Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS


PADA KLIEN DENGAN MIOMA UTERI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah keperawatan anak

Dosen Pengampu : Ns. Yuni Astuti, M.Kep.

Oleh Kelompok 6 :
1. Alba Yudha Bintara (20101440117004)
2. Annisa Sulistyaningtyas (20101440117011)
3. Ervina Maya Savitri (20101440117030)
4. Tanjung Dilli Murti (20101440117087)
5. Tria Friska Ningrum (20101440117091)
6. Wahyu Sandi N. (20101440117096)
7. Zulaikha Putri Hapsari (20101440117101)

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM IV/DIPONEGORO


SEMARANG
2018/2019
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2010 kejadian mioma uteri terbanyak masih pada kelompok umur
>35 tahun yaitu sebanyak 43 orang (63,2%) dan 45 orang (66,2%) terjadi pada multi
para. Periode Januari 2011 –Mei 2011 angka kejadian mioma uteri yaitu 39 orang
(35,8%) dari 109 kasus ginekologi yang dirawat. Angka tersebut lebih tinggi bila
dibandingkan penderita cacer serviks yang hanya 21 orang (19,3%), penderita kista
ovarium 13 orang (11,9%), penderita menometroragi 12 orang (11%) serta penyakit
ginekologi lainnya sebanyak 24 orang. Seperti halnya tahun-tahun
sebelumnya,insiden si mioma uteri pada tahun 2011 ini pun terjadi pada kelompok
umur >35 tahun sebanyak 28 orang (71,8%) dan terjadi pada wanita multi para yaitu
sebanyak 26 orang (66,7%). Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum
terjadinya. Menarche (Dewi,2009)

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSIIPTPNVIII Kabupaten subang,


angka kejadian mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 17 orang (15%) dari jumlah 34
kasus ginekologi yang dirawat. Dari 17 orang penderita mioma uteri tersebut,kejadian
terbanyak terjadi pada umur 41-50 tahun yaitu berjumlah 11 orang (64,7%) dan
terjadi pada multi para (P2-P5) yaitu sebanyak 9 orang (52,9%). Periode Januari
2011- Mei 2011 penderita mioma uteri adalah 8 orang (28,6%) dari 28 kasus
ginekologi yang dirawat. Dengan insiden siter banyak pada umur 41-50 tahun yaitu 5
orang (62,5%) dan terjadi pada multi para (P2-P5) yaitu berjumlah 5 orang (62,5%).
Angka kejadian mioma uteri di RSUD Subang pada tahun 2008 sebanyak 49 orang
(35,5%) dari 138 kasus ginekologi yang dirawat. Pada tahun 2009 sebanyak 85 orang
(30,5%) dari 279 kasus ginekologi yang dirawat dan pada tahun 2010 terdapat 68
orang penderita mioma uteri (29,8%) dari 228 kasus ginekologi yang dirawat.
Walaupun secara persentase dari tahun 2008–2010 mengalami penurunan, namun
insiden simioma uteri setiap tahun nya selalu terjadi pada kelompok umur >35 tahun
dan pada wanita dengan status multi para. Pada tahun 2008 mioma uteri terjadi pada
kelompok umur >35 tahun sebanyak 41 orang (83,7%) dan 30 orang (21,7%) terjadi
pada wanita multi para. Tahun 2009 sebanyak 53 orang (62,4%) mioma uteri masih
terjadi pada kelompok umur 4>3 5 tahun dan 45 orang (52,9%) terjadi pada multi
para.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dari Mioma Uteri?

2. Bagaimana Klasifikasi Mioma Uteri?

3. Apa etiologi dari Mioma Uteri?

4. Bagaimana Pathofisiologi Mioma Uteri?

5. Bagaimana tanda dan gejala terjadinya Mioma Uteri?

6. Bagaimana Pathway dari Mioma Uteri?

7. Bagaimana Diagnosis Mioma Uteri?

8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Mioma Uteri?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian dari Mioma Uteri.

