Anda di halaman 1dari 11

Journal Reading

The Effect of The Addition of Hip Strengthening Exercises to


a Lumbopelvic Exercise Programme for The Treatment of
Non Specific Low Back Pain: A Randomized Controlled Trial
Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kepaniteraan

Stase Ilmu Penyakit Saraf RSUD dr. Soedono Madiun

Oleh :
Abdul Haris
(11711115)

Pembimbing :
dr. Dinik Wuryani, Sp.S

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

RSUD DR. SOEDONO

MADIUN

2016
Efek Penambahan Latihan Strenghtening Pelvis pada Program
Latihan Lumbopelvik untuk Terapi Non Spesific Low Back Pain:
Sebuah Penelitian Randomisasi Terkontrol

PENULIS
Karen D. Kendall, Carolyn A. Emery, J. Preston Wiley, dan Reed Ferber

SUMBER
Journal of Science and Medicine in Sport (2015) 626-631

ABSTRAK
Tujuan: Untuk membandingkan efektivitas dua jenis program latihan untuk
mengurangi nyeri dan disabilitas pada pasien Non-Spesific Low Back Pain
(NSLBP) dan untuk menilai faktor mekanik yang memiliki pengaruh dalam nyeri
dan disabilitas pada pasien NSLBP.
Metode: Single-blind, Uji Randomisasi Terkontrol
Metode: 80 peserta diikutkan dalam penelitian ini. Subjek dirandomisasi menjadi
dua kelompok dimana subjek akan menjalani salah satu program berupa latihan
lumbopelvik motorik atau program terapi latihan kombinasi antara latihan
lumbopelvik motorik dengan program latihan strengthening pinggul progresif.
Semua peserta mendapatkan sesi edukasi, 6 kali sesi rehabilitasi termasuk
pelatihan ultrasound real time, panduan manual latihan di rumah, serta logbook.
Hasil primer pada penelitian ini adalah penilaian nyeri dan disabilitas, sedangkan
untuk hasil sekunder pada penelitian ini berupa kekuatan pinggul, biomekanik dua
dimensi pada bidang frontal yang dinilai saat Tes Tredelenburg dan saat berjalan.
Analisa dilakukan saat awal penelitian dan follow-up minggu keenam.
Hasil: Tidak ditemukan hasil yang signifikan terhadap perubahan nyeri ataupun
disabilitas pada kedua kelompok, namun masing-masing kelompok menunjukkan
berkurangnya nyeri yang bermakna sebelum dilakukan program latihan.

1
Kesimpulan: Kedua program latihan ini memberikan efikasi yang sama untuk
mengurangi nyeri. Penambahan latihan strengthening lumbopelvik tidak
memberikan hasil yang signifikan terhadap nyeri pada pasien NSLBP

Kata Kunci : Terapi latihan, Penyakit kronis, Rehabilitasi, Kinematika

PENDAHULUAN
Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO)
melaporkan bahwa low back pain menyebabkan disabilitasi dibeberapa negara di
dunia. 85% low back pain merupakan low back pain non spesifik (NSLBP) yang
merupakan diagnosis yang tidak diketahui penyebabnya. Latihan kontrol motorik
menargetkan otot transversus abdominus, lumbal multifidus, dan otot dasar pelvis
yang umumnya sering digunakan dalam aktivitas sehari-hari. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa dengan latihan ini dapat mengurangi nyeri dan
kecacatan/disabilitas. Untuk membuktikan kebenaran dari efektivitas terapi, perlu
penelitian lebih lanjut mengenai latihan motorik ini.
Fungsi dari otot-otot panggul bagian bawah memegang peranan penting
dalam kesahatan muskuloskeletal. Kelemahan otot abduktor panggul biasanya
dikaitkan dengan faktor atipikal mekanik ekstremitas bagian bawah dan cedera
misalnya pada kasus nyeri di patelofemoral. Diketahui bahwa ada hubungan
antara nyeri pinggang, kelemahan otot ekstensor, dan kelemahan otot panggul.
Program strengthening otot abduktor panggul secara signifikan menurunkan nyeri
dan disabilitas pada individu yang mengalami NSLBP.Namun, untuk saat ini
intervensi kasus NSLBP difokuskan pada otot-otot bagian trunkus. Penambahan
latihan pinggul pada program latihan motorik diharapkan dapat membantu faktor
mekanik pinggul, panggul dan tulang belakang dalam mengurangi nyeri dan
disabilitas pasien NSLBP.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan efikasi dari dua
program terapi NSLBP. Peneliti membuat hipotesis bahwa dengan penambahan
latihan strengthening pinggul pada program latihan lumbopelvik dapat
menurunkan nyeri dan disabilitas secara signifikan. Tujuan lain dari penelitian ini

2
adalah untuk mengeksplorasi perubahan kekuatan dan biomekanik untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan nyeri dan disabilitas.

METODE
80 orang peserta yang sudah memenuhi kritria inklusi dimasukkan ke
dalam penelitian ini. Subjek penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok dengan
melakukan randomisasi sederhana. Proses randomisasi dilakukan oleh personil
administrator (Gambar 1). Seluruh subjek sudah menandatangani informed
consent sebelum dilakukan penelitian. Penelitian ini melibatkan dokter spesialis
rehabilitasi medik yang bertanggung jawab dalam program latihan NSLBP ini.

Gambar 1. Proses Perekrutan Subjek Penelitian

3
Penilaian variabel tergantung primer yaitu nyeri dan disabilitas. Penilaian
nyeri didasarkan dengan pengukuran Visual Analog Scale (VAS) dan penilaian
disabilitas dengan menggunakan skor Oswestry Disability Index (ODI). Penilaian
nyeri pasien diminta untuk menilai rata-rata nyeri selama 7 hari dengan
menggunakan skala 0-100 mm untuk mengetahui status nyeri pada subjek.
Penilaian skor ODI digunakan untuk menilai disabilitas akibat dari low back pain.
Untuk variabel tergentung sekunder meliputi penilaian kekuatan abduktor
pinggul, ektensor, eksternal rotator, dan internal rotator secara bilateral serta
penilaian 7 bidang frontal biomekanik yang meliputi kerampingan badan,
penurunan panggul, dan adduksi pinggul yang dinilai dengan Tes Trendelenburg
(TT), badan, panggul, dan pergerakan pinggul.
Penilaian kekuatan panggul dengan menggunakan alat force dynamometer
dimana pasien melakukan latihan maksimal sebanyak 3 kali dengan diberikan
waktu jeda istirahat selama 30 detik. Penilaian biomekanik bidang frontal 2
dimensi dnegan cara penentuan 3 koordinat 3 dimensi dengan menggunakan 8
buah kamera penagkap sistem gerak dan analisa dengan menggunakan software
komputer. Subjek diminta berdiri statis kemudian melakukan Tes Trendelenburg
selama 30 detik sebanyak 2 kali secara bergantian (tungkai kanan dan kiri) dan
subjek diminta tes berjalan selama 2-3 menit sebanyak tiga kali. Pengumpulan
data diambil setiap 30 detik.
Penentuan koordinat penanda baku dengan menggunakan perhitungan
variabel bidang frontal dengan menggunakan software MATLAB. Untuk Tes
Trebdelenburg digunakan variabel biomekanik yang meliputi penurunan panggul
kontralateral, sudut adduksi panggul ipsilateral, dan kerampingan badan.
Subjek penelitian mendapatkan sesi edukasi, 6 sesi rehabilitasi dengan
menggunakan RTUS (Real-Time Ultrasound), panduan program latihan di rumah,
dan logbook. Kelompok pertama menyelesaikan latihan kontol motorik
lumbopelvik yang berfokus pada kemampuan kontraksi otot tranversus
abdominus, multifidus, dan otot dasar panggul.diharapkan subjek dapat
meningkatkan fungsionalnya dalam melakukan aktivitas. Kelompok dua

4
menyelesaikan program latihan lumbopelvik yang dikombinasikan dengan latihan
penguatan panggul sccara progresif.
Subjek diminta untuk tidak melakukan program latihan rehabilitasi lain
seperti yoga atau pilates selama penelitian. Penggunaan OAINS (Obat Anti
Inflamasi Non Steroid) masih diizinkan namun dibatasi pada 24 jam sebelum sesi
percobaan. Subjek diminta untuk melakukan latihan kardiovaskular secara teratur
dan konsisten selama penelitian berlangsung (6 minggu).
Analisa data primer dengan menggunakan analisis intent-to-treat (ITT)
dimana data yang hilang diganti dengan data pengamatan terakhir. Normalitas
distribusi data secara kontinu diperiksa dengan grafik uji Shapiro-Wilk dengan
interva kepercayaan 95%. Analisa multivariat dengan menggunakan regresi linier
bertujuan untuk membandingkan antara perubahan nyeri dan disabilitas diantara
kedua kelompok diikuti dengan intervensi latihan selama 6 minggu dan variabel
prediktor independen yang diperagakan pada setiap kelompok.
Analisa data sekunder hampir sama dengan analisa data primer dengan
melakukan uji normaltas data dengan tes Shapiro-Wilk. Kesamaan variasi antara
kedua kelompok telah diuji dengan uji rasio variasi. Perbedaan perubahan skor
antara kedua kelompok diperiksa dan disesuaikan untuk beberapa perbandingan
dengan menggunakan koreksi Bonferroni.

5
HASIL
Dari total 559 individu yang dihubungi peneliti antara bulan Juni 2011
sampai Juli 2012, 120 subjek diundang untuk dilakukan skrining awal. Dan pada
akhirnya 80 subjek yang memenuhi kriteria menjalani randomisasi dan dibagi
menjadi dua kelompok (Tabel 1).

Tabel 1. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Penelitian

Pada data awal peneltian (Tabel 2) tampak pada kedua kelompok memiliki
distribusi faktor demografi yang serupa. Kemudian dari variabel-variabel tersebut
diketahui bahwa variabel-variabel tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap
nyeri dan disabilitas.

Tabel 2. Distribusi Subjek pada Kedua Kelompok Sebelum Penelitian

Pada
analisa hasil
primer,
secara
statistik
tidak
didapatkan
hasil yang

6
signifikan terkait perubahan nyeri dan disabilitas terhadap kedua kelompok
dengan nilai p masing-masing 0,29 dan 0,85 (Tabel. 3). Namun secara kuantitatif
terdapat penurunan persentase subjek yang mengalami perubahan nyeri dan
disablitias

Tabel 3. Hasi Analisa Statistik Hasi Primer

Tabel 4. Hasil Analisa Tingkat Kejadian

Pada hasil catatan logbook didapatan bahwa dari 100% total sesi latihan
sebanyak 42 kali sesi latihan, kelompok pertama menyelesaikan sesi latihan rata-
rata 88% dari total program latihan dengan rata-rata 6,2 sesi per minggu.
Sedangkan kelompok kedua menyelesaikan sesi latihan rata-rata 85% dari total
program latihan dengan rata-rata 5,8 sesi per minggu. Pada kegiatan latihan
kardiovaskular, kelompok pertama rata-rata menyelesaikan latihan sekitar 155
menit sedangkan kelompok kedua menyelesaikan latihan rata-rata dalam waktu
150 menit.
Pada analisa hasil sekunder hanya berupa data hasil pengamatan selama
penelitian. Sebanyak 9 data subjek yang keluar dari penelitian tidak diikutsertakan
dalam analisa data. Selain itu 6 data biomekanik tidak dimasukkan dalam analisa
hasil sekunder. Hasil sekunder yang dianalisa berupa kekuatan abduksi panggul
kiri, ekstensi panggul kiri dan kanan, rotasi ekternal panggul kiri dan kanan, rotasi

7
internal panggul kiri dan kanan, penurunan panggul kiri dan kanan, serta ekskursi
trunkus biomekanik. Perbandingan antara kedua kelompok menunjukkan
perbedaan yang signifikan pada kekuatan rotasi internal panggul sebelah kanan
kanan (p = 0,001) dan kiri (p = 0,003) pada kelompok dua. Selain itu terdapat
hasil yang signifikan antara perbedaan kekuatan ekstensi panggul kanan (0,002)
dan kiri (p = 0,003), rotasi eksternal pinggul kanan (p = 0,0001), serta kekukatan
rotasi internal panggul kanan (p = 0,0001). Tidak ada perbedaan yang signifikan
kekuatan panggul pada Kelompok Satu.

DISKUSI
Penelitian ini merupakan penelitian pertama kali yang meneliti efek
penambahan latihan strengthening panggul pada latihan program kontrol motorik
sebagai terapi pasien dengan NSLBP. Hanya sedikit perbedaan perubahan skala
nyeri dan tdak ditemukan perubahan yang signifikan terhadap disabilitas pada
kedua kelompok. Hasil ini sama dengan penelitian sistematik review sebelumnya
yang meneliti tentang program latihan kontrol motorik.
Pada hasil perubahan tingkat disabilitas menunjukkan hasil kurang dari
1% pada kedua kelompok terkait perubahan klinis terhadap disabilitas. Pada awal
penelitian, kelompok pertama memiliki skor disabilitas 20% sedangkan kelompok
dua dengan skor disabilitas 22%. Kelompok pertama menunjukkan peningkatan
kecil dan secara statistik tidak signifikan terhadap kekuatan pinggul setelah
intervensi diberikan. Sedangkan pada kelompok kedua menunjukkan peningkatan
yang signifikan kekuatan panggul sebagai manfaat dari latihan strengthening
panggul.
Namun, peningkatan kekuatan pinggul yang diharapkan peneliti dinilai
kurang pada penelitian ini. Hal ini berkaitan dengan kekuatan pinggul dari peserta
pada awal penelitain. Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa penurunan
kekuatan otot ektensor panggul dan kelemahan otot pinggul telah dikaitkan
dengan kejadian low back pain dan juga terjadi penurunan yang signifikan
kekuatan otot abduktor telah dilaporkan dalam individu dengan NSLBP
sebelumnya, sampel saat ini tidak menunjukkan penurunan yang signifikan dalam

