Anda di halaman 1dari 48

EKG

ELEKTROKARDIO
GRAFI
Kelompok B :

Adelia Meutia
Hasril Mulya Budiman
Natasya Aurum Alifia Zaini
Neli Salsabila
JANTUNG
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran
sebesar kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah
memompa darah ke pembuluh darah dengan kontraksi ritmik
dan berulang.

Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas


dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya
dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding
yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian
kanan dan kiri dinamakan septum.

2
KONDUKSI JANTUNG
◂ Potensial aksi dari satu sel otot jantung akan
diteruskan ke arah sekitarnya. Sehingga sel-sel otot
jantung disekitarnya akan mengalami proses
eksitasi, kontraksi dan relaksasi.

3
SISTEM KODUKSI JANTUNG
TERDIRI DARI ATAS:
◂ Simpul Sinoatrial (nodus sinus)
Simpul ini terletak pada batas antara vena kava superior dan atrium
kanan.Simpul ini mempunyai sifat automatisitas yang tertinggi dalam sistem
konduksi jantung.
◂ Sistem konduksi Intra-Atrial
Akhir-akhir ini dianggap bahwa dalam atrium terdapat jalur-jalur khusus
sistem konduksi jantung yang terdiri dari 3 jalur internodular yang
menghubungkan simpul sino atrial dan simpul atrioventrikular, dan jalur
Bachman yang menghubungkan atrium kanan dan atrium kiri.
◂ Simpul Atrio-ventrikular
(sering disebut nodus atrioventrikuler)
Simpul ini terletak di bagian bawah atrium kanan, antara sinus koronarius
dan daun katup trikuspid bagian septal. 4
◂ Berkas his
Berkas His. Berkas his adalah sebuah berkas adalah berkas
yang pendek yangmerupakan lelanjutan bagian bagian bawah
simpul atrioventrikular yanG menembus anulus fibrosus dan
septum bagian membran. Simpul atrioventrikuler bersama
berkas his disebut penghubung atrio-ventrikuler.
◂ Cabang berkas
Ke arah distal , berkas his bercabang menjadi dua bagian yaitu
cabang berkas kiri dan cabang berkas kanan. Cabang berkas
kiri memberikan cabang-cabang ke ventrikel kiri, sedangkan
cabang berkas kanan bercabang-cabang ke arah ventrikel
kanan.
◂ Fasikel
Cabang berkas kiri bercabang menjadi dua bagian, yaitu fasikel
kiri anterior dan fasikel kiri posterior.
◂ Serabut purkinye
Bagian terakhir dari sistem konduksi jantung ialah serabut-
serabut Purkinye yang merupakan anyaman halus dan
berhungan erat dengan sel-sel jantung.

5
6
◂ SA NODE : 60 - 100 x/m

◂ AV NODE : 40 – 60 x/m

◂ PURKINYE : 20 – 40 x/m

7
INDIKASI
PEMERIKSAAN EKG :

Pemeriksaan EKG dilakukan untuk mengetahui :


1. Adanya kelainan-kelainan irama jantung.
2. Adanya kelainan-kelainan miokard seperti infark
3. Adanya pengaruh obat-obat jantung
terutamadigitalis
4. Gangguan Elektrolit
5. Perikarditis
6. Pembesaran jantung.
8
SADAPAN-SADAPAN EKTRODA PADA EKG KONVENSIONAL
TERDAPAT 10 ELEKTRODA.

4 BUAH ELEKTRODA EKSTREMITAS DAN 6 BUAH ELEKTRODA


PREKORDIAL.
RA = lengan kanan
LA = lengan kiri
RL = tungkai kanan
LL = tungkai kiri

Elektroda prekordial: V = C
V1 : garis parasternal kanan, pada interkostal IV
V2 : garis parasternal kiri, pada interkostal IV
V3 : titik tengah antara V2 dan V4
V4 : garis klavikula tengah, pada interkostal V
V5 : garis aksila depan, sama tinggi dengan V4
V6 : garis aksila tengah, sama tinggi dengan V4 dan V5 10
Gambaran Siklus Jantung pada
Elektrokardiogram
EKG adalah rekaman potensial listrik yang timbul sebagai akibat aktivitas jantung.
Yang dapat direkam adalah aktivitas listrik yang timbul pada waktu otot-otot
jantung berkontraksi. Sedangkan potensial aksi pada sistem konduksi jantung
takterukur dari luar karena kecil.

