Anda di halaman 1dari 23

PENEGAKAN DIAGNOSIS PENYAKIT

AKIBAT KERJA DAN PENATALAKSANAAN


PASIEN PRIA USIA 57 TAHUN DENGAN
PENYAKIT AKIBAT KERJA LOW BACK
PAIN
Oleh:

Amalia Widya Larasati


1818012025
LATAR BELAKANG

Low back pain adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian
bawah dan merupakan work related musculoskeletal disorders. Penyebab low back pain
yang paling umum adalah keregangan otot atau postur tubuh yang tidak tepat.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya low back pain adalah kebiasaan duduk,
bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut beban
dengan sikap yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal, atau akibat
penyakit tertentu seperti penyakit degenerative.1

Faktor pekerjaan dilaporkan berkontribusi pada beberapa penyakit otot rangka. 3 Pada
tahun 2003 WHO memperkirakan prevalensi gangguan otot rangka mencapai hampir 60%
dari semua penyakit akibat kerja. Berbagai bagian tubuh dapat mengalami gangguan otot
rangka dengan lokasi tersering pada pinggang. Gangguan otot rangka dapat menimbulkan
nyeri dan terbatasnya gerakan pada daerah yang terkena.
LATAR BELAKANG

Gangguan otot rangka dapat menyebabkan seseorang memerlukan pengobatan


yang rutin, absen dalam bekerja, hingga kecacatan.

Lebih dari 70% manusia dalam hidupnya pernah mengalami low back pain, dengan
rata-rata puncak kejadian berusia 35-55 tahun. Disebutkan ada beberapa faktor
risiko penting yang terkait dengan kejadian low back pain yaitu usia diatas 35 tahun,
perokok, masa kerja 5-10 tahun, posisi kerja, kegemukan dan riwayat keluarga
penderita musculoskeletal disorder.

Posisi duduk yang tidak ergonomis akan menimbulkan kontraksi otot secara
isometris (melawan tahanan) pada otot yang terlibat dalam pekerjaan. Akibatnya
beban kerja bertumpu di daerah pinggang dan menyebabkan otot pinggang sebagai
penahan beban utama akan mudah mengalami kelelahan dan selanjutnya akan
terjadi nyeri pada otot sekitar pinggang atau punggung bawah. Gangguan otot akan
diperberat oleh situasi tertentu misalnya posisi duduk yang tidak benar, usia, postur
tubuh serta kursi yang tidak ergonomis.
TUJUAN PENULISAN

Menegakkan diagnosis okupasi dan


menatalaksana pasien secara holistik
dan komprehensif dengan
mengidentifikasi faktor risiko, masalah
klinis, serta penatalaksanaan pasien
berbasis Evidence Based Medicine
dengan pendekatan pasien centered
dan family approach.
ILUSTRASI KASUS
Pasien Tn. S 57 tahun memiliki keluhan adanya nyeri disertai pegal-pegal pada punggung bagian
bawah kanan dan kiri yang hilang timbul sejak dua bulan yang lalu dan menjalar sampai ke perut.
Awalnya keluhan ini masih dapat ditahan, namun semakin lama pasien semakin terganggu dengan
keluhan ini. Nyeri dan pegal-pegal ini seringkali muncul setelah pasien selesai bekerja. Keluhan
berkurang jika pasien beristirahat, tiduran, atau mengoleskan balsem di lokasi yang sakit. Keluhan
bertambah parah saat pasien harus berjongkok dan membungkuk dalam waktu yang lama saat
melakukan pekerjaanya. Skala nyeri yang dirasakan 4 dari 10.

Pasien belum berusaha mencari pengobatan ke dokter untuk meredakan keluhan ini. Keluhan
kesemutan disangkal. Riwayat alergi dan penyakit lainnya disangkal. Pasien tidak merokok, pasien
makan teratur, namun pasien jarang berolahraga.