8
fungsi otot pinggul. Temuan pada awal penelitian ini mungkin menjelaskan
mengapa terjadi peningkatan yang besar pada kekuatan pinggul tidak tercapai
dalam kelompok kedua dan perbedaan besar dalam kekuatan antara kelompok-
kelompok yang tidak diamati setelah diberikan intervensi.
Peneliti membuat hipotesis bahwa peningkatan kekuatan panggul
dikombinasikan dengan perbaikan dalam kontrol motorik lumbopelvik akan
memberikan kontribusi peningkatan kontrol mekanik badan, panggul, dan pinggul
sehingga nyeri dan disabilitas akan berkurang pada subjek di kelompok kedua.
Hipotesis ini berdasarkan pada teori mekanik stabilitas spinal dan studi
biomekanik sebelumnya yang telah menunjukkan perubahan pada mekanika tubuh
bagian bawah diikuti dengan penguatan otot panggul proksimal.
Meskipun terjadi peningkatan kekuatan pinggul dan dapat mengurangi
nyeri, subjek di kelompok kedua menunjukkan tidak ada perubahan dalam
mekanika bidang frontal selama tes Trendelenburg atau berjalan. Analisis serupa
yang bertujuan mengidentifikasi mekanisme yang mendasari nyeri dan fungsi
telah dilakukan dalam suatu populasi klinis termasuk osteoarthritis panggul dan
sindrom nyeri patellofemoral. Bennell et al. melaporkan terjadi penurunan nyeri
dan peningkatan fungsi penguatan panggul tetapi tidak ditemukan adanya
perubahan pada sendi lutut saat berjalan pada pasien dengan osteoarthritis. Setelah
menjalani latiha penguatan panggul dan tulang belakang hasilnya terjadi
perbaikan yang signifikan terhadap nyeri, kemampuan fungsional, dan kekuatan
pada subjek dengan sindrom nyeri patellofemoral namun tidak ada perubahan
dalam biomekanik sendi panggul diamati.
Snyder et al. melaporkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan
terhadap kekuatan abduktor panggul penculik dan rotator internal panggul
sehingga terjadi penurunan yang signifikan di bagian ankle eversi dan adduksi
panggul selama mengikuti program penguatan panggul pada orang dewasa yang
sehat. Baldron et al. meneliti efek latihan perut, panggul, dan ekstremitas bawah
terhadap biomekanik ekstremitas bawah pada kelompok perempuan sehat dan
dilaporkan terjadi peningkatan kekuatan panggul secara signifikan disertai
penurunan puncak abduksi lutut, penurunan panggul, dan sudut adduksi panggul.

9
Beberapa studi yang telah dilaporkan yang memberikan hasil yang
signifikan dalam mekanika diikuti dengan penguatan sepert tes jongkok kaki
tunggal atau berlari dengan menggunakan treadmill untuk mengukur hasil
biomekanik, sedangkan pada penelitian ini menggunakan tes Trendelenburg dan
treadmill berjalan. Hal ini memungkinkan bahwa tes Trendelenburg dan tes
berjalan dengan menggunakan treadmill tidak cukup sensitif untuk mendeteksi
perbedaan pada lumbopelvik dan biomekanik panggul. Untuk mengevaluasi
gerakan fungsional dengan sensitivitas yang lebih baik lagi diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai hal tersebut agar hasilnya menjadi lebih baik. Selanjutnya,
telah dilakukan penelitian dengan melibatkan populasi orang sehat yang hasilnya
ditargetkan dapat memperkuat intervensi sehingga terjadi perubahan dari segi
mekanika. Namun, dalam populasi yang mengalami cedera, hubungan antara
penguatan dan mekanik kurang jelas. Munculnya nyeri berkaitan dengan cedera
kronis menimbulkan hubungan yang lebih kompleks dan multifaktorial. Studi
biomekanik menggunakan ukuran variabilitas atau koordinasi pola pergerakan
dapat digunakan untuk menilai efek dari latihan sebagai intervensi pada faktor
mekanik akibat kompensasi gerakan menetap akibat nyeri kronis.

KESIMPULAN
Penambahan latihan penguatan panggul pada program latihan kontrol
motoril lumbopelvik tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap nyeri dan
disabilitas. Penelitian ini menunjukkan bahwa kedua program latihan ini
meberikan respon yang sama terhadap nyeri dan disabilitas. Diperlukan penelitian
yang lebih lanjut untuk mengevaluasi perubahan mekanik selama peningkatan
aktivitas terhadap pergerakan fungsional tubuh dan menggunakan ukuraan
variabilitas pergerakan untuk menilai reflek kompensasi pergerakan individu
terhadap nyeri kronis.

10

Anda mungkin juga menyukai