2. Mengetahui Klasifikasi Mioma Uteri.

3. Memahami etiologi dari Mioma Uteri.

4. Memahami Pathofisiologi Mioma Uteri.

5. Memahami tanda dan gejala terjadinya Mioma Uteri.

6. Memahami Pathway dari mioma Uteri.

7. Bagaimana komplikasi bila mioma uteri tidak segera datasi?

8. Bagaimana pentalaksanaan untuk mioma uteri?

9. Memahami Diagnosis dari Mioma Uteri.

10. Memahami Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Mioma Uteri.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Mioma uteri adalah neoplasmajinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpang sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leimioma,atau fibroid (Mansjoer,2007)

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Bisa juga disebut fibromioma uteri, leimioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitala wanita, terutama wanita usia produktf. Walaupun
tidak sering, disfungsi reproduksi yang dkaitkan dengan mioma mencakup
infertilisasi, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum,2003)

B. Klasifikasi

Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh,
Klasifikasinya sebaga berikut:

1. Mioma intramural : merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebaian


besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah,yaitu
miomauterium.

2. Mioma Subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus
yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma
ini bertangkai (Pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari
induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum
disebut Wandering/Parasitic fibroid.

3. Mioma Submukosa : merupakan miomayang tumbuh dari dinding uterus paling


dalam sehngga menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, keudian dilahirkan
melalui saluran serviks, yang disebut mioma geburt.

4. (Chelmor, 2005)

C. Etiologi

Etiologi dari mioma uteri belum diketaui secara pasti. Namun, peningkatan reseptor
estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri mempengaruhi pertumbuhan tumor.
Miomauteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan
waita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan satu atau 2x (Khashaeva, 1992).

D. Pathofsiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. Ukuran miyoma sangat bervarasi,
sangar sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat jugaterjadi
pada servik. Tumor subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan
meyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebakan penghambat terhadap uterus dan meyebakan perubahan rongga uterus.
Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangka dan menonjol
melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi atau ulserasi.
Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dai
miyoma yang mengobstruksi ataumenyebakan absorbsi secara spontan, dan hal ini
menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

E. Tanda dan Gejala

Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:

1. Perdarahan abnormal berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-


faktor yang meyebakan perdarahan antara lain:

a. Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium


katena pengaruh ovarium.

b. Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya,

c. Atrofi endometrium di atas di atas mioma submukosum,

d. Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma diantara


serabut miometrium.

2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyei terutama saat
menstruasi.

3. Pembesaran perut bagian bawah,

4. Uterus membesar merata,

5. Infertilsasi,

6. Perdarahan setelah bersenggama,

7. Dismenore,

8. Abortus berulang,

9. Poliuri, retensi urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.

(Chelmow,2005)
F. Pathway
G. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uter secara umum, yaitu:

1. Degenerasi Ganas : kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (Putaran Tangkai) : sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadi sindrom abdomen akut.

H. Penatalaksanaan Mioma Uteri

a. Konservatif

Penderita dengan mioma kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan


pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. kehamilan 10-
12 munggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada tangkai, perlu
diambil tindakan operasi.

b. Medikamentosa

Terapi yang dapat memperkecil volume atau menghentikan pertumbuhan


mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi
medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti
sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan untuk terapi
medikamentosa adalah analog GnRHa (Gonadotropin Realising Hormon
Agonis), progesteron, danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin,
antiprostaglandin, agen-agen lain seperti gossypol dan amantadine.

c. Operatif Pengobatan operatif meliputi miomektomi, histerektomi dan embolisasi


arteri uterus.

1. Miomektomi, adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan


uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma mioma
submukosa pada mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.

2. Embolisasi arteri uterus (Uterin Artery Embolization / UAE), adalah injeksi


arteri uterina dengan butiran polyvinyl alkohol melalui kateter yang nantinya
akan menghambat aliran darah ke mioma dan menyebabkan nekrosis. Nyeri
setelah UAE lebih ringan daripada setelah pembedahan mioma dan pada UAE
tidak dilakukan insisi serta waktu penyembuhannya yang cepat

3. Radiasi dengan radioterapi Radioterapi dilakukan untuk menghentikan


perdarahan yang terjadi pada beberapa kasus.

