Anda di halaman 1dari 12

Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

ARTIKEL PENELITIAN

Analisis Hubungan Faktor Ergonomisdi Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Kartika Pelango
Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAK
Seorang pria berusia 47 tahun datang dengan keluhan punggung bagian belakang sejak 9
bulan yang lalu, dirasakan tidak menjalar dan hilang timbul. Nyeri dirasakan di bagian
belakang terutama sebelah kiri. Ketika bekerja dan mengangkat beban, nyeri dirasakan
memberat. Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter sebelumnya. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 x/menit, pernapasan 20 x/menit dan
suhu 36,5 ͦ C.
Latar belakang : Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) merupakan suatu gangguan
neuromuskuloskeleteal yang disebabkan karena tulang belakang yang seringkali menanggung
beban berat tanpa kita sadari pada sat melakukan kegiatan sehari-hari. Low Back Pain (LBP)
merupakan masalah umum kesehatan masyarakat yang menyebabkan ketergantungan pada
pengguna layanan kesehatan. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami
episode ini selama hidupnya. Prevalensi per tahunnya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalence rata-rata 30%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor individu,
lingkungan dan pekerjaan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada petugas keamanan
rumah sakit unhas.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional melalui proses walk through survey. Data yang digunakan berupa kebiasaan
responden, dan data faktor-faktor pencetus Low Back Pain, seperti faktor ergonomis. Data
pengukuran adanya kecenderungan nyeri pada punggung bagian bawah dengan
menggunakan check list.Sampel dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis Low
Back Pain yang mengeluh nyeri punggung saat melakukan pekerjaan. Distribusi sampel
penelitian berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan, didapatkan hasil 2 pekerja dari 10
pekerja mengalami nyeri punggung bagian bawah.

[Type text] Page 1


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Hasil :Prevalensi Low Back Painsebesar 5 %. Faktor yang dominan berpengaruh dalam Low
Back Painberupa faktor ergonomis yaitu postur saat bekerja dengan posisi berdiri, duduk,
serta mengangkat beban berat dengan postur setengah dudukdengan waktu yang cukup
lamadan berulang.

Kesimpulan :Faktor ergonomis di lingkungan kerja, yaitu saat bekerja dengan postur berdiri,
duduk, setengah duduk dan mengangkat beban yang cukup berat.mempunyai hubungan yang
signifikan dengan terjadinya keluhan nyeri punggung bagian bawah.
Kata Kunci : Faktor ergonomis, Low Back Pain, nyeri punggung, postur saat bekerja,

Latar Belakang : bawah yang dikeluhkan dapat berupa rasa


Nyeri bekerja sebagai alarm tubuh, berat, pegal, rasa seperti diikat, otot terasa
sinyal untuk ebrhenti melakukan sesusatu kaku dan nyeri, dapat disertai dengan
yang menyakitkan, sehingga melindungi gangguan otonom dan psikis yang dapat
tubuh dari keadaan berbahaya. Nyeri dapat menghambat aktivitas sehari-hari
dibedakan menduduki menurut tingkat pernderita. Hal ini disebabkan karena
keluhan yang dirasakan mulai derajat tulang bawah seringkali menanggung
ringan sampai berat. Penderita nyeri ringan beban yang berat tanpa kita sadari pada
biasanya dapat menyesuaikan dengan, saat kita melakukan kegiatan sehari-hari
sedangkan nyeri berat dapat mengganggu seperti ketika bekerja atau berolahraga.
cara hidup yang normal. Salah satu nyeri Nyeri punggung sangat erat kaitannya
sering terjadi pada sebagian manusia dengan ergonomic. Ergonomic merupakan
adalah nyeri punggung. Sebagiaesar nyeri ilmu dan pengaturan situasi kerja demi
punggung bersifat sederhana, yaitu keuntungan pekerja dan majikan. Ilmu ini
berkaitan denga kerja tulang, ligament, dan berupaya menyerasikan mesin dengan
otot punggung (Bull E, 2007). pekerja, tidak menganggap bahwa pekerja
Nyeri punggung bawah (low back harus menyesuaikan diri dengan mesin
pain) merupakan suatu gangguan dan lingkungan. Tujuan ergonomic adalah
neuromuskuloskeletal, ganguan organ menyediakan lingkungan yang memuaskan
visceral, dan gangguan vaskuler, di mana bagi pekerja untuk dapat melaksanakan
satu dari sejumlah sindrom nyeri yang tugas yang dituntutnya tanpa mengalami
banyak dikeluhkan penderita yang ganguan fisik dan mental. Seringnya,
berkunjung ke dokter. Nyeri punggung pekerja diharapkan mampu menjalankan

