BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat menjadi salah satu staf medis yang berperan aktif untuk
meningkatkan pembangunan kesehatan, namun dalam melakukan
aktivitasnya, perawat seringkali tidak memperhatikan hal-hal penting yang
menjadi faktor resiko terjadinya penyakit akibat kerja.Penyakit akibat
kerja yang umum terjadi adalah Low Back Pain atau Nyeri punggung
bawah.Low Back Pain merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal
yang diakibatkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik, yang sering di
alami oleh orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialami
oleh orang usia muda.low back pain disebabkanoleh berbagai penyakit
muskuloskeletal, gangguan psikologi dan mobilisasi yang salah. Dengan
demikian low back pain adalah gangguan musculoskeletal yang dirasakan
pada daerah punggung bawah yang disebabkan oleh berbagai penyakit dan
aktivitas tubuh yang kurang baik (Sumangando.,Rottie.,Lolong, 2017).
Low Back Pain adalah Nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat berupa nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.Nyeri ini
terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu daerah
lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri
kearah tungkai dan kaki (Samuel, 2005). Dijelaskan juga olehNaude
(2008)bahwa Low back pain adalah nyeri didaerah lumbosakral meliputi
vertebra lumbar pertama sampai sakral pertama. Nyeri juga bisa menjalar
ke daerah punggung atas dan pangkal paha.Low back pain dapat di
klasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu kronik dan akut.Low back
pain akut keluhan terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu.Sedangkan
low back pain kronik terjadi dalam waktu 3 bulan (Rogers, 2006).
3
Faktor resiko terjadinya Low Back Pain antara lain Usia, Indeks massa
tubuh, obesitas, kehamilan dan faktor psikologi. Seorang yang berusia
lanjut akan mengalami low back pain karena penurunan fungsi-fungsi
tubuhnya terutama tulang, sehingga tidak lagi elastis seperti diwaktu
muda. Sedangkan postur merupakan faktor pendukung low back
pain.Kesalahan postur seperti kepala menunduk kedepan, bahu
melengkung kedepan dan lordosis lumbal berlebihan dapat menyebabkan
spasme otot (ketegangan otot).Hal ini merupakan penyebab terbanyak dari
low back pain.Aktivitas yang dilakukan dengan tidak benar, seperti salah
posisi saat mengangkat beban yang berat juga menjadi penyebab low
backpain[ CITATION Fat12 \l 1033 ].
ini secara tidak langsung terindikasi sebagai resiko keluhan low back pain.
Walaupun pengaruhnya relatif kecil Indeks massa tubuh merupakan salah
satu faktor penyebab resiko keluhan low back pain, perawat yang memiliki
berat badan yang berlebih resiko nyeri pinggang lebih besar, karena beban
pada sendi penumpu berat badan meningkat, sehingga dapat
memungkinkan terjadinya nyeri pinggang[ CITATION Rin11 \l 1033 ]
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resiko Keluhan
Low back pain pada perawat ruang perawatan bedah RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara Tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Resiko keluhan low back
pain pada perawat ruang perawatan bedah RSUD dr. Dradjat
Prawiranegara Tahun 2019.
b. Diketahui gambaran distribusi frekuensi Usia perawat ruang
perawatan bedah RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2019.
c. Diketahui gambaran distribusi frekuensi masa kerja perawat ruang
perawatan bedah RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun 2019.
d. Diketahui gambaran distribusi frekuensi postur kerja perawat
ruang perawatan bedah RSUD dr. Dradjat Prawiranegara Tahun
2019.
8
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Vertebra Servikal
Vertebra servikal terdiri dari tujuh tulang atau ruas tulang leher, ruas
tulang leher adalah ruas tulang paling kecil. Ruas tulang leher pada
umumnya mempunyai ciri badannya kecil dan persegi panjang, lebih
panjang kesamping daripada panjang kedepan atau kebelakang
lengkungnya besar, proseus spinosus atau tuju duri ujungnya dua atau
bivida. Proseus transverses atau tuju sayap berlubang-lubang karena
banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis.Masing-masing
prosesus transversus memiliki tuberkulum anterior tempat origo otot
servikalis anterior dan tuberkulum posterior yang merupkan tempat
origo otot servikalis anterior dan tuberkulum posterior yang merupakan
tempat origo dan insersi servikalis posterior (Rahim, 2012).
b. Vertebra Torakalis
Vertebra Torakalis terdiri dari dua belas tulang atau nama lainnya
adalah ruas tulang punggung, lebih besar dari pada yang sevikal dan
disebelah bawah menjadi lebih besar. Ciri khasnya adalah badannya
berbentuk lebar lonjong dengan faset atau lengkungnya agak kecil, taju
duri panjang dan mengarah kebawah, sedangkan taju sayap yang
12
membantu mendukung iga adalah tebal dan kuat, serta memuat faset
persendian untuk iga (Syaifuddin, 2009).
c. Vertebra Lumbalis
Vertebra Lumbalis terdiri dari lima ruas tulang atau nama lainnya
adalah ruas tulang pinggang, ruas tulang pinggang adalah yang
terbesar. Taju durinya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil.Taju
sayapnya panjang dan langsing.Ruas kelima membentuk sendi dan
sakrum pada sendi lumbosakral.Berbeda dengan vertebra servikal
maupun torakal, vertebra lumbal tidak memiliki foramen transversus
maupun faset artikulasi kosta.Selain itu, korpus vertebra di daerah
lumbal lebih besar dan diameter lateralnya jauh lebih besar
dibandingkan dengan diameter anteroposteriornya.Korpus di anterior
sedikit lebih tebal dibandingkan posterior.Pedikelnya lebih tebal,
terletak pada aspek dorsosuperolateral korpus dengan lamina
membentuk suatu foramen/ vertebra yang berbentuk segitiga (Rahim,
2012).
d. Vertebra Sakralis
Vertebra sakralis terdiri dari lima ruas tulang atau nama lainnya adalah
tulang kelangkang. Tulang kelangkang berbentuk segi tiga dan terletak
pada bagian kolumna vertebralis, terjepit diantara kedua tulang
inominata.Dasar dari sakrum terletak diatas dan bersendi dengan
vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang
khas.Tapi anterior dari basis sakrum membentuk promontorium
sakralis.kanalis sakralis terletak dibawah kanalis vertebra. Dinding
kanalis sakralis berlubang-lubang untuk dilalui saraf sakral.Taju duri
dapat dilihat pada pandangan posterior dan sakrum. Tulang ini terdiri
dari lima vertebra yang awalnya tidak bersatu, pada saat usia 16-18
tahun akan terjadi penyatuan dan setelah memasuki usia 34 tahun
Tulang tersebut akan benar-benar menyatu menjadi satu kesatuan
(Rahim, 2012).
13
e. Vertebra Kosigeus
Koksigis atau tulang ekor merupakan segemen terakhir dari
vertebra.Dengan adanya bantuan fibrokartillaginosa dan simfisis
sakrokoksigis Tulang ini melekat pada tulang sakrum yang
memungkinkan gerakkan terbatas antara sakrum dan tulang ekor
(Rahim, 2012). Vertebra koksigeus terdiri dari empat atau lima
vertebra yang rudimeter yang bergabung menjadi satu (Evelyn C.
Pearce, 2006)
b. Klasifikasi
Berdasarkan sumber nyerinya, LBP di klasifikasikan menjadi lima,
yaitu (Rahim, 2012) :
1) LBP spondilogenik
LBP tipe ini berasal dari kolumna vertebra dan struktur-struktur
yang berkaitan dengannya, serta merupakan penyebab nyeri
punggung paling utama.Nyeri biasanya diperberat dengan
pergerakkan dan menjafi lebih ringan dengan istirahat.Penyebab
14
2) LBP neurogenik
Iritasi, tegangan atau kompresi terhadap serabut saraf lumbal akan
menyebabkan pengalihan nyeri ke tungkai, baik salah satu maupun
keduanya. Gangguan fungsi serabut saraf merupakan penyebab
utama nyeri neurogenik.Akan tetapi perlu juga di perhatikan
penyebab-penyebab lainnya.Seperti lesi pada SSP, misalnya tumor
talamus. Selain itu terdapat lesi patologis lain yang sering
menyebabkan kesulitan dalam menegakkan diagnosis yaitu
neurofibroma, neurilemoma, ependimoma dan beberapa kista yang
mengenai serabut saraf. Lesi-lesi ini biasanya berada pada segmen
lumbal bagian atas.
3) LBP viserogenik
Nyeri yang berasal dari kelainana organ-organ dalam, seperti ginjal
atau tumor retroperitoneal.Nyeri punggung viserogenik tidak
diperberat dengan aktivitas dan tidak berkurang dengan istirahat.
4) LBP vaskulogenik
Aneurisma aorta abdominalis atau penyakit vaskular perifer dapat
menyebabkan nyeri punggung atau gejala yang menyerupai
sciatica.nyeri di perberat saat berjalan dan berkurang dengan
berdiri diam. Nyeri dapat menjalar ke tungkai melalui saraf
ischiadikus.
5) LBP psikogenik
Keluhan nyeri punggung psikogenik terkadang ditemui pada
praktek sehari-hari.Gejala sering disertai dengan emosi yang
berlebihan.
15
c. Etiologi
Nyeri punggung bawah disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
mekanik dan faktorn nonmekanik.
1) faktor mekanik
Pekerjaan yang berhubungan dengan pergerakkan tubuh dilakukan
dalam waktu yang lama dan melakukan mobilisasi yang salah
(Putra, 2014).
Beberapa faktor mekanik yang berhubungan dengan kondisi LBP,
misalnya sebagai berikut.:
a) degenerasi segmen diskus, misalnya osteoarthritis tulang
belakang atau stenosis tulang belakang.
b) Nyeri diskogenik tanpa gejala radicular.
c) radikulopati structural.
d) Fraktur vertebra segmen atau osesus.
e) Spondilosis, disertai atau tanpa adanya stenosisi kanal spinal.
16
2) Faktor nonmekanik
Low back pain yang disebabkan faktor organ dan organ visceral
(Fauci et tal, 2009).
a) Sindrom neurologis
Mielitis struktural, regangan lumbosacral akut, miopati dan
spinal segmental
b) Gangguan sistemik
Primer atau neoplasma metastasis, Infeksi oseus, diskus, atau
epidural serta Penyakit metabolic tulang, termasuk
osteoporosis.
c) Nyeri kiriman (reffered Pain)
Gangguan Ginjal, gangguan gastroinstestinal, masalah pelvis,
tumor retroperineal, aneurisma abdominal dan Masalah
psikosomatik.
d. Patofisiologi
Kontruksi punggung yang unik memungkinkan terjadinya fleksibilitas
dan memberikan perlindungan terhadap sumsum tulang belakang.Otot-
otot abdominal berperan pada aktivitas mengangkat beban dan sarana
pendukung tulang belakang. Adanya obesitas, masalah struktur, dan
peregangan berlebihan pada sarana pendukung ini akan berakibat pada
nyeri punggung. Adanya perubahan degenerasi diskus intervertebralis
akibat usia menjadi fibrokartilago yang padat dan tidak teratur
merupakan penyebab nyeri Punggung biasa, dimana L4-L5 dan L5-S1
menderita stress mekanis dan menekan sepanjang akar saraf tersebut
(Brunner & Suddarth, 2011).
17
e. Manifestasi klinik
Kebanyakan nyeri punggung bawah terjadi akibat gangguan
muskuloskeletal dan diperberat oleh aktivitas, sedangkan nyeri akibat
lainnya tidak di pengaruhi oleh aktivitas.Obesitas, stress, dan
terkadang depresi juga dapat mengakibatkan LBP.pasien dengan LBP
kronis biasanya mengalami ketergantungan terhadap beberapa jenis
analgesik
b) Aktivitas berulang
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus
menerus seperti pekerjaan mencakul, membelah kayu besar,
angkat-angkat dan sebagainya.keluhan otot terjadi karena otot
menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa
memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
18
2) Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi
otot akan bertambah. kontraksi statis ini menyebabkan
peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat
meningkat dan kemudian akan menimbulkan rasa nyeri
(Suma’mur, 1996).
3) Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga kegiatan
pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan
menurunnya kekuatan otot.Demikian juga dengan paparan suhu
panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang
19
e) Penyebab kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat
apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada
beberapa faktor resiko dalam waktu yang bersamaan.
Low Back Pain dapat terjadi oleh beberapa faktor penyebab yang lain
seperti:
a) Kelainan punggung sejak lahir.
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi vertebra.Menurut
Soeharso (1978) kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut
dapat berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak
lengkap pada saat lahir.Hal ini dapat menimbulkan nyeri punggung
yang disertai dengan skoliosis ringan.
B. Konsep Keperawatan
1. Definisi Perawat
Perawat adalah mereka yang memiliki Kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki dan
diperoleh melalui pendidikan keperawatan (UU RI No.23 Tahun 1992).
Pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam
merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena
sakit, injury dan proses penuaan (Fatmawati, 2014).
2. Konsep keperawatan
a. Konsep keperawatan menurut Dorothea Orem’s (1978)
Keperawatan adalah suatu kegiatan yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan individu baik yang mampu atau tidak mampu melakukan
perawatan mandiri sehingga individu tersebut mampu
mempertahankan atau melakukan perawatan sendiri.
a. Peran Perawat
Peran merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana
dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat
maupun diluar profesi keperawatan yang bersifat konsisten.
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 terdiri
dari :
1) Pemberi asuhan keperawatan
Perawat memberikan asuhan keperawatan dengan memperhatikan
keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan, mendiagnosis keperawatan agar bisa direncanakan
dan dilaksanakantindakan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan
dasar manusia kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya.
2) Advokat klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga
dalam meninterpretasikan informasi dari pemberi pelayanan.
3) Edukator
25
b. Fungsi Perawat
Dalam menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai
fungsi diantaranya :
1) Fungsi Independent
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada profesi lain,
dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan sendiri
dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia klien seperti pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, kebutuhan nutrisi, kebutuhan aktivitas dan
lain-lain.
26
2) Fungsi Dependent
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatan atas
instruksi dan pelimpahan tugas dari profesi lain.
3) Fungsi Interdependent
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling
ketergantungan antara tim satu dengan lainnya. Fungsi ini dapat
terjadi apabila pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam
pemberian pelayanan kesehatan.
2. Masa Kerja
Lama kerja atau masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga
kerja di suatu tempat kerja. Menurut Suma’mur (1996) semakinlama
seseorang bekerja maka semakin banyak diaterpapar bahayayang
ditimbulkan oleh lingkungan kereja tersebut.hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Suwandi (2012), Sang (2013) yang menyatakan hasil bahwa
adanya hubungan antara masa kerja dengan resiko keluhan low back
pain. Dari keseluruhan yang dirasakan seorang pekerja dengan masa kerja
kurang dari 1 tahun paling banyak mengalami keluhan.Kemudian keluhan
tersebut berkurang pada pekerja setelah bekerja selama 1-5 tahun.
Berdasarkan hasil penelitian Lukmanulhakim dan Solihin R (2017) uji
statistik dengan menggunakan uji Chi Square, terdapat hubungan yang
signifikan antara masa kerja dengan risiko keluhan LBP. Responden yang
mengalami keluhan LBP paling banyak dengan masa kerja <5 tahun
dengan keluhan sedang sebanyak 7 orang. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2015), dari hasil uji statistik
korelasi spearman adanya hubungan antara masa kerja dengan risiko
keluhan low back pain. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan
Fathoni, Handoyono dan Swasti (2012), dari hasil uji statistik korelasi
pearsonterdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan low
back pain.
3. Postur Kerja
Postur kerja merupakan pengaturan sikap tubuh dalam bekerja (Tayyari,
1997).Postur kerja dengan risiko rendah membutuhkan perubahan postur
dalam bekerja untuk menghindari risiko yang lebih tinggi. Kesalahan
postur pada saat bekerja seperti kepala menunduk ke depan ataupun bahu
melengkung dapat menyebabkan spasme otot (Fathoni, Handoyono dan
Swasti, 2012). Berdasarkan Penelitian yang dilakukan Lukmanulhakim,
Solihin (2017) dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square
terdapat hubungan antara postur kerja dengan keluhan low back
paindengan tingkat keeratan hubungan yang cukup kuat.
28
D. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Postur Kerja : Rapid Upper Limb Assesment (RULA)
Rapid Upper Limb Assesment merupakan instrument yang digunakan
untuk meneliti postur kerja yang dikembangkan oleh Dr.Lynn Mc
Atamney dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari
University of Nottingham’s Instituteof Occupational Ergonomics.
Instrumen ini pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi
ergonomik pada tahun 1993.
RULA adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomik
untuk menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan oleh
tubuh bagian atas. Instrumen inidigunakan untuk mengambilnilai
postur kerja dengan cara mengambil sampel kerja yang dianggap
mempunyai risiko berbahaya bagi kesehatan pekerja, yang selanjutnya
dilakukan penilaian/scoring postur tersebut.
29
45-90° +3
>90° +4
60-100° +1
31
Netral +1
Pergerakkan Skor
1 2 1 2 1 2 1 2
33
1 1 1 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 2 2 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 4 4
2 1 2 2 2 3 3 3 4 4
2 2 2 2 3 3 3 4 4
3 2 3 3 3 3 4 4 5
3 1 2 3 3 3 4 4 5 5
2 2 3 3 3 4 4 5 5
3 2 3 3 4 4 4 5 5
4 1 3 4 4 4 4 4 5 5
2 3 4 4 4 4 4 5 5
3 3 4 4 5 5 5 6 6
5 1 5 5 5 5 5 6 6 7
2 5 6 6 6 6 7 7 7
3 6 6 6 7 7 7 7 8
6 1 7 7 7 7 7 8 8 9
2 7 8 8 8 8 9 9 9
3 9 9 9 9 9 9 9 9
statis
< 2 kg 0
> 10 kg +3
1) Leher (neck)
Penilaian dilakukan pada saat pekerja sedang melaksanakan
aktivitasnya.Postur leher dapat dilihat dari gambar 2.7.
36
>20° +3
Ekstensi +4
20-60° +3
>60° +4
3) Kaki (Legs)
Penilaian terhadap sudut saat bekerja yang dibentuk kaki.Postur
kaki saat bekerja dapat dilihat dari gambar 2.8.
Postur Skor
Tidak seimbang +2
1 2 3 4 5 6
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7
2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7
3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7
4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8
5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8
6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9
< 2 kg 0 -
> 10 kg +3 -
Wrist/Ar 1 1 2 3 3 4 5 5
2 2 2 3 4 4 5 5
m score
3 3 3 3 4 4 5 6
4 3 3 3 4 5 6 6
5 4 4 4 4 5 6 6
6 4 4 5 6 6 7 7
7 5 5 6 6 7 7 7
8 5 5 6 7 7 7 7
Sumber: Fisiologi & Pengukuran Kerja. (2016).
Hasil skor dari tabel 2.15.tersebut selanjutnya di klasifikasikan
ke dalam tabel skor akhir.
BAB III
A. Kerangka Konsep
dengan sekarang
dalam hal ini
keluhan LBP pada
umumnya
2. Masa Kerja Masa kerja sejak Kuesioner 0= <5 tahun Ordinal
menjadi perawat 1= >5 tahun
di RSUD Banten
3. Postur Kerja Sikap atau posisi Kuesioner 0= Beresiko jika Ordinal
badan responden dan postur tubuh
saat bekerja metode mendapatkan skor
dengan postur RULA 3-7 berdasarkan
tubuh yang tidak dengan metode RULA
netral dalam kamera Tidak beresiko
posisi ekstrim foto 1= jika postur tubuh
atau membawa mendapatkan skor
beban 1-2 berdasarkan
metode RULA
4. Indek Massa Kondisi status Timbangan 0= Tidak normal jika Ordinal
Tubuh gizi responden dan IMT(<18,5)
saat dilakukan microtoise 1= Normal, jika IMT
penelitian di (18,5-25)
hitung
denganrumus
IMT=BB/TB
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian, patokan atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian
(Notoadmojo, 2012). Berdasarkan pemaparan masalah yang ada, maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha1 : Ada hubungan Usia dengan resiko keluhan low back pain pada
Perawat Ruang Perawatan Bedah Rsud Dr. Dradjat Prawiranegara
Tahun 2019.
Ha2 : Ada hubungan Masa kerja dengan resiko keluhan low back pain
pada Perawat Ruang Perawatan Bedah Rsud Dr. Dradjat
Prawiranegara Tahun 2019.
Ha3: Ada hubungan postur kerja dengan resiko keluhan low back pain
pada Perawat Ruang Perawatan Bedah Rsud Dr. Dradjat
Prawiranegara Tahun 2019.
Ha4: Ada hubungan Indeks massa tubuh dengan resiko keluhan low back
pain pada Perawat Ruang Perawatan Bedah Rsud Dr. Dradjat
Prawiranegara Tahun 2019
44
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
2. Waktu penelitian
Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2019
.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang sedang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan menurut
(Hidayat, 2012) Populasi merupakan seluruh subjek ataupun objek
karakteristik tertentu yang akan diteliti.Populasi pada penelitian ini
adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang perawatan bedah RSUD
dr. Dradjat Prawiranegara yaitu berjumlah 13 petugas.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012).Metode
sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel keseluruhan
46
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan sebelum data di analisis. Tahapan-tahapan
pengolahan data secara teoritis (Notoatmodjo, 2012) sebagai berikut :
a. Data Editing
49
2. Analisa Data
Analisa Data dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian dengan
melihat hubungan antara variabel yang terdapat pada kerangka konsep,
melalui tahapan-tahapan analisis.Analisis data dibagi menjadi tiga
50
a. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menganalisavariabel
independent dan variabel dependent.Dalam analisis ini hanya
menghitung frekuensi dan prosentase dari masing-masing variabel
(Notoadmodjo, 2010). Analisis univariat pada variabel yang
berbentuk kategorik (umur, masa kerja, postur kerja dan IMT)
menggunakan analisis proporsi dan dituangkan dalam tabel
distribusi frekuensi,
Selanjutnya, data yang telah diperoleh dari tiap tabel dilakukan
penafsiran data agar dapat dengan mudah dianalisis (Arikunto,
2010). Dengan perincian sebagai berikut :
b. Analisis Bivariat
Setelah melakukan analisis univariat, sehingga hasilnya diketahui
karakteristik atau distribusi setiap variabel, maka dapat dilanjutkan
dengan Analisis Bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau korelasi
(Notoatmojo,2010), Analisa ini dilakukan untuk membuktikan
51
DAFTAR PUSTAKA
Andini, F. (2015). Risk Factors of low back pain in workers. J majority vol 4, 12-
19.
Budiono., Sugeng AM. (2003). Bunga Rampai Hiperkes dan KK. Semarang:
Badar Universitas diponogoro.
Budiyani, R. (2014). Pengobatan Low back pain tanpa efek samping.
http://Kesehatan.kompasiana.com/medis/2014/07/30/atasi low-back-
paintanpaefeksamping. diakses tanggal 5 November 2018
Brunner &Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta: EGC.
Sarwili. (2015). Hubungan beban kerja perawat terhadap angka kejadian LBP
(low back pain). Jakarta : Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Indonesia.
http://journal.stikim.ac.id/journal/pdf/JURNAL
%20KEPERAWATAN/JURNAL%PDF%202015/Vol
%205%20No.3%20September%202015/jurnal%20MINI.pdf. diakses
tanggal 15 Oktober 2018.
Sloane, Ethel. (2012). Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Editor Edisi Bahasa
Indonesia: Palupi Widiyastuti, SKM. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2007). Metode penelitian pendidikan Kuantitatif kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfa Beta.
Suma'mur. (2013). Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja. jakarta: sagung seto.
Suma'mur. (2013). Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (Hiperkes). Jakarta:
Sagung Seto.
Suma'mur, P. (1996). Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.
Gunung Agung.
S Sumangando M., Rottie J., Lolong J. (2017). Hubungan beban kerja dengan
kejadian Nyeri pinggang bawah (LBP) pada perawat pelaksana Di RS TK
III R.W Mongisidi Manado. Ejournal Keperawatan (eKp) volume 5, 1.
Suwandi. (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan kesehatan pada
kuli panggul di pelabuhan Merak. Banten. Serang: STIKes Faletehan.
Swarjana, I. (2012). Metodologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi ofset.