PENDAHULUAN
1.4 Kegunaan
Adapun manfaat penulisan studi kasus ini adalah :
1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti sendiri dalam melakukan
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker payudara.
2. Bagi Lahan Praktek
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi kesehatan dan tenaga kesehatan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap kanker payudara.
3. Bagi Akademik
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan untuk menambah wawasan
bagi pembaca tentang payudara.
4. Bagi Klien dan Keluarga
Dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan dan mampu memahami tentang penyakit
kanker payudara serta penatalaksanaanya.
1.5 Sistematika Penulisan
1. Bab I Pendahuluan
2. Bab II Tujuan Teoritis
3. Bab III Tinjauan Kasus
4. Bab IV Pembahasan
5. Bab V Penutup
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2 Klasifikasi
Pembagian stadium menurut Portman yang disesuaikan aplikasi klinik yaitu:
1. Stadium I
Tumor teraba dalam payudara, bebas dari stadium jaringan sekitarnya, tidak ada
fixasi/ infiltrasi ke kulit dan jaringan yang di bawahnya (otot).
Besar tumor 1-2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Kelenjer getah bening
regional belum teraba. Perawatan yang sangat sistematis diberikan tujuannya agar sel kanker
tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini,
kemungkinan penyembuhan pada penderita adalah 70%.
2. Stadium II
Tumor terbebas dalam payudara, besar tumor 2,5-5 cm, sudah ada atau beberapa
kelenjer getah bening axila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Untuk
mengangkat sel-sel kanker biasanya dilakukan operasi dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal. Pada stadium ini,
kemungkinan sembuh penderita adalah 30-40%.
3. Staium III A
5. Stadium IV
2.1.3 Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara,sebaliknya serangkaian faktor
genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan dapt menunjang terjadinya kanker
ini. Bukti yang terus bermunculan menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan
dengan kanker payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal, dan
pengaruh protein yang menekan atau menigkatkan perkembangan kanker payudara. Hormon
steroid yang dihasilkan oleh ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua
hormon ovarium utama-estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan
seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi kanker payudara (Brunner dan
Sudart, 2001).
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit,di atas otot
dada.Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan
saat menyusui 800 gram. Pada payudara terdapat tiga bagian utama yaitu:
1. Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel
otot polos, dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,yaitu
beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.ASI disalurkan
dari alveolus ke dalam saluran kecil(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung
membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).
2. Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus, yaitu saluran di
bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke dalam putingndan bermuara ke luar.
Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang bila berkontraksi
dapat memompa ASI keluar.
3. Papilla / Puting
Papila atau Puting,yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara. Bentuk puting ada
4, yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam (inverted).
2.1.5 Faktor resiko
1. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
Faktor resiko timbul kanker payudara terdiri dari faktor resiko yang tidak dapat di
ubah (unchangeable) dan dapat di ubah (changeable) yaitu :
a. Umur
Semakin bertambahnya umur meningkat resiko kanker payudara. Wanita paling sering
terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun. Wanita berumur di bawah wanita 40
tahun juga dapat terserang kanker payudara, namun resikonya lebih rendah dibandingkan
wanita berusia diatas 40 tahun.
b. Menarche Usia Dini
Resiko terjadinya kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
pertama sebelum umur 12 tahun. Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan
lamanya paparan hormone estrogen dan progesterone pada wanita yang berpengaruh terhadap
proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara.
c. Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker
payudara. Sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadinya perubahan
klinis. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga
diperkirakan awal terjadinya tumor terjadinya perubahan klinis.
d. Riwayat keluarga
Terdapat peningkatan resiko menderita kanker payudara pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara tertentu. Apabila BRCA 1 (Breast Cancer 2),yaitu suatu
kerentanan terhadap kanker payudara, untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur
50 tahun dan sebesar 85% pada umur 70 tahun. 10% kanker payudara bersifat familial. Pada
studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan dengan gen probabilitas.
2.1.6 Patofisiologi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara namun ap yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui.Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui namun
bisa diindentifikasi melalui beberapa faktor resiko,faktor ini penting dalam membantu
mengembangkan program pencegahan.Hal yang selalu harus diingat adalah bahwa 60% yang
di diagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang terindentifikas kecuali
lingkungan hormonal mereka.Di masa kehidupan,wanita dianggap beresiko untuk mengalami
kanker payudara,namun mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk
mengidentifikasi wanita yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus
meningkat dan pengobatan dini (Prince,A Sylvia.2006).
Kanker payudara berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini
akan berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Karsinoma membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar
untuk dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu kira-kira seperempat dari
karsinoma mammae telah bermetastasis. Karsinoma mammae bermetastasis dengan
penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah
(Prince, Sylvia, Wilson Lorrairee M, 1995).
Tumor / neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri:proliferasi
yang berlebihan dan tak berguna,yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya.Proliferasi
abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan meninfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar keorgan-organ yang jauh.Didalam sel
tersebut telah terjadi perubahan secara biokimiawi terutama dalam maligna dan berubah
menjadi sekelompok sel ganas diantara sel normal (Prince,A Sylvia.2006).
Transformasi sel-sel kanker dibentik dari sel-sel normal dalam suatu proses rumut
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi, promosi dan progresi. Pada tahap
inisiasi terjadi suatu perubahan dalam genetiksel yang memancing selmenjadi
maligna.perubahan dalam denetic sel ini disebabakan oleh suatu gen yang disebut dengan
karsinogen,yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi atau penyinaran dan sinar matahari.
Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen harus
merupakan mutagen yang dapat menimbulkan mutasi pada gen (Sukarja,2000).
Apabila ditemukan suatu kesalahan maka basa-basa DNA yang terlihat akan dipotong
dan diperbaiki. Namun, kadang terjadi transkripsi dan tidak terdeteksi oleh enzim-enzim
pengoreksi. Pada keadaan tersebut akan timbul satu atau lebih protein regulator yang akan
mengenali kesalahan resebut dan menghentikan sel dititik tersebut dari proses
pembelahan.pada titik ini, kesalahan DNA dapat diperbaiki,atau sel tersebut deprogram untuk
melakukan bunuh diri yang secara efektif menghambat pewarisan kesalahan sel-sel keturunan
jika sel tersebut kembali lobs, maka sel tersebut akan menjadi mutasi permanen dan bertahan
di semua keturunan dan masuk ketahap irreversible. (Cerwin ,2000).
Pada tahap promosi kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promoter, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik
menahun pun dapat membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Promotor adalah zat non-mutagen tetapi dapat menikkan reaksi karsinogen dan tidak
menimbulkan amplifikasi gen produksi copi multiple gen (Sukarha, 2000). Suatu sel yang
telah megalami insiasi akan menjadi maligna. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpenngaruhi oleh promosi. Oleh karena itu, diperlukan beberapa faktor untuk terj
adinya suatu keganasan (gabungan dari sel yang akan peka dan suatu karsinogen).
Pada tahap progresif terjadi aktivitas, mutasi, atau hilangnya gen.pada progresif ini
timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Kanker payudara menginvasi
secara lokal dan menyebar pertama kali melalui kelenjer getah bening regional, aliran darah,
atau keduanya. Kanker payudara yang bermetastasis dapat mengenai seluruh organ tubuh,
terutama paru-paru, hepar, tulang, otak dan kulit (Weiss.M 2010).
Metastasis kanker payudara biasanya muncul bertahun-tahun atau beberapa dekade
setelah diagnosis pertama dan terapi (Swart R, DAN Harris JE, 2011).
Stadium-stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaia Dokter saat
mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasienya,sudah sejauh mana tingkat
penyebaran kanker tersebut baik ke organ maupun penyebaran ketempat jauh.Stadium hanya
di kenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada tumor jinak.Untuk menentukan suatu
stadium,harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang
lainnya,yaitu histopologi,PA,rontgen,usg,danbila memungkinkan CT Scan, Scintigrafi
(Sukarja, 2000).
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran klien, BB,Tinggi badan, tekanan
darah, suhu, RR, Nadi.
b. Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau alopesia karna pengaruh kemoterapi,
kulit kepala tidak tampak bersih.
2) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon.
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat Sklera tidak ikterik,palpebra tidak edema.
4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya pernafasan cuping hidung yang
disebabkan klien sesak nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah bermetastase ke
paru-paru.
5) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih.
6) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat rapuhnya pembuluh darah dan caries
positif
7) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang bersih.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
d. Dada atau Thorak
1) Inspeksi
a) Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh
pembengkakan pada payudara, dengan ukuran 1-2 cm.
b) Pada stadium 2
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan yang juga disebabkan payudara
dengan ukuran dengan tumor 2,5-5 cm.
c) Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan
tumor yang sudah meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
d) Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
kanker sudah melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai kulit, dinding
dada,tulang rusuk,dan otot dada.
e) Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang disebabkan oleh pembengkakan dan
mestastase jauh keorgan lain seperti paru-paru.
2) Palpasi
a) Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
b) Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
c) Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain
d) Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan karena kanker belum bermetastase
keorgan lain seperti tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .
e) Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga disebabkan oleh karena kanker sudah
metastase ke organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga mengakibatkan paruparu
mengalami kerusakan dan tidak mampu melakukan fungsinya.
3) Perkusi
a) Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien.
b) Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru klien karena kanker belum
mengalami metastase.
c) Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena kanker belum metastase.
d) Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan pada infiltrate paru dimana parenkim
paru lebih padat / mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-paru paien yang
disebabkan pada paru-paru pasien didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika
kanker telah bermetastase pada organ paru.
e) Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi pleura akibat metastase dari kanker
mammae yang berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
4) Auskultasi
a) Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi hampir terdengar seluruh lapangan pare dan
inspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. suara nafas tambahan
tidak ada, seprti ronchi (-) dan wheezing (-)
b) Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru clan inspirasi
lebih panjang lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya buni nafas klien juga
dapat terdengar bronkovesikuler dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti
ronchi (-) dan wheezing (-)
c) Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir seluruh lapangan paru dan inspirasi
yang lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan bronkovesikuler
yaitu pada daerah suprasternal, interscapula: campuran antara element vaskuler dengan
bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti : Ronchi (+) dan wheezing (-)
d) Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras
nadanya lebih tinggi dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara nafas tambahan
seperti: Ronchi dan Wheezing ini disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh bagian
payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang rusuk, dan otot dada sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis.
e) Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih
keras, nadanya lebih tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat suara tambahan
seperti : Ronchi dan wheezing. Ini disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh lainnya
seperti parupare sehingga mengakibatkan terj adnnya penurunan ekspansi paru dan
compressive atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada daerah lobus paru.
e. Jantung (Kardiovaskuler)
1) Inspeksi
Biasanya iktus tidak terlihat
2) Palpasi
Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
3) Perkusi
Batas jantung normal, (batas jantung kanan RIC II, linea staralis dektra, batas jantung kiri
RIC V,1 jari media linea clavukularis sinistra)
f. Auskultasi
Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
g. Mammae (payudara)
1) Inspeksi
Biasanya ada benjolan yang menekan payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk
2) Palpasi
Teraba benjolan payudara yang mengeras dan teraba pembengkakan dan teraba pembesaran
kelenjar getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di bawah ketiak.
h. Perut
1) Inspeksi
Biasanya tidak ada pembesaran
2) Palpasi
Biasanya bising usus (-)
3) Perkusi
Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4) Auskultasi
Tympani
i. Genitourinaria
Biasanya genetalia bersih
j. Ekstremitas
Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
k. Sistem intergument
Biasanya terjadi perubahan pada kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis
Kolaborasi
a. kembangkan rencana manajemen a. rencana terorganisasi
nyeri dengan klien dan dokter mengembangkan kesempatan untuk
kontrol nyeri terutama dengan nyeri
kronis, klien atau orang terdekat harus
aktif menjadi partisipasin dalam
manajemen nyeri di rumah
b. Berikan analgesik sesuai dengan b. Nyeri tekan adalah komplikasi dari
indikasi kanker, meskipun respon individual
berbeda.saat perubahan penyakit atau
pengobatan terjadi,penilaian dosis dan
pemberian akan di perlukan
2. Ketidak efektifan Tujuan : Mandiri:
pola nafas pola nafas kembali efektif a. Atur posisi klien senyaman mungkin a. Isi rongga abdomen terdorong
berhubungan dengan Kriteria hasil : dengan meninggikan daerah kepala kebawah sehingga tidak mendesak
efek dari desakan a. Bunyi nafas vesikuler diafragma
paru oleh difragma b. RR normal(20-24x/menit) b. Monitor vital signs b. Perubahan dari vital sisgn
sekunder terhadap c. Tidak ada tanda-tanda dapat di jadikan sebagai pedoman
ancites dan efusi sianosis dan pucat untuk mengambil keputusan dalam
pleura d. Tidak ada sputum tindakan selanjutnya
c. Anjurkan klien nafas dalam dengan c. Dengan nafas dalam
menarik nafas melalui hidung dan diharapkan dapat mempelancar O2
mengeluarkan melalui mulut secara pelan- keparu-paru
pelan
d. Diskusikan penyebab dari sesak d. Dengan adanya diskusi dengan
nafas klien klien diharapkan klien menerima Apa
penyebab dari sesak nafas
Kolaborasi:
a. Kolaborasi dengan dokter dalam a. pemberian oksigen yang
pemberian oksigen sesuai dengan program akan lebih
bermanfaat bagi klien dalam
mengatasi sesak nafas dan mensuplai
O2 yang mencukupi
b. Kolaborasi dengan tim dokter dalam b. Mencegah kekeringan mukosa
pemberian obat-obatan (ekspektoran membran, mengurangi kekentalan
dan bronkodilator) secret dan memperbesar ukuran
lumen trakeobroncial
3. Gangguan Tujuan: Mandiri:
pemenuhan Kebutuhan nutrisi terpenuhi a. pantau masukan makanan setiap hari. a. Mengidentifikasi kekuatan atau
kebutuhan nutrisi Kriteria hasil: biarkan pasien menyimpan buku harian defisiensi nutrisi
berhubungan dengan a. nafsu makan meningkat tentang makanan sesuai dengan indikasi
intake yang tidak b. klien tidak lemah b. Ukur tinggi, berat badan, dan b. Membantu dalam
adekuat,mual dan c. Penambahan berat badan ketebalan trisep (atau pengukuran mengidentifikasi malnutrisi protein,
muntah yang progresif,dan bebas dari antropometrik lain sesuai dengan indikasi, kalori, khususnya bila berat badan dan
tanda-tanda malnutrusi timbang berat badan setiap hari) pengukuran antropometri kurang dari
d. Hb normal(12-14 gr/dl) normal
c. Dorong klien makan diet tinggi kalori c. Kebutuhan jaringan metabolik
kaya nutrient , dengan masukan cairan ditingkatkan begitu juga cairan(untuk
adekuat menghilangkan produk sisa)
d. Nilai diet sebelum dan segera d. Keefektifan penilaian diit sangat
pengobatan misal makanan bening, cairan individual dalam penghilangan mual
dingin, skrekers kering, roti panggang, pasca terapi
minuman karbonat, berikan cairan 1 jam
sebelum atau 1 jam setelah makan
e. Control faktor lingkungan misalnya e. Dapat menriger respon mual atau
bau kuat atau tidak sedap atau muntah
kebisingan.hindari makanan terlalu manis,
berlemak atau makanan pedas
Kolaborasi:
a. tinjau ulang pemeriksaan a. Membantu mengidentifikasi
laboratorium sesuai dengan indikasi misal derajat ketidakseimbangan biokimia
limfosi total , transferin serum,dan albumin atau malnutrisi dan mempengaruhi
pilihan intervensi diet
4 Intoleransi Tujuan: kembali melakukan Mandiri :
aktivitas aktivitas a. Rencana keperawatan untuk a. Periode istirahat sering
berhubungan Kriteria : memungkinkan periode istirahat diperlukan untuk memperbaiki atau
dengan penurunan a. Melaporkan perbaikan menghemat energi
produksi rasa berenergi b. Buat tujuan aktivitas realitas dengan b. Memberikan rasa control dan
energy,peningkatan b. Melakukan aktivitas dan pasien mampu menyelesaikan
energy (status berpartisipasi dalam c. Dorong pasien untuk melakukan apa c. Meningkatkan
hipermetabolik) beraktivitas yang di inginkan saja bila mungkin misalnya mandi kekuatan/stamina dan memampukan
pada tingkat kemampuan duduk,bangun dari kursi, dan berjalan. pasien menjadi lebih aktif tanpa
tingkat aktivitas sesuai dengan kemampuan. kelelahan yang berarti.
d. Pantau respon fisiologi d. Toleransi sangat bervariasi
aktivitas,perubahan pada TD atau frekuensi tergantung pada tahap proses
jantung/pernafasan. penyakit.
Kolaborasi :
a. Berikan 02 suplemen sesuai indikasi
a. Adanya anemia/ hipoksemia
menurunkan ketersediaan 02 untuk
ambilan seluler dan memperberat
keletihan.
5 Gangguan rasa Tujuan : Kecemasan Mandiri :
aman : cemas berkurang a. Tinjauan ulang pengalaman pasien / a. Membantu dalam
berhubungan Kriteria hasil : orang terdekat sebelumnya dengan kanker. mengidentifikasi rasa takut dan
dengan krisis a. klien tampak tenang kesalahan konsep berdasarkan pada
situasi (kanker), b. Mau berpartisipasi dalam pengalaman dengan kanker.
ancaman pada program terapi b. Mendorong perasaan pasien untuk b. Memberikan kesempatan untuk
perubahan status mengungkapkan pikiran dan perasaan. memeriksa rasa takut realitas serta
kesehatan,fungsi kesalahan konsep tentang diagnosis.
peran perubahan c. Berikan lingkungan terbuka dimana c. Membantu pasien untuk merasa
gambaran tubuh pasien merasa aman untuk menduskusikan di terima pada adanya kondisi tanpa
atau menolak untuk bicara. ada perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat dan
d. Bantu pasien atau orang terdekat dalam kontrol.
mengalami dan mengklasifikasi rasa takut d. Keterampilan koping sering
untuk memulai mengembangkan strategi rusak setelah diagnosis dan selama
koping untuk menghadapi fase pengobatan yang berbeda.
rasa takut. dukungan dan konseling sering perlu
untuk memungkinkan individu
mengenal dan menghadapi rasa takut
dan untuk meyakini bahwa strategi
e. Mempertahankan kontrak sering dengan kontrol atau koping tersedia.
pasien,bicara dengan menyentuh pasien e. Memberikan keyakinan bahwa
dengan tepat. pasien tidak sendiri atau di tolak :
berikan respek dan penerimaan
f. Dorong pasien untuk mengekspresikan individu.
perasaannya. f. Proses kehilangan bagian tubuh
membutuhkan penerimaan, sehingga
pasien dapat membuat rencana untuk
g. Diskusikan tanda dan gejala depresi. masa depannya.
g. Reaksi umum terhadap tipe
prosedur dan kebutuhan dapat di
kenali dan di ukur.
3. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and
Sorensen, 2000).
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan
dari implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and Sorensen, 2000).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
TERAPI OBAT
Pada tgl 05 06 07 januari 2016 hari jumat ,sabtu, mimggu
Jenis obat cara pemberian dosis
Meropenem iv 2x1
Ranitidin iv 2x1
Ketorolak iv 2x1
metronidazole inf
PEMERIKSAAN DIGNOSTIK
1. Laboratorium
no.lab : 1602002710
asal : family bedah
no.mr : a365161
jovial 18 th
ket.klinis : susp ca mamae post debridemen
RESUME KASUS
No Data fokus Etiologi Masalah
1 Ds: -klien mengatakan Tindakan pembedahan Nyeri
nyeri pada luka
operasi Terputus nya kontinuitas
Do :- klien jaringan
tampak meringis
kesakitan Merangsang saraf pefiper
- terdapat luka operasi
pada bagian mamae - Menimbulkan rangsangan nyeri
sebelah sinistra
-skla nyeri 6 dari 1-10 Implus di kirim otak bagian
-td: 110/80 mmhg thalamus
-rr: 21 x/mnt
-nadi: 85 xmnt Nyeri di persepsikan
-suhu: 36,1 drajat
Nyeri
2 Ds :- Luka operasi Resiko tinggi
Do: terdapat luka infeksi
oprasi pada bagian Jalan masuk mikro organisme
mamae sebelah
sinistra Resiko tinggi terjadi infeksi
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang kelompok lakukan pada tanggal 3 februari diperoleh data bahawa keluhan utama klien adalah klien mengatakan
nyeri pada bagian luka operasi. Klien mengatakan nyerinya semakin bertambah ketika klien melakukan aktifitas terbangun dari tempat tidur dan
berjalan. Nyeri tersebut berpusat di mammae sinistra. Nyeri dirasakan seperti di sayat-sayat dengan skala nyeri 6 (skala 1-10). Klien mulai
merasakan nyerinya semenjak operasi.
4.3 Perencanaan
Perencanaan yang kelompok ambil berdasarkan dari rumusan diagnosa dan intervensi NIC NOC
4.4 Implementasi
Implementasi yang pengkaji lakukan sesuai dengan yang sudah di susun, yaitu seperti Mempertahankan dan membantu posisi klien
senyaman mungkin, menganjurkan dan membantu klien untuk teknik relaksasi seperti tarik nafas lewat hidung dan menghembuskan lewat
mulut, memberikan obat sesuai kolaborasi, membersihkan luka dan mengganti perban setiap hari.
Penanganan lanjutan untuk penghilangan rasa nyeri dilakukan dengan perawatan palliatif karena rasa nyeri tidak dapat sembuh secara cepat.
Hal ini sesuai dengan teori bahwa perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara
meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan
dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
4.5 Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada Ny. J seperti menghilangkan rasa nyeri belum teratasi karena proses penyembuhan/meringankan rasa nyeri
memerlukan waktu yang lama. Namun untuk perawatan resiko infeksi sudah teratasi dengan rutin membersihkan luka dan mengganti perban
setiap hari.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur
sehingga pertumbuhan sel tidak dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel (Brunner dan Suddarth, 2005).
Dalam kasus Ny. J menderita CA Mamae yang menyebabkan Ny. J harus menjalani operasi pengangkatan jaringan mati pada CA Mammae
tersebut. Setelah tindakan operasi ini maka ditegakan 2 diagnosa pada Ny. J yaitu:
1. Nyeri berhubungan dengan agent injuri (luka insisi operasi)
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka operasi
Dari berbagai implementasi yang dilakukan selama proses keperawatan, maka evaluasiyang didapatkan adalah:
1. Nyeri yang dirasakan Ny. J belum teratasi karena proses penyembuhan/ meringankan rasa nyeri memerlukan waktu yang lama. Untuk itu
dilakukan prosedur perawatan palliatif yaitu dengan cara memanggil perawat ke rumah untuk melakukan perawatan dirumah dan membantu
meringankan rasa nyeri yang diderita. Selain itu juga diberikan penkes pada klien mengenai cara perawatan luka sendiri di rumah, cara
mengkonsumsi obat dan jadwal kontrol ulang ke rumah sakit.
2. Resiko tinggi infeksi sudah teratasi dengan rutin membersihkan luka dan mengganti perban setiap hari.