Pasien sudah 12 tahun bekerja sebagai karyawan di UKK kerupuk kulit, dan keluhan biasanya timbul
setelah pasien melakukan pekerjaannya berupa mencuci kulit, membersihkan kulit dari bulu, dan
memotong kulit menggunakan pisau. Saat melakukan pencucian kulit, posisi pasien membungkuk.
Saat melakukan pengerokan bulu dan pemotongan kulit, posisi pasien berjongkok. Setiap harinya,
pasien melakukan pekerjaan ini dalam posisi yang sama dalam waktu yang lama, yaitu ± 4 jam.
Pasien bekerja tanpa adanya hari libur, yaitu Senin-Minggu, dan jam kerja dimulai dari jam 07.00-16.00
yang diselingi waktu makan dan istirahat di jam 12.00-13.00.
METODE

Studi ini merupakan laporan


kasus. Data primer diperoleh
melalui anamnesis
(autoanamnesis dan
alloanamnesis dari istri dan
anak pasien), pemeriksaan fisik
dan kunjungan ke rumah. Data
sekunder didapat dari rekam
medis pasien. Penilaian
berdasarkan diagnosis holistik
dari awal, proses, dan akhir
studi secara kualitiatif dan
kuantitatif.
DATA KLINIS
ANAMNESIS

Keluhan utama berupa nyeri di bagian punggung bawah kanan dan kiri yang
dirasakan hilang timbul sejak 2 bulan yang lalu dan menjalar sampai ke bagian
perut depan. Keluhan muncul setelah pasien melakukan pekerjaannya berupa
karyawan di UKK kerupuk kulit bagian pencucian kulit, pengerokan bulu, dan
pemotongan kulit.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik:
Keadaaan umum: tampak sakit ringan; suhu: 36,6 oC; tekanan darah: 130/80 mmHg; frekuensi nadi: 81x/ menit;
frek. nafas: 24x/menit; berat badan: 65 kg; tinggi badan: 165 cm. Indeks Massa Tubuh (IMT): 23,8 kg/m 2
 
Status Generalis:
Mata, telinga, hidung, kesan dalam batas normal. Leher, JVP tidak meningkat, kesan dalam batas normal.
Pemeriksaan thoraks didapatkan pada inspeksi bentuk dan pergerakan dada dalam batas normal.
Pemeriksaan abdomen, tampak datar, tidak didapatkan organomegali ataupun ascites, tidak terdapat nyeri
tekan pada regio manapun, kesan dalam batas normal. Muskuloskeletal dan status neurologis kesan dalam
batas normal.
 
Status Lokalis:
Pada inspeksi punggung tidak ditemukan bekas luka dan bentuk punggung normal. Pada palpasi teraba
hangat, nyeri tekan (-). Pemeriksaan neurologs berupa ROM aktif dan pasif dalam batas normal.
 
Pemeriksaan Penunjang:
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
DATA KELUARGA
DATA LINGKUNGAN RUMAH

Luas rumah 10 x 8 m2. Halaman rumah berada di bagian


belakang berukuran 10 x 1 m 2. Rumah pasien berdinding batu
bata yang sudah dilapisi semen, lantai keramik, dan beratap
genteng.

Penerangan oleh sinar matahari pada siang hari dan lampu


listrik pada malam hari. Ventilasi dalam ruangan cukup. Luas
total jendela hanya 6 m2 (<10% dari total luas rumah).
Tambahan sirkulasi udara di dalam rumah berupa kipas
angin. Kebersihan ruangan cukup bersih.

Pasien memiliki satu kamar mandi di dalam rumah dengan


jamban duduk berukuran 2 x 3 m 2. Kebutuhan air tercukupi
dari ledeng dan jarak rumah dengan septic tank sekitar
sepuluh meter. Saluran air dialirkan ke got samping rumah
yang mengalir. Tempat sampah berada diluar rumah. Kesan
kebersihan lingkungan rumah cukup bersih. Jarak antara
rumah pasien dengan rumah lainnya berdekatan
ANAMNESIS OKUPASI

Pasien sudah bekerja sebagai karyawan di UKK pembuatan kerupuk kulit


selama kurang lebih 10 tahun. Pasien bekerja dari hari Senin hingga Minggu,
tanpa ada hari libur, dengan jam kerja pukul 07.00-16.00 WIB. Namun estimasi
waktu kerja pasien dalam sehari ± 4 jam dalam sehari. Pasien dalam
pekerjaannya bertugas sebagai pencuci kulit, pengerokan bulu, dan
pemotongan kulit. Pasien melakukan pekerjaannya dengan posisi jongkok dan
membungkuk. Hal ini disebutkan karena dalam membersihkan kulit
membutuhkan kesigapan dan kecepatan sehingga apabila dilakukan dengan
duduk, maka tubuh pasien tidak cukup kuat untuk mengerok bulu dari kulitnya.
Selama bekerja, pasien jarang menggunakan APD seperti sepatu boot dan
sarung tangan.
 
