PEMBAHASAN
Low back pain merupakan suatu keadaan gangguan muskuloskeletal yang paling
sering ditemukan dan memengaruhi kualitas hidup seseorang. Keadaan ini berupa
nyeri yang dirasakan di punggung bagian bawah, bukan merupakan penyakit ataupun
diagnosis untuk suatu penyakit namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan
di area anatomi yang terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri yang
dapat menyebabkan disabilitas dan absen pada pekerjaan (Zaina F, dkk., 2020). Nyeri
ini dapat berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun campuran dari keduanya (WHO,
2013). Masalah kesehatan yang ditemukan pada kasus ini yaitu, seorang laki-laki
berusia 42 tahun yang mengalami low back pain. Pasien mengeluhkan adanya nyeri
pada punggung bagian bawah sejak 6 bulan yang lalu dan memberat dalam 1 bulan
terakhir. Keluhan pertama kali dirasakan pada punggung kiri menjalar sampai ke
ujung kaki kiri. Jenis nyeri yang dirasakan pasien berupa nyeri radikuler. Keluhan
diperberat saat pasien berdiri lama, bangun dari posisi jongkok atau mengangkat
barang dan muncul ketika pasien selesai dari bekerja. Keluhan pasien berkurang saat
pasien istirahat, berbaring dan meminum obat antinyeri. Keluhan nyeri tidak disertai
Menurut penelitian beberapa faktor risiko dapat menyebabkan LBP umumnya faktor-
faktor penyebab LBP dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor pekerjaan, faktor
individu, dan faktor lingkungan. Faktor individu berkaitan dengan masa kerja, usia,
lama kerja, jenis kelamin, posisi kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga,
faktor lingkungan seperti getaran yang terpapar terhadap tubuh seseorang secara terus
menerus atau temperatur yang ekstrem. Faktor pekerjaan yang dapat menyebabkan
LBP contohnya adalah melakukan pekerjaan yang sifatnya repitisi, pekerjaan yang
memaksakan tenaga, dan pekerjaan yang bersifat statis (Gaya LL, 2015). Faktor
risiko yang terdapat pada pasien adalah usia, posisi kerja, kebiasaan merokok,
Pasien bekerja sebagai penyadap karet di PTPN VII Unit Kedaton. Proses pekerjaan
petani karet ada beberapa tahapan, pada tahap perawatan petani membersihkan
rumput liar disekitar pohon karet, penyemprotan obat dan pemberian pupuk, serta
mencegah hama perusak pohon karet seperti babi hutan. Tahap pemanenan proses
yang sudah membeku dari setiap pohon, pengangkatan getah karet dari kebun ke
tempat penyimpanan getah. Tahap terakhir yaitu tahap penjualan, petani mengakat
getah karet ke tempat pengepul yang sebelumnya getah ditimbang terlebih dahulu
(Wibawa MG dan Ardi SZ, 2019). Setiap proses pekerjaan yang dilakukan oleh
petani karet terdapat beberapa posisi kerja seperti membungkuk, jongkok, memutar,
Pasien berkerja terus menerus dengan durasi total kurang lebih 8 jam perhari dan
istirahat selama 2 jam sejak 10 tahun yang lalu. Durasi didefinisikan sebagai durasi
singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama
yaitu > 2 jam per hari. Ketika pasien bekerja, pasien akan melakukan gerakan yang
berulang-ulang dengan durasi waktu yang lama, sehingga risiko fisiologis utama yang
dikaitkan dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot.
Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang dari otot
menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan maka akan terjadi
kelelahan otot (Straker LM, 2000). Masa kerja juga dapat memengaruhi terjadinya
LBP akibat peningkatan masa kerja akan melakukan gerakan yang sama dan
berulang. Sehingga dapat memicu terjadinya kelelahan jaringan, dalam hal ini
jaringan otot yang dapat menyebabkan overuse, sehingga bisa menimbulkan spasme
otot. Munculnya kondisi ini sebagai efek fisiologis dari otot untuk mempertahankan
atau mencegah kerusakan yang lebih lanjut dari suatu jaringan, spasme otot ini adalah
respon dari tubuh untuk memberikan informasi ke diri kita untuk menyudahi aktifitas
yang dilakukan dan segera beristirahat agar tubuh dapat tetap terjaga dengan baik.
Selain itu masa kerja yang lama akan mengakibatkan rongga diskus menyempit
secara permanen dan akan mengakibatkan degenerasi tulang belakang yang akan
120/80 mmHg, frekuensi nadi 80 x/menit; frekuensi napas 20 x/menit; suhu 36,5ºC,
berat badan 50 kg; tinggi badan 160 cm; IMT 22 kg/m2 status gizi normal. Status
neurologis dalam batas normal (refleks fisiologis normal, refleks patologis negatif).
Status lokalis didapatkan nyeri tekan dan teraba spasme otot pada regio punggung
setinggi L4-L5, ROM terbatas akibat nyeri pada pergerakan ke arah depan, dan
Laseque test (-). Hasil pemeriksaan fisik neurologis tidak didapatkan adanya
menunjukkan hasil positif. ROM terbatas karena nyeri dapat diakibatkan terjadinya
spasme otot. Pemeriksaan penunjang pada pasien ini belum diperlukan. Pemeriksaan
penunjang dilakukan apabila diperlukan melihat vertebra dan level neurologis yang
belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula spinalis atau jaringan lunak,
menentukan kemungkinan herniasi diskus pada kasus post operasi, kecurigaan karena
Tatalaksana Low Back Pain menurut perhimpunan dokter spesialis saraf indonesia,
(CBT), pola hidup sehat dan olahraga yang cukup. Pasien pada kasus ini belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang penyakit low back pain sehingga perlu
dilakukannya edukasi pola hidup sehat (PERDOSSI, 2016). Poin edukasi yang
penyakit akibat kerja, mengedukasi posisi ergonomi yang benar pada pekerja dengan
posisi statis, mengedukasi untuk melakukan kegiatan berolahraga untuk meregangkan
otot dan kontrol kembali ke puskesmas apabila keluhan dirasakan tidak membaik.
Sedangkan secara umum, terapi farmakologi pada low back pain dibagi atas 3 kriteria
yaitu nyeri inflamasi, nyeri neuropatik, dan nyeri campuran. Pada pasien ini tidak
dan analgetik. Pada pasien diberikan Esperison HCl dua kali sehari diminum setelah
makan sebagai muscle relaxant untuk meregangkan otot-otot pasien akibat bekerja
dalam keadaan statis dan dalam durasi yang lama, serta diberikan Meloxicam 7,5 mg
dua kali sehari diminum setelah makan sebagai analgetik untuk meredakan nyeri.
Selain itu pasien juga diberikan obat yang bertujuan untuk mencegah efek samping
berupa mual akibat pemberian obat muscle relaxant dan analgetik yaitu Omeprazole
dua kali sehari sebelum makan, dan juga pasien diberikan vitamin berupa Vitamin B
1. Didapatkan faktor risiko low back pain Tn. S usia 42 tahun yaitu usia, posisi
bersifat repetitif.
hal klinis tetapi juga memandang aspek okupasi dengan menerapkan diagnosis
okupasi
4. Pada pasien telah dilakukan edukasi mengenai LBP dimulai dari edukasi
untuk mengetahui bahaya penyakit akibat kerja, posisi ergonomi yang benar
WHO. Low back pain: Priority medicines for Europe and the world 2013 update 2013
Gaya LL. 2015. Pengaruh aktivitas olahraga, kebiasaan merokok, dan frekuensi
duduk statis dengan kejadian low back pain. J Agromed Unila 2015; 2(2):186-189
Wibawa MG, Ardi SZ. 2019. Analisis risiko ergonomi pada petani karet di desa
beringin jaya way tuba kabupaten way kanan lampung. Universitas Ahmad Dalan
Ulfah D, Thamrin AR, Natanael TW. 2015. Pengaruh waktu penyadapan dan umur
tanaman karet terhadap produksi getah (lateks). Jurnal Hutan Tropis Volume 3 No. 3
247 – 52
Nurrahman MR. 2016. Hubungan masa kerja dan sikap kerja terhadap kejadian low
back pain pada penenun di kampoeng bni kab.wajo. Makassar : Program Studi
Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin