Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan kesejahteraan hidup manusia menyebabkan pergeseran

pola hidup manusia di zaman modern. Dengan bertambahnya jumlah

penduduk mengakibatkan bertambahnya produktivitas kerja penduduk

dengan berbagai jenis aktivitas pekerjaan dan tingkat keluhan gejala

penyakit seperti keluhan nyeri punggung bawah atau Low Back Pain.

Keterbatasan yang diakibatkan oleh Low Back Pain pada seseorang sangat

berat dan berdampak pada kerugian ekonomis karena hilangnya

produktivitas sehingga dapat menjadi masalah yang berpotensi

melemahkan dan berdampak besar pada kualitas hidup (Smeltzer & Bare

2002).

Low Back Pain adalah salah satu keluhan yang dirasakan oleh

sebagian besar pekerja mulai dirasakan pada usia 25 tahun dan meningkat

pada usia 50 tahun (Yunus, 2008). Low Back Pain adalah suatu sindroma

nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah dan degeneratif

merupakan work related.

Penyebab Low Back Pain yang paling umum adalah ketegangan

otot atau postur tubuh yang tidak tepat. Hal-hal yang dapat mempengaruhi

timbulnya Low Back Pain adalah kebiasaan duduk, bekerja membungkuk

dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut beban

1
dengan sikap yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal

atau akibat penyakit tertentu seperti penyakit degeneratif (Widyastuti,

2009).

Usia merupakan faktor yang pendukung terjadinya Low Back Pain,

sehingga biasanya diderita oleh orang berusia lanjut karena penurunan

fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga tidak lagi elastis

seperti diwaktu muda. Selain itu faktor risiko terhadap pekerjaan

dipengaruhi aktivitas terlalu banyak duduk atau berdiri juga merupakan

faktor yang mendukung Low Back Pain. Ini dinamakan posisi tubuh kerja

(Suherman, 2009).

Suatu penelitian menyatakan bahwa 85% dari para anggota

masyarakat pernah paling sedikit satu kali dari hidupnya, diserang nyeri

punggang bawah. Low Back Pain merupakan kelainan dengan berbagai

etiologi dan membutuhkan penanganan simtomatis serta rehabilitasi medik

(Tunjung, 2009)

Ibu- ibu yang bekerja sebagai penjahit. Pekerjaan tersebut

memiliki resiko keluhan Low Back Pain. Keluhan nyeri ini berkaitan erat

dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaaan

sangat diperlukan dalam penelusuranpenyebab serta penanggulangan

keluhan ini. Selain sikap tubuh yang salah yang sering menjadi kebiasaan,

beberapa aktifitas berat seperti melakukan aktifitas dengan posisi berdiri

lebih dari satu jam dalam sehari, melakukan aktifitas dengan posisi duduk

yang monoton lebih dari dua jam dalam sehari, naik turu nanak tangga

2
lebih dari sepuluh anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km

dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya Low Back Pain.

Keluhan low back pain ini menempati urutan kedua tersering

setelah nyeri kepala di Amerika Serikat dan lebih dari 80% penduduk

pernahmengeluh low back pain. Faktanya low back pain merupakan

penyebab umum ketidakmampuan ketiga di Amerika Serikat (MacCann,

2003). low back pain merupakan penyebab kedua kehilangan waktu kerja,

penyebab kelima untuk hospitalisasi, dan alasan ketiga prosedur bedah.

Kerugian akibat kehilangan produktifitas oleh low back pain ini berkisar

28 juta dolar Amerika pertahun di Amerika serikat (Wheeler, 2009).

Berdasarkan data angka morbidity pasien rawat inap RSUD Arifin

Ahmad Pekanbaru mulai bulan Januari sampai September 2009 jumlah

pasien yang mengeluh nyeri punggung bawah low back pain adalah 35

orang. Jumlah pasien rawat jalan yang menderita nyeri punggung bawah

selama bulan Januari sampai September 2009 sebanyak 738 orang.

Menurut data Dinas Kesehatan kota Pekanbaru tahun 2007 jumlah

penderita nyeri punggung bawah berdasarkan laporan seluruh Puskesmas

di Pekanbaru adalah 178 orang dan untuk daerah Rumbai sebanyak 52

orang.

low back pain dapat diderita oleh semua kalangan dengan berbagai

faktor penyebab misalnya pekerjaan atau aktifitas yang dilakukan dengan

tidak benar, seperti aktifitas mengangkat barang yang berat, pekerjaan

yang menuntut pekerjanya untuk duduk dalam waktu yang lama, seperti

3
hasil penelitian yang dilakukan oleh Lizawati (2009) tentang hubungan

lama duduk terhadap terjadinya low back pain pada pengemudi antar kota

dalam provinsi Riau. Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa dari

kelompok yang duduk dalam waktu singkat hanya 34,4% mengalami low

back pain sedangkan dari kelompok yang duduk lama 61,4% mengalami

low back pain. Berdasarkan uji chi square didapatkan hasil bahwa ada

hubungan antara lama duduk terhadap terjadinya low back pain pada

pengemudi angkutan antar kota.

Hasil analisis survei pendahuluan yang kami lakukan di PT Sritex

Sukoharjo, dengan melakukan survei pada 31 orang penjahit mendapatkan

hasil yaitu keluhan nyeri punggung bawah (Low Back Pain),ddan sebaian

tidak merasa memiliki keluhan tersebut.

low back pain dapat di tanggulangi dengan menggunakan obat /

pengobatan tradisional di mana Obat tradisional merupakan warisan

budaya bangsa yang perlu terus dilestarikan dan dikembangkan untuk

menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan

perekonomian rakyat. Obat tradisional ini tentunya sudah diuji bertahun-

tahun bahkan berabad-abad sesuai dengan perkembangan kebudayaan

bangsa Indonesia, (Notoatmodjo, 2007).

Pengobatan low back pain dengan menggunakan obat tradisional

biasanya di obati dengan menggunakan madu, jamu, habatusauda, obat –

obat cina, balsem, salonplas, counterpain, hot cream dll.dan menggunakan

pegobatan seperti Pijat, Akupuntur, Bekam, Kerokan, Pijat Refleksi, dll.

4
Pada tahun 2008, Provinsi Bengkulu termasuk 10 besar dari 33

provinsi di Indonesia yang masyarakatnya menjalani rawat inap-jalan di

pengobat tradisional (battra) dalam satu tahun terakhir. Di Kota Bengkulu,

pada masyarakat yang menggunakan penggunaan pengobatan tradisional,

62% masyarakat memilih pengobatan alternatif metode keterampilan

seperti tukang pijat, pijat refleksi, dan sinshe akupuntur, sedangkan yang

memilih metode ramuan sebanyak 38%8. Di Puskesmas Nusa Indah Kota

Bengkulu, terdapat peningkatan jumlah kunjungan masyarakat ke battra

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Nusa Indah yaitu sebanyak 4276

kunjungan pada tahun 2011 menjadi 5380 kunjungan pada tahun 2012.

Beberapa hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa beberapa

faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pengobatan tradisional

yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, sikap, dan

pengetahuan, ketersediaan, kepercayaan. Penelitian ini bertujuan

mengetahui pengaruh kepercayaan terhadap pemanfaatan pengobatan

tradisional pada penderita low back pain setelah karakteristik sosial

demografi dikendalikan. Karakteristik sosial demografi mencakup umur,

jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pendapatan.

5
A. Rumusan Masalah

Apakah ada faktor – faktor yang berhubungan dengan penggunaan

obat dan pengobatan tradisional untuk low back pain pada pekerja garment

di PT Sritex.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan

penggunaan obat dan pengobatan tradisional untuk low back pain

pada pekerja garment di PT Sritex.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui keluhan nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada

pekerja garmet di PT Sritex.

b. Mengetahui hubungan penggunaan obat dan pengobatan dengan

keluhan nyeri punggung bawah (Low Back Pain) pada pekerja

garment di PT Sritex.

c. Mengetahui hubungan perlakuan pengobatan dengan keluhan nyeri

punggung bawah (Low Back Pain) pada pekerja garment di PT

Sritex.

6
C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pekerja Garment

Meningkatkan pengetahuan dan pengalaman pekerja dalam

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk mencegah terjadinya

keluhan nyeri punggung bawah.

2. Bagi Perusahaan Garment

Dapat menjadi bahan masukan bagi pengusaha Garment di PT

Sritex untuk memperhatikan kesehatan pekerja terkait sikap kerja yang

di lakukan oleh pekerja.

3. Bagi Penelitian Lain

Sebagai bahan acuan untuk penelitian yang serupa pada tempat

waktu dan lokasi yang berbeda.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)

1. Definisi Low Back Pain

Low back pain adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung

bawah,Nyeri ini terasa diantara sudut tulang terbawah sampai lipat

bokong bawah yaitu di daerah tulang belakang dan sering disertai

dengan 10 penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Low Back Pain

yang lebih dari 6 bulan disebut kronik (Sadeli et al., 2001).

Low back pain juga didefinisikan sebagai nyeri akut pada daerah

ruas tulang belakang. Nyeri pada punggungg bawah dirasakan oleh

penderita dapat terjadi secara jelas atau samar serta menyebar atau

terlokalisir (Defriyan, 2011).

2. Etiologi

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah

satu dari berbagai masalah muskuloskeletal (misal

regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen

lumbosakral dan kelemahan otot, osteoartritis tulang

belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus

intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).Penyebab

lainnya meliputi obesitas, gangguan ginjal, masalah

8
pelvis, tumor retroperitoneal, aneurisma abdominal dan

masalah psikosomatik. Kebanyakan nyeri punggung akibat

gangguan muskuloskeletal akandiperberat oleh aktifitas,

sedangkan nyeri akibat keadaan lainnya tidak dipengaruhi

oleh aktifitas.

3. Patofisiologi

Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam

mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri.Sistem yang

terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut

sebagai system nosiseptif.Sensitifitas dari komponen

system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor

dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang

terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas

nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi seseorang

mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.

Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas

dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat,

yang secara potensial merusak, dimana stimuli tersebut

sifatnya bisa kimia, mekanik, termal.Reseptor nyeri

merupakan jaras multi arah yang kompleks.Serabut saraf

ini bercabang sangat dekat dengan asalnya pada kulit dan

9
mengirimkan cabangnya ke pembuluh darah local.Sel-sel

mast, folikel rambut dan kelenjar keringat.Stimuli

serabut ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel

mast dan mengakibatkan vasodilatasi.Serabut kutaneus

terletak lebih kearah sentral dari cabang yang lebih jauh

dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra

system saraf dan dengan organ internal yang lebih besar.

Sejumlah substansi yang dapat meningkatkan transmisi

atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,

asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat

tersebut yang dapat meningkatkan efek yang menimbulkan

nyeri dari bradikinin. Substansi lain dalam tubuh yang

berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri

adalah endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam

konsentrasi yang kuat dalam system saraf pusat.

Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat

memproses sensori, dimana agar nyeri dapat diserap secara

sadar, neuron pada system assenden harus diaktifkan.

Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri

yang terletak dalam kulit dan organ internal. Proses

10
nyeri terjadi karena adanya interaksi antara stimulus

nyeri dan sensasi nyeri

Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam

hal ini kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah

batang yang elastik yang tersusun atas banyak unit

vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu

sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan

otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik

tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain

tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal terhadap

sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan

menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau

melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang

belakang.Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting

ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai

akan melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah

postur, masalah struktur dan peregangan berlebihan

pendukung tulang belakang dapat berakibat nyeri punggung

Diskusi intervertebralis akan mengalami perubahan

sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus

terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks

11
gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang

padat dan tak teratur. Degenerasi diskus intervertebra

merupakan penyebab nyeri punggung biasa.Diskus lumbal

bawah, L4-L5 dan L5-S6, menderita stress paling berat dan

perubahan degenerasi terberat.Penonjolan diskus atau

kerusakan sendi dapat mengakibatkan penekanan pada akar

saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang

mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf

tersebut.

4. Epidemiologi Low Back Pain

Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk pernah mengeluhkan

LBP sedangkan di Indonesia diperkirakan jumlahnya lebih banyak lagi

dan 90% kasus nyeri pinggang bawah bukan disebabkan oleh kelainan

organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam bekerja

(Putranto, 2014).

Studi yang telah dilakukan, kejadian tertinggi low back pain pada

dekade ketiga dan prevalensi meningkat pada usia 60-65 tahun dan

kemudian secara bertahap menurun. Faktor risiko umum lainnya yang

dilaporkan adalah status pendidikan yang rendah, stres, kecemasan,

depresi, ketidakpuasan kerja, rendahnya tingkat dukungan sosial di

tempat kerja dan seluruh getaran tubuh. Low back pain memiliki

12
dampak yang sangat besar pada individu, keluarga, masyarakat,

pemerintah, dan bisnis di seluruh dunia (Chou et al., 2007)

5. Faktor – Faktor Low Back Pain

Adapun faktor risiko terjadinya low back pain dapat dibedakan

menjadi tiga faktor, antara lain yakni:

a. Faktor individu

1. Usia

Dengan meningkatnya usia maka akan terjadi pertumbuhan

pada tulang dan hal tersebut terjadi pada seseorang berusia 30

tahun dengan berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan

menjadi jaringan parut dan pengurangan cairan. Sehingga akan

menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang

(Pratiwi et al., 2009).

Prevalensi meningkat secara menerus dan mencapai puncak

antara usia 35 hingga 55 tahun. Semakin bertambahnya usia

seseorang, risiko untuk menderita Low Back Pain akan

semakin meningkat karena terjadinya kelainan pada diskus

intervertebralis pada usia tua (WHO, 2013).

2. Indeks Massa Tubuh (IMT)

13
Berdasarkan hasil penelitian Purnamasari (2010) seseorang

yang overweight lebih berisiko 5 kali menderita Low Back Pain

dibanding dengan orang yang memiliki berat badan ideal.

Dengan bertambahnya berat badan maka tulang belakang

akan tertekan dalam menerima beban sehingga menyebabkan

mudahnya terjadi kerusakan pada struktur tulang belakang.

Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko

akibat efek dari obesitas adalah verterbrae lumbal

(Purnamasari, 2010).

3. Jenis kelamin

Secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah

daripada pria. Karena wanita memiliki keluhan pada saat

siklus menstruasi dan pada saat proses menopause juga dapat

menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan

hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri

punggung bawah (Andini, 2015).

4. Merokok

Kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang ada

hubunganya karena nikotin pada rokok dapat menyebabkan

berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok juga

dapat menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada

tulang sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya

kerusakan pada tulang (Kantana, 2010).

14
5. Masa kerja

Semakin lama masa bekerja maka semakin terpajan

seseorang mengalami faktor risiko mengalami Low Back

Paindikarenakan nyeri punggung merupakan penyakit kronis

yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang dan

menimbulkan manifestasi klinis (Umami et al., 2013).

b. Faktor pekerjaan

1. Beban kerja

Beban kerja merupakan sejumlah kegiatan yang wajib

diselesaikan oleh seorang individu atau kelompok, selama

periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Pekerjaan atau

gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan

beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan

sendi. Beban yang berat maka akan menyebabkan iritasi,

inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan

lainnya (Harrianto, 2007).

2. Durasi (Lama kerja)

Durasi terdiri dari durasi singkat jika < 1 jam per hari,

durasi sedang yaitu 1-2 jam per hari, dan durasi lama yaitu > 2

jam per hari. Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen,

jika melakukan gerakan berulang-ulang dari otot dengan

terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan maka

akan terjadi kelelahan otot (Straker, 2000).

15
3. Posisi kerja

Bekerja dengan posisi yang tidak aman maka dapat

meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan dalam bekerja.

Posisi tidak aman adalah posisi tubuh yang saat bekerja tidak

sesuai pada saat melakukan pekerjaan sehingga dapat

menyebabkan kondisi dimana transfer tenaga dari otot ke

jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah menimbulkan

kelelahan. Yang termasuk dalam posisi tidak aman yakni

pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai,

berputar, memiringkan badan, berlutut, jongkok, memegang

dalam posisi statis, dan menjepit dengan tangan. Posisi ini

melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung, dan

lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera

(Andini, 2015).

4. Repetisi

Repetisi merupakan pengulangan gerakan kerja dengan

pola yang sama. Terjadinya keluhan otot karena otot menerima

tekanan akibat beban terus menerus tanpa memperoleh

kesempatan untuk relaksasi (Fauci et al., 2008).

c. Faktor lingkungan fisik

16
Faktor risiko lingkungan fisik terhadap Low Back Pain

antara lain getaran. Getaran dapat menyebabkan kontraksi otot

meningkat yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar,

penimbunan asam laktat meningkat, dan akhirnya timbul rasa

nyeri. Getaran dapat berpotensi menimbulkan keluhan Low Back

Pain ketika seseoang menghabiskan waktu lebih banyak di

kendaraan atau lingkungan kerja yang memiliki hazard getaran

(Andini, 2015).

6. Tanda Dan Gejala Low Back Pain

Adapun tanda dan gejala dari low back pain menurut Ratini (2015)

antara lain yakni:

1. Nyeri sepanjang tulang belakang, dari pangkal leher sampai

tulang ekor.

2. Nyeri tajam terlokalisasi di leher, punggung atas atau punggung

bawah terutama setelah mengangkat benda berat atau terlibat

dalam aktivitas berat lainnya.

3. Sakit kronis di bagian punggung tengah atau punggung bawah,

terutama setelah duduk atau berdiri dalam waktu yang lama.

4. Nyeri punggung menjalar sampai ke pantat, dibagian belakang

paha, ke betis dan kaki.

5. Ketidakmampuan untuk berdiri tegak tanpa rasa sakit atau

kejang otot di punggung bawah.

B. Pengobatan Tradisional

17
1. Definisi

Menurut WHO (2013) pengobatan tradisional merupakan jumlah

total pengetahuan, ketrampilan dan praktik berdasarkan teori,

keyakinan, dan pengalaman asli dari berbagai budaya , baik yang dapat

dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta

dalam pencegahan, diagnosis, peningkatan atau pengobatan untuk

penyakit fisik dan mental. Keputusan Menteri Kesehatan Nomer 1076

Tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional

mendefinisikan pengobatan tradisional sebagai pengobatan dan atau

perawatan yang menggunakan cara, obat, dan pengobatnya mengacu

pada pengalaman, keterampilan turun menurun, pendidikan atau

pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di

masyarakat. Dijelaskan juga bahwa obat tradisional merupakan bahan

atau ramuan bahan yang berasal dari bahan tumbuhan, hean, mineral,

galenik atau campuran dari bahan – bahan tersebut yangsecara turun

temurun digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Orang

yang melakukan pengobatan tradisional disebut sebagai pengobat

tradisional. Pengobat komplementeralternatif juga termasuk dalam

pengobatan tradisional dimana di Indonesia Dalam Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomer 1109 Tahun 227 Tentang Penyelenggaraan

Pengobatan Komplementer Alternatif didefinisan sebagai pengobatan

non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan

18
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan

kualitas, keamanan, dan efektifitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu

pengetahuan biomedik, tetapi belum diterima dalam ilmu kedokteran

konvensional.

Menurut National Center For Complementary And Intregative

Health (2018), survey nasional pada tahun 2017 banyak orang

Amerika lebih dari 30% orang dewasa dan sekitar 12% anak – anak

menggunakan pendekatan perawatan kesehatan yang biasanya bukan

bagian dari perawatan medis konvensional atau yang mungkin

berasaldari luar praktik barat yang biasa. Ketika menggambarkan

keadaan ini, orang sering menggunakan “alternative” dan

“komplementer” secara bergantian, tetapi kedua isitilah tersebut

merujuk pada konsep yang berbeda, yaitu :

a. Jika praktik non mainstrim digunakan bersama dengan obat

konvensional, itu dianggap “komplementer”

b. Jika praktek non arus utama digunakan sebagai pengganti obat

konvensional, dianggap “alternative”

Kebanyakan orang yang menggunakam pendekatan non mainstrim

juga menggunakan perawatan kesehatan konvensional.

2. Tujuan dan alasan penggunaan pengobatan tradisional

19
Tujuan pengobatan tradisional yang dilakukan oleh masyarakat

sebanyak 49,8% adalah untuk menyembuhkan penyakit ringan dan

sisanya adalah untuk mencegah penyakit, perawatan tubuh,

menyembuhkan penyakit kronis, dan menyembuhkan penyakit yan

parah (Ismiana,2013). Pada penelitian El-Nimr (2015) orang – orang

menggunakan pengobatan komplementer alternatif dengan alas an

terbanyak adalah pengobatan medis memiliki efek samping, kemudian

berturut – turut disusul engan alasan mendapatkan pengalaman yang

baik terhadap pengobatan tradisional dan pengobatan rakyat,

memberikan efek yang kuat, alasan religious, menghemat uang, dan

tidak ada kepercayaan terhadap pelayanan medis.

3. Jenis pengobatan tradisional

Jenis obat tradisional yang digunakan dalam pengobatan

tradisional sangat beraneka ragam. Pada penelitian El-Nimr (2015)

jenis pengobatan komplementer alternatif yang digunakan orang dalam

swamedikasi adalah jenis herbal, pengobatan spiritual, cupping,

acupuncture, dan myths.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1076 Tahun 2003 Tentang

Penyelenggaran Pengobatan Tradisional membedakan obat tradisional

maupun cara tradisional dalam klarifikasi pengobat tradisional,

terdapat 4 klasifikasi pengobat tradisional dan di dalamnya terdapat

jenis-jenis obat ataupun pengobatan komplementer alternatif, yaitu :

20
a. Battra Ketrampilan, adalah seseorang yang melakukan pengobatan

dan/atau perawatan tradisional berdasarkan ketrampilan fisik

dengan menggunakan anggota gerak dan/atau alat bantu lain, yang

termasuk dalam battra ketrampilan yaitu:

1) battra pijat urut, seseorang yang melakukan pengobatan atau

perawatan dengan cara mengurut atau memijat bagian tubuh

tertentu maupun seluruhnya. Tujuanya untuk penycgaran

relaksasi otot, menghilangkan rasa lelah, juga untuk mengatasi

gangguan kesehatan atau menyembuhkan suatu keluhan atau

penyakit. Pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan jari

tangan, telapak tangan, siku, tumit atau dengan bantuan alat

tertentu

2) battra patah tulang. seseorang yang memberikan pelayanan

pengobatan atau perawatan patah tulang dengan cara

tradisional. Disebut dengan potong (Madura), sangkal putung

(Jawa), sandropauru (Sulawesi Selatan).

3) battra sunat, seseorang yang memberikan pelayanan sunat

Geikumss) scara indisionil, Batra sanat mengunkan isitah yang

berbeda disctiap dacrahnya seperti bong supit (Yogyakarta)

Yogyakarta) bengkong (Jawa Barat). Asal keterampilan

umumnya diperoleh secara turun temurun.

4) battra dukun bayi, sescorang yang memberikan pertolongan

persalinan ibu sekaligus memberikan perawatan kepada bayi

21
dan ibu sesudah melahirkan selama 40 hari. Di Jawa Barat

disebut dengan paraji, dukun rembi (Madura), balian manak

(Bali), sandro pammana (Sulawesi Selatan), sandro bersalin

(Sulawesi Tengah), dan suhu batui (Aceh).

5) battra pijat retleksi, sescorang yang melakukan pelayanan

pengobatan dengan cara pijat dengan jari tangan atau alat

bantu lainnya pada zona-zona refleksi terutama pada tclapak

kaki atau tangan.

6) Akupresuris, seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan

dengan perangsangan pada titik-titik akupuntur dengan

menggunakan ujung jari atau alat bantu lainnya kecuali jarum.

7) Chiropractor, seseorang yang melakukan pengobatan

kiropraksi (chiropractice) dengan cara teknik khusus untuk

gangguan persendiarn

8) akupuncturis, sescorang yang melakukan pelayanan

pengobatan dengan perangsangan pada titik-titik akupuntur

dengan cara menusukkan jarum dan sarana lain seperti elektro

akupuntur dan jenis metode lainnya

b. Battra Ramuan adalah sescorang yang melakukan pengobatan

dan/atau perawatan tradisional dengan menggunakan obat/ramuan

tradisional yang berasal dari tanaman (tlora), fauna, bahan mineral,

air, dan bahan alam lain. Yang termasuk dalam Battra ramuan

yaitu:

22
1) Battra Ramuan Indonesia (Jamu). sescorang yang memberilan

layanan pengobatan atau perawatan dengan menggunakan ra

obat dari tumbuhan, hewan, mineral, dan lain-lain yang

sejenisnya.

2) Battra gurah, seseorang yang memberikan layanan pengobatan

dengan cara memberikan tetesan hidung, berasal dari larutan

kulit pohon dengan tujuan untuk mengobati penyakit

pernapasam seperti pilck, Sinusitis.

3) Shinshe, seseorang yang memberikan pengobatan atau

perawatan dengan menggunakan ramuan obat-pobatan

tradisional cima.

4) Tabib seseorang yang memebrikan ramuan tradisional yang

berasal dari bahan-bahan alami

5) Homeopath seseorang yang memiliki cara pengobatan dengan

ramuan obat dengan dosis minimal tetapi mempunyai

ppenyembuhan yang besar. Menggunakan pendekatan holistik

berdasarkan keseimbangan antara fisik, mental, jiwa dan

emosi.

6) Aromatherapist sescorang yang memberikan perawatan

dengan menggunakan rangsangan aroma yang dihasilkan oleh

sari minyak murni didapat dari tumbuh-tumbuhan.

7) Battra lainmya yang metodenya sejenis.

23
c. Battra Pendekatan Agama adalah seseorang yang melakukan

pengobatan dan'atau perawatan Iradisional dengan menggunakan

pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu atau Budha.

d. Battra Supranatural adalah sescorang yang melakukan pengobatan

dan atau perawatan tradisional dengan menggunakan tenaga dalam,

meditasi, olah pernapasan, indera keenam (pewaskita), kebatinan

antara lain :

1) Tenaga Dalam (Prana),sescorang yang memberkan pelayanan

pengobatan dengan menggunakan kckuatan tenaga dalam

(bioenergy. inner power) antara lain Satria Nusantara. Merpati

Putih Sinlamba, Padma Bakti, Kalimasada, Anugrah Agung,

Yoga, Sinar Putih, Sinar Pedrak, Bakti Nusantara, Wahyu

Sejati dan sebagainya.

2) Battra paranormal. sescorang yang memberikan pelayanan

pengobatan dengan menggunakan Klemampuan indera ke

enam (pewaskita)

3) Reiky Master Tibet. Jepang), sescorang yang memberikan

pelayanan pengobalan dengan meyalurkan, memberikan

energy (tenaga dalam) baik langsung maupun tidak langsung

(Garak jauh) kepada penderita dengan konsep dari Jepang.

4) Oigong (Cina), sescorang yang mmberikan pelayanan

pengobatan dengan cara menyalurkan energy tenaga dalam

yang berdasarkan konsep pengobatan tradisional Cina.

24
5) Battra kebatinan, seseorang yang memberikan pelayanan

pengobatan dengan menggunakan kebatinan

untukmenyembuhkan penyakit.

6) Battra lainnya yang metodenya sejenis.

C. Penggunaan Obat Tradisional

1. Definisi

Sumber daya alam bahan obat dan obat tradisional

merupakan aset nasional yang perlu terus digali, diteliti,

dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya. Sebagai

suatu negara dengan wilayah yang mempunyai tingkat

keanekaragaman hayati yang tinggi, potensi sumber data

tumbuhan yang ada merupakan suatu aset dengan nilai

keunggulan komparatif dan sebagai suatu modal dasar utama

dalam upaya pemanfaatan dan pengembangannya untuk

menjadi komoditi yang kompetitif. Indonesia memiliki sekitar

400 suku bangsa (etnis dan sub-etnis). Masing-masing etnis

dan sub-etnis memiliki berbagai pengetahuan yang diwariskan

dari generasi ke generasi, di antaranya pengetahuan tradisional

di bidang pengobatan dan obat-obatan. Bukti penggunaan obat

tradisional sejak berabad abad yang lalu di Indonesia antara

lain terlihat dari relief yang terdapat pada candi Prambanan dan

candi Borobudur, tertulis dalam daun lontar, serta peninggalan

dan budaya di Keraton-keraton sampai saat ini.

25
Bagi masyarakat Jawa dan Madura, obat tradisional lebih

dikenal dengan sebutan jamu, baik dalam bentuk rajangan

maupun bentuk serbuk siap diseduh. Masyarakat di pedesaan

sudah sejak lama minum seduhan temulawak ( Curcuma

xanthorrhiza) untuk memelihara kesegaran tubuh. Informasi

tertulis tentang jamu yang hingga saat ini terpelihara dengan

baik di Perpustakaan Kraton Surakarta adalah Serat Kawruh

dan Serat Centhini. Serat Kawruh memberikan informasi yang

sistematik tentang jamu, memuat 1.734 ramuan yang dibuat

dari bahan alam dan cara penggunaaannya serta dilengkapi

dengan jampi-jampi.

Hasil survei tim Ekspedisi Biota Medica tahun 1998 di

Taman Nasional Bukit Tigapuluh dan Cagar Alam Biosfir

Bukit Duabelas yang terletak di wlayah Provinsi Riau dan

Jambi diketahui 45 ramuan dengan 195 spesies tumbuhan obat

telah digunakan oleh masyarakat suku Melayu Tradisional, 58

ramuan dengan 115 spesies digunakan masyarakat suku Talang

Mamak dan 72 jenis ramuan dengan 116 spesies oleh

masyarakat suku Anak Dalam.

Pemanfaatan dan pengembangan obat tradisional di

berbagai daerah tersebut diatas yang merupakan warisan turun

temurun berdasarkan pengalaman/empirik selanjutnya

berkembang melalui pembuktian ilmiah melalui uji pra-klinik

26
dan uji klinik. Obat tradisional yang didasarkan pada

pendekatan ”warisan turun temurun” dan pendekatan empirik

disebut jamu, sedangkan yang berdasarkan pendekatan ilmiah

melalui uji pra-klinik disebut obat herbal terstandar dan yang

telah melalui uji klinik disebut fitofarmaka.

Obat tradisional yang pada awalnya dibuat oleh pengobat

tradisional untuk pasiennya sendiri/lingkungan terbatas,

berkembang menjadi industri rumah tangga dan selanjutnya

sejak pertengahan abad ke-20 telah diproduksi secara massal

baik oleh industri kecil obat tradisional (IKOT) maupun

industri obat tradisional (IOT) dengan mengikuti

perkembangan teknologi pembuatan.

2. Kekuatan Obat Tradisional

Indonesia merupakan mega-center keragaman hayati dunia,

dan menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazilia.

Jika biota laut ikut diperhitungkan, maka Indonesia menduduki

urutan terkaya pertama di dunia. Di bumi kita ini diperkirakan

hidup sekitar 40.000 spesies tumbuhan, di mana 30.000 spesies

hidup di kepulauan Indonesia. Di antara 30.000 spesies

tumbuhan yang hidup di kepulauan Indonesia, diketahui

sekurang-kurangnya 9.600 spesies tumbuhan berkhasiat

sebagai obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan

sebagai bahan obat tradisional oleh industri obat tradisional.

27
Indonesia juga kaya akan ragam etnis yang mencapai 400

etnis yang memiliki kekayaan pengetahuan tradisional tentang

pemanfaatan tumbuhan untuk pemeliharaan kesehatan dan

pengobatan berbagai macam penyakit. Indonesia merupakan

negara agraris, mempunyai banyak area pertanian dan

perkebunan yang luas serta pekarangan yang dapat ditanami

tumbuhan obat. Indonesia masih banyak memiliki area terlantar

yang belum dimanfaatkan. Hutan Indonesia yang demikian luas

menyimpan kekayaan yang demikian besar, di

antaranyaberpeluang sebagai obat bahan alam.

Hingga saat ini di Indonesia terdapat 1.036 industri obat

tradisional yang memiliki izin usaha industri, terdiri dari 129

industri obat tradisional (IOT) dan 907 industri kecil obat

tradisional (IKOT).

Banyaknya lembaga penelitian dan peneliti yang dalam

kegiatannya melakukan penelitian obat-obatan bahan alam

merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan obat tradisional.

Indonesia mewarisi budaya pengobatan tradisional yang

banyak ragamnya, termasuk ramuan obat tradisional yang

sebagian ditulis dalam naskah-naskah kuno (Pusaka

Nusantara), dapat dikembangkan melalui berbagai penelitian.

28
Penduduk Indonesia yang berjumlah kurang lebih 220 juta

jiwa, merupakan pasar yang sangat prospektif, termasuk pasar

untuk obat tradisional.

3. Kelemahan Obat Tradisional

Untuk dapat memberikan jaminan mutu di bidang obat

tradisonal, dihadapkan pada kondisi sangat kurangnya

ketersediaan standar dan metode sebagai instrumen untuk

melakukan evaluasi mutu. Sebagaimana telah disebutkan

bahwa manfaat dan mutu obat tradisional dipengaruhi oleh

banyak faktor. Sementara itu penelitian mengenai faktor-faktor

tersebut sangat terbatas yang pada gilirannya menyebabkan

terbatasnya data, standar dan metodologi.

Sumber daya alam tumbuhan obat belum dikelola secara

optimal dan kegiatan budidaya belum diselenggarakan secara

profesional, karena iklim usaha yang tidak kondusif, tidak ada

jaminan pasar dan harga. Hal ini berdampak pada

pembudidayaan sebagai usaha sambilan, sehingga bahan baku

obat tradisional sebagian besar masih merupakan hasil

pengumpulan dari tumbuhan liar dan tanaman pekarangan.

Kegiatan eksploitasi jenis-jenis tumbuhan liar dan

tumbuhan hutan tertentu untuk bahan obat tradisional masih

terus berlangsung tanpa disertai dengan kegiatan budidaya,

sehingga beberapa jenis tumbuhan telah menjadi tumbuhan

29
langka. Untuk mencegah terjadinya kepunahan, maka jenis

tumbuhan langka tersebut perlu segera dilestarikan dengan

mengupayakan kegiatan budidaya.

Mutu simplisia umumnya kurang memenuhi persyaratan,

karena penanganan pasca panen yang kurang tepat dan

terbatasnya IPTEK serta lemahnya kualitas sumber daya petani

tumbuhan obat.

Upaya pengembangan obat tradisional kurang terkoordinasi

dengan baik. Pihak-pihak terkait, seperti Pemerintah, industri,

pendidikan dan penelitian, petani dan provider kesehatan belum

bekerjasama secara sinergis.

Penerimaan kalangan kedokteran terhadap obat tradisional

semakin meningkat tetapi sampai saat ini belum terakomodasi

dalam kurikulum Fakultas Kedokteran. Pembiayaan yang

tersedia untuk pengembangan obat tradisional Indonesia,

terutama untuk membiayai kegiatan penelitian, masih sangat

jauh dari kebutuhan. Di satu sisi kemampuan keuangan

Pemerintah masih terbatas, sedangkan di pihak lain industri

obat tradisional belum termotivasi untuk secaratanggung

renteng ikut membiayai kegiatan penelitian.

Kegiatan usaha industri yang mengkhususkan diri untuk

memproduksi bahan baku antara masih sangat sedikit. Mereka

memproduksi bahan baku antara diutamakan untuk keperluan

30
produksi produk jadi sendiri. Beberapa industri ekstrak di tanah

air, belum berjalan secara optimal dan lebih banyak untuk

memenuhi kebutuhan sendiri.

Dari 907 IKOT yang ada, sebanyak 35,4% dapat

digolongkan sebagai industri rumah tangga dengan fasilitas dan

sumber daya yang sangat minimal. Sedangkan dari 129 IOT

baru 69 industri yang mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat

Tradisional yang Baik (CPOTB).

Industri obat tradisional masih sangat kurang

memperhatikan dan memanfaatkan hasil–hasil penelitian

ilmiah dalam pengembangan produk dan pasar. Dalam

pengembangan pasar industri obat tradisional masih lebih

menekankan pada kegiatan promosi, dibanding dukungan

ilmiah mengenai kebenaran khasiat, keamanan dan kualitasnya.

31
D. Kerangka Teori

Low Back Pain

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor individu : Faktor pekerjaan: Faktor lingkungan


1. Usia 1. Beban kerja hidup
2. Indeks masa 2. Lama kerja
tubuh(IMT) 3. repetisi
3. Jenis kelamin
4. Merokok
5. Masa kerja

Penggunaan Obat Dan


Pengobatan Tradisional

Gambar 1 kerangka teori penelitian

Sumber : Pratiwi et al., (2009) & Andini, (2015)

32
E. Kerangka konsep

Faktor – faktor yang Low back pain pada


berhubungan dengan pekerja garment di
penggunaan obat dan PT Sritex Sukoharjo
pengobatan tradisional

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

F. Hipotesis

1. Ada Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Dan


Pengobatan Tradisional Untuk Low Back Pain Pada Pekerja Garment Di
Pt Sritex

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian observasional dengan

menggunakan rancangan penelitian cross-sectional yaitu pengumpulan data

baik variabel dependent yaitu Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan

Penggunaan Obat Dan Pengobatan Tradisional maupun variabel independent

yaitu Low Back Pain pada pekerja garment di PT Sritex Sukoharjo yang

mana penelitian ini dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Yusuf,

2015).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Sritex Garment, Sukoharjo pada bulan

Mei 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja garment yang berada

di PT Sritex, Sukoharjo sebanyak 5000 pekerja.

2. Sampel

a. Jumlah Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja garment yang

berada di PT Sritex, Sukoharjo. Besar sampel dalam penelitian ini

menggunakan sampel minimal dengan rumus Lemeshow:

34
𝑁. 𝑍 21−∝/2 . 𝑝. 𝑞
𝑛=
𝑑2 (𝑁 − 1) + 𝑍 21−∝/2 . 𝑝. 𝑞

Keterangan :

n = jumlah sampel yang dibutuhkan

N = besar populasi

𝑍 21−∝/2 = nilai distribusi normal baku pada tingkat kepercayaan 95%

(1 – α) yaitu 0,05 sebesar 1,96

p = harga proporsi di populasi (0,872)

q =1–p

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir yaitu 5% (depkes,

2015).

80 (1,962 )0,872 (1 − 0,872)


𝑛=
(0,052 )(51 − 1) + (1,962 )0,872 (1 − 0,872)

80 . 3,8416 . 0,872 . 0,128


𝑛=
(0,0025 . 79) + (3,8416 . 0,872 . 0,128)

34,302
𝑛=
0,6264

𝑛 = 54,76 = 55 sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari sampel minimal apabila

jika ada yang drop out, sehingga didapat hasil sebanyak 55 orang.

35
b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah sampel random sampling.Peneliti menggunakan seluruh

pekerja garment yang berjumlah 5000 orang pekerja garment di PT

Sritex, Sukoharjo.

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Faktor – Faktor Yang

Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Dan Pengobatan Tradisional.

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah low back pain

c. Variabel pengganggu dalam penelitian terdapat dua variabel

pengganggu. Variabel pengganggu yang diukur adalah usia, masa

kerja dan waktu kerja, sedangkan variabel pengganggu yang tidak

diukur adalah kebiasaan olahraga, jenis kelamin, kebiasaan merokok

dan sikap kerja.

2. Definisi Operasional Variabel (DOV)

a. Beban kerja merupakan beban kerja fisik yang diterima oleh seorang

pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan dihitung berdasarkan

jumlah kebutuhan energi pekerja.

1) Alat ukur : Kuesioner dan stopwatch

2) Skala pengukuran : Ordinal

3) Kategori :

a) Ringan : 100 – 200 Kkl/jam

36
b) Sedang : > 200 – 350 Kkl/jam

c) Berat : >350 – 500 Kkl/jam (Tarwaka, 2015).

b. Low back pain merupakan keluhan atau gangguan yang terjadi pada

punggung bagian bawah yang dirasakan oleh pekerja.

1) Alat ukur : Kuesioner

2) Skala pengukuran : Ordinal

3) Kategori :

a) Rendah : skor 0 – 20

b) Sedang : skor 21 – 41

c) Tinggi : skor 42 – 62

d) Sangat Tinggi : skor 63 – 84 (Tarwaka, 2015)

c. Usia adalah umur pekerja dari awal kelahiran sampai dilakukannya

penelitian yang dinyatakan dalam tahun. Indikator umur dapat dilihat

menggunakan Kartu Tanda Penduduk/ ditanyakan secara langsung.

1) Alat ukur : Kuesioner

2) Skala pengukuran : Ordinal

3) Kategori :

a) 26 – 35 : Dewasa awal

b) 36 – 45 : Dewasa akhir

c) 46 – 55 : Lansia awal

d) 56 – 65 : Lansia akhir (depkes, 2009).

37
d. Masa kerja adalah jangka waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja

disuatu tempat.

1) Alat ukur : Kuesioner

2) Skala pengukuran : Ordinal

3) Kategori :

a) < 5 tahun

b) ≥ 5 tahun (Pratiwi, 2009).

e. Waktu kerja adalah waktu yang digunakan untuk melakukan

pekerjaan dalam satu hari atau pada suatu periode tertentu.

1) Alat ukur : Kuesioner

2) Skala pengukuran : Ordinal

3) Kategori :

a) < 8 jam perhari

b) ≥ 8 jam perhari (Kemnaker, 2015).

E. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data

kuantitatif yang diperoleh dari hasil pengukuran setiap variabel yaitu

beban kerja, keluhan low back pain ,usia, masa kerja dan waktu kerja.

2. Sumber Data

a. Data Primer

38
Data primer diperoleh secara langsung dari responden berdasarkan

kuesioner yang telah diberikan pada penjahit garment di PT Sritex

sukoharjo

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan jurnal–jurnal

penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini.

3. Cara Pengumpulan Data

a. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Stopwatch, digunakan untuk mengukur kegiatan yang dilakukan

oleh penjahit sebagai dasar pengukuran beban kerja.

2) Kuesioner, di gunakan untuk mengukur variabel yang diteliti,yaitu

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat

Dan Pengobatan Tradisional Untuk Low Back Pain Pada Pekerja

Garment Di Pt Sritex

b. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui

wawancara dengan kuesioner dan observasi secara langsung ke

lapangan untuk melakukan pengamatan dan pendataan.

4. Langkah-langkah Penelitian

a. Tahap Persiapan

1) Peneliti melakukan perijinan pada instansi terkait

39
2) Peneliti melakukan survei pendahuluan kepada penjahit di PT

Sritex Garment Sukoharjo berkaitan masalah penelitian tentang

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat

Dan Pengobatan Tradisional Untuk Low Back Pain Pada Pekerja

Garment Di Pt Sritex.Peneliti yang telah melakukan survey

pendahuluan kemudian merumuskan penelitian dan menyusun

proposal penelitian

3) Proposal yang disusun kemudian dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing.

4) Proposal yang telah disetujui oleh dosen pembimbing, peneliti

akan melakukan seminar proposal

5) Peneliti akan melakukan revisi proposal penelitian

b. Tahap Pelaksanaan

1) Proposal yang telah direvisi dan disetujui dosen pembimbing

untuk melanjutkan pada tahap penelitian, peneliti akan melakukan

perijinan.

2) Peneliti akan memberikan informed consent kepada pekerja dan

ditanda tangani sebagai tanda bukti menjadi responden.

3) Mengukur beban kerja berdasarkan kebutuhan energi dengan

mengukur waktu kerja menggunakan stopwatch pada saat pekerja

melakukan aktivitas dalam satu kali pekerjaannya.

4) Peneliti yang dibantu enumerator akan melakukan wawancara

terhadap pekerja dan memberikan kuesioner.

40
5) Mendokumentasikan kegiatan penelitian yang sedang dilakukan.

6) Mengecek kelengkapan jawaban kuesioner yang telah diisi.

7) Mencatat hasil dan pengumpulan data

c. Tahap penyelesaian

1) Pengolahan data meliputi editing, coding, scoring, entry dan

tabulating.

2) Menganalisis hubungan dari masing-masing variabel yang diteliti.

3) Penulisan laporan tentang hasil, pembahasan dan kesimpulan

penelitian.

4) Ujian skripsi dan penyelesaian laporan.

F. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian akan diolah pada tahapan

pengolahan data meliputi:

1. Editing yaitu memeriksa kelengkapan data beban kerja dan keluhan low

back pain yang telah dikumpulkan dari hasil pemeriksaan yang

dilakukan.

2. Scoring yaitu pemberian skor pada setiap jawaban pertanyaan dari

variabel yang diteliti.

3. Coding yaitu pemberian kode pada setiap data variabel untuk

memudahkan pengolahan dan analisis data.

a. Beban kerja

1) Ringan (100 – 200 Kkl/jam) : kode 1

2) Sedang (> 200 – 350 Kkl/jam) : kode 2

41
3) Berat (>350 – 500 Kkl/jam) : kode 3

b. Keluhan low back pain

1) Tidak ada keluhan nyeri : kode 1

2) Ada sedikit keluhan nyeri : kode 2

3) Ada keluhan nyeri dan sakit : kode 3

4) Keluhan sangat nyeri dan sangat sakit : kode 4

c. Usia

1) Usia 26 – 35 : kode 1

2) Usia 36 – 45 : kode 2

3) Usia 46 – 55 : kode 3

4) Usia 56 – 65 : kode 4

d. Masa kerja

1) < 5 tahun : kode 1

2) ≥ 5 tahun : kode 2

e. Waktu kerja

1) < 8 jam perhari : kode 1

2) ≥ 8 jam perhari : kode 2

4. Entry yaitu memasukan data untuk diolah menggunakan komputer

dilakukan pada saat seleksi memberikan kode-kode. Data yang

dimasukan meliputi datahasil pengukuran tingkat beban kerja dan

kuesioner low back pain untuk mengetahui keluhan low back pain .

5. Tabulating yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti

guna memudahkan analisis data pada variabel.

42
6. Analyzing yaitu menganalisis data yang dimasukkan kedalam tabel yang

diperoleh dari hasil selama penelitian. Data yang dianalisis berupa data

hasil pengukuran beban kerja, LBP, usia, masa kerja dan waktu kerja.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan variabel beban

kerja dan keluhan musculoskeletal dalam bentuk distribusi frekuensi dan

persentase dari variabel yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara


variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Rank
Spearman. Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer
dengan tingkat signifikan α = 0,05(CI = 95%).

a. Jika nilai sig p < 0,05 maka Ho ditolak


b. Jika nilai sig p ≥ 0,05 maka Ho diterima

43
DAFTAR PUSTAKA

Andini F. 2015. Risk Factors of Low Back Pain in Workers. J.Majority.

Universitas Lampung. 4(1):12-19.

Chou R, Qaseem A, Snow V. 2007. Diagnosis and Treatment of Low Back Pain.

A Joint Clinical Practice Guideline From the America College of

Physicians and The America Pain Society. 147:478-91.

Defriyan, 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri

Punggung Bawah Pada Proses Penyulaman Kain Tapis di

Sanggar Family Art Bandar Lampung [Skripsi]. Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL. 2008. Back and Neck Pain. Dalam: Harrison’s

Principles of Internal Medicine. 17th Ed. New York: McGraw-

Hill

Harrianto R. 2007. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

Kantana T. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Low Back Pain

Pada Kegiatan Mengemudi Tim Ekspedisi PT. Enseval Putera

Megatrading Jakarta Tahun 2010. Jakarta: Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

44
Pratiwi M, Setyaningsih y, kurniawan B, Martini. 2009. Beberapa Faktor yang

Berpengaruh Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada

Penjual Jamu Gendong. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.

4(1):61-7.

Purnamasari H, Gunarso U, Rujito L. 2010. Overweight Sebagai Faktor Risiko

Low Back Pain pada Pasien Poli Saraf Prof. Dr. Margono

Soekarjo Purwokerto. Mandala of Health. Purwokerto : Fakultas

Kedokteran Universitas Jendral Soedirman,4:(1),hal. 26-32.

Putranto TH, Djajakusli R, Wahyuni A. 2014. Hubungan Postur Tubuh Menjahit

Dengan Keluhan Low Back Pain Pada Penjahit di Pasar Sentarl

Kota Makassar [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Ratini M. 2015. Understanding The Symptoms of Back Pain [Online Article]

[diunduh 27 Mei 2016]. Tersedia dari http.//www.webMD.com.

Sadeli HA, Tjahjono B. 2001. Nyeri punggung bawah. Dalam: Meliala L,

Suryamiharja A, Purba JS. Nyeri neuropatik, patofisioloogi dan

penatalaksanaan. Jakarta: Perdossi. Hlm. 145-67.

Straker LM. 2000. An overview of manual handling injury statistic in Western

Australia. International Journal of Industrial Ergonomics. Perth:

Curtin University of Technology,24:(4), hal. 357-64.

45
Umami AR, Hartatnti RI, Dewi A. 2014. Hubungan Antara Karakteristik

Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri

Punggung Bawah Pada Pekerja Batik Tulis. e-Jurnal Pustaka

Kesehatan. 2(1):72-8.

World Health Organization. 2013. Low Back Pain. Priority Medicines for Europe

and The World. 81: 671-6.

46
Lampiran 1

KUESIONER SURVEI PENDAHULUAN

“Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Dan Pengobatan


Tradisional Untuk Low Back Pain Pada Pekerja Garment Di PT Sritex Sukoharjo”

Kepada Yth. Bapak/Ibu

Dengan hormat,
Sehubungan dengan tugas akhir yang saya tempuh, maka bersama ini kami :

No. Nama Nim

1. Ade Putro S.W J410160100

2. Hikmatul Razabiah J410160101

3. Dini Intan Sarinastiti J410160117

4. Dila Novianti J410160127

Bermaksud menyampaikan kuesioner penelitian yang berkaitan dengan


topik yang kami teliti yaitu, “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan
Penggunaan Obat Dan Pengobatan Tradisional Untuk Low Back Pain Pada
Pekerja Garment Di PT Sritex Sukoharjo”. Sehubungan dengan hal tersebut,
kami minta kesediaan bapak/ibu/saudara/I untuk mengisi keusioner tersebut
dengan objektif. Semua informasi yang diberikan hanya digunakan untuk
kepentingan akademik dan dijamin kerahasiaannya. Atas bantuan
bapak/ibu/saudara/I, saya ucapkan terimaksaih.

Responden

47
( )
Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

“Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Obat Dan Pengobatan


Tradisional Untuk Low Back Pain Pada Pekerja Garment Di PT Sritex Sukoharjo”

Petunjuk pengisian kuesioner :

Isilah pertanyaan pada kolom yang telah tersedia

Isilah pertanyaan yang memiliki pilihan jawaban dengan mencentang (√) salah
satu jawaban

Isilah pertanyaan sesuai dengan yang sebenarnya

Karakteristik Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Pendidikan Terakhir :

Sudah berapa lama anda bekerja?

Jawab : _______________ Tahun

Berapa jam anda bekerja dalam sehari?

Jawab : _______________ Jam

Apakah anda mempunyai riwayat penyakit, sebutkan!

48
Jawab : _______________

Apakah anda merokok?

Jawab : _______________

49
Lampiran 3

Pertanyaan

Jawab
No. Soal
Ya Tidak

1. Apakah anda pernah mengalami nyeri punggung bagian bawah


(Boyok’en)?

2. Apakah nyeri punggung bagian bawah (Boyok’en) di rasakan


ketika anda sedang bekerja?

3. Apakah anda merasakan panas pada daerah punggung bagian


bawah (Boyok’en)?

4. Apakah anda merasakan nyeri punggung bagian bawah


(Boyok’en) sebelum melakukan aktivitas pekerjaan?

5. Apakah anda merasakan nyeri pada bagian punggung bawah


(Boyok’en) secara terus menerus saat melakukan pekerjaan ?

6. Apakah anda merasakan nyeri pada bagian punggung bawah


(Boyok’en) secara terus menerus saat melakukan pekerjaan ?

7. Apakah nyeri punggung bagian bawah (Boyok’en) yang anda


rasakan sedikit berkurang apabila anda istirahat ?

8. Apakah anda menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan


rasa nyeri punggung bagian bawah (Boyok’en)?

50
(jika iya lanjut ke no 8 dan jika tidak lewati no 8)

9. Jenis obat apa yang anda konsumsi ?

Obat tradisional, sebutkan : . . . . . .

(contoh : madu, jamu, habatusauda, obat – obat cina, balsem,


salonplas, counterpain, hot cream dll )

Obat kimia, sebutkan : . . . . . .

(Contoh: Parasetamol, ibu profen ,dll)

10. Jenis Pengobatan apa yang anda pilih?

Berobat Kedokter

Pengobatan Tradisional, sebutkan . . . . .

(Contoh: Pijat, Akupuntur, Bekam, Kerokan, Pijat Refleksi, dll)

51

Anda mungkin juga menyukai