau
proses penyakit a. klien menyatakan 0-10), dan tindakan penghilang yang keefektifan intervensi
(kompressi atau nyeri berkurang atau hilang digunakan
dekstruksi, jaringan b. Nyeri tekan tidak ada b. Evaluasi atau sadari therapy tertentu b. Ketidaknyamanan rentang luas
syaraf, infiltrasi c. Ekspresi wajah tenang misalnya: pembedahan, radiasi, adalah umum (misal nyeri insisi, kulit
syaraf, d. Luka sembuh dengan baik khemoterapi, bioterapi, ajarkan klien dan terbakar, nyeri punggung bawah, sakit
adanya penekanan keluarga tentang cara menghadapinya dan kepala) tergantung pada prosedur atau
tumor. apa yang diharapkan agen yang digunakan
c. Berikan tindakan kenyamanan dasar c. Meningkatkan relaksasi dan
(misal : reposisi gosokan punggung) dan membantu memfokuskan kembali
aktivitas menyenagkan seperti perhatian
mendengarkan musik dan menonton tv,
membaca buku.
d. Dorong penggunaan keterampilan d. Memungkinkan klien untuk
manajement nyeri (misal teknik relaksasi, berpartisipasi cara efektif dan
visualisasi, bimbingan imajinasi) tertawa, meningkatkan rasa kontrol
musik,dan sentuhan teraupetik

Kolaborasi
a. kembangkan rencana manajemen a. rencana terorganisasi
nyeri dengan klien dan dokter mengembangkan kesempatan untuk
kontrol nyeri terutama dengan nyeri
kronis, klien atau orang terdekat harus
aktif menjadi partisipasin dalam
manajemen nyeri di rumah
b. Berikan analgesik sesuai dengan b. Nyeri tekan adalah komplikasi dari
indikasi kanker, meskipun respon individual
berbeda.saat perubahan penyakit atau
pengobatan terjadi,penilaian dosis dan
pemberian akan di perlukan
2. Ketidak efektifan Tujuan : Mandiri:
pola nafas pola nafas kembali efektif a. Atur posisi klien senyaman mungkin a. Isi rongga abdomen terdorong
berhubungan dengan Kriteria hasil : dengan meninggikan daerah kepala kebawah sehingga tidak mendesak
efek dari desakan a. Bunyi nafas vesikuler diafragma
paru oleh difragma b. RR normal(20-24x/menit) b. Monitor vital signs b. Perubahan dari vital sisgn
sekunder terhadap c. Tidak ada tanda-tanda dapat di jadikan sebagai pedoman
ancites dan efusi sianosis dan pucat untuk mengambil keputusan dalam
pleura d. Tidak ada sputum tindakan selanjutnya
c. Anjurkan klien nafas dalam dengan c. Dengan nafas dalam
menarik nafas melalui hidung dan diharapkan dapat mempelancar O2
mengeluarkan melalui mulut secara pelan- keparu-paru
pelan
d. Diskusikan penyebab dari sesak d. Dengan adanya diskusi dengan
nafas klien klien diharapkan klien menerima Apa
penyebab dari sesak nafas

