Anda di halaman 1dari 26

LAOPRAN KUNJUNGAN PERUSAHAAN

ASPEK HIGIENE INDUSTRI DI PT. MARTINA BERTO TBK

Di susun untuk memenuhi salah satu syarat


Pelatihan HIPERKES dan Keselamatan Kerja

Di susun Oleh :

1. Anang Anwari Amd. Kep 11. Maya purnamasari Amd. Keb


2. Andri Angbawi Amd. Kep 12. Mohamad Yusup Amd. Kep
3. Anna Maria Br. Limbong Amd. 13. Muhamad Toni Frasetio Amd.
Kep Kep
4. Ari Rosos Muti Amd. Kep 14. Nur Aisiah Amd. Kep
5. Eika setiawati Amd. Keb 15. Putu Puspita Dewi Amd. Kep
6. Endang Hoerudin Amd. Kep 16. Riana Dewi S.Kep
7. Fazar Dwi Amd. Kep 17. Samsul Rohman Amd. Kep
8. Firman Amd. Kep 18. Toyibah Amd. Kep
9. I Dewa Made Ardi Wiliawan 19. Tri Andriani Amd. Kep
Amd. Kep 20. Yoga Ditya Fiza Aswar Amd. Kep
10. Irfan Firdaus Amd. Kep
PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
PERIODE 8 – 12 APRIL 2019
JAKARTA 2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga dengan istilah Higiene Industri
atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higiene Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu Kegiatannya bertujuan agar
tenaga kerja terlindung dari berbagai macam resiko akibat lingkungan kerja diantaranya
melalui pengenalan, evaluasi, pengendalian dan melakukan tindakan perbaikan yang
mungkin dapat dilakukan. Melihat risiko bagi tenaga kerja yang mungkin dihadapi di
lingkungan kerjanya, maka perlu adanya personil di lingkungan industri yang mengerti
tentang higiene industri dan menerapkannya di lingkungan kerjanya.
Higiene Industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang
melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di
lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada
lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar
dari bahaya akibat kerja, serta memungkinkan mengangkat derajat kesehatan setinggi-
tingginya.
Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global di
bidang pembangunan secara umum di dunia. Indonesia juga tidak mau ketinggalan dengan
melakukan perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun
industri. Memasuki abad XXI indonesia telah mencanangkan Era industrialisasi. Sejalan
dengan tekad tersebut, didalam GBHN industrialisasi dengan segenap aspeknya sudah
dimuat. Pengalaman dari bangsa-bangsa yang telah lama maju menunjukan, bahwa banyak
masalah yang terjadi pada awal industrialisasi, bahkkan juga selama industrialisasi itu
berjalan.

Dengan adanya perubahan kearah industrialisasi tersebut maka konsekuensinya terjadi


perubahan pola penyakit atau kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan.
Seperti disebabkan karena faktor fisika (bising, panas, radiasi), faktor biologis dan faktor
kimia.
DASAR HUKUM
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengetahui Higiene
dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
4. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan Kebersihan
Serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
5. Permennakertrans No.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Kimia di Tempat Kerja.
6. Kepmen RI No. 187/MEN/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
7. Permen Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta
Penerangan dalam Tempat Kerja.

PROFIL PERUSAHAAN
PT. Martina Berto Tbk merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 1977 oleh Dr
HC. Martha Tilaar, (alm) Pranata Bernard, dan Theresa Bu Harsini Setiady. Perusahaan ini
berlokasi di Jalan Pulokambing II no.1, kawasan Industri Pulogadung. Perusahaan ini
bergerak di bidang barang kosmetik, obat tradisional (jamu) dan pemasaran serta
perdagangan kosmetik, perawatan kecantikan dan barang-barang obat tradisional. Selain itu,
perusahaan memiliki dukungan dari kegiatan bisnis yang dilakukan oleh anak perusahaannya,
PT Cedefindo, yang merupakan kosmetik manufaktur kontrak atau makloon dengan kering,
semi-padat, cairan, dan aerosol.
Pada tahun 1981 perusahaan ini mendirikan pabrik di kawasan industri Pulogadung
dengan partnership Grup Kalbe. Setelah dua tahun kemudian, mendirikan pabrik keduanya
PT. Sari Ayu Indonesia untuk mendukung distribusin kosmetik.
Dari tahun 1988 - 1995 mereka melakukan konsolidasi dari beberapa bisnis yang diperoleh
oleh Martha Tilaar Group menjadi PT. Martina Berto.
 Pada tahun 1999 PT. Martino Berto resmi menjadi perusahaan keluarga Martha Tilaar.
 Tahun 2006 - 2008 meluncurkan produk dalam keindahan dan segmen perawatan
pribadi. Jaringan ekspornya semakin meluas ke pasar Eropa (Yunani dan Ukraina) dan
Asia (Jepang, Hongkong, dan Taiwan).
 Tahun 2010, meluncurkan toko ritel baru. Martha Tilaar Shop (MTS), di luar
Indonesia untuk meraih pangsa pasar Internasional.
Pada tahun 1996 menjadi pabrik kosmetik pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat
ISO 9001. Tahun 2000 menjadi satu‐satunya pendiri UN Global Compact dari Asia,
mendapatkan sertifikat ISO 14001 dan sertifikat GMP: CPKB (Cara Produksi Kosmetika
yang Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik). Tahun 2008
mendapatkan penghargaan “Most Admired Enterprise in ASEAN”dari ASEAN Business
Forum dibidang ‘Inovation’.

 VISI DAN MISI PERUSAHAAN

Visi:
Untuk menjadi salah satu perusahaan terkemuka dunia dalam perawatan kecantikan dan
industri spa dengan nuansa alam dan nilai timur, melalui teknologi modern, penelitian dan
pengembangan untuk mengoptimalkan nilai tambah kepada konsumen dan stakeholder
lainnya.

Misi :
 Untuk mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan produk-produk perawatan
kecantikan dan spa dengan nuansa alam & timur dan standar kualitas internasional
untuk memenuhi kebutuhan konsumen di berbagai segmen pasar dengan portofolio
yang sehat mampu mencapai peringkat tiga besar di setiap segmen di Indonesia.
 Untuk menyediakan layanan pelanggan yang sangat baik untuk semua pelanggan
dalam proporsi seimbang, termasuk pelanggan konsumen dan perdagangan;
 Untuk menjaga kondisi keuangan yang sehat dan pertumbuhan yang berkelanjutan;
 Untuk merekrut, melatih, dan mempertahankan tenaga kerja yang kompeten dan
produktif sebagai bagian dari aktiva Perusahaan;
 Untuk mempertahankan metode yang efisien dan efektif operasi, sistem, dan
teknologi di seluruh organisasi dan unit bisnis;
 Untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten untuk kepentingan
semua stakeholder;
 Untuk memberikan return atas investasi yang adil untuk dia pemegang saham;
 Untuk memperluas pasar internasional pada kosmetik dan produk herbal dengan fokus
jangka menengah pada kawasan Asia Pasifik dan fokus jangka panjang di pasar global
dengan produk yang dipilih dan merek.
Saat ini PT. Martina Berto merupakan perusahaan kosmetik yang menguasai pangsa pasar
95% di Indonesia dan 4-5% pangsa pasar luar negeri.

 HASIL USAHA
1. Segment A Plus
Dewi Sri Spa Martha Tilaar, PAC Martha Tilaar, Martha Tilaar Solutions, Jamu
Garden Martha Tilaar
2. Segment A
Biokos Martha Tilaar, Rudi Hadisuwarno Martha Tilaar
3. Segment B
Sariayu Tilaar Martha, Martha Tilaar Caring Colours, Belia Martha Tilaar
4. Segment C
Mirabella, Cempaka,Pesona, Martina. Currently, Pesona and Martina products have
been sold in Malaysia through direct selling.

PT. Martina Berto berdiri sebagai realisasi dari keinginan besar dr. Martha Tilaar
sebagai pendiri perusahaan. Martha Tilaar dilahirkan di Kebumen, Jawa Tengah, 4 September
1937. Tahun 1963, Martha Tilaar menyelesaikan pendidikannya dari Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan di Jakarta. Kemudian secara khusus, Martha Tilaar melanjutkan
pendidikannya di Academy of Beauty Culture di Blooming, USA yang diselesaikannya pada
tahun 1969, dan meraih gelar doktor dalam bidang seni dan kecantikan.Selain itu Martha
Tilaar juga mempelajari teknologi kosmetika di Eropa.
Setelah kembali ke Indonesia, minat Martha Tilaar yang besar terhadap ramuan
tumbuh-tumbuhan ditunjukkan dengan mulai bereksperimen mengembangkan jamujamuan
serta berusaha menggabungkan pengembangan jamu-jamuan tersebut dengan teknologi
kosmetika yang diperolehnya dari berbagai sumber seperti The Academy Of Beauty Culture
di Bloomington, USA dan Keraton Mangkunegaraan di Jawa Tengah.
Perusahaan raksasa Martha Tilaar Group (MTG) mulai dirintis oleh DR. Martha Tilaar
pada tahun 1970 dengan membuka sebuah salon kecantikan Martha Salon di rumah
orangtuanya. Hanya dalam waktu singkat, Martha Salon sudah memiliki cukup banyak
pelanggan. Salon kecil yang dimiliki Martha pun dirasa sudah tidak cukup menampung
pengunjung yang semakin membludak. Pada tahun 1972, dibuka salon kedua dengan nama :
Martha Griya Salon.
Berbeda dengan salon pertama, di Martha Griya Salon juga mulai diproduksi jamu dan
kosmetik dengan skala home industry. Produksi jamu dan kosmetik juga dilakukan di Jalan
Anggur No.3, Cipete, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Disanalah pertama kali digunakan
merek Sariayu Martha Tilaar : Sarinya Wong Ayu.
Keseriusan dan ketekunan Martha Tilaar bereksperimen terus-menerus mengenai ramu-
ramuan tradisional dan menjalankan usaha salon kecantikannya, pada akhirnya menghasilkan
suatu penemuan yang inovatif yang disebut “Total Beauty Concept”. Konsep ini berarti
bahwa kecantikan yang sebenarnya adalah perpaduan antara kecantikan dari dalam (inner
beauty) dan kecantikan dari luar (outer beauty), sehingga menggunakan formula ramu-
ramuan untuk perawatan kecantikan dari dalam akan sama baiknya dengan perawatan dari
luar. Berdasarkan konsep ini juga, maka perlu dibuat suatu produk yang menggunakan bahan-
bahan dari alam tetapi diproses dengan teknologi modern saat ini.
Pada tahun 1977, Martha Tilaar bekerjasama dengan Theresia Harsini Setiady, pemilik
Kalbe Group membuat perusahaan kosmetik & jamu dengan nama PT. Martina Berto dengan
produk pertama Sariayu Martha Tilaar. Dengan kedisplinan dan kerja keras Martha Tilaar,
pada tahun 1981, PT. Martina Berto membuka pabrik pertama di Jl. Pulo Ayang, Kawasan
Industri Pulogadung, Jakarta Timur dan diresmikan oleh Ibu Nelly Adam Malik, istri Wakil
Presiden Republik Indonesia pada saat itu, Bapak Adam Malik.
Sariayu sudah menjadi merek kosmetik yang sangat terkenal di tanah air.Untuk itu,
peningkatan distribusi harus terus dilakukan.Pada tahun 1983 didirikan PT. Sari Ayu
Indonesia sebagai distributor kosmetik "Sariayu Martha Tilaar" untuk membantu PT. Martina
Berto.
Setiap tahunnya permintaan akan kosmetik Sariayu terus meningkat. Pada tahun 1986
PT. Martina Berto membuka pabrik yang kedua di Jl. Pulokambing II/2 Kawasan Industri
Pulogadung, Jakarta Timur dan diresmikan oleh Ibu Umar Wirahadikusuma, istri Wakil
Presiden Republik Indonesia pada saat itu, Bapak Umar Wirahadikusuma. Walau harus
konsentrasi dalam peningkatan kuantitas produksi, PT. Martina Berto juga sangat konsisten
dalam menjaga kualitas produk. Terbukti pada tahun 1987, PT. Martina Berto menerima
"Asia" dan "Gold Star" Awards untuk kualitas.
Tahun-tahun berikutnya juga merupakan tahun-tahun yang penuh kerja keras untuk
PT. Martina Berto.Tetapi semuanya memang tidak sia-sia. Pada tahun 1988 hingga 1995 PT.
Martina Berto berhasil mengakuisisi beberapa perusahaan, seperti PT. Kurnia Harapan Raya,
PT. Cedefindo, PT. Estrella Lab, dan PT. Kreasi Boga. Satu demi satu penghargaan diraih PT.
Martina Berto.PT Martina Berto menerima ISO (Internasional Standards Operation) 9001
pada tahun 1996.Dan pada tahun 1997 giliran PT. Sari Ayu Indonesia menerima ISO 9002.
Sukses telah diraih PT. Martina Berto.Pada tahun 1999, DR. Martha Tilaar beserta
keluarga membeli saham Kalbe Group di PT. Martina Berto.Sejak saat itu, PT. Martina Berto
sepenuhnya milik Martha Tilaar dan Keluarga. Pada tahun yang sama dilakukan pula
konsolidasi Martha Tilaar Group yang terdiri atas:
1. PT. Martina Berto (manufacturing dan marketing: Sariayu Martha Tilaar, Biokos
Martha Tilaar, Belia Martha Tilaar, Berto Martha Tilaar, Aromatic Oil Of Java
Martha Tilaar, Dewi Sri Spa Martha Tilaar, Jamu Garden Martha Tilaar,
Mirabella, Cempaka)
2. PT. Cedefindo (manufacturing dan marketing: Rudy Hadisuwarno Cosmetics,
Madonna)
3. PT. Sari Ayu Indonesia (distributor semua produk PT. Martina Berto, kecuali
produk Cempaka)
4. PT Martha Beauty Gallery (perusahaan jasa untuk Martha Tilaar Salon, Martha
Tilaar Salon & Day Spa, Cipta Busana Martha Tilaar, Art & Beauty Martha
Tilaar, Puspita Martha Tilaar)
Sertifikat ISO 14001 pun diraih PT. Martina Berto pada tahun 2001.Berbagai prestasi
telah diraih PT. Martina Berto sebagai pengakuan kualitas kerja dan produknya. Setiap tahun
berbagai penghargaan diberikan lembaga-lembaga terpercaya sebagai buah dari kerja keras
tiada akhir untuk terus mengharumkan nama bangsa baik di forum nasional maupun
internasional.
Saat ini, Martha Tilaar Grup terdiri dari:
1. PT. Martina Berto (manufactur, marketing untuk pasar Indonesia dan
internasional)
2. PT. Sari Ayu Indonesia (distributor produk kosmetik Martha Tilaar Grup)
3. PT. Martha Beauty Gallery (menawarkan konseling kecantikan dan jasa
pendidikan yang terdiri dari Puspita Martha School of Beauty, Martha Tilaar
Spa, Cipta Busana, Art & Beauty Martha Tilaar).
4. PT. Cantika Puspa Pesona (manajemen franchise lokal dan internasional untuk
Martha Tilaar Spa, Dewi Sri Spa by Martha Tilaar, dan Eastern Garden Spa by
Martha Tilaar)

5. PT. Creative Style (perusahaan agensi periklanan)


6. PT. Estrella Lab (lisensi kosmetik Germany Henkel)
7. PT. Kreasi Boga (agensi sumber daya manusia)

 JUMLAH TENAGA KERJA


Jumlah pekerja dibagian manufacturing sebanyak ± 5000 orang pekerja. Perusahaan
ini, telah berhasil memperoleh beberapa sertifikat dibidang K3 antara lain ISO 9001, ISO
14001 dan sertifikat GMP (Good Manufacturing Processing): CPKB (Cara Produksi
Kosmetika yang Baik) dan CPOTB (Cara Produksi Obat Tradisional yang Baik).
Jam kerja pegawai dibagi menjadi 3 shift utama. Tenaga kerja di PT Martina Berto
TBK dilindungi oleh asuransi JAMSOSTEK. Dalam menangani kasus emergensi perusahaan
bekerjasama dengan RS Antam, RS Jayakarta dan RS Persahabatan.

 PELAKSANAAN K3 DI PERUSAHAAN
K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman,
sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas
pencemaran lingkungan yang bertujuan agar produktivitas meningkat sesuai Undang-undang
No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja
bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan
pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak
lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan
upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja secara maksimal.
Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi dalam ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial, dengan
usaha-usaha promotif, preventif & kuratif terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap
penyakit-penyakit umum.
Higiene Perusahaan merupakan salah satu faktor yang memegang peran penting untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan bebas dari PAK. Higiene perusahaan
sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan
penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan
kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan
korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan
masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).

Alur Produksi
1. Proses produksi kosmetik
Produk kosmetik dibuat di dalam Batch, di bawah pengawasan pengaturan
pemerintah, yaitu : Good manufacturing practices. Peralatan yang digunakan
dapat di kalsifikasikan sebagai berikut: mixing, dispersing, homogenizer, filling
equipment.

a. Mixing
Adapun tujuan mixing adalah untuk mencampur bagian yang ulitter campur,
mempercepat pemanaan bahan-bahan, melarutkan lemak-lemak dan bahan
lainnya, emulsifikasi atau disperse.

b. Pemompaan
Ada dua jenis pompa yang digunakan dalam proses pembuatan kosmetik,
yaitu:

- Positive displacement pump


Bekerja dengan menarik cairan dalam suatu rongga, kemudian
mendesaknya keluar dari sisi lain.

- Centrifugal pumps
Pada pompa ini, cairan dimasukkan pada titik pusat propeller yang
berputar cepat.

c. Pemanasan
Dalam pembuatan kosmetik, bahan bakusering dipanaskan sampai suhu 70-
80°C, dicampur kemudian didinginkan sampai sekitar 30-40 °C sebelum
produk akhir dapat dipompa dan disimpan.

d. Filtrasi
Umumnya filtrasi digunakan dalam memurnikan air dan untuk penjernihan
lotion.

e. Filling
Pengisian kosmetik berbentuk cair dapat menggunakan system vakum pada
botol-botol yang berderet, pengisian cream dapat memakai filteram type.

Proses pembuatan lipstick meliputi tiga tahapan, yaitu:


- Penyiapan campuran komponen : minyak-minyak, zat warna dan
campuran wax
- Pencampuran semua itu membentuk masa lipstick
- Pencetakan massa lipstick menjadi batangan-batangan lipstick.

LANDASAN TEORI
Hygiene dan Sanitasi

DEFINISI

Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
subjeknya seperti mencuci tangan dengan air bersih dan sabun untuk melindungi kebersihan
tangan, mencuci piring untuk kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan (Depkes RI, 2004). Hygiene adalah
suatu usaha pencegahan penyakit yang menitik beratkan pada usaha kesehatan perseorangan
atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada (Widyati, 2002). Sanitasi
adalah suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia (Widyati, 2002).

Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air yang bersih untuk keperluan mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah untuk mewadahi sampah agar tidak dibuang
sembarangan. Hygiene dan sanitasi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain karena erat
kaitannya. Misalnya hygiene sudah baik karena mau mencuci tangan, tetapi sanitasinya tidak
mendukung karena tidak cukup tersedia air bersih, maka mencuci tangan tidak sempurna
(Depkes RI, 2004).

Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya
yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif &
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya
dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta lebih lanjut
pencegahan agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat
bahaya kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
(Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat kesehatan,
kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang menjadi ruang lingkup
hygiene industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah

A. FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA


1. Faktor Fisik
a. Suara Bising
Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan menjengkelakan
maupun merusak pendengaran dan terkadang hal ini sangat individual
(Eyaanoer, 1997)
menurut Kepmenaker No.Kep-51/MEN/1999, untuk kebisingan dengan
intensitas 85dB., maka pekerja terpajan selama 8 jam sehari, kebisingan dengan
intensitas 88 dB maka pekerja dapat terpajan selama 4 jam sehari dengan
demikian setiap kenaikan 3 dB maka waktu pemajanannya berkurang
setengahnya. Telingan manusia hanya mampu mendengar frekuensi antara 16-
20.000 Hz.
1) Jenis-jenis kebisingan :
a. Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise). Misalnya suara kipas angin, dapur pijar dll.
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit (steadt
state, narrow band noise). Misalnya gergaji sekuler, katup gas, dll.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas
pesawat terbang.
d. Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya: pukulan,
tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.
2) Akibat paparan kebisingan.
Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40 jam
seminggu maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi
pendengaran yang dapat terjadi secara sementara atau permanen.
3) Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound level
meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi dari
20-20.000Hz.

b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu. Intensitas
cahaya dapat diukur dengan Luxmeter.
 Sifat-sifat pencahayaan
1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai jenis
pekerjaan.
2. Pencegahan kesilauan.arah sinar
3. Warna
4. Panas cahaya.
 Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
1. Iritasi, mata berair dan mata merah.
2. Penglihatan ganda
3. Sakitkepala
4. Ketajaman mata menurun.
5. Akomodasi dan konvergensi menurun.

c. Iklim dan suhu.


Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.
Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah yang
signifikan pada tenaga kerja seblum atau sesudah terpapar panas yang
memperburuk kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi pada hipotalamus akan
merespon dengan beberapa mekanisme kontrol seperti konduksi, konveksi,
radiasi dan evaporasi dengan tujuan untuk mempertahankan suhu tbuh sekitara
36-37 derajat celcius. Namun apabila paparan dibiarkan terus menrus akan
menyebabkan kelelahan dan akan menyebabkan timbulnya efek “heat stress’
(ErwinD 2004).
Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk lingkungan fisik
tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim kerja dengan
menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari Wet Bulb Globe
Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal 2 KEP-51/MEN/1999 untuk suhu di tempat kerja adalah
sbb:
 Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang 26,7 derajat celsius
dan berat 25 derajat celsius.
 Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang 29,4 derajat
celsius dan berat 27,9 derajat celsius.
 Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja ringan
dalam 8 jam sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang 31,1 derajat
celsius dan berat 30 derajat celsius.

d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran lengan/tangan
( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang bisa melalui kaki
( tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini terjadi biasa pada alat
pengangkut eperti truk dan traktor. Sedangkan getaran lengan-tangan adalah
getaran yang terjadi melalui lengan dan tangan, misalnya pada gerinda, bor
tangan, dan gergaji listrik.

Tiga aspek penting pada getaran :


 Level(m/dr2)
 Frekuensi (Hz)
 Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
 Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat menyebabkan
white finger serta kelainan otot rangka.
 Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat dalam
sehingga dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan
gangg.penglihatan
 Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.
Pengukuran getaran :
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration acceleration
meter.

e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.

Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:


1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak tergantung
dosis. Contoh : karsinogen, teratogen, mutagen.
2. Efek nonstokastik: tegrantung frekuensi dan dosis. Cth: katarak,
kerusakan nonmalignan kulit.
Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan dosimeter
personal.

2. Faktor Kimia
d. Bahan-bahan kimia:
 Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk gas
yang biasanya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan.
 Gas :
Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan tekanan
normal.
 Uap:
Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk zat padat
atau zat lain yang dapat dikembalikan pada tingkat wujud semula.
 Kabut
 Debu

e. Efek-efek bahan kimia


 Iritasi
 Reaksi alergi: flour, garlic powder.
 Asfiksia
 Cancer
 Efek sistemik: otak ,peripheral nervous sytem, pembentukan sel darah,
ginjal, paru
 Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat menyebabkan
resiko keselamatan kerja berupa kebakaran dan peledakan, akibat dari
bahan kimia yang mudah tebakar dan meledak seerti pelaruh organik
atau gas-gas yang kontak dengan sumber api.

c. Pengukuran.
 Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas detektor
yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan menghisap baha-
bahan kimia di udara, dan kemudian bereraksi dengan reagen yang
sudah tesedria di dalam tabung detektor sehingga dapat diketahui nilai
kualitas dan kuantitas.
 Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu: filtrasi,
presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya, alatnya disebut
imprengen, prinsipa kerjanya adalah debu dihisap dan mengalami
imprengemen dan sejumlah debu dihitung di bawah mikroskop.

d. Nilai ambang batas.


 NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE 01/MEN/1997
tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan kerja.

 Kategori nilai ambang batas:


1. NAB rata-rata selama jam kerja.
2. NAB pemaparan singkat.
3. NAB tertinggi

3. Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan oleh adanya
mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
 Infeksi akut dan kronis
 Parasit
 Produk toksik.
 Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
 Irritan.

Klasifikasi faktor biologis meliputi :


1. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan produknya
2. Arthropoda. Contoh: crustacea
3. Alergen dan toksik tanaman
4. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma
5. Protein alergen dari hewan vertebrata
6. Reaksi alergi yang ditimbulkan melaui urin, feses, rambut dan saliva.

Cara masuk biological agents ke dalam tubuh melalui:


1. Inhalasi
2. Ingesti
3. Kontak kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut

4. Pengendalian
1. Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan tentang:
nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh, efek
paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
2. Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang dibuat
oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.: kandungan/komposisi, sifat fisik
dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek
terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat
dan nomer telepon pabrik pembuat atau distributor.
3. Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai kewajiban ,
melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di bidang
kimia.
BAB II

PELAKSANAAN

5.1 Tanggal dan waktu Pengamatan


Pengamatan dilaksanakan pada hari Rabu, 10 April 2019 pukul 14.00 hingga 17.00

5.2 Lokasi Pengamatan


Pengamatan dilaksanakan di PT. Martina Berto, Tbk

5.3 Dokumen Pengamatan


Tempat Sampah
Tempat pembuangan limbah sementara
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 Faktor Bahaya Fisika


a. Kebisingan
Dari hasil pengamatan langsung tanpa menggunakan alat ukur, padakoridor terdapat
kebisingan yang cukup menganggu, yang lokasinya berada dekat dengan lokasi
pengolahan limbah. Pada ruangan produksi dan packaging kebisingan tidak data
dinilai karena pengamatan terbatas. Saat dilakukan kunjungan pekerja tidak tampak
menggunakan pelindung telinga.
b. Pencahayaan
Untuk ruangan-ruangan di PT. Martina Berto Tbk seperti processing room, producing
room dinilai telah memiliki pencahayaan yang baik kecuali di museum yang di nilai
kurang pencahayaan.
c. Iklim kerja
Pada ruang produksi tidak diketahui karena tidak dapat melakukan pengukuran secara
langsung karena pengamatan terbatas. Di lorong sebelum ruang museum, suhu
ruangan dirasakan cukup panas.
d. Getaran
Tidak diketahui adanya potensi bahaya getaran di sekitar lokasi produksi karena
keterbatasan pengawasan.
e. Radiasi
Tidak diketahui adanya potensi bahaya akibat radiasi dari seluruh ruangan karena
pengamatan terbatas.

3.2 Faktor Bahaya Biologi


Setelah dilakukan pengamatan di dalam ruang aula pt. martina berto tbk terdapat banyak
tumbuhan yang terlihat berdebu. Disekitar parkiran (area luar gedung) terlihat cukup
banyaknya ditemukan tumbuhan serta pepohonan yang berpotensi sebagai sarang
nyamuk dan serangga lainnya. Secara keseluruhan baik di area luar maupun area dalam
gedung kondisi lingkungan terlihat bersih, sedangkan kelembaban suhu ruangan tidak
diketahui karena keterbatasan pengamatan.

3.3 Faktor Bahaya Kimia


Dari hasil pengamatan, untuk faktor bahaya kimia yang ada di lingkungan kerja terdaat
ada bahan baku dan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan ada proses produksi, serta
mengenai sifat dan penyimpanannya tidak diketahui karena terbatas waktu serta
pengamatan. Ancaman bahaya dari partikel debu, uap, yang dihasilkan oleh bahan kimia
tersebut sudah diminimalisir dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan juga
pembuangan limbah yang terlihat cukup baik.

3.4 Kebersihan Umum


Dari pengamatan yang dilakukan, ditemukan fasilitas air minum di lokasi produksi dan
tersedia tempat cuci tangan yang bersih dan memadai di setiap bagian.

3.5 Petugas Higiene


Pemeliharaan fasilitas industri di PT. Martina Berto Tbk, dinilai masih kurang karena
tidak didapatkan informasi mengenai jadwal kebersihan, jumlah dan tugas dari petugas
kebersihan, dan usaha pencegahan serta pembasmian vector penyakit.

3.6 Pengolahan Limbah


Perusahaan telah menyediakan fasilitas pengolahan limbah yang cuku baik, sehingga
hasil pengolahan limbah produksi, berupa air yang dapat digunakan kembali untuk
mencuci kendaraan bermotor, menyiram tanaman, dll dan menghindari terbentuknya
limbah yang merugikan sekitarnya.

BAB IV

PEMECAHAN MASALAH

KOMPONEN PERMASALAHAN PERMASALAHAN


PENANGANAN

FISIKA Bising  Adanya ear  Melakukan


plug namun inspeksi kepada
tidak petugas-petugas
digunakan yang tidak
petugas menggunakan
APD dan
memberikan
peringatan
 Memberikan
pelatihan
tentang
pentingnya
penggunaan
APD

 Melakukan
pemeriksaan
tinggkat
kebisingan
terlebih dahulu
dilokasi-lokasi
yang dicurigai
sumber
 Pusat lokasi kebisinggan
bising ( Contoh :
terdapat Disamping
dibagian tempat
penggelolaan produksi, dll)
limbah

Pemeriksaan screening
awal terhadap tenaga
kerja yang
mendapatkan paparan.

Pencahayaan Daerah museum Diberikan penambahan


terkesan kurang cahaya lampu
cahaya

Iklim/suhu  Panas dalam  Melakukan


ruang kordinasi
museum dengan
petugasyang
terkkait agarr
dapat
dilakukan
penyesuaian
suhu ruangan
sesuai dengan
keadaan

 Tidak diketahui
 Untuk ruang
produksi
tidak dapat
dinilai
Getaran Tidak diketahui -

Radiasi Tidak diketahui -

Kimia Bahan Tidak diketahui -

Sifat Tidak diketahui -

Penyimpanan Tidak diketahui -

Biologi Agen Infeksius Tidak diketahui -

Tumbuhan  Terdapat  Tumbuhan yang


tumbuhan berada
dalam diruangan harus
ruangan yang rajin
berdebu pada dibersihkan
giya agar tidak
Nusantara menyebabkan
 Terdapat penyakit saluran
banyak pernafasaan
tumbuhan  Pada luar
diarea sekitar gedung dapat
gedung dilakukan
sehingga rencaanaan
berpotensi membasmi
sebagai sarang-sarang
sarang nyamuk dan
nyamuk dan serangga
serangga tersebut secara
berkala
 Penggunaan
rapelen kepada
petugas yang
berkerja
disekitar
gedung.

Mikrobiologi Tidak diketahui -

Serangga Tidak diketahui -

Kebersihan umum Penyediaan air Ditemukan fasilitas


air minum dilokasi
produksi

Perlengkapan Tersedia tempat cuci


fasilitas higine tangan yang bersih
dan memadai
disetiap bagian.

Higine SDM Seragam kerja


pegawai dicuci setiap
hari

Petugas Higine Pemeliharaan Tidak didapatkan Berkordinasi dengan


fasilitas industri informasi mengenai bagian yang terkait
jadwal kebersihan, dalam pemeliharaan
jumlah dan tugas dari fasilitas.
petugas kebersihan.

Pencegahan dan Tidak diketahui -


pembasmian Vektor
penyakit

Pengelolaan Terdapat fasilitas -


Limbah pengelolaan limbah

Hasil pengelolaan
limbah berupa air
yang dapat
digunakan kembali

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Pada penelitian heigiene industri yang ditemukan Pada PT. Mertina Berto Tbk,
yaitu pada factor fisika berupa kebisingan di dapatkan adanya kebisingan
terutama di daerah pengolahan limbah yang berada di luar, sedangkan ada
factor pencahayaan, suhu, serta kimia tidak diketahui karena peninjau
terhalang dengan pengamatan yang terbatas sehingga tidak dapat dilakukan
penilaian menyeluruh. Pada factor biologi didapatkan dari beberapa tanaman
di dalam ruangan aula yang terlihat berdebu dan terdapat beberapa tumbuhan
yang berada di sekitar area industri yang dapat berpotensi sebagai sarang
serangga nyamuk atau sebagainya.
b. Kami menilai bahwa perusahaan ini sudah baik dengan menerapkan prinsip-
prinsip HIperkes dan keselamatan kerja bagi tenaga kerjanya yang telah di
buktikan dengan beberapa sertivikat yang di dapatkan.
5.2 Saran
Dilakukan peninjauan ulang terhadap tempat-tempat yang memiliki factor bahaya di
berikan waktu yang cukup untuk melakukan peninjauan langsung serta melakukan
koordinasi pada pihak terkait untuk mengendalikan bahaya yang ada.

Anda mungkin juga menyukai