Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN LOW BACK PAIN (LBP)

DI RUANGAN RAWAT INAP KAMBOJA


RSUD MOKOPIDO TOLITOLI

Disusun Oleh :

Nama : Silvika Al Maidah A.


Nim : PO7247320044
Kelompok : Enam

Mengetahui :

Dosen Pembimbing (TI) Pembimbing Klinik (CI)

Yasmin, S. Kep., M. Kes. Syirbashi, S. Kep., Ns.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


PRODI D III KEPERAWATAN TOLITOLI
TAHUN 2023
BAB I
KONSEP TEORI

A. Definisi Low Back Pain (LBP)


Nyeri punggung bawah adalah kondisi yang tidak mengenakkan atau nyeri
kronik minimal keluhan tiga bulan disertai adanya keterbatasan aktivitas yang
diakibatkan nyeri apabila melakukan pergerakan atau mobilisasi (Helmi, 2014).
Menurut Astuti & Koesyanto (2016) nyeri punggung bawah merupakan
keluhan otot yang menjadi penyebab utama disabilitas, penurunan kualitas hidup dan
keluhan utama bagi pekerja yang datang ke pelayanan kesehatan. Nyeri punggung
terjadi karena sikap dan beban kerja yang terlalu tinggi ditambah dengan peregangan
otot yang tidak cukup bagi pekerja.

B. Etiologi Low Back Pain (LBP)


Etiologi nyeri punggung bermacam – macam, yang palingbanyak adalah
penyebab sistem neuromuskuloskeletal. Disamping itu LBP dapat merupakan nyeri
rujukan dari gangguan sistem gastrointestinal, sistem genitorinaria atau sistem
kardiovaskuler.Proses infeksi, neoplasma dan inflasi daerah panggul dapat juga
menimbulkan LBP. Penyebab sistem neuromuskuloskeletal dapat diakibatkan
beberapa faktor seperti otot, discusinvertebralis, sendi apofiseal, kompresi saraf,
metabolik, psikogenik, umur.

C. Tanda dan gejala / Manifestasi Klinis


Berdasarkan pemeriksaannya tanda dan gejala nyeri punggung bawahdapat
dikategorikan ke dalam 3 kelompok yaitu:
1. Nyeri punggung bawah sederhana Adanya nyeri pada daerah sepanjang tulang
belakang tanpa penjalaranatau keterlibatan saraf di bawahnya. Nyeri saat
bergerak, derajat nyeri bervariasisetiap waktu, dan tergantung dari aktivitas fisik
2. Nyeri punggung bawah dengan gangguan persyarafan Gejalanya nyeri yang
menjalar ke lutut, tungkai, kaki
3. Nyeri punggung bawah menurut kegawatannya Ada riwayat trauma fisik berat
seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan kendaraan bermotor, adanya
nyeri tanpa pergerakan yang konstan danprogresif, ditemukan nyeri daerah perut
dan atau dada. Merasakan nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik
dengan posisi telentang, penurunan beratbadan yang tidak diketahui sebabnya,
menggigil, dan atau demam, pergerakanpunggung sangat terbatas dan persisten
dan adanya gejala kencing tertahan.

D. Patofisiologi
Tulang belakang dibagi ke dalam bagian anterior dan bagian posterior.
Bentuknya terdiri dari serangkaian badan silindris vertebra, yang terartikulasi oleh
diskus intervertebral dan diikatbersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan
posterior. Struktur yang peka terhadap nyeri adalah periosteum, 1/3 bangunan luar
anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua
strukturtersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus
(mekanikal, termal, kimiawi).
Pada kondisi nyeri punggung bawah pada umumnya otot ekstensor lumbal
lebih lemah dibanding otot fleksor, sehingga tidak kuat mengangkat beban. Otot
sendiri sebenarnya tidak jelas sebagai sumber nyeri, tetapi muscle spindles jelas
diinervasi sistem saraf simpatis. Dengan hiperaktifitas kronik, muscle spindles
mengalami spasme sehingga mengalami nyeri tekan. Perlengketan otot yang tidak
sempurna akan melepaskan pancaran rangsangan saraf berbahaya yang
mengakibatkan nyeri sehingga menghambat aktivitas otot.
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna untuk
melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium, fosfor, asam urat,
alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika ditemukan
kecurigaan metastasis karsinoma prostat) danelektroforesis protein serum (protein
myeloma).
2. Pemeriksaan Radiologi
a) Foto Rontgen
Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk
menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan
penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah.
b) MRI
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat
jaringan lunak.Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuanuntuk melihat vertebra
dan level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada
medula spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan herniasi diskus
pada kasus post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
c) CT
CT-Mielografimielografi merupakan alat diagnostik yang sangat berharga
untuk diagnosisLBP untuk menentukan lokalisasilesi pre-operatif dan
menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu
tumor.
G. Penatalaksanaan
1. Farmakologis
a) Analgesik dan OAINS ( Obat Anti Inflamasi NonSteroid)
Obat-obatan ini diberikan dengan tujuan mengurangi nyeri inflamasi.
Contoh analgesik sederhana yang dapat dipakai adalah paracetamol. OAINS
yang banyak dipakai adalah: sodium diklofenak/ potassium, ibuprofen,
etodolak, deksketoprofen dan selekoksib.
b) Obat pelemas otot (muscle relaxant)
Obat pelemas otot bermanfaat untuk NPB akut terutama bila penyebab
NPB adalah spasme otot. Contoh: eperison, tisanidin, karisoprodol, diasepam
dan siklobensaprin
c) Opioid
Obat ini cukup efektif untuk mengurangi nyeri, tetapi seringkali
menimbulkan efek samping mual dan mengantuk disamping pemakaian
jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat.
Disarankan pemakaiannya hanya pada kasus NPB
2. Nonfarmakologi
a) Terapi akupresur
Akupresur merupakan terapi komplementer yang tidak memiliki efek
samping dan dapat digunakan untuk menurunkan tingkat nyeri baik nyeri akut
maupun nyeri kronis. Akupresur dilakukan dengan memberikan tekanan fisik
pada beberapa titik 10 pada permukaaan tubuh yang merupakan tempat
sirkulasi energi dan keseimbangan pada kasus gejala nyeri. Akupresur terbukti
dapat mengurangi nyeri punggung.
b) Peregangan
Peregangan otot jika dilakukan dengan benar dan teratur dapat
mencegah dan membantu pemulihan nyeri punggung akibat posisi kerja yang
salah, otot menegang akibat tidak bergerak dalam waktu yang lama, peredaran
darah yang terhambat dan cedera ketegangan yang berulang

H. Komplikasi
1. Depresi, pada pasien low back pain memiliki kecendrungan mengalami depresi
sehingga akan berdampak pada gangguan pola tidur, pola makan, dan aktivitas
sehari – hari klien. Apabila depresi yang dialami pasien berlangsung lama akan
dapat menghambat waktu pemulihan low back pain.
2. Berat badan, pasien low back pain biasanya akan mengalami nyeri yang berat
dibagian punggung bawah yang menyebabkan aktivitas dan gerakan pasien
terhambat. Akibat terhambatnya aktivitas dan gerakan pasien dapat menyebabkan
kenaikan berat badan dan obesitas. Selain itu, low back pain dapat mengakibatkan
lemahnya otot. Lemahnya otot akibat hanya berdiam dalam 1 porsi akan
mengakibatkan akumulasi lemak dalam tubuh menjadi banyak.
3. Low back pain dapat menyebabkan kerusakan saraf terutama masalah pada vesika
urinaria sehingga pasien dengan low back pain akan menderita inkontinensia.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian.
a) Identistas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.
b) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari 2
bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian
bawah belakang kaki.
c) Riwayat Penyakit Sekarang. Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan
dirasakan, kapan timbulnya keluhan & apakah menetap atau hilang timbul',
hal apa yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien
sering mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu. Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah
menderita penyakit yang sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami
kecelakaan atau trauma, apakah klien pernah menderita penyakit gangguan
tulang atau otot sebelumnya.
e) Riwayat Pekerjaan
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka
terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang,
posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja statis.
2. Pemeriksaan Fisik.
a) Keadaan umum.
Meliputi : baik, jelek, sedang.
b) Tanda – tanda Vital.
TD : Tekanan darah. N : Nadi. P : Pernapasan. S : Suhu.
c) Antropometri.
BB : Berat badan. TB : Tinggi badan.
d) Sistem pengidraan.
Mata : lapang pandang. Hidung : kemampuan penciuman. Telinga : keadaan
telinga dan kemampuan pendengaran.
e) Sistem pernapasan.
pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara, dan bunyi tambahan ronchi,
wheezing.
f) Sistem kardiovaskuer.
Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi, bunyi jantung.
g) Sistem gastrointestinal.
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan minum, peristaltik usus dan
eliminasi.
h) Sistem integumen.
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna permukaan kuku.
i) Sistem muskuloskletal.
Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas bawah,
j) Sistem endokrin.
Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.
k) Sistem reproduksi.
Nilai keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis.
1. Fungsi cerebral.
2. Status mental : orientasi, daya ingat, dan bahasa.
3. Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow
Coma Scale (GCS).
4. Kemampuan bicara.
5. Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, dan kekuatan oto.
6. Fungsi sensorik : Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
7. Fungsi cerebrum : Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.

B. Diagnosa yang mungkin muncul


1. Nyeri berhungan dengan agen pencedera fisik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri kekakuan otot.
3. Nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan kurang aktivitas fisik harian.
C. Intervensi keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam pasien tidak mengalami nyeri.

Kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri.
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
3) Mampu mengenali nyeri.
4) Menyatakan rasa aman setelah nyeri berkurang.
5) Tanda vital dalam rentang normal.
6) Tidak mengalami gangguan tidur.

Rencana Tindakan :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
penchayaan, dan kebisingan.
5) Kaji kultur budaya yang mempengaruhi respon nyeri.
6) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
7) Gunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri.
8) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menetukan intervensi.
9) Ajarkan teknik non farmokologi : nafas dalam, relaksasi, distraksi, kompres
hangat / dingin.
10) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
11) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang, dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur.

2. Gangguan fisik berhubungan dengan nyeri kekakuan otot.


Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam gangguan mobilitas fisik
teratasi.

Kriteria hasil :
1) Klien meningkat dalam aktifitas fisik.
2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas.
3) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatakan kekuatan dan kemampuan
berpindah.
4) Memperagakan penggunaan alat bantu.

Rencana Tindakan ;
1) Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon pasien saat
latihan.
2) Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi.
3) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulansi sesuai.
4) Bantu klien dalam perubahan gerak.
5) Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik, dan keseimbangan.
6) Ajarkan pasien tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulansi.
7) Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi.
8) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi.
9) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk pemasangan konset).
10) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara mandiri.
11) Berikan alat bantu jika diperlukan.

3. Nutrisi lebih dari kebutuhan berhubungan dengan kurang aktivitas fisik harian.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nutrisi
lebih dari kebutuhan dapat teratasi.

Kriteria Hasil :
1) Menentukan target berat badan dalam rentang normal
2) Memiliki komitmen pada rencana makan yang sehat
3) Menetapkan latihan rutin
4) Memonitor berat badan
5) Memonitor IMT

Rencana Tindakan :
1) Identifikasi kemampuan klien dan keluarga menerima informasi
2) Berikan kesempatan keluarga dank lien untuk bertanya
3) Anjurkan duduk 20 – 30 menit setelah makan
4) Anjurkan mengganti bahan makanan sesuai diet yang di programkan
5) Rujuk ke ahli gizi dan sertakan keluarga, jika perlu

D. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat yang
akan memberikan perawatan kepada pasien dan sebaiknya tidak bekerja sendiri tetapi
juga melibatkan tenaga medis yang lain untuk memenuhi kebutuhan pasien
(Ramdhan, 2021)
Tindakan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan dispepsia yaitu
fokus pada pengajaran klien tentang penyebab dispepsia dan makanan yang mungkin
memperburuk penyakit, bantu klien untuk mengkaji faktor-faktor yang dapat memicu
peningkatan manifestasi seperti stres, konsumsi makanan dan alkohol, menghentikan
asupan makanan iritatif seperti kopi dan sejenisnya(Muya et al., 2020)

E. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan/ kriteria hasil yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan tenaga medis yang lain
agar mencapai tujuan/ kriteria hasil yang telah ditetapkan(Ramdhan, 2021).
DAFTAR PUSTAKA

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. F. (2017). Nursing Diagnosis


Handcbock, An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis :
Elsevier.

Anonim. 2003. Rehabilitasi Medik Cegah Kecacatan Pasien. Pikiran Rakyat Cyber
Media. Bandung. http//:www.pikiranrakyatcybermed. co.id. Diakses tanggal 2
Juli 2006.

Brunner & Suddarth. 2002. Alih Bahasa Monika Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC.

Fernandez, C. 2009. Prevalence of neck and low back pain in communityDwelling


adults in spain:A Population-Based National study.
http://journals.lww.com/spinejournal/fulltext/2011/0210/prevalence_o
f_neck_and_low_back_pain_in.21.aspx(diakses pada 6 Juli 2014).

Sadeli HA, Tjahjono B. 2001. Nyeri punggung bawah. Dalam: Meliala L,


Suryamiharja A, Purba JS. Nyeri neuropatik, patofisioloogi dan
penatalaksanaan. Jakarta: Perdossi. Hlm. 145-67.

Anda mungkin juga menyukai