Kolaborasi:
a. Kolaborasi dengan dokter dalam a. pemberian oksigen yang
pemberian oksigen sesuai dengan program akan lebih
bermanfaat bagi klien dalam
mengatasi sesak nafas dan mensuplai
O2 yang mencukupi
b. Kolaborasi dengan tim dokter dalam b. Mencegah kekeringan mukosa
pemberian obat-obatan (ekspektoran membran, mengurangi kekentalan
dan bronkodilator) secret dan memperbesar ukuran
lumen trakeobroncial
3. Gangguan Tujuan: Mandiri:
pemenuhan Kebutuhan nutrisi terpenuhi a. pantau masukan makanan setiap hari. a. Mengidentifikasi kekuatan atau
kebutuhan nutrisi Kriteria hasil: biarkan pasien menyimpan buku harian defisiensi nutrisi
berhubungan dengan a. nafsu makan meningkat tentang makanan sesuai dengan indikasi
intake yang tidak b. klien tidak lemah b. Ukur tinggi, berat badan, dan b. Membantu dalam
adekuat,mual dan c. Penambahan berat badan ketebalan trisep (atau pengukuran mengidentifikasi malnutrisi protein,
muntah yang progresif,dan bebas dari antropometrik lain sesuai dengan indikasi, kalori, khususnya bila berat badan dan
tanda-tanda malnutrusi timbang berat badan setiap hari) pengukuran antropometri kurang dari
d. Hb normal(12-14 gr/dl) normal
c. Dorong klien makan diet tinggi kalori c. Kebutuhan jaringan metabolik
kaya nutrient , dengan masukan cairan ditingkatkan begitu juga cairan(untuk
adekuat menghilangkan produk sisa)
d. Nilai diet sebelum dan segera d. Keefektifan penilaian diit sangat
pengobatan misal makanan bening, cairan individual dalam penghilangan mual
dingin, skrekers kering, roti panggang, pasca terapi
minuman karbonat, berikan cairan 1 jam
sebelum atau 1 jam setelah makan
e. Control faktor lingkungan misalnya e. Dapat menriger respon mual atau
bau kuat atau tidak sedap atau muntah
kebisingan.hindari makanan terlalu manis,
berlemak atau makanan pedas
Kolaborasi:
a. tinjau ulang pemeriksaan a. Membantu mengidentifikasi
laboratorium sesuai dengan indikasi misal derajat ketidakseimbangan biokimia
limfosi total , transferin serum,dan albumin atau malnutrisi dan mempengaruhi
pilihan intervensi diet
4 Intoleransi Tujuan: kembali melakukan Mandiri :
aktivitas aktivitas a. Rencana keperawatan untuk a. Periode istirahat sering
berhubungan Kriteria : memungkinkan periode istirahat diperlukan untuk memperbaiki atau
dengan penurunan a. Melaporkan perbaikan menghemat energi
produksi rasa berenergi b. Buat tujuan aktivitas realitas dengan b. Memberikan rasa control dan
energy,peningkatan b. Melakukan aktivitas dan pasien mampu menyelesaikan
energy (status berpartisipasi dalam c. Dorong pasien untuk melakukan apa c. Meningkatkan
hipermetabolik) beraktivitas yang di inginkan saja bila mungkin misalnya mandi kekuatan/stamina dan memampukan
pada tingkat kemampuan duduk,bangun dari kursi, dan berjalan. pasien menjadi lebih aktif tanpa
tingkat aktivitas sesuai dengan kemampuan. kelelahan yang berarti.
d. Pantau respon fisiologi d. Toleransi sangat bervariasi
aktivitas,perubahan pada TD atau frekuensi tergantung pada tahap proses
jantung/pernafasan. penyakit.
Kolaborasi :
a. Berikan 02 suplemen sesuai indikasi
a. Adanya anemia/ hipoksemia
menurunkan ketersediaan 02 untuk
ambilan seluler dan memperberat
keletihan.
5 Gangguan rasa Tujuan : Kecemasan Mandiri :
aman : cemas berkurang a. Tinjauan ulang pengalaman pasien / a. Membantu dalam
berhubungan Kriteria hasil : orang terdekat sebelumnya dengan kanker. mengidentifikasi rasa takut dan
dengan krisis a. klien tampak tenang kesalahan konsep berdasarkan pada
situasi (kanker), b. Mau berpartisipasi dalam pengalaman dengan kanker.
ancaman pada program terapi b. Mendorong perasaan pasien untuk b. Memberikan kesempatan untuk
perubahan status mengungkapkan pikiran dan perasaan. memeriksa rasa takut realitas serta
kesehatan,fungsi kesalahan konsep tentang diagnosis.
peran perubahan c. Berikan lingkungan terbuka dimana c. Membantu pasien untuk merasa
gambaran tubuh pasien merasa aman untuk menduskusikan di terima pada adanya kondisi tanpa
atau menolak untuk bicara. ada perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat dan
d. Bantu pasien atau orang terdekat dalam kontrol.
mengalami dan mengklasifikasi rasa takut d. Keterampilan koping sering
untuk memulai mengembangkan strategi rusak setelah diagnosis dan selama
koping untuk menghadapi fase pengobatan yang berbeda.
rasa takut. dukungan dan konseling sering perlu
untuk memungkinkan individu
mengenal dan menghadapi rasa takut
dan untuk meyakini bahwa strategi
e. Mempertahankan kontrak sering dengan kontrol atau koping tersedia.
pasien,bicara dengan menyentuh pasien e. Memberikan keyakinan bahwa
dengan tepat. pasien tidak sendiri atau di tolak :
berikan respek dan penerimaan
f. Dorong pasien untuk mengekspresikan individu.
perasaannya. f. Proses kehilangan bagian tubuh
membutuhkan penerimaan, sehingga
pasien dapat membuat rencana untuk
g. Diskusikan tanda dan gejala depresi. masa depannya.
g. Reaksi umum terhadap tipe
prosedur dan kebutuhan dapat di
kenali dan di ukur.

3. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and
Sorensen, 2000).

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan
dari implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN DATA


1. Identitas pasien
Nama : Ny. J
Umur : 18 thm
Jenis kelamin : Perempuan
Agama :
Pendidikan : SMA
Alamat : XXX
Tanggal masuk : 28 januari 2016
No Medrec :
Ruang :
Diagnosa medis : ca mamae
Tgl pengkajian : 03 februari 2016
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. R
Umur : 58 thn
Jenis kelamin : laki laki
Agama :
Pendidikan : s1
Pekerjaan :
3. Keluhan utama: nyeri pada bagian mamae sinistra
4. Riwayat kesehatan sekarang: klien mengatakan nyeri pada bagian luka operasi. Klien mengatakan nyerinya semakin bertambah ketika klien
melakukan aktifitas terbangun dari tempat tidur dan berjalan. Nyeri tersebut berpusat di mammae sinistra. Nyeri dirasakan seperti di sayat-sayat
dengan skala nyeri 6 (skala 1-10). Klien mulai merasakan nyerinya semenjak operasi.
5. Riwayat kesehatan dahulu: klien mengatakan belum pernah mengalami sakit kronis seperti ca mamae dan tdak pernah mengidap penyakit yang
serius
6. Keadaan kesehatan keluarga: dari kluarga klien bahwa di keluarga tidak ada yang menderita penyakit ca mamae sinistra
7. Data psikologis :klien tampak gelisah, dan cemas
8. Data sosial:
Data komonikatif: klien dapaat berkomunikatif dengan kluarga dengan baik
Lingkungan: klien menjaga baik dengan lingkungan sekitar nya terbukti dengan adanya kerabat yang menjenguk nya
9. Data spiritual: klien beragama non islam

DATA PEMERIKSAAN UMUM:


1. Pemeriksaan umum
Penampilan umum : baik
Kesadaran : composmentis [sadar penuh]
Berat badan : 55 kg
Tinggi adan : 160 cm
Tekanan darah :110/80 mmhg
Nadi : 85 x/mnt
Respirasi : 18xmnt
Suhu : 36,1 drajat
: inspeksi: Bentuk simetris, arna rambut hitam bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada udem
: Inspeksi, bentuk simetris, konjungtifa ananemis, sklera tampak putih bersih, pupil isokor, pupil yang satu dengan yang lain nya sama,
penglihatan normal dapat melihat dengan jelas
a : Inspeksi, bentuk simetris satu dengan yang lain nya sama,tidak ada lesi di bagian telinga, fungsi pendengaran normal.
: Inspeksi, tidak ada cariess gigi,gigi masih lengkap dengan mukpsa bibir lembab, tidak ada stomatitis, fungsi pengecap normal.
g : Inspeksi, hidung bersih tidak ada polip hidung, tidak ada udem
Palpasi, tidak ada nyeri tekan fungsi penciuman normal.
: palpasi, tidak ada benjolan,tidak ada pembesaran kelenjar thiroid mobilitas leher terganggu karna menahan rasa nyeri pada payudara sebelah
kiri,
: inspeksi: bentuk dada sebelah kiri dan kanan simetris, terdapat luka operasi pada payudara sebelah kanan frekuensi napas normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di dada sebalah kanan
men : inspeksi: turgor kulit baik
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada semua kudran abdomen.
ng : palpasi, bentuk punggung simetris
Inspeksi, turgor kulit lembab, tidak ada lesi, tidak ada udem
tas atas : Inspeksi, tangan kanan dan kiri simetris, jari jari lengkap, terpasang infus di tangan kanan dengan cairan infus rl 20 tpm dan terpasang
pemplon di tangan kiri
tas bawah : Inspeksi, jari- jari kaki lengkap, kaki kanan dan kiri simentris, Tidak ada lesi pada kaki dan tidak ada udem
KEBIASAAN SEHARI HARI
No Jenis kegiatan Pola di rumah Pola di rumah sakit
1. Nutrisi
Makan 3xsehari habis satu porsi 3x sehari
Jenis makanan Nasi, sayur, daging Nasi, bubur, sayur
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Minum 8-9 gelas perhari 5 gelas sehari
Jenis minum Air putih Air putih
2 Eliminasi
BAB 1x sehari 1x sehari
Arna Kuning Kuning
Konstipasi padat Padat
BAK 4x sehari 5x sehari
Arna Kuning jernih Kuning pekat
keluhan Tidak ada Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
Siang hari 2 jam sehari 3 jam /hari
Gangguan Tidak ada Tidak ada
Malam hari 8 jam sehari 5-6 jam/hari
Gangguan Tidak ada Rasa sakit pada luka
operasi
4 Personal hygiene
Mandi 2x sehari Di lap1x/hari
Gosok gigi 3x sehari 3 x/hari
keramas 3x sehari tidak pernah keramas

TERAPI OBAT
Pada tgl 05 06 07 januari 2016 hari jumat ,sabtu, mimggu
Jenis obat cara pemberian dosis
Meropenem iv 2x1
Ranitidin iv 2x1
Ketorolak iv 2x1
metronidazole inf

PEMERIKSAAN DIGNOSTIK
1. Laboratorium
no.lab : 1602002710
asal : family bedah
no.mr : a365161
jovial 18 th
ket.klinis : susp ca mamae post debridemen

Pemeriksan Hasil Nilai rujukan Interpretasi


Hematologi
..hemoglobin 10,1 g/dl 13-17 Dibawah normal
..Leukosit 10,900 /ul 4,000-10,000 Diatas normal
..hematokrit 31% 40-54 Dibawah normal
..eritrosit 3,5 Juta/ul 4,4-6,0 Dibawah normal
Index eritrosit
..mcv 88 Fl 80-100 Normal
..mch 29 Pg 26-34 Normal
..mchc 33 g/dl 32-36 Normal
..trombosit 597,000/ul 150,000-450,000 Diatas normal
Catatan : pos tranpusi

RESUME KASUS
No Data fokus Etiologi Masalah
1 Ds: -klien mengatakan Tindakan pembedahan Nyeri
nyeri pada luka
operasi Terputus nya kontinuitas
Do :- klien jaringan
tampak meringis
kesakitan Merangsang saraf pefiper
- terdapat luka operasi
pada bagian mamae - Menimbulkan rangsangan nyeri
sebelah sinistra
-skla nyeri 6 dari 1-10 Implus di kirim otak bagian
-td: 110/80 mmhg thalamus
-rr: 21 x/mnt
-nadi: 85 xmnt Nyeri di persepsikan
-suhu: 36,1 drajat
Nyeri
2 Ds :- Luka operasi Resiko tinggi
Do: terdapat luka infeksi
oprasi pada bagian Jalan masuk mikro organisme
mamae sebelah
sinistra Resiko tinggi terjadi infeksi

3.2 DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi )
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi

3.3 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


a. Nama/umur : ny. J
b. Diagnosis Medis : Post Op Debridament
c. No.med.rec : a365161
Hari dx.kep Tujuan dan kriterian hasil Intervensi/planning Rasional
tanggal (format s-m-a-r-t)
Kamis, Nyeri, berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan - kaji tingkat nyeri,catat - Nyeri merupakan respon
agent injuri (luka insisi operasi) keperaatan selama 1x24 jam lokasi,karakteristik (skala subjektif yang dapat di kaji
Ds: Pasien tidak mengalami nyeri 1-10) dengan menggunakan skla
- Klien mengatakan nyeri pada dengan kriteria hasil : - pertahankan istirahat nyeri,dan berguna dalam
luka operasi - mampu mengontrol nyeri (tahu dengan posisi semi pengaasan keefektifan obat
- Kien mengatakan skala nyeri penyebab nyeri, mampu fowler/dengan posisi dan kemajuan penyembuhan
luka 6 dari 1-10 mengunakan teknik nyaman - Grafitasi melokalisasi
Do: nonfarmakologi untuk mengurangi - ajarkan teknik relaksasi eksudat inflamasi dalam
- Eksprsi wajah klien meringis nyeri . - kolaborasi dengan tegangan leher .
- Terdapat luka operasi mamae - melaporkan bahwa nyeri dokter untuk memberkan. - Menurunkan tingkat nyeri
sinistra dengan panjang berkurang dengan menggunakan berikan analgetik agar - menghilangkan nyeri
manajemen nyeri mengurangi nyeri

- mampu mengenali nyeri (skala,


intensitas,frekuensi, dan tanda nyeri
- Menyatakan rasa nyaman
2 Resiko tinggi infeksi Setelah di lakukan tindakan 1.observasi vital sign 1. Dugaan adanya
berhubungan dengan adanya keperawatan selama 1x24 jam 2.observasi keadaan luka infeksi/terjadinya
luka operasi di mamae sinistra Pasien tidak mengalami infeksi operasi,insisi dan sepsis,abses,
dan terpasang infus di tandai dengan kriteria hasil : bantuan untuk 2. memberikan deteksi dini
dengan : tidak ada tanda-tanda infeksi karakteristik luka, tempat terjadinya infeksi
Ds:- -panas pemasangan infus 3.agar tidak menyebarkan
Do: -bengkak 3. mencuci kuman
-kondisi luka baik tidak -nyeri tangan sebelum dan
terdapat tanda tanda infeksi -warna kemerahan sesudah tindakan
-terpasang infus di extremitas -kehilangan fungsi 4. kolaborasi dengan
superior sinistra dan pemplon menunjukan kemampuan untuk dokter untuk
di ektremitas superior dekstra mencegah timbulnya infeksi memberikan obat sesuai
menujukan prilaku hidup sehat program terapi

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


DX.KEP WAKTU TINDAKAN SOAP HARIAN TTD
1.Nyeri berhubungan Kamis,04-- Mengobsrvasi ttv S:
agent injuri (luka 02-2016 - Td :110/80 mmhg - klien mengatakakan nyeri pada luka
insisi operasi) N :80 x/mnt operasi di mamae sistra
DS: klien mengatakan R :18 xmnt - klien mengatakan nyeri terasa seperti
nyeri pada luka Sh :36oC di tusuk-tusuk
operasi - mengkaji skala nyeri pada klien - klien mengatakan skala nyeri 6 dari 1-
Klien mengatakan - Mempertahankan dan membantu 10
skala nyeri 6 (skala 1- posisi klien senyaman mungkin - klien mengeluh perih pada lambung
10) DO: ekspresi - menganjurkan dan memebantu klien O:
wajah klien meringis, untuk teknik relaksasi yaitu tariknafas - ekspresi wajah meringis bila nyeri
terdapat luka operasi lewat hidung dan menghembuskan lewat terasa
di mammae sinistra mulut - terdapat luka oprasi pada
dengan diameter - memberikan obat sesuai kolaborasi mamae sinistra dengan panjag atau digram
20cm kurang lebih 18 cm
A: masalah belum teratasi
P: intervesi di lajutkan

2.resiko tinggi infeksi - mengobservasi ttv S:-


berhubungan dengan Td:110/80 mmhg O: - di luka operasi tidak ada pus
luka operasi N:80 x/mnt -tidak ada tanda-tanda infeksi
DS: - Rr:18 x/mnt A: - resiko infeksi tidak terjadi
DO: terdapat luka Sh:36 oC P:-intervensi di pertahannkan
operasi di mammae - mencuci tangan sebelum dan sesudah
sinistra tindakan memakai handscoeen
DX.KEP WAKTU TINDAKAN SOAP HARIAN TTD
-terpasang infus di - merawat luka dengan steril
extremitas superior - mengganti balutan perban
sinistra dan pemplon - memberikan obat sesuai program
di ektremitas superior terapi
dekstra
1.nyeri berhubungan Jumat 05-
- mengobservasi ttv S:- klien mengatakan nyeri pada luka
dengan agen injuri 02-2016 Td :120/80 mmhg operasi di mamae sinistra
(luka insisi operasi) N :79 x/mnt Dengan skla nyeri 6 dari 1-10
DS: klien mengatakan Rr :18 xmnt O:
nyeri pada luka S :36,5 drajat - ekspresi wajah meringis kesakitan bila
operasi - mengkaji skala nyeri pada klien nyeri timbul
Klien mengatakan dengan skala nyeri 6 dari 1-10 - terdapan luka opersi di mamae sinistra
skala nyeri 6 (skala 1- - Luka operasi di mamae sinistra dengan panjang 17cm dan lebar 15 cm
10) DO: ekspresi - mengajarkan klien untuk teknik A: - masalah belum teratasi
wajah klien meringis, relaksasi yaitu tarik napas dari hidung dan P: intervensi di lanjutkan
terdapat luka operasi mengeluarkan dari mulut
di mammae sinistra - Bila terasa nyeri memberikan obat
dengan diameter terapi / obat analgetik
20cm

2.Resiko tinggi - mengobservasi ttv S:


infeksi berhubungan Td :10/80 mmhg O:-terdapat luka operasi di mamae sinistra
dengan tindakan N :79 x/mnt -luka operasi membaik
pembedahan Rr :17 x/mnt Di tandai dengan di sekitar luka tampak
DS: - S :36.5 oC memerah tumbuh jaringan baru
DO: terdapat luka - mengobservasi luka klien tidak A:- resiko infeksi tidak terjadi
operasi di mammae terdapat pus P:intervensi di pertahankan
sinistra - luka klien tampak membaik
-terpasang infus di - Membersihkan luka
DX.KEP WAKTU TINDAKAN SOAP HARIAN TTD
extremitas superior Dengan cairan nacl
sinistra dan pemplon - mengganti perban
di ektremitas superior - memberikan obat sesuai kolaborasi
dekstra
1.nyeri berhubungan Sabtu ,06-- melakukan obeservasi ttv S:
dengan agent injuri 02-2016 Td :120/80 mmhg -klien mengatakan nyeri pada luka operasi
(luka insisi operasi ) N :80 x/mnt bila sedang melakukan pembersihan dan
DS: klien mengatakan Rr :18 x/mnt mengganti perban
nyeri pada luka S :36 x/mnt O:
operasi - mengkaji skala nyeri pada klien -terdapat luka operasi di mamae sinistra
Klien mengatakan dengan skala nyeri 6 dri 1-10 A:
skala nyeri 6 (skala 1- - Luka operasi di mamae sinistra -masalah teratasi sebagian
10) DO: ekspresi - Menganjurkan teknik relaksasi yaitu P:
wajah klien meringis, tarik nafas dari hidung dan Intervensi di lanjutan
terdapat luka operasi mengeluarkana dari mulut
di mammae sinistra - memberikan obat sesuai
dengan diameter kolaborasi/obat analgetik
20cm
2.Resiko tinggi - Mengobservasi ttv S:
infeksi berhubungan Td :120/80 mmhg -
dengan luka operasi N :80 x/mnt 0:
DS: - Rr :18x/mnt -luka operasi tampak membaik, tidak ada
DO: terdapat luka S :36 oC tanda-tanda infeki
operasi di mammae - Mengobservasi luka klien ,luka baik A :
sinistra tidak ada tanda-tanda infksi -resiko infeksi tidak terjadi
-terpasang infus di - membersihkan luka operasi P:
extremitas superior - mengganti balutan perban -intervensi di hentikan
sinistra dan pemplon - memberikan obat sesuai kolaborasi
di ektremitas superior
DX.KEP WAKTU TINDAKAN SOAP HARIAN TTD
dekstra

3.5 CATATAN PERKEMBANGAN

dx . kep Tanggal/waktu Evaluasi (format s-o-a-p)


1. Nyeri Minggu S:
berhubungan dengan -klien mengatakan nyeri pada luka operasi sedikit
agen injuri (luka berkurang
insisi operasi) O:
-klien masih terlihat meringis kesakitan bila timbul
nyeri dengan skal nyeri 5
-td : 110/80 mmhg
N : 78 x/mnt
Rr :17 x/mnt
S :36,4 oC
A:
- masalah teratasi sebagian
P:
-intervensi di lanjutkan dengan perawatan palliatif,
yaitu dengan pemberian penkes (mencuci tangan
sebelum dan sesudah membersihkan luka, cara
memberihkan luka sendiri) dan pemberian obat
selama di rumah pasien.
2. Resiko tinggi S:
infeksi berhubungan -klien mengatan pada bagian luka operasi tidak
dengan luka operasi terasa gatal dan tidak panas
O:
dx . kep Tanggal/waktu Evaluasi (format s-o-a-p)
-tidak ada tanda-tanda infeksi , tidak ada pus
A:
-Resiko infeksi tidak terjadi
P:
Intervensi di lanjutkan dengan perawatan palliatif,
yaitu dengan pemberian penkes (mencuci tangan
sebelum dan sesudah membersihkan luka, cara
memberihkan luka sendiri) dan pemberian obat
selama di rumah pasien.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang kelompok lakukan pada tanggal 3 februari diperoleh data bahawa keluhan utama klien adalah klien mengatakan
nyeri pada bagian luka operasi. Klien mengatakan nyerinya semakin bertambah ketika klien melakukan aktifitas terbangun dari tempat tidur dan
berjalan. Nyeri tersebut berpusat di mammae sinistra. Nyeri dirasakan seperti di sayat-sayat dengan skala nyeri 6 (skala 1-10). Klien mulai
merasakan nyerinya semenjak operasi.

4.2 Diagnosa keperawatan


Berdasarkan hasil kajian dan analisa data yang kelompok lakukan, maka muncul 2 priotitas diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi )
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi

4.3 Perencanaan
Perencanaan yang kelompok ambil berdasarkan dari rumusan diagnosa dan intervensi NIC NOC

4.4 Implementasi
Implementasi yang pengkaji lakukan sesuai dengan yang sudah di susun, yaitu seperti Mempertahankan dan membantu posisi klien
senyaman mungkin, menganjurkan dan membantu klien untuk teknik relaksasi seperti tarik nafas lewat hidung dan menghembuskan lewat
mulut, memberikan obat sesuai kolaborasi, membersihkan luka dan mengganti perban setiap hari.
Penanganan lanjutan untuk penghilangan rasa nyeri dilakukan dengan perawatan palliatif karena rasa nyeri tidak dapat sembuh secara cepat.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara
meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan
dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.

4.5 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada Ny. J seperti menghilangkan rasa nyeri belum teratasi karena proses penyembuhan/meringankan rasa nyeri
memerlukan waktu yang lama. Namun untuk perawatan resiko infeksi sudah teratasi dengan rutin membersihkan luka dan mengganti perban
setiap hari.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur
sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005).
Dalam kasus Ny. J menderita CA Mamae yang menyebabkan Ny. J harus menjalani operasi pengangkatan jaringan mati pada CA Mammae
tersebut. Setelah tindakan operasi ini maka ditegakan 2 diagnosa pada Ny. J yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi)
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
Dari berbagai implementasi yang dilakukan selama proses keperawatan, maka evaluasiyang didapatkan adalah:
1. Nyeri yang dirasakan Ny. J belum teratasi karena proses penyembuhan/ meringankan rasa nyeri memerlukan waktu yang lama. Untuk itu
dilakukan prosedur perawatan palliatif yaitu dengan cara memanggil perawat ke rumah untuk melakukan perawatan dirumah dan membantu
meringankan rasa nyeri yang diderita. Selain itu juga diberikan penkes pada klien mengenai cara perawatan luka sendiri di rumah, cara
mengkonsumsi obat dan jadwal kontrol ulang ke rumah sakit.
2. Resiko tinggi infeksi sudah teratasi dengan rutin membersihkan luka dan mengganti perban setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai