Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN


PEMANFAATAN TERAPI MASASE (MASSAGE THERAPY)
DALAM MENGATASI KELUHAN NYERI PUNGGUNG (LOW
BACK PAIN) PADA MAHASISWA S1 PENDIDIKAN JASMANI
UNIVERITAS MEGAREZKY

Oleh :

AJAY QUMAR SAGALA


NIM : A1C219095

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
T.A 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknik masase atau mengurut telah dimanfaatkan sejak ribuan tahun

untuk fungsi menyembuhkan dan menyamankan. Masase akan memberi

rasa aman, hangat, menyenangkan, nyaman, serta memperbaharui vitalitas.

Teknik masase meliputi pengurutan yang sistematik, memijat dengan

gerakan memutar, meremas, dan atau menekan jaringan lunak. Teknik ini

mampu meredakan nyeri dengan menstimulasi produksi endorphin dan

ensefalin yang alami, serta memicu mekanisme gate control (Wells, 1994

dalam Brayshaw, 2018).

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot, tendon, atu ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau

perubahan proses sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi

dan atau memperbaiki sirkulasi (Maulana, 2017). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Wijayanto, 2015) terapi massase dengan aromaterapi

lavender berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah dengan signifikan

p=0,00 untuk tekanan dan perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi

primer sebelum dan sesudah terapi masase menggunakan minyak

aromaterapi atau vco terhadap penurunan tekanan darah sistolik-diasistolik

pada asien hipertensi primer dan p value = 0,00 menunjukkan p value <

0,05.
Salah satu upaya untuk menurunkan nyeri punggung adalah back rub

atau gosok punggung, tindakan ini merupakan tindakan mandiri perawat

dan dapat memproduksi endomorfin dengan mengurangi ketegangan otot.

Back rub adalah manipulasi terapi otot punggung atau suatu

tindakan/proses masase bagian punggung untuk mengurangi nyeri dan

merelaksasi otot akibat stres.

Low back pain atau nyeri punggung belakang merupakan nyeri di

daerah punggung antara sudut bawah costa (tulang rusuk) sampai

lumbosacral (sekitar tulang ekor), nyeri bisa menjalar ke daerah lain

seperti ke punggung bagian atas dan pangkal paha.

Hasil penelitian dengan menggunakan metode pre dan post terapi pijat

didapatkan ρ value = 0,0001 dan terjadi penurunan skor nyeri punggung,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pijat hamil dapat mengurangi

ketidaknyamanan selama kehamilan yaitu nyeri punggung.

Pada hipertensi tidak terkontrol, walaupun obat secara rutin

dikonsumsi, tekanan darah tetap tinggi (Darussalam dan Warseno, 2017).

Hal ini dibuktikan dengan pemberian terapi massage punggung pada

kelompok perlakuan, didapatkan ada perbedaan yang signifikan tekanan

darah systole pada kelompok perlakuan dengan p value 0.000. Ada

perbedaan yang signifikan tekanan darah diastole pada kelompok

perlakuan dengan p value 0.025.


Berdasarkan The Global Burden of Disease 2010 Study, dari 291

penyakit yang diteliti, NPB merupakan penyumbang terbesar kecacatan

global, yang diukur melalui years lived with disability (YLD), serta

menduduki peringkat yang keenam dari total beban secara keseluruhan,

yang diukur dengan the disability-adjusted life year (DALY). Pengukuran

DALY adalah metrik standar untuk mengukur beban yang dihitung dengan

menggabungkan years of life lost (YLL) dan years lived with disability

(YLD).

Menurut World Health Organization (WHO) , 2-5% dari karyawan di

negara industri tiap tahun mengalami nyeri punggung bawah, dan 15%

dari karyawan terbenut merupakan pekerja angkat barang, kuli, penjahit,

operator komputer, serta pekerjaan yang berhubungan dengan masalah

punggung.

Data dari International Labour Organization (ILO) tahun 2018

menyebutkan bahwa, menurut perkiraan ILO, lebih dari 1,8 juta kematian

akibat kerja terjadi setiap tahunnya di 156 kawasan Asia dan Pasifik.

Bahkan dua pertiga kematian akibat kerja di dunia terjadi di Asia. Di

tingkat global, lebih dari 2,78 juta orang meninggal setiap tahun akibat

kecelakaan atau penyakit akibat kerja (ILO,2018). Selain itu, terdapat

sekitar 374 juta cedera dan penyakit akibat kerja yang tidak fatal setiap

tahunnya, yang banyak mengakibatkan absensi kerja. Sedangkan, di

Amerika Serikat menurut National Safety Council rata-rata terjadi lebih


dari 10.000 kasus kecelakaan fatal dan lebih dari 2.000.000 kasus terjadi

setiap tahun dengan kerugian mencapai lebih dari 65 milyar USD.

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun (2018)

sekitar 70-80% penduduk di negara maju pernah mengalami low back pain

dan setiap tahun bertambah 15-45% orang dewasa ynang menderita low

back pain, dan di antara satu dari 20 penderita yang mnegalami harus

dirawat di rumah sakit karena serangan akut yang dialami.

Data statistik Amerika Serikat memperlihatkan angka kejadian

sebesar 15%-20% per tahun. Sebanyak 90% kasus low back pain bukan

disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh

dalam bekerja.6 Di Amerika Serikat, prevalensi low back pain menduduki

peringkat kedua setelah penyakit saluran pernafasan bagian atas yang

mengakibatkan kerugian waktu akibat sakit. Cedera punggung mencakup

sekitar 19% hingga 25%

Pada tahun 2003, 3,2% dari total tenaga kerja Amerika Serikat

mengalami kerugian waktu produktif karena nyeri punggung bawah

(Colorado Department of Public Health and Environtment Occupational

Health, 2012 dalam Hoy, 2014). Di Inggris, nyeri punggung merupakan

penyebab utama dari ketidakhadiran kerja, diperkirakan sekitar 3,5 juta

hari kerja hilang tahun 2007/2009 karena gangguan muskuloskeletal

terutama nyeri punggung bawah (Health and Safety Executive, 2009 dalam

Roupa, 2008).
Low Back Pain (LBP) di indonesia merupakan masalah kesehatan

yang nyata. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan penyakit nomor

dua pada manusia setelah influenza. Data untuk jumlah penderita Nyeri

Punggung Bawah (NPB) di indoneisa belum di ketahui secara pasti,

namun di perkirakan penderita NPB di Indonesia bervariasi antara 7,8%

sampai 37% dari jumlah penduduk yang ada di indoensia, prevalensi low

back pain terdapat 59,25% penderita low back pain pada tahun 2016.

Sulawesi Selatan khususnya di Makassar sesuai dengan data

Ketenaga kerjaan, Pada tahun 2015 kasus kecelakaan kerja, dengan jumlah

110.286 kasus yang terjadi di 16.082 perusahaan, korban meninggal dunia

hanya 530 orang. Dan pada tahun 2016 dari 101.367 kasus yang terjadi

sebanyak 17.069 perusahaan korban yang meninggal dunia sebanyak

2.382 orang.

Berdasarkan data yang telah di peroleh dari PT. Sumber Graha

Sejahtera Luwu bagian line plywood jumlah karyawan 183 orang terbagi

atas pada tahun 2019 karyawan yang mengalami low back pain berjumlah

29 orang (16%) dan pada tahun 2020 sebanyak 15 orang (8%) yang

mengalami low back pain, low back pain di PT. Sumber Graha Sejahtera

Luwu termasuk penyakit dominan yang di alami oleh karyawan dan data

tersebut menurun dikarenakan adanya pengurangan karyawan di perusahan

selama masa pandemic covid-19 dan kunjungan berobat di klinik

berkurang.
Sebagian besar pasien yang mengalami nyeri punggung bawah yang

membatasi aktivitas terus mengalami episode hingga 23% dari populasi di

seluruh dunia, dengan perkiraan 24% hingga 80% pasien mengalami

kekambuhan dalam satu tahun. Pengeluaran Medicare untuk pasien

dengan nyeri punggung bawah telah meningkat secara dramatis, dengan

peningkatan besar dalam pengeluaran untuk injeksi kortikosteroid epidural

dan resep opiat (masing-masing 629% dan 423% meningkat).

Prevalensi penyakit muskuloskeletal berdasarkan diagnosa tenaga

kesehatan di Indonesia 11,9 % dan berdasar diagnosis atau gejala sebesar

24,7%. Sebanyak 11 provinsi mempunyai prevalensi penyakit sendi di atas

persentase nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,

Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara

Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, dan Papua. Untuk

prevalensi penyakit muskuloskeletal di Jawa Tengah sendiri mencapai

18,9% (Riskesdas, 2013 dalam Santosa, 2016).

Fenomena nyeri pada bagian punggung ibu hamil adalah salah satu

keluhan yang paling sering dilaporkan di kalangan ibu hamil, bervariasi

dari 50% sampai 70%, berdasarkan pada penelitian di berbagai negara

sebelumnya (Yan et al, 2014), bahkan 8% diantaranya mengakibatkan

kecacatan berat (Lee, 2016).

Berdasarkan profil Departemen Kesehatan tahun 2005, sebanyak

40,5% penyakit disebabkan oleh pekerjaannya. Studi 9.482 pekerja di 12


Kabupaten/kota di Indonesia sebagian besar berupa penyakit NPB (16%),

kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (6%), gangguan pernafasan (3%),dan

penyakit THT (1,5%). Data epidemiologi mengenai NPB yang di peroleh

di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa

Tengah mengalami sakit pada punggung yaitu lansia lebih dari 65 tahun,

angka kejadian pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden

berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia

berkisar antara 3-17%. NPB dapat dialami siapa saja, pada umur berapa

saja. Namun demikian keluhan NPB jarang dijumpai pada kelompok umur

0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologi

tertentu yang sering dijumpai pada usia yang lebih tua.

Dilihat dari data yang dikumpulkan dari penelitian Pusat Riset dan

Pengembangan Ekologi Kesehatan, Kementrian Kesehatan yang

melibatkan 800 orang dari 8 sektor di Tanah Air. Hasilnya menunjukkan,

gangguan muskuloskletal yang didominasi nyeri punggung bawah yang

dialami oleh sekitar 31,6 % perajin batu bata di Lampung, 21% nelayan di

DKI Jakarta, 18% perajin onix di Jawa Barat, 16,4% penambang emas di

Kalimantan Barat, 14,9% perajin sepatu di Bogor, dan petani kelapa sawit

di Riau. Pekerja garmen perusahaan di Jawa Tengah dan penjahit rumah di

Yogyakarta adalah kelompok pekerja yang paling banyak menderita

gangguan muskuloskeletal, masingmasingnya sekitar 76,7% dan 41,6%

dan rata-rata semua pekerja mengeluhkan nyeri di punggung bawah, bahu,

dan pergelangan tangan (Savitri, 2015).


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia Osni, tahun 2012

mengenai gambaran faktor risiko ergonomi dan keluhan subyektif

terhadap gangguan Muskuloskletal Disorders (MSD’s) pada penjahit

garmen tahun 2012. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pada bagian

menjahit dari 220 responden terdapat 96% atau 212 responden mengalami

keluhan nyeri pada bagian punggung yang merupakan salah satu penyakit

muskuloskeletal (Osni, 2012 dalam Ahmad & Budiman, 2014).

Wanita hamil yang mengalami nyeri punggung sekitar 88,2%. Wanita

hamil usia kehamilan 14-22 minggu mengalami kejadian nyeri punggung

bawah sekitar 62%. Nyeri pada punggung selama kehamilan bervariasi

antara 35–60 %. Hasil penelitian Ariyanti (2012) didapatkan bahwa 68%

ibu hamil mengalami nyeri punggung dengan intensitas sedang, dan 32%

ibu hamil mengalami nyeri punggung dengan intensitas ringan.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan

Pemanfaatan Terapi Masase dalam Mengatasi Nyeri Punggung pada

Mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani Angkatan 2019 Universitas

Megarezky”.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani mengetahui manfaat dari

terapi masase, dalam mengatasi nyeri punggung ?

2. Apakah mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani memanfaatkan terapi

masase untuk mengatasi nyeri punggung ?

3. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap

pemanfaatan terapi masase pada mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat

pengetahuan dengan pemanfaatan terapi masase dalam mengatasi nyeri

punggung pada mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani ngkatan 2019

Universitas Megarezky.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa S1

Pendidikan Jasmani terhadap pemanfaatan terapi masase

b. Untuk mengidentifikasi mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani

dalam memanfaatkan terapi masase untuk mengatasi nyeri

punggung
c. Untuk menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan

pemanfaatan terapi masase (massage therapy) dalam mengatasi

nyeri punggung (low back pain) pada mahasiswa S1

Pendidikan Jasmani angakatan 2019 Universitas Megarezky.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Dapat memperkuat teori pemanfaatan terapi masase sebagai salah

satu terapi komplementer guna untuk mengatasi nyeri otot dan nyeri

sendi

2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para mahasiwa

Pendidikan Jasmani dan pembaca bahwa pemanfaatan terapi masase

penting dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah yang muncul

terutama pada nyeri penggung

3. Sebagai syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan

(S.KEP) Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas

Megarezky

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk

memperdalam penelitian dibidang pemanfaatan terapi masase pada

kalangan mahasiswa
E. Bidang Ilmu

Bidang atau peminatan ilmu yang sesuai dengan penelitian yang akan

dilakukan ini adalah Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang salah

satunya membahas tentang perubahan fisiologis yang terjadi pada

manusia.

F. Keaslian Penelitian

Nama Tahun Variabel Yang Desain Hasil Penelitian Perbedaan

Peneliti Peneliti Diteliti Penelitian

an

Miming Tahun Variabel analitik Terdapat Lokasi

Sundari 2021 independent : correlational hubungan antara penelitian,

pengetahuan dengan pengetahuan variabel

pendekatan dengan minat penelitian

Variabel cross ibu dalam

dependen : sectional. melakukan

Minat ibu hamil pregnancy

dalam massage, dengan

melakukan uji korelasi


pregnancy Kendall’s tau,

masase. diketahui nilai

signifikansi atau

Sig. (2-tailed)

antara variabel

pengetahuan

dengan minat

adalah sebesar

0,000 < 0,05.

Dewi Tahun Variabel metode Teknik massage Lokasi

Kurniati, 2017 independen : penelitian dan teknik penelitian dan

Anni Teknik Masase quasi relaksasi efektif varibael

Suciawat dan Teknik eksperiment dalam penelitina

i, Dea Relaksasi dengan menurunkan

Aulia menggunaka nyeri punggung

Variabel n desain pada ibu hamil

dependen : penelitian trimester III di

Nyeri Punggung pre and post Klinik Pratama

Pada Ibu Hamil test Medika

Trimester III Keluarga

Cipinang Muara

Jakarta
Niken Tahun Variabel pre Akupresure Lokasi

Tri 2018 independen : Experiment dapat penelitian dan

Sukeksi, Pengaruh teknik dengan mengurangi variabel

Gita akrupsur pendekatan nyeri punggung penelitian

Kostania, one group pada ibu hamil.

Emy Variabel pretest

Suryani dependen : nyeri posttest

punggung pada design.

ibu hamil
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Terapi Masase (Massage Therapy)

1. Terapi Masase (Massage Therapy)

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot, tendon, atu ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau

perubahan proses sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi

dan atau memperbaiki sirkulasi (Maulana, 2017). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh (Wijayanto, 2015) terapi massase dengan aromaterapi

lavender berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah dengan signifikan

p=0,00 untuk tekanan dan perbedaan tekanan darah pada pasien hipertensi

primer sebelum dan sesudah terapi masase menggunakan minyak

aromaterapi atau vco terhadap penurunan tekanan darah sistolik-diasistolik

pada asien hipertensi primer dan p value = 0,00 menunjukkan p value <

0,05.

Salah satu perawatan non- farmakologis yang sedang berlangsung

adalah perawatan gosok punggung untuk menyeimbangkan ketegangan

peredaran darah untuk mencegah keterikatan kardiovaskular dan bekerja

pada kepuasan (Rasdini et al., 2021). Gosok adalah gosok punggung yang

menghidupkanaliran darah dan pencernaan di jaringan, uleni memiliki


banyak manfaat untuk semua kerangka organtubuh (Septiari & Restuning,

2017). Beberapa strategi perawatan gosok punggung yang mungkin

dilakukanadalah gosok leher, gosok kepala, gosok punggung, dan

gosokpunggung slow stroke (Septiari & Restuning, 2017). Gosok

punggung adalah perawatan dengan menggosok punggung secara halus

pada jaringan yang bertujuan untuk memberikan dampak fisiologis,

terutama pada sistem vaskular, padat, dan sensorik tubuh (Lestari, 2021).

Beberapa teknik terapi pijat yang dapat dilakukan adalah pijat leher, pijat

kepala, pijat punggung, dan terapi pijat punggung slow stroke (Septiari &

Restuning, 2017). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan stres dan

kecemasan pada seseorang, yaitu: lingkungan sosial, hilangnya otonomi

sehingga menjadi ketergantungan dan membutuhkan bantuan orang lain,

keterpisahan dari teman dan keluarga,masalah keuangan, tidak adanya

data,bahaya penyakit yang lebih serius. terlebih lagi, masalah klinis

(Shahiand Ali, 2017).

Teknik masase atau mengurut telah dimanfaatkan sejak ribuan tahun untuk

fungsi menyembuhkan dan menyamankan. Masase akan memberi rasa

aman, hangat, menyenangkan, nyaman, serta memperbaharui vitalitas.

Teknik masase meliputi pengurutan yang sistematik, memijat dengan

gerakan memutar, meremas, dan atau menekan jaringan lunak. Teknik ini

mampu meredakan nyeri dengan menstimulasi produksi endorphin dan

ensefalin yang alami, serta memicu mekanisme gate control (Wells, 1994

dalam Brayshaw, 2018). Menurut Chapman (2016) kebanyakan ibu


bersalin memperoleh kenyamanan bila dimasase, tetapi ada juga yang

merasa hipersensitif dan beberapa ibu bahkan tidak suka disentuh.

Salah satu upaya untuk menurunkan nyeri punggung adalah back rub atau

gosok punggung, tindakan ini merupakan tindakan mandiri perawat dan

dapat memproduksi endomorfin dengan mengurangi ketegangan otot.

Back rub adalah manipulasi terapi otot punggung atau suatu

tindakan/proses masase bagian punggung untuk mengurangi nyeri dan

merelaksasi otot akibat stres.

Low back pain atau nyeri punggung belakang merupakan nyeri di daerah

punggung antara sudut bawah costa (tulang rusuk) sampai lumbosacral

(sekitar tulang ekor), nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti ke

punggung bagian atas dan pangkal paha. Back rub dilakukan dengan

menggunakan telapak tangan dengan gerakan memutar di area punggung

mulai dari area sakralis menuju ke pusat punggung kemudian ke scapula,

gerakan telapak tangan dengan lembut dan tekanan berkelanjutan selama

20 menit. Back rub atau back massage atau pijat punggung adalah

manipulasi otot punggung: masase punggung, atau satu tindakan/proses

masase bagian punggung untuk mengurangi nyeri atau merelaksasi otot-

otot akibat stres. Masase punggung atau back rub dapat mengatasi keluhan

depresi, stress, nyeri, insomnia dan ketegangan otot. (El-Hosary et al.,

2016). Back rub atau masase pada jaringan di punggung menyebabkan

pelepasan endomorfin (opiate) penghilang nyeri alamiah dalam tubuh)


sehingga menimbulkan rasa nyaman. Masase akan merangsang saraf

dengan menurunkan aktifitas saraf simpatis sehingga membuat pasien

relaks dan mengantuk.

Massage atau pijat yaitu tindakan yang sudah disempurnakan dengan

ilmu-ilmu tentang gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manusia

dengan bermacam teknik (Trisnowiyanto, 2012). Terapi massage

punggung merupakan upaya penyembuhan yang aman, efektif, dan tanpa

efek samping yang berbahaya, serta bisa dilakukam oleh tenaga kesehatan

maupun orang lain yang sudah dibekali ilmu massage punggung (Firdaus,

2011). Hasil riset (Labyak & Metzet, 1997 dalam Berman 2009)

menyatakan bahwa gosokan punggung sederhana selama tiga menit dapat

meningkatkan kenyamanan dan relaksasi klien serta memiliki efek positif

pada parameter kardiovaskuler seperti tekanan darah, frekuensi denyut

jantung, dan frekuensi pernafasan. Massage memiliki banyak manfaat

pada sistem tubuh manusia seperti mengurangi nyeri otot pada sistem

kardiovaskuler, dapat meningkatkan sirkulasi dan merangsang aliran darah

ke seluruh tubuh, dapat juga menstimulasi regenarsi sel kulit dan

membantu dalam barrier tubuh, serta efeknya pada sistem saraf dapat

menurunkan resiko gangguan kualitas tidur (Kusharyadi dan Setyohadi,

2011).

Nyeri punggung bawah selama kehamilan dilaporkan terjadi pada

beberapa daerah di Indonesia yaitu mencapai 60-80% (Mafikasari &


Kartikasari, 2015). Menurut penelitian Ummah (2012) di Desa Ketanen, 8

dari 10 responden (80%) ibu hamil mengalami nyeri punggung dan 2

responden lainnya (10%) tidak mengalami nyeri punggung. Nyeri

punggung yang dialami oleh ibu hamil tentunya harus segera ditangani.

Nyeri tersebut dapat ditangani dengan terapi farmakologi dan non-

farmakologi. Efek samping farmakologi dalam kehamilan bisa

berpengaruh pada janin, ibu, maupun bagi kemajuan persalinan

(Maryunani, 2010). Sedangkan, metode non-farmakologi simpel, lebih

murah, dan tanpa efek merugikan (Potter & Perry, 2010). Metode non

farmakologi antara lain dengan teknik distraksi (visual, audio, intelektual),

relaksasi, imaginasi terbimbing, massage (pijat), aromaterapi, mandi air

hangat, kompres dingin atau hangat (Andarmoyo, 2013). Salah satu cara

yang tepat untuk mengurangi nyeri punggung pada ibu hamil yaitu pijat

refleksi. Pijat refleksi adalah pengobatan dengan cara memberikan

sentuhan pijatan urat saraf untuk memperlancar peredaran darah di lokasi

dan tempat yang sudah dipetakan (Putri, 2015). Pijat refleksi sama halnya

dengan akupuntur Cina, menghubungkan garis-garis energi pada tangan

dan kaki dengan berbagai bagian tubuh. Dimana pemiijatan tersebut

terhubung pada suatu organ tubuh, yang bisa dilakukan di daerah atau titik

refleksi pada kaki, tangan, telinga atau bagian tubuh lainnya. Banyak

praktisi memilih menggunakan kaki sebagai sarana penyembuhan. Kaki

juga memberikan area yang lebih lebar dan besar untuk diobati

dibandingkan tangan dan telinga (Kumar, 2009).


Metode untuk pijat refleksi bisa dilakukan dengan menekan menggunakan

jari dan bisa juga dengan menggunakan alat bantu untuk mencapai zona

refleksi tersebut. Salah satu alat bantunya ialah Alat Pijat Kayu (APIYU).

Kelebihan APIYU dari jari yaitu pada bagian ujung alat ini yang didesain

runcing dengan tujuan memudahkan peneliti untuk mencapai titik saraf

yang bermasalah sesuai zona refleksi (Hasneli, 2015). Madina (2016)

dalam penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar gula darah

pada pasien DM tipe 2 sebelum terapi dan sesudah terapi pijat APIYU

pada kelompok eksperimen sebesar 9,8 mg/dl. Selain itu, penelitian Rezky

(2015) menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada mean tekanan

darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah terapi pijat refleksi kaki

pada penderita hipertensi primer pada kelompok perlakuan dengan p =

0,000 (p< 0,05).

Therapeutic massage is one such proposed modality and has a number of

desirable attributes no special equipment is needed to deliver it; it can be

given nearly anywhere, and there is a low likelihood of any serious harms.

Massage has been the subject of more than 300 clinical trials and dozens

of systematic reviews. For example, one review concluded that myofascial

release therapy massage can be effective for treating plantar fasciitis, and

another review found that soft tissue massage may be effective for

shoulder pain. However, some reviews have found massage not effective.

One review did not find clear benefits of massage over active treatment for

fibromyalgia, low back pain, or neck pain.Another review reported that


Swedish massage was not shown to improve outcomes in patients with

fibromyalgia. As these examples suggest, there is heterogeneity both in the

conditions for which massage is used, as well as in the therapy itself. The

term ‘‘massage therapy’’ encompasses many techniques, and the type used

may vary by a patient’s needs and physical conditions.Common

typesinclude Swedish massage, deep tissue massage, sports massage, and

chair massage. Therapeutic massage can be provided by a variety of

practitioners, including licensed massage therapists, physiotherapists,

chiropractors, folk healers, and reflexologists.These practitioners can

differ in philosophy or approach to massage, as well as the duration and

intensity of training in massage treatments. In general, patients are treated

using touch to manipulate the muscles and other soft tissues of the body.

Because individual trials and systematic reviews of individual trials often

focus on particular types of massage or specific painful conditions (back

pain, neck pain, etc.), it can be difficult to see the breadth and depth of

evidence, as various painful conditions may respond differently to

therapeutic massage, and distinct types of massage involve unique

approaches to manipulating muscles and soft tissue. Thus, the authors

undertook to create an evidence map, which is a technique that allows us

to visually depict the distribution of evidence available to provide an

overview of a broad research field that describes the volume, nature, and

characteristics of research in a particular field, often in a visual summary.

As such an evidence map does not seek to critically analyze or synthesize


the evidence on effectiveness for specific clinical indications. This

approach is useful to identify the gaps in evidence and inform future

research priorities. Materials and Methods This evidence map is reported

according to Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-

analyses guidelines .This review is part of a larger review commissioned

by the Department of Veterans Affairs, funded by the Veterans Affairs

Quality Enhancement Research Initiative. Data sources and searches The

authors conducted broad searches from database inception through July

10, 2018 using terms related to pain and massage in three databases:

PubMed, Embase, and the Cochrane Database of Systematic Reviews and

Other Reviews (see Supplementary Data for full strategy). The authors

restricted their searches to English language publications and systematic

reviews (pijat terapeutik adalah salah satu modalitas yang diusulkan dan

memiliki sejumlah atribut yang diinginkan tidak diperlukan peralatan

khusus untuk melakukannya; itu dapat diberikan hampir di mana saja,

dan ada kemungkinan kecil dari bahaya serius. Pijat telah menjadi subjek

lebih dari 300 uji klinis dan lusinan tinjauan sistematis. Misalnya, satu

ulasan menyimpulkan bahwa pijat terapi pelepasan myofascial dapat

efektif untuk mengobati plantar fasciitis, dan ulasan lain menemukan

bahwa pijat jaringan lunak mungkin efektif untuk nyeri bahu. Namun,

beberapa ulasan menemukan pijat tidak efektif. Satu ulasan tidak

menemukan manfaat yang jelas dari pijat dibandingkan pengobatan aktif

untuk fibromyalgia, nyeri punggung bawah, atau nyeri leher. Ulasan lain
melaporkan bahwa pijat Swedia tidak terbukti meningkatkan hasil pada

pasien dengan fibromyalgia. Seperti yang ditunjukkan oleh contoh-contoh

ini, ada heterogenitas baik dalam kondisi pijatan yang digunakan,

maupun dalam terapi itu sendiri. Istilah "terapi pijat" mencakup banyak

teknik, dan jenis yang digunakan dapat bervariasi menurut kebutuhan dan

kondisi fisik pasien. Jenis umum termasuk pijat Swedia, pijat jaringan

dalam, pijat olahraga, dan pijat kursi. Pijat terapeutik dapat diberikan

oleh berbagai praktisi, termasuk terapis pijat berlisensi, ahli fisioterapi,

ahli tulang, penyembuh tradisional, dan ahli refleksologi. Praktisi ini

dapat berbeda dalam filosofi atau pendekatan pijat, serta durasi dan

intensitas pelatihan dalam perawatan pijat. Secara umum, pasien dirawat

menggunakan sentuhan untuk memanipulasi otot dan jaringan lunak

tubuh lainnya).

Dari hasil penelitian (Suarniti et al., 2019) tentang terapi pijat pada ibu

hamil memaparkan bahwa pijat pada ibuhamil dapat mengurangi spasma

otot pada masa trimester akhir kehamilan, mengurangi ketegangan saraf

dan otot, melancarkan peredaran darah, meningkatkan daya tahan tubuh

ibu hamil. Dan implikasi yang yang ditimbulkan setelah melakukan pijat

pada ibu hamil; mengurangi rasa nyeri pada punggung; meningkatkan

kualitas tidur pada akhir kehamilan; dan dapat menimbulkan perasaan

Bahagia.
Pemijatan bertujuan untuk mengembalikan aliran vena dan getah bening,

menstimulasi reseptor sensorik pada kulit dan sub kulit untuk mengurangi

rasa nyeri (resmaniasih, 2018). Terapi pijat dapat mengurangi spasme otot

karena pijat dapat mengurangi tekanan dari saraf dan otot, melancarkan

peredaran darah keseluruh tubuh dan dapat meningkatkan daya tahan

tubuh ibu hamil sehingga dapat mengurangi rasa nyeri punggung ibu

hamil, meningkatkan kualitas tidur, dan menimbulkan perasaan bahagia

pada ibu hamil (Suarniti et al., 2019).

Hasil penelitian dengan menggunakan metode pre dan post terapi pijat

didapatkan ρ value = 0,0001 dan terjadi penurunan skor nyeri punggung,

sehingga dapat disimpulkan bahwa pijat hamil dapat mengurangi

ketidaknyamanan selama kehamilan yaitu nyeri punggung. Pijat hamil

membuat ibu menjadi senang karena adanya sentuhan dari orang yang

peduli menolong sebagai sumber kekuatan ibu (Harahap, 2019).

Terapi massage merupakan salah satu terapi non farmakologi yang dapat

menurunkan nyeri punggung ibu hamil, massage akan mengurangi

ketegangan ototdan rasa sakit, meningkatkan mobilitas serta melancarkan

peredaraan darah (Hartati et al, 2015). Teknik massage effleurage berupa

usapan lembut panjang, dan tidak terputusputus sehingga menimbulkan

efek relaksasi (Aini, 2016). Effleurage massage mempunyai distraksi yang

dapat meningkatkan pembentukan endorfin dalam sistem kontrol desenden


sehingga dapat membuat lebih nyaman karena relaksasi otot (Rahmawati

dan Sarwinanti, 2016).

Hasil penelitian ditemukan tidak ada perbedaan yang signifikan tekanan

darah systole pada kelompok kontrol dengan pvalue : 0.086 dan diastole

pada kelompok kontrol dengan p value : 0.140. Relaksasi merupakan

tindakan yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila

tekanan darah terlalu tinggi, pembuluh darah yang relaks akan terjadi

vasodilatasi pembuluh darah sehingga akan menyebabkan tekanan darah

turun dan kembali normal (Udani, 2016). Untuk membuat tubuh menjadi

rileks dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti terapi music klasik,

yoga, tehnik nafas dalam, dan terapi masase ( Anggariawan dan

Kushartanti, 2014). Pada hipertensi tidak terkontrol, walaupun obat secara

rutin dikonsumsi, tekanan darah tetap tinggi (Darussalam dan Warseno,

2017). Hal ini dibuktikan dengan pemberian terapi massage punggung

pada kelompok perlakuan, didapatkan ada perbedaan yang signifikan

tekanan darah systole pada kelompok perlakuan dengan p value 0.000.

Ada perbedaan yang signifikan tekanan darah diastole pada kelompok

perlakuan dengan p value 0.025.

Low-quality evidence showed that massage moderately improved short-

term (1 week) pain and function compared with sham therapy for subacute

low back pain , although 1 trial showed no difference in pain or function at

5 weeks. Moderate-quality evidence showed that massage improved short-


term pain relief nd function compared with other interventions

(manipulation, exercise therapy, relaxation therapy, acupuncture, or

physiotherapy) for patients with subacute to chronic low back pain, but

effects were small. Low-quality evidence showed that a combination of

massage plus another intervention (exercise, exercise and education, or

usual care) was superior to the other intervention alone for short-term pain

in patients with subacute to chronic low back pain (Bukti berkualitas

rendah menunjukkan bahwa pijat sedikit meningkatkan nyeri dan fungsi

jangka pendek (1 minggu) dibandingkan dengan terapi palsu untuk nyeri

punggung bawah subakut , meskipun 1 percobaan menunjukkan tidak ada

perbedaan nyeri atau fungsi pada 5 minggu . Bukti berkualitas sedang

menunjukkan bahwa pijat meningkatkan pereda nyeri jangka pendek dan

fungsi dibandingkan dengan intervensi lain (manipulasi, terapi olahraga,

terapi relaksasi, akupunktur, atau fisioterapi) untuk pasien dengan nyeri

punggung bawah subakut hingga kronis , tetapi efeknya kecil. Bukti

berkualitas rendah menunjukkan bahwa kombinasi pijat ditambah

intervensi lain (olahraga, latihan dan pendidikan, atau perawatan biasa)

lebih unggul dari intervensi lain saja untuk nyeri jangka pendek pada

pasien dengan nyeri punggung bawah subakut hingga kronis).

B. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penciuman, penglihatan,

rasa dan raba, serta pendengaran. Pada umumnya manusia memperoleh

mata dan telinga untuk melihat dan mendengar (Notoadmojo, 2007) dalam

Antari, 2022). Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan

pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (Notoadmojo, 2007) dalam (Antari, 2022)

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang, perilaku kognitif diklasifikasikan dalam

urutan hirarki, yaitu:

a. Tahu (know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah,

karena pada tingkat ini seseorang hanya mampu melakukan recall

(mengulang) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati

sesuatu.

b. Memahami (comprehension) dapat diartikan suatu kemampuan untuk

menjelaskan suatu objek dan dapat menginterpretasikannya secara benar.

Orang yang sudah memahami harus dapat menjelaskan, menguraikan,

menyebutkan contoh, dan menyimpulkan.


c. Aplikasi (application) merupakan kemampuan dimana seseorang telah

memahami suatu objek, dapat menjelaskan dan dapat mengaplikasikan 11

prinsip yang diketahui meskipun pada situasi yang berbeda.

d. Analisis (analysis) merupakan kemampuan seseorang untuk

menggunakan ide-ide abstrak yang baru dipelajari untuk diterapkan dalam

situasi nyata. Sehingga dapat menggambarkan atau memecahkan suatu

masalah.

e. Sintesis (synthesis) merupakan kemampuan untuk merangkum

komponenkomponen dari suatu formulasi yang ada dan meletakkannya

dalam suatu hubungan yang logis, sehingga tersusun suatu formula baru.

f. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penelitian terhadap suatu materi atau objek, yang didasarkan pada suatu

kriteria yang telah dibuat sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pegetahuan Menurut

(Notoatmodjo, 2018) terdapat delapan faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu:

a. Pendidikan

Tingkat pengetahuan seseorang akan membantu orang tersebut untuk

lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin tinggi


pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat serta tepat

dalam pengambilan sikap.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang mendapatkan

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Pengalaman

Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang pernah

dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

d. Umur

Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada

aspek fisik psikologis, dan kejiwaan. Dalam aspek psikologis taraf berpikir

seseorang semakin matang dan dewasa. Semakin bertambah umur

seseorang, semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga akan lebih mampu untuk menerima pengetahuan atau informasi

yang baik.

e. Kebudayaan

Kebudayaan berhubungan dengan tempat kita dilahirkan dan

dibesarkan, mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya

cara berpikir dan perilaku kita.


f. Minat

Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu

hal dan pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

g. Sumber informasi

Pengetahua n juga dipengaruhi oleh sumber informasi atau bacaan

yang berguna bagi perluasan cakrawala pandang atau wawasan

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat dijadikan tempat

bertanya tentang berbagai pengetahuan untuk memenuhi apa yang

ingin di capai.

h. Media

Media yang didesain secara khusus untuk mencapai masyarakat luas

seperti televisi, radio, koran, majalah, dan internet mempengaruhi.

3. Tinjauan Umum Tentang Nyeri Punggung (Low Back

Pain)

Low Back Pain (LBP), nyeri yang dirasakan di punggung bagian

bawah, bukan merupakan penyakit ataupun diagnosis untuk suatu penyakit

namun merupakan istilah untuk nyeri yang dirasakan di area anatomi yang

terkena dengan berbagai variasi lama terjadinya nyeri. Nyeri ini dapat
berupa nyeri lokal, nyeri radikuler, ataupun keduanya. Nyeri ini terasa

diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah

lumbal atau lumbo-sakral, nyeri dapat menjalar hingga ke arah tungkai dan

kaki.Nyeri punggung merupakan nyeri yang terjadi pada area lumbosacral

(tulang belakang).

Nyeri punggung bawah atau low back pain merupakan salah satu

gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh beberapa faktor risiko.

Faktor risiko terjadinya nyeri punggung bawah antara lain: usia, indeks

massa tubuh, masa kerja, kursi kerja, posisi duduk dan kebiasaan olahraga.

Nyeri punggung bawah diderita oleh usia muda maupun tua namun

keadaan semakin parah pada usia 30-60 tahun ke atas (Roffey, 2010

Nyeri punggung bawah juga disebut sebagai sakit pinggang, dapat

mengakibatkan rasa nyeri atau sakit di manapun di daerah antara tulang

rusuk bawah dan di atas kaki. Ketidaknyamanan pada pinggang atau

punggung disebabkan oleh sifat pekerjaan yang sebagian besar aktivitas

dilakukan dengan sikap duduk dan diperlukan gerakan yang berulangulang

(Purnamasari, 2010.

Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan masalah kesehatan dunia yang

sangat umum, yang menyebabkan pembatasan aktivitas dan juga

ketidakhadiran kerja. Nyeri Punggung Bawah memang tidak menyebabkan

kematian, namun menyebabkan individu yang mengalaminya menjadi

tidak produktif sehingga akan menyebabkan beban ekonomi yang sangat


besar bagi individu, keluarga, masyarakat, maupun pemerintah

(Patrianingrum, 2015).

Nyeri punggung bawah dapat menurunkan produktivitas manusia, 50-

80% pekerja di seluruh dunia pernah mengalami nyeri punggung bawah

dimana hampir sepertiga dari usianya pernah mengalami beberapa jenis

nyeri punggung bawah yang merupakan penyakit kedua setelah flu yang

dapat membuat seseorang sering berobat ke dokter sehingga memberi

dampak buruk bagi kondisi sosialekonomi dengan berkurangnya hari kerja

juga penurunan produktivitas (Tanderi, 2017) Pada tahun 2003, 3,2% dari

total tenaga kerja Amerika Serikat mengalami kerugian waktu produktif

karena nyeri punggung bawah (Colorado Department of Public Health and

Environtment Occupational Health, 2012 dalam Hoy, 2014). Di Inggris,

nyeri punggung merupakan penyebab utama dari ketidakhadiran kerja,

diperkirakan sekitar 3,5 juta hari kerja hilang tahun 2007/2009 karena

gangguan muskuloskeletal terutama nyeri punggung bawah (Health and

Safety Executive, 2009 dalam Roupa, 2008).

Berdasarkan The Global Burden of Disease 2010 Study (2010), dari 291

penyakit yang diteliti, NPB (Nyeri Punggung Bawah) merupakan

penyumbang terbesar kecacatan global, yang diukur melalui years lived

with disability (YLD), serta menduduki peringkat yang keenam dari total

beban secara keseluruhan, yang diukur dengan the disability adjusted life

year (DALY) (GBDB, 2010 dalam Hoy, 2014).


Menurut Tarwaka (2015), nyeri punggung bawah adalah sensasi pada

punggung bawah mengacu pada rasa nyeri atau sakit di mana pun di

daerah antara tulang rusuk bawah dan di atas kaki. Rasa nyeri pada

punggung bawah akibat dari cidera atau ketegangan otot, atau bisa juga

disebabkan oleh kondisi yang lebih spesifik, seperti herniated disc.

Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal

yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. Nyeri punggung

bawah diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu kronik dan akut. Nyeri

punggung bawah akut terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu,

sedangkan Nyeri punggung bawah kronik terjadi dalam waktu 3 bulan.6

Gejala yang sering terjadi adalah adanya nyeri pada bagian pantat, spasme

otot dan adanya parasthesia oleh karena kurangnya sirkulasi darah yang

mengalir di tubuh.5 Saat beraktifitas dalam waktu yang lama dengan

posisi yang menetap akan menyebabkan otot bekerja terus-menerus dan

pada keadaan yang statis sehingga akan terjadi adaptasi pada jaringan

tersebut yang berakibat otot mengalami ketegangan atau pemendekan dan

akan menekan saraf yang ada di sekitarnya yang nantinya akan

menimbulkan nyeri pada daerah tersebut dan menjalar ke arah inervesi

dari saraf tersebut.

Nyeri punggung bagian bawah adalah gangguan nyeri pada otot yang

sering terjadi pada saat bekerja dengan posisi duduk yang kurang tepat (1).

Nyeri Punggung bagian bawah merupakan rangking keenam dari 291


penyakit yang menyebabkan disabilitas tahunan (2). Masyarakat usia lebih

dari 65 tahun di Jawa Tengah yang mengalami nyeri pungggung sekitar

18,2% Laki-laki dan 13,6% Perempuan. Terapat sekitar 3-17% orang yang

mengalami nyeri punggung bawah yang periksa ke rumah sakit di

Indonesia (3). Duduk lama dan sikap duduk yang kurang tepat maupun

aktifitas yang terlalu banyak adalah beberapa faktor penyebab nyeri

punggung bawah (4). Duduk di kursi kurang sesuai, aktivitas yang

dilakukan terlalu lama dan beberapa penyakit adalah faktor penyebab nyeri

punggung bawah (5).

C. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini untuk

menganalisis dan melihat hubungan tingkat pengetahuan dengan

pemanfaatn terapi masase (massage therapy) dalam mengatasi nyeri

punggung (low back pain). Variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tingkat pengetahuan sebagai variabel bebas.

Sedangkan variabel terikat adalah terapi masase, dan masalah yang akan

diteliti adalah mengatasi nyeri punggung.

D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas supaya

dapat dikomunikasikan serta membentuk suatu macam teori yang

menjelaskan keterkaitan antar suatu variabel (baik variabel yang diteliti

maupun variabel yang tidak diteliti). (Nursalam, 2016).

Berdasarkan pada penelitian ini, kerangka konsep yang terkait

dengan hubungan tingkat pengetahuan terhadap pemanfaatan terapi

masase (massage therapy) dalam mengatasi nyeri punggung (low back

pain) pada mahasiswa S1 Pendidikan Jasmani Universitas Megarezky.

Tingkat Pengetahuan Terapi Masase

 Hasil dari tahu  Menambah


 Penginderaan kebugaran
dari suatu  Pemulihan
objek  Pencegahan
(Notoadmojo,  Persiapan
2007) dalam  Relaksasi &
(Antari, 2022) cedera (Wayde
Clews,1990;6)

Mengatasi nyeri unggung


Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Garis hubungan

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas

Variabel bebas atau independen disebut juga variabel sebab

yaitu karakteristik dari subjek yang dengan keberadaannya

menyebabkan perubahan pada variabel lainnya.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat atau dependen adalah variabel akibat atau

variabel yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang

terjadi pada variabel independen.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu rumusan

masalah atau pertanyaan dari suatu penelitian. Hipotesis merupakan

suatu pernyataan mengenai asumsi tentang hubungan antara dua


variabel atau lebih, variabel penelitian yang diharapkan mampu

menjawab dari suatu pertanyaan dalam penelitian. (Nursalam, 2016).

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Ha =

 Terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan

terapi masase dalam mengatasi nyeri punggung pada mahasiswa S1

Pendidikan Jasmani Angkatan 2019 Universitasa Megarezky.

Ho =

 Tidak terdapat hubungan tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan

terapi masase dalam mengatasi nyeri punggung pada mahasiswa S1

Pendidikan Jasmani Angkatan 2019 Universitasa Megarezky.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah desain mengenai keseluruhan proses

yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian (Sillaen,

2018). Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif atau penelitian

analitik menggunakan desain cross sectional untuk menganalisis ada

tidaknya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan

terapi masase dalam mengatasi nyeri punggung pada mahasiswa S1

Pendidikan Jasmani Angkatan 2019 Universitas Megarezky

menggunakan alat ukur kuisioner dan wawancara terstruktur (memakai

kuisioner). Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati

pada waktu yang sama (Masriadi, Alina, Samsualam, 2021).


B. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi target adalah unit dimana suatu hasil penelitian akan

diterapkan (digeneralisir). Idealnya penelitian dilakukan pada populasi,

karena dapat melihat gambaran seluruh populasi sebagai unit dimana

hasil penelitian akan ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini adalah

para lansia di RW 5 Perumnas Antang .

2. Sampel

Sampel penelitian sebagai unit yang lebih kecil lagi adalah

sekelompok individu yang merupakan Sebagian dari populasi terjangkau

dimana peniliti langsung mengumpulkan data atau melakukan

pengamatan/pengukuran pada unit ini. Pada dasarnya penelitian

dilakukan pada sampel yang terpilih dari populasi terjangkau. Populasi

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah para mahasiswa

Angkatan 2019 S1 Pendidikan Jasmani Universitas Megarezky

Prosedur yang digunakan untuk pengumpulan data adalah

pengambilan dilakukan dengan Teknik non probability sampling, yaitu

teknik sampling yang pemilihan sampelnya tidak dilakukan secara acak.

Kemudian digunakan metode purposive sampling, yaitu pemilihan

sampel yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang

ditentukan oleh peneliti seseorang dapat dijadikan sebagai sampel


Untuk menetukan besarnya sampel yaitu dengan

menggunakan rumus Slovin :

N
n=
1+ Ne2

Dimana :

N : besar populasi /jumlah populasi

n : jumlah sampel

e : batas toleransi kesalahan (eror tolerance)

Dengan menggunakan rumus diatas maka diperoleh

perhitungan sebagai berikut :

N
n= 2
1+ Ne

65
n= 2
1+65.(0,05)

65
n=
1+65 ×0,025

65
n=
1+1,625

65
n=
2,625
n=24,7

n=¿24,7 = yang dibulatkan menjadi 25

Dari hasil perhitungan tersebut maka diketahui besar sampel

yang diperlukan adalah 25 responden pada mahasiswa S1 pendidikan

Jasmani Angkatan 2019.

3. Kriteria Sampel

Kriteria sampel menggambarkan batasan-batasan sampel yang

akan digunakan dalam penelitian. Kriteria sampel terdiri dari kriteria

inklusi dan kriteria ekslusi. Penting untuk membedakan antara kriteria

inklusi dan ekslusi dimana kriteria ekslusi bukan kebalikan dari kriteria

inklusi.

a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteia umum subjek yang

terjangkau yang akan diteliti.

1) Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

2) Mahasiswa dengan beragam jenis umur

3) Mahasiswa yang aktif atau tidak mengambil cuti.

b) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan suatu kriteria menghilangkan

atau menegeluarkan subjek yang terjangkau yang akan diteliti

1) Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

2) Mahasiswa yang tidak aktif atau mengambil cuti

3) Tidak memperhatikan strata pada mahasiswa

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus -

September 2023. Lokasi penelitian berada di Kampus Universitas

Megarezky pada Program Studi S1 Pendidikan Jasmani khususnya

Angkatan 2019.

D. Alat Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

menggunakan instrumen penelitian meliputi : kuisioner dan wawancara

terstruktur (structured interview) menggunakan pedoman berupa

kuisioner pada responden yang diteliti.

1. Kuisioner Tingkat Pengetahuan Pemanfaatan Terapi Masase

Instrumen kuisioner digunakan untuk mengukur tingkat

pengetahuan pemanfaatan terapi masase. Terdiri dari identitas responden


meliputi jenis kelamin, usia, agama, minat (hobi) dan terdiri beberapa

pertanyaan.

2. Kuisioner Tindakan Mengatasi Nyeri Punggung

Instrumen kuisioner digunakan untuk mengukur tindakan

mengatasi nyeri punggung. Terdiri dari identitas responden meliputi jenis

kelamin, usia, agama, minat (hobi) dan terdiri beberapa pertanyaan.

3. Cara Penyusunan Instrumen Penelitian Kuisioner (Dharma,2011) :

1. Membuat judul kuisioner

2. Membuat petunjuk pengisian

3. Pertanyaan mengenai karakteristik responden

4. Membuat daftar item pertanyaan utama

4. Cara Penysunan Instrumen Penelitian Wawancara Terstruktur (Dharma,

2011) :

1. Menentukan tujuan penelitian sebagai panduan dalam

mengumpulkan data

2. Membuat pedoman wawancara berupa kuisioner

5. Lampiran Instrumen Penelitian Kuisioner dan Wawancara Terstruktur

(kuisioner)

a. Kuisioner Tingkat Pengetahuan Pemanfaatan Terapi Masase

No Pertanyaan Ya Tidak Skor

1 Apakah anda mengetahui terapi masase ? Ya=1

Tidak=0
2 Apakah terapi masase sama dengan terapi Ya=1

pijat ? Tidak=0

3 Apakah terapi bermanfaat bagi manusia ? Ya=1

Tidak=0

4 Apakah penerapan terapi masase sudah ada Ya=1

dari zaman dahulu ? Tidak=0

5 Apakah terapi masase berbahaya ? Ya=0

Tidak=1

6 Apakah terapi masase bermanfaat dalam Ya=1

mengatasi nyeri punggung ? Tidak=0

7 Apakah ada resiko dari pemanfaatan terapi Ya=1

masase ? Tidak=0

8 Apakah terapi masase efektif dalam Ya=1

mengatasi nyeri punggung ? Tidak=0

b. Kuisioner Tindakan Mengatasi Nyeri Punggung

No Pernyataan Benar Salah Skor

1 Dengan terapi masase dapat mengurangi Benar=1

sensasi nyeri pada punggung belakang Salah=0

2 Dalam mengatasi nyeri punggung perlu Benar=1

dilakukan dengan teknik masase yang tepat Salah=0

3 Dalam mengatasi nyeri punggung hanya Benar=0

perlu dilakukan dengan relaksasi nafas


dalam Salah=1

4 Dalam mengatasi nyeri punggung bawah Benar=1

harus dilakukan pemijatan oleh orang yang Salah=0

sudah ahli

5 Siapa saja dapat melakukan terapi masase Benar=0

untuk mengatasi nyeri punggung Salah=1

6 Tengkurap ialah posisi tubuh yang baik saat Benar=1

melakukan terapi masase dalam untuk Salah=0

mengatasi nyeri punggung

7 Teknik mengurut tidak terlalu efektif dalam Benar=1

mengatasi nyeri punggung Salah=0

8 Terapi kerokan tidak efektif dalam Benar=0

mengatasi nyeri punggung Salah=1

6. Proses Validitas dan Reliebelitas Instrumen

a. Proses Validitas

Instrumen dalam penelitian dapat dikatakan vaid apabila

mampu mengukur apa yang mampu diukur dan dapat mengungkapkan

data dan variable yang diteliti secara konsisten. Suatu tes atau instrumen

dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila hal tersebut

menjalankan fungsinya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan

maksud dilakukannya pengukuran.


Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut

dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono,

2005), pengujian validitas instrumen yaitu menghitung kofisien korelasi

antara skor item dan skor totalnya dalam taraf signifikansi 95% atau α =

0,05. Instrument dikatakan valid mempunyai nilai signifikansi korelasi ≤

dari 95% atau α = 0,05 (Masriadi, Alina, samsualam, 2021).

b. Proses Reliebelitas

Uji reliebelitas bertujuan untuk mengetahui keadaan alat ukur atau untuk

mengetahui konsistensi alat ukur jika digunakan untuk mengukur obyek

yang sama lebih dari sekal. Uji reliebelitas ini dapat diartikan sebagai

tingkat kepercayaan terhadap hasil pengukuran.

Pengujian reliebelitas dilakukan terhadap item pernyataan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Alpa Cronbach.

Nilai batas yang diterima untuk tingkat Alpa Cronbach adalah ≥ 0,60.

Instruman dianggap telah memiliki tingkat keadaan yang diterima, jika

nilai kofisien reliebilitas yang terukur adalah ≥ 0,60. Instrument

dikatakan reliebel jika dapat digunakan untuk mengukur variable

berungkali yang menghasilkan data yang sama atau sedikit bervariasi

(Masriadi, Alina, samsualam, 2021).

E. Definisi Operasional
Definisi Hasil Skala
Variabel Cara Ukur
Operasional Ukur Ukur

Segala proses
pengalaman
yang
membuat
seseorang
menjadi tahu,
bisa terus
meningkat
Menggunakan
jika terus
Variabel kuisioner dan
belajar dan
Independen wawancara Belu
selalu ordinal
: Tingkat terstruktur m ada
terobsesi
Pengetahuan (memakai
untuk terus
kuisioner)
tahu,
sedangkan
akan menurun
jika kurang
dalam belajar
atau minat
ingin tahu
berkurang
Variabel Suatu cara Menggunakan Belu ordinal
Dependen : atau metode kuisioner dan m ada
Pemanfaatan dalam wawancara
Terapi melakukan terstruktur
masase terapi pijat, (memakai
salah satunya kuisioner)
pada area
punggung
untuk
mengatasi
atau
mengurangi
keluhan nyeri
punggung
atau otot dari
atas hingga ke
bawah

F. Prosedur Pengumpulan Data

Menurut Nan Lin ada 8 tahap atau prosedur pengumpulan data :

1. Tinjauan literatur dan konsultasi dengan ahli

Pengumpulan data biasanya diawali dengan mengumpulkan

informasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Informasi-

informasi tersebut dapat diperoleh melalui peninjau literatur yang

relevan dan konsultasi dengan para ahli. Melalui usaha-usaha ini

peneliti berusaha memahami benar-benar isu penelitian, konsep, dan

variable-variabel yang dipergunakan oleh peneliti lain dalam

mempelajari hal yang serupa di masa lalu, dan hipotesis-hopotesis

yang pernah diteliti pada waktu lalu. Perlu juga dipahami ciri-ciri

orang yang menjadi responden kita dalam penelitian.

2. Mempelajari dan melakukan pendekatan terhadap kelompok

masyarakat/mahasiswa di mana data akan dikumpulkan.

Maksudnya supaya peneliti yang bersangkutan dapat diterima di

dalam kelompok masyarakat itu dan memahami berbagai kebiasaan

yang berlaku di dalamnya. Untuk itu perlu dikaitkan pendekatan

terhadap tokoh-tokoh yang bersangkutan.


3. Membina dan memanfaatkan hubungan yang baik dengan

responden dan lingkungannya.

Untuk maksud tersebut peneliti perlu mempelajari kebiasaan-

kebiasaan respondennya termasuk cara mereka berpikir, cara mereka

melakukan sesuatu, bahasa yang dipergunakan, waktu luang mereka,

dan sebagainya.

4. Uji coba atau pilot study

Pengumpulan data didahului dengan uji coba instrumen penelitian

pada sekelompok masyarakat yang merupakan bagian dari populasi

yang bukan sample. Maksudnya untuk mengetahui apakah instrument

tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dapat dipahami, dan

sebagainya.

5. Merumuskan dan menuyusun pertanyaan

Setelah hasil uji coba itu dipelajari, disusunlah instrumen penelitian

dalam bentuknya yang terakhir berupa pertanyaan-pertanyaan yang

relevan dengan tujuan penelitian. Pertanyaan itu harus dirumuskan

sedemikian rupa sehingga ia mengandung makna yang signifikan dan

substansif.

6. Mencatat dan memberi kode (recording and coding)


Melalui instrumen penelitian yang telah dipersiapkan, dilakukan

pencatatan terhadap data yang dibutuhkan dari setiap responden.

Informasi-informasi yang diperoleh dari pencatatan ini diberi kode

guna memudahkan proses analisis.

7. Cross checking, validitas, dan reliabilitas

Tahap ini terdiri atas cross checking terhadap data yang masih

diragukan kebenarannya, serta memeriksa validitas dan

reliabilitasnya.

8. Pengorganisasian dan kode ulang data yang telah terkumpul

supaya dapat dianalisis.

a. Jenis Data dan Cara Pengumpulan

Jenis data yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan

adalah menggunakan data kuantitatif, dimana cara pengumpulannya

menggunakan alat ukur instrument berupa kuisioner dan wawancara

tersruktur menggunakan kuisioner dilakukan dengan tiga tahap yaitu :

1. Tahap Persiapan meliputi mempersiapkan kuisioner yang sudah

disusun dan di foto copy sesuai dengan jumlah reponden yang akan

diteliti.
2. Tahap pelaksanaan, yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada

reponden.

3. Tahap pengambilan kuisioner

G. Rencana Analisis Data

Analisis statistik yang akan digunakan ialah statistik inferensial

(statistik non-parametrik). Kemudian macam-macam data yang akan

digunakan berupa kategorikal yaitu nominal dan ordinal. Jumlah variabel

yang akan dianalisis berjumlah dua variabel, yaitu variabel independen

dan variabel dependen, kemudian dibuatkan hipotesis untuk melihat ada

atau tidaknya hubungan dari variabel yang telah ditentukan.

Hipotesis statistik yang akan digunakan ialah hipotesis

asosiatif/korelasi untuk data non-parametrik. Uji yang akan digunakan

adalah bivariat yaitu uji spearmen rank untuk menguji hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen berskala ordinal.

1. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan dari kuisioner yang telah dibuat,

selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan tahapan sebagai

berikut :

1. Editing (memeriksa data)


Hasil wawancara, kuisioner dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan atau pemeriksaan terlebih dahulu, seperti jika ada

kekurangan data maka harus segera dilengkapi

2. Coding (pemberian kode) atau Data Entry

Setelah semua kuisioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan

pengkodean “coding” , yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan untuk memudahkan proses

pengolahan data.

3. Processing data (pengolahan data)

Data yang telah diterima dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam program atau

software di komputer/laptop, dalam hal ini peneliti akan menggunakan

program SPSS untuk mengolah data

4. Cleaning (pembersihan data)

Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya. Kemudian dilakukan

pembetulan atau koreksi.

2. Analisis Data

1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendiskripsikan karakteristik

setiap variable penelitian dengan membuat tabel frekuensi dari setiap

variabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkolersi. Penelitian ini menggunakan skala ordinal

(non-parametrik) sehingga uji yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji korelasi Spearmen, karena uji ini untuk melihat ada atau

tidaknya hubungan antar variabel. Taraf signifikansi atau kemaknaan

yang digunakan pada uji korelasi Spearman yaitu 0,05 yang artinya

apabila nilai p < α = 0,05 maka hipotesa diterima yang berarti ada

hubungan (Nursalam, 2017).

H. Etika Penelitian

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human

dignity)

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privation

and confidientely)

3. Menghormati keadilan dan inklusivitas (respect for justice and

inclusiveness)
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan

(balancing harm and benefits)

Prosedur etika penelitian :

1. Informed consent : Memberikan lembar persetujuan kepada

responden sebelum melakukan penelitian agar responden dapat

mengetahuin dan memahami maksud dan tujuan dari penelitian

yang dilakukan

2. Anonymity (tanpa nama) : Peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden guna untuk menjaga kerahasiaan identitas

responden.

3. Confidentiality (kerahasiaan) : Peneliti akan menjaga kerahasiaan

data yang telah diberikan responden.

Anda mungkin juga menyukai