Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171

Volume 2, Nomor 1, Januari 2022

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


OSTEOARTHRITIS GENU SINISTRA DENGAN
MODALITAS TENS, IR, DAN STRETCHING EXERCISE DI
RS PKU MUHAMMADIYAH JATINOM

Yulia Vionita1, Totok Budi Santoso2*, Andika Yulian Marros3, Farid Rahman4
1,2,4 Fakultas Ilmu Kesehatan, Profesi Fisioterapi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta,
Indonesia
3RS PKU Muhammadiyah Jatinom, Klaten, Indonesia

Email: 1yuliavionita99@gmail.com, 2*tbs176@ums.ac.id

ABSTRAK Osteoarthritis Genu adalah salah satu penyakit yang mengenai sendi lutut akibat dari keausan
progresif tulang rawan artikular dan merupakan salah satu penyebab utama kecacatan. Tujuan dari studi ini
untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan m. hamstring dan
m. quadriceps, serta meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kasus Osteoarthritis Genu Sinistra
dengan modalitas TENS, IR dan Stretching Exercise. Desain studi ini dilakukan dengan cara melakukan
interview dan observasional pada seorang pasien dengan kondisi osteoarthritis genu sinistra. Dari hasil yang
diperoleh setelah dilakukan terapi sebanyak 7 kali didapatkan hasil penilaian nyeri pada lutut dengan nyeri
diam T1 = 1 menjadi T6 = 0; nyeri tekan T1=4 menjadi T6=2; dan nyeri gerak T1 = 5 menjadi T6 = 3.
Peningkatan kekuatan m. hamstring T1=4 menjadi T6=5 dan m. quadriceps T1 = 4 menjadi T6 = 5. Serta
peningkatan kemampuan aktivitas fungsional yaitu T1 dengan skor 68 yang berarti ketergantungan berat
menjadi T6 dengan skor 46 yang berarti kertergantungan sedang. Dengan demikian, pemberian modalitas
TENS, IR dan Stretching Exercise pada kasus osteoarthritis genu sinistra menunjukkan adanya perkembangan
pasien kearah perbaikan.

Kata Kunci: osteoarthritis genu, TENS, IR, stretching exercise, ADL

ABSTRACT Osteoarthritis Genu is a disease that affects the knee joint due to progressive wear and tear of the
articular cartilage and is one of the main causes of disability. The purpose of this study was to determine the
implementation of physiotherapy in reducing pain, increasing muscle strength. hamstrings and m. quadriceps,
as well as increasing the ability of functional activities in the case of Osteoarthritis Genu Sinistra with TENS,
IR and Stretching Exercise modalities. The design of this study was conducted by conducting interviews and
observations on a patient with osteoarthritis genu sinistra. From the results obtained after therapy for 7 times,
the results of the assessment of knee pain with silent pain were T1 = 1 to T7 = 0; tenderness T1=4 to T7=2;
and motion pain T1 = 5 to T7 = 3. Increased strength of m. hamstring T1=4 becomes T7=5 and m. quadriceps
T1 = 4 to T7 = 5. As well as an increase in functional activity ability, namely T1 with a score of 68 which
means heavy dependence to T7 with a score of 46 which means moderate dependence. Thus, the administration
of TENS, IR and Stretching Exercise modalities in cases of osteoarthritis of the genu sinistra indicates the
patient's progress towards improvement.

Keywords: osteoarthritis genu, TENS, IR, stretching exercise, ADL

1. PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, sehat adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial
yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan/cacat (WHO, 2015). Sedangkan menurut Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 Kementerian Kesehatan, kesehatan adalah keadaan sehat jasmani, rohani,
rohani, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Fisioterapi
adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang dirancang untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang umur melalui penggunaan penanganan manual, modifikasi gerak, peralatan
(fisik, elektroterapi dan mekanik), pelatihan fungsional, komunikasi (Permenkes No. 65 Tahun 2015 Pasal 1).
Lutut merupakan bagian kaki yang dianggap remeh dan kurang diperhatikan orang. Bahkan jika itu
adalah asumsi yang salah, terutama bagi seseorang yang obesitas. Sendi lutut terutama pada wanita terbukti
merupakan sendi yang bekerja paling keras dan memiliki risiko cedera dan osteoarthritis (OA) dua kali lipat
dibandingkan dengan pria (Rocha et al., 2020)

1
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808 - 6171
Volume 2, Nomor 1, Januari 2022
Cakupan yang luas dan cakupan pekerjaan yang luas di bidang fisioterapi membuat fisioterapi sangat
dibutuhkan di Indonesia. Fisioterapi dapat menangani banyak kasus, dari anak-anak hingga orang tua
(Sulaiman et al., 2019). Sebagai tenaga kesehatan, fisioterapi berperan penting dalam mengurangi nyeri,
meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan meningkatkan kekuatan otot, sehingga meningkatkan
kemampuan aktivitas fungsional sendi lutut pada pasien osteoarthritis genu. Osteoarthritis genu juga dikenal
sebagai penyakit sendi degeneratif lutut, biasanya merupakan akibat dari keausan progresif tulang rawan
artikular dan merupakan salah satu penyebab utama kecacatan. Penyakit sendi degeneratif dan progresif ini
mempengaruhi sekitar 250 juta orang di seluruh dunia (Hsu & Siwiec, 2021).
Berdasarkan data dari (Kemenkes, 2019), prevalensi penyakit sendi di Indonesia tercatat sekitar 7,3%
dan osteoarthritis (OA) atau radang sendi merupakan penyakit sendi yang umum terjadi. Meski sering
dikaitkan dengan pertambahan usia, atau dikenal sebagai penyakit degeneratif, penyakit sendi telah terjadi pada
masyarakat di rentang usia 15-24 tahun (angka prevalensi sekitar 1,3%), angka prevalensi terus meningkat pada
rentang usia 24-35 tahun (3,1%) dan rentang usia 35-44 tahun (6,3%).
Osteoarthritis (OA) dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan etiologinya: primer (idiopatik atau
non- traumatik) dan sekunder (biasanya karena trauma atau dislokasi mekanis). Tingkat keparahan penyakit
juga dapat dinilai berdasarkan temuan radiologis dari sistem Kellgren-Lawrence (KL) yang dijelaskan pada
tahun 1957. Osteoarthritis (OA) diyakini sepenuhnya merupakan penyakit degeneratif tulang rawan, namun,
bukti terbaru menunjukkan bahwa Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif tulang rawan. Entitas
multifaktorial yang melibatkan banyak faktor patogen seperti trauma, kekuatan mekanis, peradangan, respons
biokimia, dan gangguan metabolisme (Mora et al., 2018).
Menurut (Kisner & Colby, 2012) mendefinisikan bahwa, modalitas/alat-alat terapi latihan merupakan
alat penunjang yang dapat digunakan oleh seorang fisioterapis dalam melakukan program terapi latihan.
Berbagai jenis terapi latihan diciptakan dengan berbagai jenis fungsi dan kegunaan masing-masing. Peralatan
terapi latihan dibuat untuk membantu atau memfasilitasi pasien dalam melakukan latihan aktif terhadap
gangguan yang dimilikinya. Intervensi fisioterapi terpilih yang digunakan pada kasus osteoarthritis genu ini
adalah transcutaneous electrical nerve stimulation, infrared, dan stretching exercise berupa hamstring stretch,
calf stretch, quadriceps stretch, hip adductor stretch, piriformis stretch, dan iliotibial band stretch (AAHKS,
2010). Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui manfaat penggunaan transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS) dan infrared (IR) dalam membantu mengurangi nyeri pada penderita osteoarthritis genu
serta manfaat hamstring stretch, calf stretch, quadriceps stretch, hip adductor stretch, piriformis stretch, dan
iliotibial band stretch dapat membantu meningkatkan lingkup gerak sendi akibat osteoarthritis genu.

2. KERANGKA TEORI

2.1 Prosedur Pengambilan Data


a. Pemeriksaan fisik
Bertujuan untuk mengetahui keadaan fisik pasien. Pemeriksaan ini terdiri dari: vital sign, inspeksi,
palpasi, peemriksaan gerak dasar, pemeriksaan nyeri, pemeriksaan kekuatan otot, dan pemeriksaan
kemampuan aktivitas fungsional.
b. Interview
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara tanya jawab antara fisioterapis dengan
sumber data.
c. Observasi
Dilakukan untuk mengamati perkembangan pasien sebelum dan sesudah terapi.

3. METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitik untuk mengetahui pemeriksaan dan
perubahan yang dapat diketahui. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan interview dan observasional pada seorang pasien dengan
kondisi osteoarthritis genu sinistra. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut.

2
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021

Keterangan:
X = keadaan pasien sebelum diberikan program fisioterapi
Y = keadaan pasien sesudah diberikan program fisioterapi
Z = program fisioterapi

Permasalahan yang timbul sebelum pasien menjalani program fisioterapi adalah pasien mengalami rasa nyeri pada
daerah lutut kiri. Terdapat nyeri diam, nyeri tekan, dan nyeri gerak, spasme otot, dan penurunan kemampuan
aktivitas fungsional. Kemudian pasien menjalani pemeriksaan fisioterapi berupa nyeri dengan Verbal Analog Scale
(VAS), spasme otot dengan palpasi, pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT, pemeriksaan lingkup gerak sendi
dengan goniometer, pemeriksaan kemampuan aktivitas fungsional dengan The Western Ontario McMaster
Universities Osteoarthritis Index (WOMAC Index) dan dilakukan tes spesifik berupa: ballottement test, patrick
test, thomas test, SLR test. Setelah melakukan pemeriksaan didapatkan permasalahan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional. Oleh karena itu, fisioterapis memberikan modalitas dengan transcutaneous electrical
nerve stimulation, infrared, dan stretching exercise berupa hamstring stretch, calf stretch, quadriceps stretch, hip
adductor stretch, piriformis stretch, dan iliotibial band stretch (AAHKS, 2010) yang mana dengan modalitas
tersebut diharapkan adanya pengurangan nyeri pada daerah lutut kiri, peningkatan kekuatan otot lutut kiri, dan
peningkatan kemampuan aktivitas fungsional pasien.

3.3 Definisi Operasional


a. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah intervensi fisioterapi modalitas transcutaneous
electrical nerve stimulation (TENS), infrared (IR), dan stretching exercise berupa hamstring stretch, calf
stretch, quadriceps stretch, hip adductor stretch, piriformis stretch, dan iliotibial band stretch. Penjelasan
intervensi diuraikan sebagai berikut.
1. Intervensi fisioterapi modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimualtion (TENS)
a) Persiapan TENS: pertama cek alat terlebih dahulu mulai dari kabel dan elektroda.
b) Persiapan pasien: sebelum melakukan fisioterapi pasien harus di posisikan senyaman mungkin,
dalam kasus ini pasien dalam posisi tidur di bed, kemudian instruksikan pasien untuk melepaskan
penutup kaki khususnya bagian lutut atau celana panjang, dan berikan bantal kecil atau kain agar
lututnya rileks, setelah itu instruksikan ke pasien jika pasien akan merasakan sensasi seperti arus
listrik dan ada getaran.
c) Pelaksanaan fisioterapi: pertama beri gel pada elektroda agar elektroda mudah menempel pada kulit,
aplikasikan elektroda pada sisi medial dan lateral lutut juga taruh 2 elektroda lagi di sisi smile face,
kemudian tekan power, durasinya 15 menit, dan intensitas sesuai toleransi pasien.
2. Intervensi fisioterapi modalitas infrared (IR)
a) Persiapan Infrared (IR): cek kabel, dan cek bolam
b) Posisi pasien rileks/posisi dalam keadaan nyaman
c) Daerah yang akan di terapi bebas dari kain
d) Sinar lurus dengan daerah yang di terapi
e) Atur jarak antara 45-60 cm
f) Durasi waktu sekitar 10-15 menit.
3. Intervensi fisioterapi stretching exercise
Latihan dilakukan 3 set dengan 5-10 repetisi/set dan ditahan selama 5-30 detik.
a) Hamstring stretch
Latihan ini dilakukan dengan posisi pasien berbaring telentang, tungkai yang sehat ditekuk dan yang
sakit lurus. Kemudian letakkan handuk atau tali di sekitar bagian bawah kaki yang sakit sambil
menjaga lutut tetap lurus, tarik perlahan kaki ke arah atas menggunakan handuk untuk menarik lebih
tinggi, tahan selama 30 detik. Perlahan kembali ke posisi awal.
b) Calf stretch
Latihan ini dilakukan dengan posisi pasien berdiri kemudian mulailah dengan meletakkan jari-jari

3
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021
kaki di bagian bawah dinding/pintu dengan tumit di lantai. Pastikan jari kaki selalu mengarah ke
depan. Pastikan lutut tetap lurus dan kemudian condongkan tubuh ke depan sampai merasakan
peregangan di bagian belakang betis, tahan selama 30 detik. Perlahan kembali ke posisi awal
c) Quadriceps stretch
Latihan ini dilakukan dengan posisi pasien berdiri kemudian mulailah dengan meraih lutut dengan
tangan saat menyeimbangkan kaki yang berlawanan. Perlahan tarik kaki ke arah bokong sampai
mengalami regangan yang dapat ditoleransi di sepanjang bagian depan paha, tahan selama 30 detik.
Perlahan kembali ke posisi awal.
d) Hip adductor stretch
Latihan ini dilakukan dengan posisi pasien berbaring telentang, Pastikan menjaga jari-jari kaki
mengarah ke langit-langit dan lutut lurus. Perlahan gerakkan kaki ke samping sampai peregangan
yang nyaman terasa di selangkangan, tahan selama 30 detik sebelum kembali ke posisi awal.
e) Piriformis stretch
Latihan ini dilakukan dengan posisi pasien duduk tegak di kursi. Perlahan bawa kaki yang sakit ke
sisi kaki yang sehat dengan menggunakan tangan, tarik lutut perlahan ke arah bahu yang berlawanan
dan tahan selama 30 detik. Perlahan kembali ke posisi awal.
f) Iliotibial band stretch
Latihan ini dilakukan dengan posisi pasien berdiri dengan menyilangkan kaki yang sakit di atas kaki
yang sehat. Pastikan lutut yang berlawanan tetap lurus saat mencondongkan tubuh ke depan
mencoba menyentuh jari-jari kaki sampai peregangan yang dapat ditoleransi terasa di sepanjang
bagian luar pinggul dan ditahan selama 30 detik. Perlahan kembali ke posisi awal.
b. Variabel Terikat
1. Pemeriksaan nyeri dengan VAS
Pemeriksaan derajat nyeri dengan menggunakan Verbal Analog Scale (VAS) adalah dengan cara
menanyakan nyeri kepada pasien dan pasien disuruh menunjukkan satu titik pada garis skala nyeri (0-
10 cm). Salah satu ujung menunjukkan tidak nyeri dan ujung yang lain menunjukkan nyeri hebat
(Delgado et al., 2018).
2. Pemeriksaan kekuatan otot dengan MMT
Pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Test (MMT) dengan skala nilai 0-5, yaitu: 0 = tidak
ada kontraksi; 1 = ada kontraksi otot namun tidak terjadi adanya gerakan; 2 = mampu bergerak namun
belum bisa melawan gravitasi; 3 = pasien mampu bergerak penuh melawan gravitasi tetapi belum bisa
melawan tahanan; 4 = dapat bergerak penuh melawan gravitasi dan dapat melawan tahanan minimal; 5
= dapat penuh melawan gravitasi dan mampu melawan tahanan maksimal (Tweedy et al., 2010).
3. Pemeriksaan kemampuan aktivitas fungsional dengan The Western Ontario McMaster Universities
Osteoarthritis Index (WOMAC Index)
Lower Limb Health Assessment Tool menggunakan Western Ontario and McMaster Universities
Osteoarthritis Index (WOMAC) untuk menilai nyeri, kekakuan, dan fungsi ekstremitas bawah.
WOMAC adalah kuesioner spesifik ekstremitas bawah yang diisi sendiri dan terdapat 24 pertanyaan:
17 tentang fungsi fisik, 5 tentang nyeri, dan 2 tentang kekakuan. Setiap pertanyaan memiliki lima pilihan
jawaban, mulai dari 0 (tidak, tidak ada kesulitan, atau tidak ada gejala) hingga 4 (tidak dapat melakukan
aktivitas atau gejala ekstrim). Subskor nyeri, kekakuan, dan fungsi masing-masing berkisar dari 0
hingga 20, 0 hingga 8, dan 0 hingga 68, dan skor total WOMAC didefinisikan sebagai jumlah 24 item
yang tidak tertimbang mulai dari 0 hingga 96 (Kim et al., 2020).

4. HASIL
4.1 Pemeriksaan Nyeri

Pemeriksaan nyeri dengan menggunakan Verbal Analog Scale (VAS) diperoleh pada kasus ini dalam keadaan
diam (nyeri diam) nilai 1, pada saat ditekan (nyeri tekan) nilai 4, dan saat bergerak (nyeri gerak) nilai 5.

Tabel 1. Hasil Evaluasi Nyeri dengan VAS

Nyeri T1 T2 T3 T4 T5 T6
Diam 1 1 1 1 0 0
Tekan 4 4 4 3 3 2
Gerak 5 5 5 4 4 3

Penurunan nyeri pada kasus ini dipengaruhi oleh infrared (IR). Efek fisiologis yang diberikan adalah
meningkatkan temperatur lokal dari peningkatan temperatur ini akan menimbulkan beberapa reaksi antara lain:

4
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021
(1) meningkatkan aktivitas metabolisme; dan (2) meningkatkan aliran darah. Efek termal yang dihasilkan infrared
(IR) dapat menaikkan ambang rangsang nyeri dari serabut saraf disekitar lutut sehingga menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah, sirkulasi darah ke jaringan akan meningkat dan diikuti dengan pembuangan substansi nyeri,
sehingga akan didapatkan efek sedatif pada jaringan. Efek terapeutik yang dihasilkan adalah meningkatkan suplai
darah, mengurangi nyeri dan merileksasikan otot (Singh, 2012).
Berkurangnya nyeri karena efek Transcutaneus Electrical Nerves Stimulation (TENS) pada arus dengan
gelombang frekuensi 70 pps, durasi fase 150 ms frekuensi implus, yang sebanding dengan bioelectrity alami,
merangsang mengurangi nyeri karena dapat menghambat reseptor nyeri (nociseptor) sehingga mencegah implus
nyeri dihantarkan ke tingkat yang lebih tinggi di susunan saraf pusat. Dengan pemberian TENS maka serabut saraf
berdiameter besar akan diaktivasi dan dapat mengaktivasi sel-sel interneuron di substansia gelatinosa sehingga
susunan saraf berdiameter kecil terhalang menyampaikan rangsangan nyeri ke pusat saraf dan menutup spinal
gate. Dengan menutupnya spinal gate maka informasi nyeri terputus (Vance et al., 2014).
Latihan lutut jika dilakukan secara teratur akan meningkatkan peredaran darah sehingga metabolisme meningkat
dan terjadi peningkatan difusi cairan sendi melalui matriks tulang. Adanya kontraksi otot quadriceps dan
hamstring yang kuat akibat latihan lutut akan mempermudah mekanisme pumping action (memompa kembali
cairan untuk bersirkulasi) sehingga proses metabolisme dan sirkulasi lokal dapat berlangsung dengan baik karena
vasodilatasi dan relaksasi setelah kontraksi maksimal dari otot tersebut. Dengan demikian maka pengangkutan
sisa-sisa metabolisme (substansi P) dan asetabolic yang diproduksi melalui proses inflamasi dapat berjalan dengan
lancar sehingga rasa nyeri dapat berkurang (Susko & Kelley Fitzgerald, 2013).
4.2 Pemeriksaan Kekuatan Otot

Pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Test (MMT) ada 0-5 nilai, yaitu 0 = tidak ada kontrakksi; 1 =
ada kontraksi otot namun tidak terjadi adanya gerakan; 2 = mampu bergerak namun belum bisa melawan gravitasi;
3 = pasien mampu bergerak penuh melawan gravitasi tetapi belum bisa melawan tahanan; 4 = dapat bergerak
penuh melawan gravitasi dan dapat melawan tahanan minimal; 5 = dapat penuh melawan gravitasi dan mampu
melawan tahanan maksimal.

Tabel 2. Hasil Evaluasi Kekuatan Otot dengan MMT

Muscle Group T1 T2 T3 T4 T5 T6
m. hamstring 4 4 4 4 4 5
m. quadriceps 4 4 4 4 4 5

Peningkatan kekuatan otot dipengaruhi oleh terapi latihan berupa Resisted Active Movement. Dengan adanya
mekanisme kontraksi dan rileksasi mampu menurunkan ketegangan otot sehingga otot menjadi kendor dan lentur.
Hal tersebut memudahkan adanya pergerakan sendi. Jika suatu latihan dinamis dengan beban konstan diberikan
pada otot yang berkontraksi akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah sarkomer dan serabut otot
(filamen aktin dan miosin). Saat otot mendapat rangsangan melebihi rangsang yang diterima menyebabkan kerja
myofibril dan ekstraseluler matriks menjadi kacau. Akibatnya rantai myogenik ikut berubah yang kemudian terjadi
peningkatan jumlah dan ukuran protein myofibril kontraktil aktin dan 11 myosin serta jumlah dari sarkomer
sehingga terbentuk serabut otot yang baru, maka kekuatan otot meningkat (Kisner & Colby, 2012).
4.3 Pemeriksaan Kemampuan Aktivitas Fungsional

Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthritis Index (WOMAC) adalah kuesioner spesifik
ekstremitas bawah yang diisi sendiri dan terdapat 24 pertanyaan: 17 tentang fungsi fisik, 5 tentang nyeri, dan 2
tentang kekakuan. Setiap pertanyaan memiliki lima pilihan jawaban, mulai dari skor 0 = tidak ada; skor 1 = ringan;
skor 2 = sedang; skor 3 = berat; dan skor 4 = sangat berat. Subskor nyeri, kekakuan, dan fungsi masing- masing
berkisar dari 0 hingga 20, 0 hingga 8, dan 0 hingga 68, dan skor total WOMAC didefinisikan sebagai jumlah 24
item yang tidak tertimbang mulai dari 0 hingga 96. Interpretasi total skor WOMAC antara lain: (1) 0- 24 = ringan;
(2) 24-48 = sedang; (3) 48-72 = berat; dan (4) 72-96 = sangat berat.

Tabel 3. Hasil Evaluasi Kemampuan Aktivitas Fungsional dengan WOMAC Index

WOMAC Index T1 T6
Total score 68 46
Pemberian infrared (IR), Transcutaneus Electrical Nerves Stimulation (TENS), dan stretching exercise berupa
hamstring stretch, calf stretch, quadriceps stretch, hip adductor stretch, piriformis stretch, dan iliotibial band
stretch dapat mengurangi nyeri yang dirasakan sesuai dengan pembahasan tentang nyeri diatas. Setelah adanya
pengurangan nyeri yang merupakan masalah utama, pasien lebih berani dan lebih sering untuk menggerakkan
sendi lutut maka terjadilah peningkatan kekuatan otot sehingga akan terjadi pula peningkatan kemampuan
5
Jurnal Kesehatan dan Masyarakat (Jurnal KeFis) | e-ISSN : 2808-6171
Volume 1, Nomor 1, Oktober 2021
fungsional.

5. KESIMPULAN
Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa osteoartritis dapat mengakibatkan munculnya
permasalahan-permasalahan fisioterapi, yaitu: (1) adanya nyeri tekan dan nyeri gerak; (2) adanya penurunan
kekuatan otot; (3) adanya gangguan kemampuan aktivitas fungsional. Modalitas fisioterapi yang digunakan untuk
mengatasi permasalah tersebut adalah transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) dan stretching exercise
berupa hamstring stretch, calf stretch, quadriceps stretch, hip adductor stretch, piriformis stretch, dan iliotibial
band stretch. Setelah dilakukan tindakan fisioterapi sebanyak 6 kali terapi dengan intervensi fisioterapi tersebut
didapatkan ada perubahan dengan hasil: nyeri mulai berkurang dimana nyeri diam dari T1 dengan nilai 1 menjadi
nilai 0 pada T6, nyeri tekan dari nilai 4 pada T1 menjadi nilai 2 pada T6, dan nyeri gerak dari nilai 5 pada T1
menjadi nilai 3 pada T6; peningkatan kekuatan otot dari nilai 4 pada T1 menjadi nilai 5 pada T6; dan peningkatan
kemampuan aktivitas fungsional menggunakan WOMAC Index dengan skor 68 menjadi 46. Data- data tersebut
menunjukkan adanya perkembangan pasien kearah perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA
AAHKS. 2010. “Home Therapy Exercises for Iliotibial Band Syndrome ( ITBS ).” : 1–20.
Delgado, Domenica A. et al. 2018. “Validation of Digital Visual Analog Scale Pain Scoring With a Traditional Paper-Based
Visual Analog Scale in Adults.” JAAOS: Global Research and Reviews 2(3): e088.
Hsu, Hunter, and Ryan M Siwiec. 2021. “Knee Osteoarthritis.” https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507884/.
Kemenkes. 2019. “Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.” Kementerian Kesehatan RI 1(1): 1.
https://www.kemkes.go.id/article/view/19093000001/penyakit-jantung-penyebab-kematian-terbanyak-ke-2-di-
indonesia.html.
Kim, Mi Ji et al. 2020. “Association of the Western Ontario and Mcmaster Universities Osteoarthritis Index (WOMAC) with
Muscle Strength in Community-Dwelling Elderly with Knee Osteoarthritis.” International Journal of Environmental
Research and Public Health 17(7): 1–11.
Kisner, Carolyn, and Lynn Allen Colby. 2012. Davis Company THERAPEUTIC EXERCISE Foundations and Techneqiues,
6th Edition. Sixth Edit. United States of America.
Mora, Juan C., Rene Przkora, and Yenisel Cruz-Almeida. 2018. “Knee Osteoarthritis: Pathophysiology and Current Treatment
Modalities.” Journal of Pain Research 11: 2189–96.
PERMENKES (2015). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2015 Tetang Standar Pelayanan
Fisioterapi.
Rocha, Thiago Casali, Plínio Dos Santos Ramos, Alessandra Germano Dias, and Elaine Angélica Martins. 2020. “The Effects
of Physical Exercise on Pain Management in Patients with Knee Osteoarthritis: A Systematic Review with Metanalysis.”
Revista Brasileira de Ortopedia 55(5): 509–17.
Singh, Jagmohan. 2012. Textbook of Electrotherapy. Second Edi. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
https://books.google.co.id/books?id=0MX5AwAAQBAJ&printsec=frontcover&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false.
Sulaiman, Sulaiman, Maryaningsih Maryaningsih, and Anggriani Anggriani. 2019. “Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang
Fisioterapi Di Smk Negeri 2 Sibolga Kota Sibolga.” Amaliah: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 3(2): 321–26.
Susko, Allyn M., and G. Kelley Fitzgerald. 2013. “The Pain-Relieving Qualities of Exercise in Knee Osteoarthritis.” Open
Access Rheumatology: Research and Reviews 5: 81–91.
Tweedy, Sean M., Gavin Williams, and John Bourke. 2010. “Selecting and Modiifying Methods of Manual Muscle Testing for
Classification in Paralympic Sport.” European Journal of Adapted Physical Activity 3(2): 7–16.
https://doi.org/10.5507/euj.2010.005.
Vance, Carol G.T., Dana L. Dailey, Barbara A. Rakel, and Kathleen A. Sluka. 2014. “Using TENS for Pain Control: The State
of the Evidence.” Pain management 4(3): 197–209.
WHO. World Health Statistic Report 2015. Geneva: World Helath Organization: 2015.

Anda mungkin juga menyukai