[Type text] Page 2


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

mesin dengan lat pengendali yang buruk 7,6% sampai 37%. Masalah nyeri
yang dipasang pada ketinggian dan jarak punggungpada pekerja pada umumnya
yang keliru dan dalam lingjungan yang dimulai pada usia dewasa muda dengan
kurang nyaman. Ketidakserasian antara puncakprevalensi pada kelompok usia 25-
manusia-mesin dapat menimbulkan 60 (Ai Cahyati, 2012).
gangguan mental atau otot rangka yang Prevalensipertahunannya bervariasi dari 15
berat (Sutarto, 2008). - 45%, dengan point prevalence rata-
Low Back Pain (LBP) merupakan rata30%. Sebuah studi cross sectional di
masalah umum kesehatan di masyarakat Denmark dilakukan dengan subjekberusia
yang menyebabkan ketergantungan dalam 12 - 41 tahun didapatkan bahwa angka
penggunaan layanan kesehatan. World kejadian nyeri punggungbawah meningkat
Health Organization (WHO) mengatakan tajam pada usia remaja (lebih awal terjadi
bahwa 2%- 5% dari karyawan di Negara pada anakperempuan dari pada anak laki-
insdustri tiap tahun mengalami Nyeri laki). Sedangkan di Australia angka
Punggung Bawah (NPB), dan 15% dari kejadiannyeri punggung bawah lebih
absenteisme di industri baja serta industri sering terjadi pada usia dewasa. Dimana
perdagangan disebabkan karena NPB. Data 20,7%dari populasi perempuan dan 21%
statistik Amerika Serikatmemperlihatkan dari populasi di Australia mengalami
angka kejadian sebesar 15% - 20% per nyeripunggung bawah. Salah satu masalah
tahun. Sebanyak 90%kasus nyeri nyeri punggung yang sering terjadi
punggung bukan disebabkan oleh kelainan adalahkambuhnya serangan rasa nyeri akut
organik, melainkanoleh kesalahan posisi yang dapat menjalar pada bokong ataupada
tubuh dalam bekerja. Nyeri pinggang salah satu paha. Saat serangan, punggung
menyebabkanlebih banyak waktu hilang dapat juga terasa kaku dansakit. Bila
dari pada pemogokan kerja sebanyak 20 gejala-gejalanya hebat keadaan tersebut
juta harikerja karenanya disebut nyeri punggungbawah. Rasa
(Muheri,2010).Diperkirakan setidaknya sakitnya bisa mereda dalam satu atau dua
70% manusia menderita sakit punggung, hari atau mungkindalam beberapa minggu
baikkronis maupun sporadis. Di Negara setiap kali terjadi. Kadang-kadang hilang
Inggris dan melaporkan 17,3 juta total ataumenetap atau kambuh lagi. Hasil
orangtersebut 1,1 juta mengalami penelitian secara nasional yang dilakukan
kelumpuhan akibat nyeri punggung. di di14 kota di Indonesia oleh kelompok studi
Indonesiadiperkirakan angka prevalensi nyeri PERDOSI (Persatuan DokterSaraf

[Type text] Page 3


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Seluruh Indonesia) tahun 2002 ditemukan prevalensi nyeripunggung bawah mencapai


18,13% penderita nyeripunggung bawah 18,2% pada lakilaki dan 13,6% pada
(Meilala, L 2002). National Savety Council wanita terjadidi negara kita
juga melaporkanbahwa sakit akibat kerja (Wirawan,2004).Menurut data rekam
yang frekwensi kejadiannya paling tinggi medis rumah sakit Universitas
adalah sakitatau nyeri pada punggung yaitu Hasanuddindiperoleh data pada bulan
22% dari 1.700.000 kasus (Tarwaka Januari - Maret 2014 sebanyak 306 kasus
dkk,2004:118). nyeripunggung bawah (low back pain)