◂ Gelombang P: hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri

◂ Segmen PR : garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang P dan


gelombang QRS.

◂ Gelombang kopleks QRS: suatu kelompok gelombang yang merupakan hasil


depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Gelombang kompleks QRS pada umumnya
terdiri dari gelombang Q yang merupakan gelombang ke bawah yang pertama,
gelombang R merupakan gelombang ke atas yang pertama, gelombang S yang
merupakan ke bawah pertama setelah gelombang R.

13
Gambaran Siklus Jantung pada
Elektrokardiogram

◂ Segment ST : Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang


menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T.

◂ Gelombang T : potensial repolarisasi ventrikel kanan


dan kiri.

◂ Gelombang U : gelombang ini berukuran kecil dan


sering tidak ada.

14
Gelombang R (R) Atau R Wave : Defleksi Positif
Pertama Dari Depolarisasi
Ventrikel.
Gelombang QRS Menunjukkan Gelombang-
gelombang Yang Relatif Besar (5mm); Huruf Kecil Gelombang S (S) Atau S Wave : Defleksi Negatif
(Qrs) Menunjukkan Gelombang-gelombang Kecil Pertama Dari Depolarisasi Ventrikel Setelah
(Dibawah 5 Mm). Defleksi Positif Pertama R. Gelombang T (T Wave)
Defleksi Yang Dihasilkan Sesudah Gelombang QRS
Gelombang P (P Wave) : Defleksi Yang Oleh Repolarisasi Ventrikel.
Dihasilkan Oleh Depolarisasi Atrium.
Gelombang U (U Wave) : Suatu Defleksi (Biasanya
Gelombang Q (Q) Atau Q Wave : Defleksi Positif) Terlihat Setelah
Negatif Pertama Yang Dihasilkan Oleh Gelombang T Dan Mendahului Gelombang P
Depolarisasi Ventrikel Dan Mendahului Berikutnya. Biasanya Terjadi Repolarisasi Lambat
Defleksi Positif Pertama (R). Pada Sistem Konduksi Inverventrikuler (Purkinje).
NILAI INTERVAL NORMAL

◂ Interval R - R adalah jarak antara 2 gelombang R


berturut-turut. Bila irama ventrikel teratur, interval
antara 2 gelombang R berturut-turut dibagi dalam 60
detik akan memberikan kecepatan jantung permenit
(heart rate). Bila irama ventrikel tidakterartur, jumlah
gelombang R pada suatu periode waktu (misalnya 10
detik) harus dihitung dan hasilnya dinayatakan dalam
jumlah permenit.
Contoh: bila 20 gelombang yang dihitung dalam suatu
interval 10 detik, maka frekuensi jantung adalah 120
per menit.
NILAI INTERVAL NORMAL
◂ Interval P-P : pada sinus ritme interval P-P akan sama dengan interval R-
R.
Tetapi bila irama ventrikel tidak teratur atau bila kecepatan atrium dan
venrikel berbeda tetapi teratur, maka interval P-P diukur dari titik yang
sama pada 2 gelombang P berturut-turut dan frekwensi atrial per menit
dihitung seperti halnya frekwensi ventrikel.

◂ Interval P-R Pengukuran interval ini untuk mengetahui waktu konduksi


atrio ventrikel.
Termasuk disini waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan
sebagian depolarisasi atrium, tambah perlambatan eksitasi daripada
nodus atrio ventrikuler.Diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai
permulaan kompleks QRS. Sebenarnya lebih tepat interval ini disebut P-
Q. Nilai normalnya 0,12 - 0,20 detik.
INTERVAL QRS: INTERVAL INI ADALAH PENGUKURAN
SELURUH WAKTU DEPOLARISASI VENTRIKEL.
DIUKUR DARI PERMULAAN GELOMBANG Q (R BILA TIDAK
TERLIHAT Q) SAMPAI AKHIR GELOMBANG S. BATAS ATAS
NILAI NORMALNYA ADALAH 0,1 DETIK. KADANG-
KADANG PADA SANDAPAN PREKORDIAL V2 ATAU V3,
INTERVAL INI MUNGKIN 0,11 DETIK.