I. Pemeriksaan Penunjang

Histerosalfingografi
Histerosalfingografi (HSG) merupakan alat yang biasa digunakan untuk melihat
penyempitan pada tuba. Alat ini juga sering digunakan untuk mengevaluasi kesuburan
pada pasien yang memiliki peningkatan risiko mengalami mioma uteri. Mioma uteri
dapat dideteksi oleh histerosalfingografi jika ia terletak di dalam kavum uteri. Alat ini
juga memiliki tingkat false positif yang tinggi, misalnya suatu mioma didiagnosa
mioma submukosa padahal mioma itu adalah intramural yang tumbuh sampai ke
endometrium. Hal ini terjadi karena alat hanya mampu membedakan perubahan pada
kavum uteri dibandingkan dengan letak mioma yang sesungguhnya. Pada satu
penelitian, hampir 25% diagnosa histerosalfingografi tidak benar ketika dilanjutkan
dengan sonohisterogram. Ada sebuah tingkat false positif yang tinggi dalam
mendeteksi polip dan mioma dengan HSG yang tidak ditemukan jika diperiksa
dengan histeroskopi. Pemeriksaan ini sederhana dalam pengoperasiannya, tetapi
pemeriksaan ini bersifat invasif dan menimbulkan ketidaknyamanan. Meskipun HSG
dapat dipakai untuk melihat penyempitan tuba akibat mioma uteri, HSG bukan
pemeriksaan optimal untuk evaluasi uterus yang memiliki mioma karenaalat ini tidak
dapat memberikan informasi mengenai mioma yang letaknya di luar kavum uteri.
(Victory, 2006)

Ultrasonografi

(USG) Pemeriksaan pencitraan yang biasanya digunakan dalam mendeteksi mioma


uteri adalah ultrasonografi. Baik secara transabdominal dan transvaginal sering
dilakukan. Gambaran transabdominal memberikan lapangan pandang yang lebih luas
dan pemeriksaan ini juga kurang invasif , tetapi alat ini tidak dapat memberikan
gambaran mioma yang ukurannya kurang dari 1 cm. Pemeriksaan secara transvaginal
memberikan gambaran yang memiliki resolusi tinggi, informasi lokasi mioma yang
tepat dan deteksi untuk mioma bahkan dengan ukuran 4 – 5 mm. Bagaimanapun juga,
pemeriksaan ini bisa mengalami penurunan sensitivitas dalam mendeteksi mioma
subserosa yang bertangkai atau yang terletak sebelah atas abdomen karena mioma
tersebut di luar lapangan pandang dari pemeriksaan ini. Pemeriksaan ultrasonografi
terhadap mioma uteri dapat bervariasi berdasarkan lokasi, ukuran, rasio jaringan ikat
terhadap jaringan otot polos, dan derajat kalsifikasi. Mioma uteri yang mengalami
perubahan degenerasi bisa mempunyai gambaran kistik, hipoekoik, atau daerah yang
dipenuhi cairan bersama dengan daerah yang mengalami nekrosis. Secara umum
mioma ditandai dengan adanya massa yang besar, berbatas tegas, ekogenik, dan
melingkar di dalam uterus. (Victory, 2006)

Magnetic

Resonance Imaging Magnetic resonance imagingmerupakan teknik pencitraan yang


paling tepat dalam menegakkan diagnosis mioma uteri karena akurasinya dalam
mendeteksi dan melokalisasi mioma uteri. Dia juga bisa memberikan keuntungan
kepada pasien yang menjalani terapi kesuburan, seperti miomektomi atau embolisasi
ateri uterus atau ketika USG transvaginal tidak dapat memberikan gambaran yang
jelas untuk diagnosa. Mioma uteri secara umum tampak sebagai massa homogen,
gelap (intensitas rendah), dan berbatas tegas. Polip endometrium sering dapat
dibedakan dari mioma uteri berdasarkan asalnya yaitu miometrium yang terlihat di
pemeriksaan ini. Mioma uteri yang ukurannya 0,5 cm juga bisa dideteksi dengan
pemeriksaan ini. Ketika mioma tumbuh lebih dari 3 cm, mioma sering memiliki
tampilan tidak homogen lagi karena berbagai tingkatan degenerasi, perdarahan dan
perubahan nekrosis pada tumor. Beberapa teknik tambahan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan ketajaman gambaran, meliputi pemberian glukagon untuk
membatasi aktivitas usus besar, dan pemberian zat kontras melalui oral. Sebagai
tambahan, magnetic resonanceangiogram dapat membantu dalam mendeteksi suplai
darah kolateral ovarium pada mioma uteri. Hal ini adalah informasi khusus yang
berguna bagi pasien yang akan menjalankan embolisasi arteri uterus. (Victory, 2006)

Histeroskopi

Pemeriksaan histeroskopi untuk mioma uteri merupakan pemeriksaan gold standard.


Pemeriksaan ini khususnya sangat berguna pada perempuan dengan mioma uteri
submukosa dan polip yang tidak dapat ditemukan saat pembedahan. Histeroskopi
memberitahukan lokasi akurat mioma submukosa dan batas yang jelas dari mioma
bertangkai dan polip. Pemeriksaan ini juga dapat melihat distorsi endometrium akibat
mioma intramural. Manfaat pemeriksaan ini secara umum meliputi visualisasi
langsung, tindakan terapi yang terus-menerus, dan komplikasi yang minimal.
Kerugian dari pemeriksaan ini meliputi ketidakmampuan dalam mendeteksi
pertumbuhan intramiometrial, dan kebutuhan akan obat analgesik atau anastetik.
(Victory, 2006)
J. Diagnosis

Diagnosis mioma uteri dapat di tegakkan dari:

1. Anamnesis

a. Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu relatif lama.

b. Kadang disertai gangguan haid,

c. Nyer perut bila terinfeksi,terountir mioma bertangkai atau pecah

2. Pemerksaan Fisik
K. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

a. Data biografi pasien

b. Riwayat kesehatan saat ini: keluhan utama masuk rumah sakit, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnyakeluhan, faktor yang meperberat, upaya
yang dilakuka untuk mengatasi, da diagnosis medik.

c. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, rwayat
alergi, imunisasi kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol.

d. Riwayat kesehatan keluarga : penyakit keturunan, penyakit meular.

e. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dngan
kanker servik pemeriksaan fisk dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah
pengkaian obsterti dan ginekologi meliputi:

1) Riwayat kehamilan, meliputi : ganggua kehamilan, proses persalinan, lama


persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta
laktasi, masalah bayi dan keadaan saat ini.

2) Pemeriksaan genitalia

3) Pemeriksaan payudara

4) Riwayat operasi ginekologi

5) Pemeriksaan pap smear

6) Usia menarche

7) Menopause

8) Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

f. Kesehatan lingkungan/higienen

g. Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,


hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.

h. Data laboratorium dan pemeriksaan penunjang lain

i. Teapi medis yang diberikan

j. Efek samping dan respon pasien terhadap terapi

k. Persepsi klien trhadap penkajian


2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis (kanker serviks).

b. Nyeri akut b.d agen cedera fisk (terapi pembedahan).

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d faktor biologis

d. Resiko infeksi dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekunder,


ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh

e. Cemas b.d perubahan status kesehatan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari telaah pustaka yang penulis lakukan maka dapat diperoleh


kesimpulan: Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus
dan jaringan ikat yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan
leiomioma, fibriomioma atau fibroid. Miomauteri termasuk neoplasma
jinak, yang berasal dari otot uterus yang disebut juga dengan dua tempat
yaitu serviks uteri dan korpus uteri. Asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan reproduksi mioma uteri adalah suatu tindakan
keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan diagnosa yang
muncul, membuat rencana tindakan, lalu mengimplementasikan dan
terakhir mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Pada Ny. R dapat
ditegakkan 3 masalah yaitu nyeri, gangguan eliminasi dan cemas karena
kurangnya pengetahuan tentang mioma uteri. Setelah dilakukan tindakan
maka hasil evaluasi yang diperoleh semua masalah teratasi sebagian
sehingga intervensi tetap dilanjutkan.

B. Saran

Memberikan asuhan keperawatan harus lebih maksimal agar hasil yang


dicapai dapat terwujud sesuai keinginan dan mengupayakan terhadap
pasien agar menjaga kesehatan mereka supaya tidak ada orang yang sakit
serupa seperti mioma uteri. Memberikan motivasi pendidikan kesehatan
tentang mioma uteri, bagaimana mioma uteri itu bisa tumbuh di serviks,
untuk kita semua, memberikan semaksimal mungkin untuk kesehatan bagi
kita sendiri maupun orang lain atau pasien. Bagi pasien yang mengalami
kesakitan hendaknya secepat mungkin untuk memeriksa keadaan
tubuhnya. Selain itu, sekiranya pasien belum mengetahui tentang apapun
untuk menanyakan ke pihak kesehatan setempat. Peningkatan pelayanan di
Rumah Sakit hendaknya ditinjau kembali dan dilakukan perbaikan agar
pasien yang dirawat memperoleh kepuasan dan cepat sembuh.Bagi
pelayanan kesehatan akan merasa puas bila melihat pasien yang dirawat
sembuh total dan merasakan kebahagiaan itu muncul bila melihat orang
yang kesakitan menjadi sembuh total, kekeluargaan akan muncul sewaktu
pasien dirawat dan kami merawatnya. Kedepannya kami akan memajukan
untuk pelayanan kesehatan seperti mengutamakan pasien dan tidak
membeda-bedakan antara pasien dengan pasien yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/20274/14/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60896/Chapter%20II.pdf?sequence=4
&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai