Oleh Kelompok 6 :
1. Alba Yudha Bintara (20101440117004)
2. Annisa Sulistyaningtyas (20101440117011)
3. Ervina Maya Savitri (20101440117030)
4. Tanjung Dilli Murti (20101440117087)
5. Tria Friska Ningrum (20101440117091)
6. Wahyu Sandi N. (20101440117096)
7. Zulaikha Putri Hapsari (20101440117101)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 2010 kejadian mioma uteri terbanyak masih pada kelompok umur
>35 tahun yaitu sebanyak 43 orang (63,2%) dan 45 orang (66,2%) terjadi pada multi
para. Periode Januari 2011 –Mei 2011 angka kejadian mioma uteri yaitu 39 orang
(35,8%) dari 109 kasus ginekologi yang dirawat. Angka tersebut lebih tinggi bila
dibandingkan penderita cacer serviks yang hanya 21 orang (19,3%), penderita kista
ovarium 13 orang (11,9%), penderita menometroragi 12 orang (11%) serta penyakit
ginekologi lainnya sebanyak 24 orang. Seperti halnya tahun-tahun
sebelumnya,insiden si mioma uteri pada tahun 2011 ini pun terjadi pada kelompok
umur >35 tahun sebanyak 28 orang (71,8%) dan terjadi pada wanita multi para yaitu
sebanyak 26 orang (66,7%). Mioma uteri belum pernah ditemukan sebelum
terjadinya. Menarche (Dewi,2009)
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Mioma uteri adalah neoplasmajinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpang sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan istilah Fibromioma,
leimioma,atau fibroid (Mansjoer,2007)
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang berasal
dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Bisa juga disebut fibromioma uteri, leimioma
uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering
ditemukan pada traktus genitala wanita, terutama wanita usia produktf. Walaupun
tidak sering, disfungsi reproduksi yang dkaitkan dengan mioma mencakup
infertilisasi, abortus spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi (Crum,2003)
B. Klasifikasi
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka tumbuh,
Klasifikasinya sebaga berikut:
2. Mioma Subserosa : merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus
yang paling luar, yaitu serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma
ini bertangkai (Pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari
induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum
disebut Wandering/Parasitic fibroid.
4. (Chelmor, 2005)
C. Etiologi
Etiologi dari mioma uteri belum diketaui secara pasti. Namun, peningkatan reseptor
estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri mempengaruhi pertumbuhan tumor.
Miomauteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan dengan
waita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan satu atau 2x (Khashaeva, 1992).
D. Pathofsiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproferasi hal tersebut
diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. Ukuran miyoma sangat bervarasi,
sangar sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat jugaterjadi
pada servik. Tumor subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah endometrium dan
meyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar tumor ini dapat
menyebakan penghambat terhadap uterus dan meyebakan perubahan rongga uterus.
Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang menjadi bertangka dan menonjol
melalui vagina atau cervik yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi atau ulserasi.
Tumor fibroid sangat jarang bersifat ganas, infertile mungkin terjadi akibat dai
miyoma yang mengobstruksi ataumenyebakan absorbsi secara spontan, dan hal ini
menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor, perubahan
dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
2. Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyei terutama saat
menstruasi.
5. Infertilsasi,
7. Dismenore,
8. Abortus berulang,
9. Poliuri, retensi urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow,2005)
F. Pathway
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uter secara umum, yaitu:
1. Degenerasi Ganas : kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat
membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (Putaran Tangkai) : sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi,
timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian
terjadi sindrom abdomen akut.
a. Konservatif
b. Medikamentosa
I. Pemeriksaan Penunjang
Histerosalfingografi
Histerosalfingografi (HSG) merupakan alat yang biasa digunakan untuk melihat
penyempitan pada tuba. Alat ini juga sering digunakan untuk mengevaluasi kesuburan
pada pasien yang memiliki peningkatan risiko mengalami mioma uteri. Mioma uteri
dapat dideteksi oleh histerosalfingografi jika ia terletak di dalam kavum uteri. Alat ini
juga memiliki tingkat false positif yang tinggi, misalnya suatu mioma didiagnosa
mioma submukosa padahal mioma itu adalah intramural yang tumbuh sampai ke
endometrium. Hal ini terjadi karena alat hanya mampu membedakan perubahan pada
kavum uteri dibandingkan dengan letak mioma yang sesungguhnya. Pada satu
penelitian, hampir 25% diagnosa histerosalfingografi tidak benar ketika dilanjutkan
dengan sonohisterogram. Ada sebuah tingkat false positif yang tinggi dalam
mendeteksi polip dan mioma dengan HSG yang tidak ditemukan jika diperiksa
dengan histeroskopi. Pemeriksaan ini sederhana dalam pengoperasiannya, tetapi
pemeriksaan ini bersifat invasif dan menimbulkan ketidaknyamanan. Meskipun HSG
dapat dipakai untuk melihat penyempitan tuba akibat mioma uteri, HSG bukan
pemeriksaan optimal untuk evaluasi uterus yang memiliki mioma karenaalat ini tidak
dapat memberikan informasi mengenai mioma yang letaknya di luar kavum uteri.
(Victory, 2006)
Ultrasonografi
Magnetic
Histeroskopi
1. Anamnesis
2. Pemerksaan Fisik
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
b. Riwayat kesehatan saat ini: keluhan utama masuk rumah sakit, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnyakeluhan, faktor yang meperberat, upaya
yang dilakuka untuk mengatasi, da diagnosis medik.
c. Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, rwayat
alergi, imunisasi kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol.
e. Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dngan
kanker servik pemeriksaan fisk dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah
pengkaian obsterti dan ginekologi meliputi:
2) Pemeriksaan genitalia
3) Pemeriksaan payudara
6) Usia menarche
7) Menopause
f. Kesehatan lingkungan/higienen
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
http://eprints.ums.ac.id/20274/14/11._NASKAH_PUBLIKASI.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60896/Chapter%20II.pdf?sequence=4
&isAllowed=y