Hasil studi Departemen Kesehatan pada pasien poliklinik rumah

tentang profil masalah kesehatan sakitUniversitas Hasanuddin.Beberapa

diIndonesia tahun 2005 menunjukkan faktor risiko yang berpotensi menyebabkan

bahwa sekitar 40,5 % penyakit nyeri punggungbawah adalah usia, jenis

yangdiderita pekerja berhubungan dengan kelamin, pekerjaan, indeks massa tubuh,

pekerjaannya, gangguan kesehatan aktifitasfisik, merokok, riwayat cedera

yangdialami pekerja, menurut studi yang punggung, dan riwayat keluarga.Hasil

dilakukan tehadap 9.482 pekerja di penelitian yang dilakukan oleh Horal dan

12kabupaten/kota di Indonesia, umumnya Row dalam Pratiwi(2009) yang

berupa penyakit musculoskeletal(16%), menemukan bahwa kejadian nyeri

kardiovaskuler (8 %), gangguan syaraf (6 punggung bawah lebih seringterjadi pada

%), gangguan pernapasan (3%), dan umur 40 tahun. Penelitian yang dilakukan

gangguan THT (1,5 %).Data epidemiologi oleh Garg dalamPratiwi (2009)

mengenai nyeri punggung bawah di menunjukkan insiden NPB tertinggi pada

Indonesiabelum ada, namun diperkirakan umur 35 - 55 tahundan semakin meningkat

40% penduduk pulau Jawa Tengah dengan bertambahnya umur. Hal ini

berusiadiatas 65 tahun pernah menderita diperkuat denganpenelitian Sorenson

nyeri punggung, prevalensi pada laki- dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi

laki18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden nyeri punggungbawah dan akan semakin

berdasarkan kunjungan pasien kebeberapa meningkat pada umur 55 tahun (Pratiwi,

rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3- 2009).Semakin bertambahnya umur maka

17% (Sadeli & Tjahjono,2001). Sedangkan akan terjadi penurunan fungsi sistemtubuh

penelitian Copcord-Indonesia (Community manusia yang salah satunya adalah sistem

OrientedProgram for Controle of muskuloskeletal. Hal ini akanberakibat

Rheumatic Disease) menunjukkan pada meningkatnya keluhan

[Type text] Page 4


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

muskuloskeletal yang , dalamnyatermasuk dikarenakan dengan kelebihan berat


keluhan nyeri punggung bawah. NPB badanakan berusaha untuk menyangga
merupakan keluhan yangberkaitan erat berat badan dari depan
dengan umur. Keluhan ini jarang dijumpai denganmengontraksikan otot punggung
pada kelompok umur0 - 10 tahun. Hal ini bawah. Melihat hal tersebut, bila
mungkin berhubungan dengan beberapa berlanjutterus-menerus akan menyebabkan
faktor etiologitertentu yang lebih sering penekanan pada bantalan saraf
dijumpai pada umur yang lebih tua. tulangbawah yang mengakibatkan hernia
Biasanya nyeriini mulai dirasakan pada nucleus pulposus. Dari uji chi
mereka yang berumur dekade kedua dan squareIndeks Massa Tubuh (IMT) dengan
insidentertinggi dijumpai pada dekade keluhan nyeri punggung bawah
kelima. Bahkan, keluhan NPB ini padapenelitian Heru Septiawan (2013) di
semakinlama semakin meningkat hingga dapatkan p value 0,030, berarti
umur sekitar 55 tahun (Muheri,2010).Jenis adahubungan antara Indeks Massa Tubuh
kelamin sangat mempengaruhi tingkat (IMT) dengan keluhan nyeri
risiko keluhan otot rangka.Hal ini terjadi pungungbawah pada pekerja bangunan di
karena secara fisiologis, kemampuan otot PT Mikroland Property
wanita lebih rendahdaripada pria. DevelopmentSemarang.
Berdasarkan beberapa penelitian Sebagian besar sakit pinggang
menunjukkan prevalensibeberapa disebabkan oleh trauma punggungbawah
kasusmusculoskeletal disorders lebih tinggi atau gangguan seperti sciatica dan artritis.
pada wanitadibandingkan pada pria Trauma dan gangguanmekanis merupakan
(NIOSH, 1997). Dalam penelitian Myla Sri penyebab utama nyeri pinggang bawah.
(2012)menunjukkan bahwa adanya Trauma tersebutdapat disebabkan oleh
hubungan antara jenis kelamin dengan cedera olahraga, bekerja di rumah atau di
keluhannyeri punggung bawah pada kebun, atautersentak tiba-tiba seperti
perawat di RSU Elim Rantepao Kabupaten kecelakaan mobil atau tekanan pada tulang
Toraja Utara tahun 2012 dengan tingkat bawahlainnya. Pada orang-orang yang
kemaknaan p = 0,021.Indeks Massa Tubuh tidak biasa melakukan pekerjaan otot
(IMT) juga dikaitkan dengan kejadian atausudah lama tidak melakukan kegiatan
keluhanmuskoloskeletal, semakin gemuk ini dapat menderita nyeri punggungbawah
seseorang maka bertambah besar yang akut.Dapat dikatakan lama kerja
risikonyauntuk mengalami MSDs. Hal ini operator SPBU antara 6 - 9 jam perhari

[Type text] Page 5


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

inimampu menimbulkan rasa nyeri pada menerusapabila pekerja tidak


tubuhnya. Keadaan lama kerja memperhatikan faktor-faktor ergonomi
tersebutsesuai dengan pernyataan yang akan lebihmudah menimbulkan keluhan
dikemukakan oleh Nurmianto tahun 1998 low back pain.Meningkatnya keluhan otot
yangmengatakan bahwa dalam sangat erat hubungannya dengan lama dan
pelaksanaan suatu pekerjaan dalam kurun tingkat kebiasaan merokok. Risiko
waktumelebihi 8 jam kerja dalam satu hari meningkat 20% untuk tiap 10 batang
maka proses produksi tidak rokokper hari. Mereka yang telah berhenti
mampumeningkat dan bahkan cenderung merokok selama setahun memiliki
menurun. Dalam penelitian yang risikoLBP sama dengan mereka yang tidak
berjudulHubungan Posisi Kerja Duduk merokok. Kebiasaan merokok
Dan Membungkuk Dengan Kejadian akanmenurunkan kapasitas paru-paru,
NyeriPunggung Bawah Pada Pekerja Di sehingga kemampuannya
Industri Geplak Bantul Yogyakarta” untukmengkonsumsi oksigen akan
tahun2012 didapatkan hasil bahwa menurun. Bila orang tersebut dituntut
hubungan antara lama kerja dengan risiko untukmelakukan tugas yang menuntut
nyeripunggung bawah secara statistik pengerahan tenaga, maka akan mudah
hampir signifikan (p = 0,072).Faktor lain lelahkarena kandungan oksigen dalam
yang dapat mempengaruhi nyeri punggung darah rendah.Tingkat keluhan otot juga
adalah masakerja. Sebuah studi yang dipengaruhi oleh tingkat kesegaran
dilakukan Suharto (2005), seseorang yang jasmani.Kebiasaan olahraga yang
bekerjalebih dari 5 tahun meningkatkan dilakukan oleh seseorang akan
risiko terjadinya LBP dibandingkan mempengaruhikesegaran jasmani
kurangdari 5 tahun, dimana paparan tubuhnya. Seseorang yang terbiasa
mengakibatkan rongga diskus menyempit berolahraga akanmemiliki kesegaran
secarapermanen dan juga mengakibatkan jasmani yang lebih baik dibandingkan
degenerasi tulang bawah yang dengan orang yangjarang atau tidak pernah
akanmenyebabkan nyeri punggung bawah berolahraga. Berdasarkan laporan dari
kronis. Hal ini dikarenakan NIOSH yangdikutip dari hasil penelitian
pembebanantulang bawah dalam waktu Cady et al (1979) menyatakan bahwa
lama. Pendapat dikemukakan oleh Hasyim untuktingkat kesegaran tubuh yang rendah,
(2000)yang menyebutkan masa kerja maka risiko terjadinya keluhan adalah7,1
menyebabkan beban statik yang terus % tingkat kesegaran jasmani yang sedang

[Type text] Page 6


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

risiko terjadinya gangguan ototrangka (ergonomis) dan pekerjaan dengan keluhan


adalah 3,2 % dan tingkat kesegaran nyeri punggung bawah (Low Back Pain)
jasmani yang tinggi maka risikountuk pada petugas kesehatan di Puskesmas
terjadinya keluhan otot rangka 0,8%.LBP Batua.
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit METODE
musculoskeletal,gangguan psikologis dan Penelitian ini menggunakan metode
mobilisasi yang salah. Saat ini, 90% kasus penelitian deskriptif dengan pendekatan
nyeripunggung bawah bukan disebabkan cross sectional melalui proses walk
oleh kelainan organik, melainkan through survey. Data yang digunakan
olehkesalahan posisi tubuh dalam bekerja. berupa kebiasaan responden, dan data
Gangguan ini paling banyak ditemukandi faktor-faktor pencetus Low Back Pain,
tempat kerja, terutama pada mereka yang seperti faktor ergonomisberupa postur saat
beraktivitas dengan postur tubuhyang bekerja dengan posisi berdiri, duduk, serta
salah. LBP merupakan salah satu gangguan mengangkat beban berat dengan postur
musculoskeletal yangdisebabkan oleh setengah dudukdengan waktu yang cukup
aktivitas tubuh yang kurang baik Salah lamadan berulang.2,3,4
satu faktor risikonyeri punggung bawah Sampel dalam penelitian ini adalah
yaitu posisi tubuh saat bekerja yaitu lama pasien dengan diagnosis Low Back
berdiri. Paindengan keluhan nyeri punggung

Bekerja dengan performen (posisi) bawah yang masih berlangsung saat

berdiri statis dalam waktu yang lama melakukan pekerjaan. Distribusi sampel

cepatmelelahkan bagian otot tulang bawah penelitian berdasarkan jenis pekerjaan

(vertebral) dan pada otot kaki. yang dilakukan, didapatkan hasil 4 pekerja

Sepertitenaga kerja di Puskesmas Batua dari 20 pekerja.Akan tetapi penelitian pada

yang bekerjaterus menerus berdiri selama studi cross sectional terdapat beberapa

lebih kurang 1 jam, performen kerja seperti kelemahan yaitu kurangnya jumlah kasus

itusangat melelahkan. Mengapa hal itu yang didapatkan, berat-ringannya kasus

terjadi karena memang tidak ada yang sulit ditentukan karena keterbatasan

relaksasipada otot rangka (Llewellyn, sarana pemeriksaan, dan kurangnya waktu

2006). yang didapatkan untuk melanjutkan


survey. Selain itu, penelitian dengan studi
Berdasarkan latar belakang
ini tidak menggambarkan perjalanan
tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
survey tentang hubungan factor indinvidu
[Type text] Page 7
Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

penyakit, insiden, maupun prognosis Survey. Teknik Walk Through Survey juga
penyakit.3,4 dikenali sebagai Occupational Health
Bahan yang digunakan pada survei Hazards. Untuk melakukan survei ini,
ini adalah checklist yang di buat. Checklist dapat dimulai dengan mengetahui tentang
ini dibuat berdasarkan informasi yang manejemen perencanaan yang benar,
diperlukan daripada tujuan survei ini berdiskusi tentang tujuan melakukan
dilakukan. Pada survei ini, informasi yang survey, dan menerima keluhan-keluhan
diperlukan adalah ada tidaknya faktor baru yang releven.5
hazard, alat kerja apa yang digunakan, alat Bahaya apa dan dalam situasi yang
pelindung diri yang digunakan, bagaimana bahaya dapat timbul,
pemeriksaaan kesehatan yang dilakukan merupakan sebagai hasil dari
sesuai peraturan, peraturan pimpinan penyelenggaraan kegiatan Walk Through
rumah sakit unhas tentang Keselamatan Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya
dan Kesehatan Kerja di tempat kerja, dan lamanya paparan bahaya terhadap
keluhan. Penyakit yang dialami, upaya pekerja.5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja lainnya, Pihak okupasi kesehatan dapat
konstruksi bangunan, dan pencegahan serta kemudian merekomendasikan monitoring
pengelolaan kebakaran. survey untuk memperoleh kadar kuantitas
Peralatan yang diperlukan untuk eksposur atau kesehatan okupasi mengenai
melakukan walk through survey antara risk assessment.1,5
lain: Walk Through Survey ini adalah
 Alat tulis menulis: Berfungsi sebagai bertujuan untuk memahami proses
media untuk pencatatan selama survey produksi, denah tempat kerja dan
jalan sepintas. lingkungannya secara umum. Selain itu,
 Kamera digital: Berfungsi sebagai alat mendengarkan pandangan pekerja dan
untuk memotret kegiatan dan pengawas tentang K3, memahami
lingkungan pusatkonveksidansablon. pekerjaan dan tugas-tugas pekerja,
 Check List: Berfungsi sebagai alat mengantisipasi dan mengenal potensi
untuk mendapatkan data primer bahaya yang ada dan mungkin akan timbul
mengenai survey jalan sepintas yang di tempat kerja atau pada petugas dan
dilakukan. menginventarisir upaya-upaya K3 yang
Cara survey yang dilakukan adalah telah dilakukan mencakup kebijakan K3,
dengan menggunakan Walk Through upaya pengendalian, pemenuhan peraturan

[Type text] Page 8


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

perundangan dan sebagainya.1-5

[Type text] Page 9


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Survey dilakukan di RS Unhas, Jl. Dari rencana waktu yang telah


Perintis Kemerdekaan, Tamalanrea Jaya, ditetapkan, terkumpul data yang
Makassar dengan jadwal survey selama 1 didapatkan dari check list yang dibuat.
minggu, yaitu : Dari hasil check list diperoleh 2 pekerja
laki-laki, mengeluh mendapatkan

No. Tanggal Kegiatan keluhannyeri punggung bawah.a Dan


sisanya mengeluh penyakit yang berbeda,
- Melapor ke bagian K3 yang juga berhubungan dengan pekerjaan
1. 17 Oktober
RS Ibnu Sina sebagai petugas keamanan di Rumah Sakit
2016
- Pengarahan kegiatan Unhas.
Prevalensi Low Back Painsebesar
2. 18 Oktober 5%. Faktor yang dominan berpengaruh
- Walk through survey
2016 dalam Low Back Pain berupa faktor
ergonomis yaitu kebiasaan responden, dan
data faktor-faktor pencetus Low Back Pain,
3. 19 Oktober - Pembuatan laporan
seperti faktor ergonomisberupa postur saat
2016 walk through survey
bekerja dengan posisi berdiri, duduk, serta
mengangkat beban berat dengan postur
4. 20 Oktober - Pembuatan walk through
setengah dudukdengan waktu yang cukup
2016 survey
lamadan berulang. Didukung dari
penelitian lain yang di lakukan menyatakan
21Oktober - Presentasi laporan walk bahwa terdapat beberapa faktor yang
5.
2016 through survey berhubungan dengan kejadian Low Back
Pain, baik ditinjau dari umur, jenis
kelamin, indeks massa tubuh, riwayat
HASIL trauma, masa dan lama kerja, beban kerja
Pada penelitian ini diambil sampel dan posisi/ sikap tubuh saat bekerja.1,3,4
dari seluruhpetugas kesehatan di Rumah Bekerja dengan performen (posisi)
Sakit Unhas Makassar dan dari berdiri statis dalam waktu yang lama
perhitungan sampel didapatkan sampel cepatmelelahkan bagian otot tulang bawah
sebanyak 2 dari 10 pekerja (total jumlah (vertebral) dan pada otot kaki.
pekerja). Sepertitenaga kerja di Puskesmas Batua
yang bekerjaterus berdiri, duduk, serta

[Type text] Page 10


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

mengangkat beban berat dengan postur mungkin berhubungan dengan keluhan


setengah dudukdengan waktu yang cukup yang dirasakan sekarang.
lamadan berulang, performen kerja seperti Selain itu checklist yang hanya
itusangat melelahkan. Mengapa hal itu terfokus pada faktor penyebab penyakit
terjadi karena memang tidak ada akibat kerja, tidak memenuhi semua poin-
relaksasipada otot rangka.3,4 poin yang diperlukan untuk mendiagnosis
penyakit dari keluhan yang dirasakan.

KETERBATASAN PENELITIAN Perlu penelitian yang lebih mendalam dan

Penelitian ini tentunya tidak pemeriksaan yang lebih lengkap untuk

terlepas dari keterbatasan, adapun dapat menilai secara keseluruhan penyebab

keterbatasan dari penelitian ini adalah dari keluhan yang dirasakan oleh pekerja.

checklist yang dibuat hanya menentukan Akhirnya kami berasumsi bahwa

hubungan penyakit akibat kerja, tapi tidak bila terdapat gejala keluhan nyeri

dapat menentukan insidens, berat punggung bawah pada responden dengan

ringannya penyakit, dan prognosis hasil survey dan penyakit akibat kerja tidak

penyakit. Demikian pula untuk survey menunjukkan nilai yang berarti, maka

menilai faktor psikososial akibat kerja, tidak menutup kemungkinan keluhan yang

diagnosisnya hanya bersifat subjektif, tidak dirasakan pasien juga karena kontribusi

dapat diketahui kapan stressor muncul. dari faktor individu dan faktor lingkungan

Keterbatasan lainnya adalah tidak lain, selain lingkungan tempat kerja.

dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh Penelitian ini juga tidak

terhadap seluruh responden, karena mengklasifikan berat ringannya penyakit,

keterbatasan sarana pemeriksaan, dan berdasarkan keluhan dari pekerja, juga

keterbatasaan waktu penelitian, karena tidak dapat menentukan penatalaksanaan

untuk menganalisa faktor terjadinya kasus yang tepat untuk mencegah atau

penyakit dengan keluhan gatal pada mengurangi keluhan yang dirasakan atau

hidungdansekrethidungyangencerperlu akan dirasakan nanti di masa yang akan

diketahui riwayat penyakit terdahulu dan datang.

riwayat pekerjaan di tempat lain yang

[Type text] Page 11


Analisis Hubungan Faktor Ergonomis Di Lingkungan Kerja dengan Low Back Pain

Daftar Pustaka :
1. Hayashi, Yasufumi. 2004. Classification, Diagnosis, Treatment of Low Back Pain.
JMAJ Vol 47, No.5.

2. Kaur, Sandeep. 2015. To Study The Prevanlence of Musculoskeletal Disorders in


Security Guards. Int J Physiother Vol 2 (6), 905-910.

3. Sri, K. (2007). Association Between Calcium Intake, Physical Activity, Parity, Body
Mass Index And Bone Density On Postmenopausa Women. Gizi Masyarakat,
Universitas Dipenogoro.

4. Sri, Myla. (2012). Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung
Bawah Pada Perawat RSU Elim Rantepao Kabupaten Toraja Utara Tahun 2012.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

5. Suma'mur, P.K. (1989). Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta, CV


HajiMasagung.

6. Sumekar (2010). "Nyeri Punggung pada Operator Komputer Akibat Posisi danLama
Duduk." MKB Vol 42/ No. 3.

7. Sunarto (2005). Latihan pada Penderita Nyeri Punggung Bawah. Jakarta,


MedikaJwalita.

8. Sutarto (2008). Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Bagi PetugasKesehatan.


Jakarta.

9. Tamsuri (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta, EGC

10. Tarwaka (2004). Ergonomi untuk Keselamatan dan Produktivitas. Surakarta,Uniba.

11. Turk and R.Melzack. (1992). Handbook of pain assessment, Guilford Press.

12. Wheeler, AH. "Pathophysiology of Chronic Back Pain." Retrieved 28 Januari,2015,


from http://www.emedicine.com/neuro/topic516.htm.

[Type text] Page 12

Anda mungkin juga menyukai