INTERVAL Q-T:
INTERVAL INI DIUKUR DARI PERMULAAN GELOMBANG Q
SAMPAI AKHIR GELOMBANG T. DENGAN INI DIKETAHUI
LAMANYA SISTOLE ELEKTRIK. INTERVAL Q-T NORMAL
TIDAK MELEBIHI 0,42 DETIK PADA PRIA DAN 0,43 DETIK
PADA WANITA.

INTERVAL Q-U: PENGUKURAN INI MULAI DARI AWAL


GELOMBANG Q SAMPAI AKHIR GELOMBANG U. TIDAK
DIKETAHUI ARTI KLINIKNYA.

18
◂ Gelombang P
Menggambarkan aktivitas depolarisasi atrium kanan
dan kiri (dari kanan ke kiri dan kebawah).

Karakteristik EKG gelombang P:


◂ Arah gelombang P normal: Selalu posiif di II dan selalu
negatif di aVR.
◂ Tinggi: kurang dari 3mm (2,5 mm)
◂ Durasi (lebar): kurang dari 3 mm (0.10 detik)
◂ Kepentingannya:
◂ Menandakan adanya aktivitas atrium
◂ Menunjukkan arah aktivitas atrium
◂ Menunjukkan tanda-tanda hipertrofi atrium

19
KELAINAN GELOMBANG P
◂ P mitrale yang ditandai dengan gelombang P yang
tinggi dan lebar pada sandapan I dan II,
gelombang P lebar dan bifasik pada VI dan V3.
Gambaran ini menunjukkan adanya hipertrofi
atrium kiri terutama pada stenosis mitralis.
◂ P pulmonale ditandai dengan adanya gelombang P
yang tinggi, runcing pada sandapan II dan III, dan
mungkin disertai gelombang P tinggi dan bifasik
pada sandapan VI dan V2. Ditemukan pada
korpulmonale dan penyakit jantung kogenital.

20
KELAINAN GELOMBANG P

◂ Atrial premature beat : kelainan penampilan, irama dan kecepatan gelombang P yang
dapat berupa kelainan tunggal gelombang P misalnya yang bisa ditemukan pada penyakit
jantung koroner (PJK), intoksikasi digitalis.
◂ Fibrilasi atrium : kelainan pada semua gelombang P disertai kelainan bentuk dan
iramanya misalnya yang dapat disebabkan oleh penyakit jantung rematik (PJR), infark
miokard.
◂ AV nodal premature beat :kelainan gelombang P lainnya berupa tidak adanya suatu
gelombang P, kompleks QRST timbul lebih cepat dari pada biasanya-> PJK, intoksikasi
digitalis, dimana bentuk kompleks QRS normal, dan terdapat masa istirahat
kompensatoir. Kelainan lain berupa ekstrasistole ventrikel pada PJK, intoksikasi digitalis.

21
KELAINAN GELOMBANG P

◂ Seluruh gelombang P tidak nampak, tetapi bentuk dan lamanya kompleks QRS adalah
normal. Misalnya irama nodal AV, takikardi nodal AV, atrial takikardi yang timbul akibat
intoksikasi digitalis, infark miokard, penyakit jantung hipertensi (PJH).

◂ Gelombang P seluruhnya tidak tampak dengan kelainan bentuk dan lamanya kompleks
QRS. Misalnya ventrikel takikardi, fibrilasi atrium yang dapat timbul pada PJR. Penyakit
jantung hipertensi (PJH).

22
KELAINAN GELOMBANG P-R

◂ Interval P-R panjang


Interval P-R memanjang menunjukkan adanya keterlambatan atau blok
konduksi AV. Misalnya pada blok AV tingkat I dimana tiap gelombang P diikuti P-R>0,20
detik yang bersifat tetap atau sementara, ditemukan pada miokarditis, intoksikasi
digitalis, PJK, idiopatik.

23
KELAINAN GELOMBANG P-R

24
KELAINAN GELOMBANG P-R
◂ AV Block Derajat II
Tipe Mobitz I (Wenckebach)
Dasar diagnosis: Interval PR semakin memanjang dan
pada suatu saat ada gelombang QRS yang menghilang
◂ Tipe Mobitz II
Interval PR tetap, pada suatu saat ada gelombang
QRS yang menghilang.