BAHAYA POTENSIAL
HUBUNGAN PEKERJAAN DENGAN
KELUHAN YANG DIALAMI PASIEN

Pasien melakukan pekerjaannya dalam posisi


yang tidak ergonomis, yaitu jongkok dan
membungkuk. Pasien melakukan posisi tersebut
dalam waktu yang lama. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan Putri AS et al pada tahun
2013, sebanyak 85% pekerja di bagian
pengupasan bawang yang melakukan
pekerjaannya dengan posisi jongkok mengalami
keluhan nyeri punggung bagian bawah. 8 Hal ini
juga diperkuat dengan hasil penelitian oleh
Olviana A et al pada tahun 2013 dengan
responden yang sama, 52,7% responden yang
bekerja dengan postur tubuh risiko tinggi
mengalami keluhan nyeri punggung bagian
bawah.  
DIAGNOSIS HOLISTIK
Aspek Personal
• Alasan pemeriksaan: Adanya rasa nyeri pada punggung bagian bawah yang menjalar sampai ke perut yang hilang timbul sejak dua bulan yang
lalu.
• Kekhawatiran: Nyeri yang dirasakan tidak tertahan lagi sehingga dapat menganggu aktivitas sehari-hari dan pekerjaan pasien.
• Harapan: Nyeri yang dirasakan dapat hilang.

Diagnosis Klinis Awal


• Low Back Pain (ICD-10: M.54))

Risiko Interna
• Pasien belum memiliki pengetahuan yang cukup terhadap penyakit yang dideritanya
• Pasien jarang berolahraga
• Berdasarkan klasifikasi IMT WHO, pasien masuk dalam kategori kelebihan berat badan (overweight) dengan resiko
• Usia pasien

Risiko Eksterna
• Sosial Ekonomi: Pekerjaan utama pasien adalah karyawan dibagian pencucian, pengerokan bulu, pemotongan kulit di sektor informal penghasil
kerupuk kulit dan kebutuhan primer dicukupi dengan pekerjaan tersebut

Derajat Fungsional
1 (satu) yaitu pasien dapat melakukan aktivitas sehari–hari seperti keadaan sebelum sakit.
DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
1. Menegakkan diagnosis klinis Low Back Pain (ICD-10: M54)

2. Menentukan pajanan yang dialami Pajanan yang dialami pasien berupa posisi kerja tidak ergonomis berupa
pekerja di tempat kerja jongkok dan membungkuk.
3.   Posisi kerja tidak ergonomis dapat menyebabkan low back pain. 90% kasus
Menentukan hubungan pajanan nyeri punggung bawah bukan disebabkan oleh kelainan organik, melainkan
dengan diagnosis penyakit oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja.10 Gangguan ini paling banyak
ditemukan di tempat kerja, terutama mereka yang berativitas dengan postur
tubuh yang salah dan aktivitas tubuh yang kurang baik. 11
4. Menentukan besarnya pajanan Pajanan yang dialami pasien cukup besar karena pasien sudah bekerja ± 10
tahun lamanya dan dalam sehari pasien dapat mempertahankan posisi kerja
yang tidak ergonomis selama ± 4 jam.
5. Menentukan faktor individu yang Berdasarkan IMT pasien, pasien masuk kategori kelebihan berat badan
berperan (overweight) dengan resiko.
Usia pasien
Pasien jarang berolahraga
6. Menentukan pajanan di luar tempat Pajanan di luar tempat kerja tidak ada.
kerja
7. Menentukan diagnosis Penyakit Akibat Low back pain akibat kerja
Kerja
PATIENT COMMUNITY
FAMILY
CENTERED ORIENTED
FOCUSED
Melakukan upaya
Memberikan penjelasan kepada pencegahan Penyakit
keluarga mengenai penyakit yang Non-Medikamentosa Akibat Kerja
sedang diderita oleh pasien, dari Memberikan penjelasan mengenai penyakit yang Melakukan skrining pada
penyebab, penatalaksanaan sedang diderita oleh pasien, dari penyebab, pekerja di lokasi
hingga komplikasinya. penatalaksanaan hingga komplikasinya. pekerjaan
Mengedukasi pasien untuk mengubah posisi Melakukan upaya
Meminta anggota keluarga yang
tinggal serumah dengan pasien bekerja menjadi seergonomis mungkin dan perhitungan Kembali
melakukan stretching/peregangan di sela- Bekerja (return to
untuk mengingatkan pasien untuk
mengubah posisi kerja, sela waktu bekerja. work) dan
menurunkan berat badan, Edukasi mengenai pentingnya mengurangi berat menentukan apakah
melakukan pemanasan sebelum badan untuk meringankan beban tulang pasien dapat bekerja
bekerja, dan melakukan belakang. seperti semula atau
stretching/peregangan di sela-   dipindahkan ke
sela waktu kerja. Medikamentosa: bagian lain
  Paracetamol tablet 500 mg, 3 kali sehari
dikonsumsi jika nyeri.
Eperisone Hydrochloride 40 mg, 2 kali sehari
dikonsumsi jika nyeri.
PEMBAHASAN

Low back pain merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal akibat dari ergonomi yang salah. Gejala utama low back pain
adalah rasa nyeri di daerah tulang belakang bagian punggung.

Pada pasien ini diagnosis penyakit akibat kerja ditegakkan dengan 7 langkah.

Pertama, penegakkan diagnosis klinik berupa low back pain melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik, berdasarkan keluhan
pasien yang sudah dirasakan pasien sejak 2 bulan yang lalu berupa nyeri di punggung bagian bawah yang menjalar sampai ke
perut, keluhan dirasakan hilang timbul tanpa adanya kelainan neurologis. Hal ini sesuai dengan gambaran klinis low back pain
berupa nyeri yang terlokalisasi pada vertebra thorakalis 12 sampai gluteus inferior dengan atau tanpa nyeri pada bagian kaki.
Nyeri punggung bawah mekanik merupakan nyeri punggung nondiskogenik yang disebabkan oleh aktivitas fisik dan
kurangnya istirahat. Nyeri ini berhubungan dengan tress/ strain otot-otot punggung, tendon, dan ligament yang biasanya ada
bila melakukan aktivitas sehari-hari berlebihan, duduk atau berdiri yang terlalu lama, juga menganggak beban berat.

Kedua, menentukan pajanan pasien di tempat kerja. Berdasarkan penuturan pasien, diketahui sehari-harinya pasien bekerja
dengan posisi jongkok dan membungkuk.
PEMBAHASAN

Ketiga, menentukan hubungan pajanan dengan diagnosis penyakit. Posisi kerja pasien yang jongkok dan membungkuk
merupakan posisi kerja yang tidak ergnomis. Bekerja dengan posisi tidak ergonomis dapat meningkatkan jumlah energi yang
dibutuhkan dalam bekerja. Termasuk ke dalam posisi janggal adalah pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,
berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit dengan tangan. Posisi ini
melibatkan

Keempat menentukan besarnya pajanan. Pasien sudah bekerja di tempat penghasil kerupuk kulit selama ± 10 tahun dan dalam
sehari melakukan pekerjaan dengan posisi tidak ergonomis selama ± 4 jam. Semakin lama bekerja dalam posisi tidak
ergonomis maka kemungkinan terjadinya low back pain maka akan semakin besar. Berdasarkan penelitian, masa kerja
memengaruhi kejadian low back pain pada pekerja. Sebanyak 42,9% pekerja yang telah bekerja selama > 10 tahun
mengeluhkan low back pain, sedangkan pada pekerja yang bekerja selama 5-10 tahun kejadian low back pain hanya 38,1%, dan
angka kejadian low back pain pada pekerja yang bekerja < 5 tahun hanya 19%. 8 Menurut penelitan Hadyan MF, lama kerja
dalam sehari juga memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian low back pain.16 Durasi didefinisikan sebagai durasi
singkat jika < 1 jam per hari, durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu > 2 jam per hari. Durasi terjadinya
postur janggal yang berisiko bila postur tersebut dipertahankan lebih dari 10 detik. 15
PEMBAHASAN

Kelima adalah menentukan faktor individu yang berperan. Dalam kasus ini, faktor individu yang berperan adalah overweight,
usia tua, dan jarang berolahraga. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian
jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Penelitian yang dilakukan oleh Garg dalam Pratiwi (2009) menunjukkan
insiden low back pain tertinggi pada umur 35-55 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Penjelasan mengenai IMT, hasil penelitian Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko 5
kali menderita low back pain dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan ideal.

Faktor individu terakhir adalah kebiasaan tidak berolahraga. Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya
low back pain. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan suplai oksigen ke dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya
keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH menyatakan bahwa
untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah maka risiko terjadinya keluhan adalah 8,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang
adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga diperkuat dengan laporan Betti’e et al yang
menyatakan bahwa hasil penelitian terhadap para penebang menunjukkan bahwa kelompok penebang dengan tingkat
kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko sangat kecil terhadap risiko cidera otot. 21
PEMBAHASAN

Langkah keenam adalah menentukan besarnya pajanan di tempat kerja. Pada kasus ini tidak ditemukan pajanan di luar tempat
kerja. Sehingga dari semua langkah tersebut, dapat dilanjutkan ke langkah ketujuh yaitu menentukan diagnosis penyakit akibat
kerja. Low back pain yang terjadi pada pasien ini terjadi akibat posisi kerja yang salah, hal ini ditunjang menurut penuturan
pasien dimana keluhan akan muncul setelah pasien bekerja dan berkurang atau membaik setelah pasien beristirahat.

Setelah kunjungan, dilakukan edukasi dengan tujuan untuk menambah pengetahuan pasien akan penyakitnya, mengurangi
gejala, mencegah perburukan penyakit, meningkatkan kualitas hidup dan mengubah pola hidup pasien, meskipun untuk
mengubah hal tersebut memerlukan waktu yang tidak singkat.

Upaya pengobatan low back pain akibat kerja yang terpenting adalah dengan mengurangi pajanan, melakukan pemanasan
sebelum melakukan pekerjaan atau melakukan peregangan/ stretching disela-sela waktu kerja, dan terakhir adalah dengan
terapi medikamentosa. Stretching jika dilakukan secara rutin dapat menjaga kebugaran pekerja yang menderita LBP karena
sirkulasi darah menjadi lebih lancar dan juga otot menjadi adaptasi menjadi lebih lentur dan bekerja menjadi produktif dan
efisien.24

Pengobatan medikamentosa hanya sebatas simptomatik, yaitu pemberian analgesik dan relaksan otot.
KESIMPULAN

MERCURY SATURN MARS VENUS


Didapatkan faktor Faktor eksternal Telah dilakukan Dalam melakukan
internal pria usia pada pasien pemeriksaan dan intervensi
57 tahun, yaitu berupa posisi penatalaksanaan pada terhadap pasien
overwight dengan kerja tidak pasien secara holistik tidak hanya
resiko, usia tua, ergonomis dengan dan komprehensif, memandang dalam
dan jarang masa kerja ± 10 patient-centered, family hal klinis tetapi
melakukan tahun dan lama focused, dan community juga memandang
aktivitas olahraga. kerja ± 4 jam oriented dengan aspek okupasi.
dalam sehari. pengobatan low back
pain menggunakan
literatur berdasarkan
Evidence Based
Medicine (EBM).
SARAN
● Mengurangi posisi tidak ergonomis
dalam bekerja. Bagi pasien
● Melakukan pemanasan sebelum
bekerja.
● Melakukan evaluasi kembali
● Melakukan peregangan/stretching
disela-sela jam kerja. BAGI PEMBERI KERJA bekerja dan menentukan
apakah pasien mampu
● Menurunkan berat badan sampai
mencapai normoweight, untuk melanjutkan pekerjaan di
mengurangi beban pada tulang tupoksi yang sama atau
belakang. dipindahtugaskan.
● Olahraga rutin. ● Dapat melakukan skrining
● Istirahat cukup. pada pekerja lain
● Dapat memberikan edukasi
mengenai bahaya potensial
pada lingkungan kerja dan
● Tetap memberikan dukungan cara pencegahannya
kepada pasien. Bagi KELUARGA

Anda mungkin juga menyukai