25
KELAINAN GELOMBANG P-R
◂ AV Block Derajat III
Pada blok jantung tingkat III atau blok jantung komplit/total, irama dan kecepatan gelombang P normal,
irama kompleks QRS teratur tetapi lebih lambat (20-40 kali per menit) dari gelombang P. Jadi terdapat
disosiasi komplit antara atrium dan ventrikel (atria dan ventrikel berdenyut sendiri-sendiri).

◂ Interval P-R pendek


Interval P-R memendek yaitu kurang dari 0,1 detik dengan atau tanpa kelainan bentuk QRS. Ditemukan
pada PJK intoksikasi digitalis, sindroma Wolff-Parkinson-White syndrome

26
KELAINAN GELOMBANG Q/Q PATOLOGIS

◂ Gelombang Q patologis yang lebar > 1 mm (atau > 0,04 detik) dan dalamnya >2 mm
(lebih 25% dari amplitudo QRS pada sandapan yang sama) menunjukkan adanya miokard
yang nekrosis (Infark Miokard). Adanya gelombang Q di sandapan III dan aVR merupakan
gambaran yang normal.

27
KELAINAN GELOMBANG R DAN
GELOMBANG S
◂ Gelombang R dan Gelombang S menggambarkan axis jantung.
Pada axis jantung normal, gelombang R dan S sama pada lead I. Dengan
membandingkan gelombang R dan S disandapan I dan III yaitu gelombang S di I dan R di
III menunjukkan adanya “right axis deviation”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi
ventrikel kanan, stenosis mitral, penyakit jantung bawaan, korpulmonale.

28
KELAINAN GELOMBANG R DAN
GELOMBANG S
◂ Gelombang R dan Gelombang S menggambarkan axis jantung. Pada axis jantung normal,
gelombang R dan S sama pada lead I. Dengan membandingkan gelombang R dan S
disandapan I dan III yaitu gelombang S di I dan R di III menunjukkan adanya “right axis
deviation”. Kelainan ini ditemukan pada hipertrofi ventrikel kanan, stenosis mitral,
penyakit jantung bawaan, korpulmonale.

29
KELAINAN KOMPLEKS QRS

Pada blok cabang berkas His dapat ditemukan adanya kompleks QRS lebar dan atau “notched” dengan gelombang P
dan interval P-R normal. Ditemukan pada PJK, PJR (Penyakit Jantung Rematik).

◂ Kompleks QRS berfrekwensi lambat dengan atau tanpa kelainan bentuk tetapi iramanya teratur yaitu pada sinus
bradikardi, blok jantung 2:1, 3:1, blok komplit terutama pada PJK, PJR, penyakit jantung bawaan.

◂ Kompleks QRS berfrekwensi cepat dengan atau tanpa kelainan bentuk, yaitu pada sinus takikardi, atrial takikardi, nodal
takikardi, fibrilasi atrium, takikardi ventrikel. Ditemukan pada PJK (Penyakit Jantung Koroner), PJH (Penyakit Jantung
Hipertensi), PJR (Penyakit Jantung Rematik), infark miokard, intoksikasi digitalis.

30
KELAINAN GELOMBANG QRS
◂ Irama QRS tidak tetap
Kadang-kadang kompleks QRS timbul lebih cepat dari biasa, misalnya “ AV
nodal premature beat”, “ventricular premature beat”. Ditemukan pada PJK
dan intoksikasi digitalis. Irama kompleks QRS sama sekali tidak teratur
yaitu pada fibrilasi atrium dimana sering ditemukan pada PJH, PJR, infark
miokard dan intoksikasi digitalis.

31
◂ Hipertrofi Ventrikel Kiri (LVH)
Terdapat peningguan voltase QRS
karena:
1. Terdapat peningkatan masa otot
karena dilatasi ventrikel atau
penebalan dinding vertikel
2. Peningkatan tenanan transmural
dan intraventrikuler
Right Bundle Branch Block (RBBB)
Gambaran EKG:
1. Interval QRS memanjang ≥ 0.10 detik
2. S yang lebar di I dan V6
3. R yang lebar di V1
Bila interval QRS 0.10 - 0.12 detik : RBBB
inkomplit
Bila interval interval QRS ≥ 0.12 detik :
RBBB komplit
Left Bundle Branch Block (LBBB)
Gambaran EKG:
1. Interval QRS melebar≥ 0.10 detik
2. Gelombang R yang lebar, sering berlekuk di I, V5,
dan V6 dengan
WAV > 0.08 detik
3. rS atau QS di V1 disrtai rotasi seara jarum jam
Bila interval QRS 0.10-0.12 detik: LBBB inkomplit
Bila interval QRS ≥ 0.12 detik: LBBB komplit
KELAINAN SEGMEN S-T
Suatu kelainan berupa elevasi atau depresi segmen S-T yang ragu-ragu,
sebaiknya dianggap normal sampai terbukti benar-benar ada kelainan pada suatu seri
perekaman. Bukanlah suatu kelainan, apabila elevasi segmen S-T tidak melebihi 1 mm
atau depresi tidak melebihi 0,5 mm, paling kurang pada sandapan standar.

35
Kelainan Gelombang U Kelainan Gelombang T

38
1 PRINSIP MEMBACA EKG

Untuk membaca EKG secara mudah dan tepat, sebaiknya setiap EKG dibaca
mengikuti urutan petunjuk di bawah ini
Irama
Pertama-tama tentukan irama sinus atau bukan. Apabila setiap kompleks QRS
didahului oleh sebuah gelombang P berarti irama sinus, kalau tidak, maka berarti
bukan irama sinus (asinus).
2 PRINSIP MEMBACA EKG
Laju QRS (QRS Rate)
Pada irama sinus, laju QRS normal berkisar antara 60 - 100
kali/min
kurang dari 60 kali disebut bradikardia sinus
lebih dari 100 kali disebut takikardia sinus.
Laju QRS lebih dari 150 kali/min biasanya disebabkan oleh
takikardia supraventrikular (kompleks QRS sempit), atau takikardia
ventrikular
(kompleks QRS lebar).
PRINSIP MEMBACA EKG

◂ Cara menghitungnya dengan menghitung jarak


antara R-R, dengan cara tentukan satu gelombang
P yang tepat berhimpit dengan garis vertikal pada
kertas ekg, kemudian tentukan gelombang P ke
dua, lalu hitung jaraknya.
◂ Bila menggunakan kotak kecil = 1500/jarak R-R
◂ Bila menggunakan kotak besar =300/ jarak R-R
3 PRINSIP MEMBACA EKG

Aksis
Aksis normal selalu terdapat antara -30°
sampai +110°. Lebih dari 30° disebut
deviasi aksis kiri, lebih dari +110° disebut
deviasi aksis kanan, dan bila lebih dari
+180° disebut aksis superior.
Menentukan aksis QRS pada
bidang horizontal:
◂ Pilih 2 sadapan: yang
termudah dan saling tegak
lurus yaitu I dan aVF
◂ Tentukan jumlah aljabar
pada masing-masing vektor
pada masing masing sumbu.
◂ Buat resultante yang
menggambarkan asis QRS.

43
44
4 PRINSIP MEMBACA EKG

Interval P-R
Interval PR normal adalah 0,12-0,2 detik (tergantung
heart rate). Lebih dari 0.2 detik disebut blok AV.
Kurang dari 0,1 detik disertai adanya gelombang
delta menunjukkan Wolff Parkinson-White syndrome.
Interval PR yang berubah-ubah bisa terjadi pada
kelainan wandering pacemaker.
5 PRINSIP MEMBACA EKG
Morfologi
a. Gelombang P
Perhatikan apakah kontur gelombang P normal atau tidak. Apakah ada
P-pulmonal atau P-mitral.

b. Kompleks QRS
Adanya gelombang Q patologis menandakan old myocardial
infarction (tentukan bagian jantung mana yang mengalami infark
melalui petunjuk sandapan yang terlibat).
PRINSIP MEMBACA EKG

c. Segmen ST
Elevasi segmen ST menandakan infark miokard akut (tentukan bagian mana dari jantung yang
mengalami infark). Depresi segmen ST menandakan iskemia.

d. Gelombang T
Gelombang T yang datar (flat 7) menandakan iskemia. Gelombang T terbalik (T-inverted)
menandakan iskemia atau mungkin suatu aneurisma. Gelombang T yang runcing menandakan
hiperkalemia.

e. Gelombang U
Gelombang U yang sangat tinggi (> gel. T) menunjukkan hipokalemi
Gelombang U yang terbalik menunjukkan iskemia miokard yang
berat.
48

Anda mungkin juga menyukai