(CASE
REPORT)
Oleh :
Preceptor :
dr. Tantri Dwi Kaniya, Sp. Rad
Efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa. Penyakit ini terdapat
diseluruh dunia, bahkan menjadi salah satu problema utama di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia. Secara umum, efusi pleura seringkali disebabkan oleh keganasan dan
tuberkulosis. Adapun penyakit lain yang mungkin mendasari terjadinya efusi pleura antara lain
pneumonia, empiema toraks, gagal jantung kongestif, sirosis hepatis.
Efusi pleura TB (tuberkulosis) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya
penimbunan cairan dalam rongga pleura yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Efusi pleura TB merupakan TB ekstraparu kedua terbanyak setelah limfadenitis TB.
Penderita efusi pleura umumnya datang dengan keluhan sesak napas dan nyeri dada. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya timbunan cairan dalam jumlah besar sehingga penderita akan sesak.
Selain itu adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan nyeri yang timbul akibat adanya
pergesekan. Tanda dan gejala lain yang dapat ditemukan pada penderita dengan efusi pleura
diantaranya yaitu demam, batuk. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan abnormalitas dengan
bunyi redup pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada
auskultasi paru, dan pergeseran trakea menjauhi tempat yang sakit.
Pemeriksaan penunjang seperti radiologi foto thoraks dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
terjadinya efusi pleura. Pada radiologi foto thoraks dapat ditemukan sudut tumpul atau
menghilangnya sudut kostofrenikus bila cairan efusi melebihi 300 ml. Selain itu, dapat dilakukan
torakosentesis untuk mengetahui penyebab dan jenis dari efusi pleura.
BAB II
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Panjang, Bandar lampung
Masuk RS : 24 September 2019
Tgl periksa : 24 September 2019
Keluhan utama:
Sesak napas yang memberat sejak 1/2 bulan SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien rujukan dari RS Dadi Tjokrodipo dengan diagnosis rujukan efusi pleura+susp.TB
Paru dd Pneumonia datang ke RSAM dengan keluhan sesak napas sejak kurang lebih 1/2 bulan
SMRS. Awalnya pasien merasa kadang-kadang sesak dan tidak mengganggu aktivitas, tapi
berapa hari terakhir semakin sesak dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Sesak memberat saat
pasien batuk, berbaring, dan melakukan aktivitas. Sesak berkurang bila pasien dalam posisi
setengah duduk atau berbaring dengan tumpukan bantal.
Batuk dialami sejak kurang lebih 1 bulan lalu, dan memberat dalam 1/2 bulan belakangan
ini, batuk disertai dahak berwarna putih tetapi sulit keluar, tidak ada darah, tidak ada nyeri dada.
Batuk dirasakan terus –menerus tanpa dipengaruhi waktu dan cuaca.
Pasien juga mengalami demam yang naik turun. Pasien juga sering mengeluh lemas,
nafsu makan menurun, berkeringat terutama saat malam hari, bengkak kedua kaki, dan luka pada
kaki kanan sejak 2 bulan lalu. Keluhan penurunan berat badan, nyeri dada disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah menderita keluhan yang sama, riwayat DM (+) sejak 12 tahun dengan
pengobatan methformin tetapi tidak teratur, Hipertensi (+) 1 bulan. Riwayat minum obat TB,
riwayat asma disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa.
PEMERIKSAAN UMUM
- Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : Komposmentis
- Tanda – tanda Vital :
Tensi :130/80 mmHg
Nadi : 103x/menit
Nafas : 28x /menit
Suhu : 37,2 °C
SpO2 : 92 %
PEMERIKSAAN FISIK :
Kepala dan Leher :
Mata : konjunctiva anemis (-/-), Sclera tidak ikterik
Pupil isokor, 2 mm/2mm, Reflex cahaya (+/+)
Leher : Pembesaran KGB (-),JVP meningkat
THORAX :
Paru :
Inspeksi : Penggunaan otot-otot bantu pernapasan (+)
Palpasi : Fremitus taktil melemah pada lapangan paru kanan dan kiri
Perkusi : Perkusi redup pada basal lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler melemah pada basal lapang paru kanan dan kiri
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis teraba.
Perkusi : Batas jantung melebar.
Auskultasi : Bunyi jantung S1 dan S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-).
Ekstremitas :
Akral hangat
CRT < 2 detik
Edema ekstremitas inferior (+/+)
Ulkus diabetikum pedis sinistra
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
RESUME
Pasien Ny. AE, usia 54 tahun mengeluhkan sesak napas sejak kurang lebih 1/2 bulan
SMRS dan semakin memberat. Diperberat bila batuk, berbaring, dan beraktivitas, diperingan
bila posisi setengah duduk atau berbaring dengan tumpukan bantal. Keluhan lainnya: batuk,
demam, lemas, nafsu makan menurun, berkeringat terutama saat malam hari, bengkak kedua
kaki, dan luka pada kedua kaki. Riwayat Penyakit Dahulu: DM (+), Hipertensi (+).
Hasil Pemeriksaan fisik :
Leher: Peningkatan JVP
Paru :
- Inspeksi : penggunaan otot-otot bantu pernapasan (+)
- Palpasi : Fremitus taktil melemah pada lapangan paru kanan dan kiri
- Perkusi : Perkusi redup pada basal lapang paru kanan dan kiri
- Auskultasi : Vesikuler melemah pada basal lapang paru kanan dan kiri
Diagnosis Kerja :
Efusi pleura bilateral ec. Susp. CHF + DM Tipe 2
Rencana Pemeriksaan :
Pemeriksaan EKG jantung
Pemeriksaan cairan pleura
Laboratorium: DL, GDS, GDN, GDPP, HbA1C
Rencana Penatalaksanaan :
Non Farmakologi
Torakosintesis
Bed rest
Oksigenasi 3-4 lpm
Konsul Sp.JP
Konsul Sp.PD
Farmakologi :
IVFD RL X gtt/mnt
Inj. Furosemid 1-0-0
Methformin 2x500 mg
Paracetamol 3x500 mg
Prognosis:
Quo ad vitam: bonam
Quo ad functionam: dubia ad malam
Quo ad sanationam: dubia ad malam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Jumlah total cairan dalam setiap rongga pleura sangat sedikit, hanya
beberapa mililiter yaitu 1-5 ml. Dalam kepustakaan lain menyebutkan bahwa
jumlah cairan pleura sebanyak 10-20ml. Kapanpun jumlah ini menjadi lebih dari
cukup untuk memisahkan kedua pleura, maka kelebihan tersebut akan dipompa
keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka secara langsung) dari rongga
pleura kedalam mediastinum, permukaan superior dari diafragma, dan permukaan
lateral pleural parietalis. Oleh karena itu, ruang pleura disebut ruang potensial,
karena ruang ini normalnya begitu sempit sehingga bukan merupakan ruang fisik
yang jelas. Tekanan dalam ruang pleura lebih rendah daripada tekanan atmosfer
sehingga mencegah kolaps paru.
Cairan pleura terbentuk dan diserap kembali secara lambat, dengan jumlah
yang sama dan mempunyai kadar protein yang rendah dibandingkan dengan paru
dan kelenjar getah bening perifer. Beberapa mekanisme terbentuknya cairan
pleura antara lain : (Yataco JC, Dweik RA, 2005)
Peningkatan tekanan hidrostatik dalam sirkulasi pembuluh darah kecil.
Data klinis menunjukkan bahwa peningkatan tekanan intra kapiler
merupakan faktor yang paling sering menyebabkan efusi pleura pada gagal
jantung kongestif.
Penurunan tekanan onkotik di sirkulasi pembuluh darah kecil disebabkan
oleh hipoalbuminemia yang cenderung meningkatkan cairan di dalam
rongga pleura.
Peningkatan tekanan negatif di rongga pleura juga menyebabkan
peningkatan jumlah cairan pleura. Hal ini biasanya disebabkan oleh
atelektasis.
Pemisahan kedua permukaan pleura dapat menurunkan pergerakan cairan
dalam rongga pleura dan dapat menghambat drainase limfatik pleura. Hal
ini bisa disebabkan oleh trapped lung.
Peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler yang disebabkan oleh
mediator inflamasisangat memungkinkan terjadinya kebocoran cairan dan
protein melewati paru dan pleura visceral ke rongga pleura. Hal ini telah
dibuktikan dengan adanya infeksi seperti pneumonia
Gangguan drainase limfatik permukaan pleura karena penyumbatan oleh
tumor atau fibrosis
Perembesan cairan ascites dari rongga peritoneal melalui limfatik
diafragma atau dari defek diafragma.
3.5 Diagnosis
Diagnosis efusi pleura ditegakkan melalui beberapa langkah
1) Anamnesis dan pemeriksaan klinis (Havelock T et al, 2010)
Gejala yang ditimbulkan akibat efusi pleura antara lain sesak napas, nyeri
dada yang bersifat pleuritik, batuk, demam, menggigil. Manifestasi klinis efusi
pleura tergantung kepada penyakit yang mendasarinya. Pemeriksaan fisik bisa
normal jika jumlah cairan kurang dari 300 mL. Selanjutnya, jika fungsi pernapasan
dan pengembangan paru dan dinding dada masih normal biasanya jarang
menimbulkan hipoksemia yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan
ventilasi dan perfusi di saat yang bersamaan di paru yang mengalami kompresi.
(Yu H, 2011)
Akumulasi cairan di dalam rongga pleura akan menyebabkan gangguan
restriksi dan mengurangi kapasitas total paru, kapasitas fungsional, dan kapasitas
vital paksa. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
disebabkan atelektasis parsial pada area yang bersangkutan, jika ukuran efusi
cukup luas maka akan mempengaruhi kardiak output dengan menyebabkan
ventrikel kolaps diastolik.
Ada tiga gejala yang paling umum dijumpai pada efusi pleura yaitu nyeri
dada, batuk, dan sesak napas. Nyeri dada yang disebabkan efusi pleura oleh
karena penumpukan cairan di dalam rongga pleura. Nyeri dada yang ditimbulkan
oleh efusi pleura bersifat pleuritic pain. Nyeri pleuritik menunjukkan iritasi lokal
dari pleura parietal, yang banyak terdapat serabut saraf. Karena dipersarafi oleh
nervus frenikus, maka keterlibatan pleura mediastinal menghasilkan nyeri dada
dengan nyeri bahu ipsilateral. Nyeri juga bisa menjalar hingga ke perut melalui
persarafan interkostalis. Sedangkan batuk kemungkinan akibat iritasi bronkial
disebabkan kompresi parenkim paru. (Roberts JR et al, 2014)
Efusi pleura dengan ukuran yang besar dapat mengakibatkan peningkatan
ukuran hemitoraks serta menyebabkan ruang interkostal menggembung pada sisi
yang terjadi efusi. Pada palpasi akan didapati taktil fremitus berkurang atau
menghilang sama sekali disebabkan cairan tersebut memisahkan paru – paru dari
dinding dada dan menyerap getaran dari paru – paru. Pada perkusi didapati beda,
dan akan berubah saat pasien berubah posisi jika cairan bisa mengalir bebas. Pada
auskultasi akan didapati suara napas yang menghilang tergantung ukuran efusi.
Egofoni dapat terdengar di batas paling atas dari efusi sebagai akibat dari
penyebab jaringan paru yang atelektasis. Gesekan pleura dapat dijumpai jika
terjadi iritasi di pleura, tetapi kadang juga sulit dijumpai dari auskultasi sampai
cairan terevakuasi. (Roberts JR, et al 2014)
Tabel 2.1 Volume cairan pleura dan hubungannya dengan pemeriksaan fisik
(Klopp M, 2013)
Volume cairan pleura Temuan klinis
<250-300 cm 3
Kemungkinan masih normal
500 cm3 1. Redup pada perkusi
2. Fremitus melemah
3. Pernapasan vesikular tetapi
intensitasnya menurun
1000 cm3 1. Tidak adanya retraksi inspirasi,
sedikit bulging pada sela iga
2. Ketinggalan bernapas pada sisi
yang sakit
3. Perkusi redup sampai ke scapula
dan axilla
4. Fremitus melemah atau
menghilang di posterior dan lateral
5. Suara pernapasan bronkovesikuler
6. Pada auskultasi terdapat Egophany
(suara i terdengar e) pada batas
paling atas efusi
Masif (memenuhi satu hemitoraks) 1. Bulging pada sela iga
2. Ketinggalan bernapas pada sisi
yang sakit
3. Suara napas menghilang
4. Pada auskultasi terdapat Egophony
(suara i terdengar e) di apeks
5. Liver atau spleen dapat teraba
karena adanya penekanan
diafragma.
2) Pemeriksaan Radiologis
a. Foto Toraks
Karena cairan bersifat lebih padat daripada udara, maka cairan yang
mengalir bebas tersebut pertama sekali akan menumpuk di bagian paling bawah
dari rongga pleura, ruang subpulmonik dan sulkus kostofrenikus lateral. Efusi
pleura biasanya terdeteksi pada foto toraks postero anterior posisi tegak jika
jumlah cairan sampai 200 – 250 ml. Foto toraks lateral dapat mendeteksi efusi
pleura sebesar 50 – 75 ml.
Tanda awal efusi pleura yaitu pada foto toraks postero anterior posisi
tegak maka akan dijumpai gambaran sudut kostofrenikus yang tumpul baik dilihat
dari depan maupun dari samping. Dengan jumlah yang besar, cairan yang
mengalir bebas akan menampakkan gambaran meniscus sign dari foto toraks
postero anterior. Ketinggian efusi pleura sesuai dengan tingkat batas tertinggi
meniskus. Adanya pneumotoraks atau abses dapat mengubah tampilan meniskus
menjadi garis yang lurus atau gambaran air fluid level. (Roberts JR et al, 2014)
Efusi pleura lebih sulit teridentifikasi pada foto toraks dengan posisi
terlentang. Jika ukuran efusi cukup besar, bayangan kabur yang menyebar dapat
dimaklumi. Gambaran lain yang dapat ditemui antara lain tertutupnya bagian
apikal, obliterasi hemidiafragma, gambaran opasitas sebagian di hemitoraks, dan
fisura minor yang melebar.
Foto toraks lateral dekubitus bisa dilakukan ketika dicurigai adanya efusi
pleura. Efusi pleura sederhana akan mengikuti gravitasi dan akan terbentuk
lapisan antara paru yang mengambang dengan dinding dada. Gambaran yang
tidak seperti biasa mencerminkan adanya lakulasi, abses atau massa. Foto toraks
lateral dekubitus terbalik akan menarik cairan ke arah mediastinum dan
memungkinkan untuk melihat parenkim paru untuk melihat apakah ada infiltrat
atau massa yang ada di balik perselubungan tersebut.
Dengan adanya penyakit dan scar paru, perlengketan jaringan dapat
menyebabkan cairan terperangkap di permukaan pleura parietal, visceral atau
interlobar. Karena perlengketan ini menyebabkan penumpukan cairan, maka
bentuk efusi terlokalisir sering digambarkan sebagai D-shape, sedangkan cairan
yang terlokalisir di daerah fisura akan berbentuk lentikular. (Roberts JR et al,
2014)
Berdasarkan foto toraks, efusi pleura terbagi atas small, moderate dan
large. Dikatakan efusi pleura small jika cairan yang mengisi rongga pleura kurang
dari sepertiga hemitoraks. Efusi pleura moderate jika cairan yang mengisi rongga pleura
lebih dari sepertiga tetapi kurang dari setengah hemitoraks. Sedangkan efusi pleura
dikatakan large jika cairan yang mengisi rongga pleura lebih dari setengah hemitoraks.
Selain itu efusi pleura juga dapat dinilai sebagai efusi pleura masif jika cairan sudah
memenuhi satu hemitoraks serta menyebabkan pergeseran mediastinum ke arah
kontralateral, menekan diafragma ipsilateral, dan kompresi paru, jika tidak ada lesi
endobronkial yang menyebabkan atelektasis dan fixed mediastinum. (Light RW, Lee
YCG, 2008)
Pada kasus efusi pleura masif, seluruh hemitoraks akan terdapat bayangan
opasitas. Pada foto tersebut, pergeseran mediastinum dapat mengidentifikasi
penyebab efusi pleura tersebut. Dengan tidak adanya paru atau mediastinum yang
sakit, akumulasi cairan yang besar akan mendorong mediastinum ke kontralateral.
Ketika mediastinum bergeser ke arah efusi kemungkinan kelainannya adalah di
paru dan bronkus utama atau adanya obstruksi atau keduanya. Ketika mediastinum
tetap di medial kemungkinan penyebabnya adalah tumor. (Roberts JR et al, 2014)
Gambar 2.1 (a) Efusi pleura kiri pada foto toraks tampak dari postero anterior dan lateral (b).
Meniscus sign dapat terlihat dari kedua posisi tersebut. (Roberts JR et al, 2014)
b. USG Toraks
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan USG toraks untuk menilai
suatu efusi pleura. USG toraks merupakan prosedur yang mudah dilakukan dan
merupakan tindakan yang tidak invasif dan dapat dilakukan di tempat tidur pasien.
USG toraks lebih unggul daripada foto toraks dalam mendiagnosis efusi pleura
dan dapat mendeteksi efusi pleura sekecil 5ml. Meskipun beberapa hal yang detail
hanya bisa terlihat pada CT scan, USG dapat mengidentifikasi efusi yang
terlokalisir, membedakan cairan dari penebalan pleura, dan dapat membedakan
lesi paru antara yang padat dan cair. USG juga dapat digunakan untuk
membedakan penyebab efusi pleura apakah berasal dari paru atau dari abdomen.
Selain itu USG dapat dilakukan di tempat tidur pasien yang sangat berguna untuk
identifikasi cepat lokasi diafragma dan tingkat interkostal untuk menentukan batas
atas efusi pleura. (Roberts JR et al, 2014)
Gambar 2.2 Gambaran efusi pleura pada USG toraks (Lee YCG, 2013)
c. CT scan toraks
Meskipun tindakan torakosentesis biasanya dilakukan berdasarkan temuan
foto toraks, tetapi CT scan toraks lebih sensitif dibandingkan dengan foto toraks
biasa untuk mendeteksi efusi pleura yang sangat minimal dan mudah menilai luas,
jumlah, dan lokasi dari efusi pleura yang terlokalisir. Lesi lokulasi bisa tampak
samar – samar pada foto toraks biasa. Pada gambaran CT scan toraks, cairan yang
mengalir bebas akan membentuk seperti bulan sabit pada daerah paling bawah,
sedangkan penumpukan cairan yang terlokalisir akan tetap berbentuk lenticular
dan relatif tetap berada dalam ruang tersebut. Selain itu, CT scan toraks dapat
digunakan untuk menilai penebalan pleura, ketidakteraturan, dan massa yang
mengarah keganasan dan penyakit – penyakit lain yang menyebabkan efusi pleura
eksudatif. Dengan menggunakan zat kontras intra vena, CT scan toraks dapat
membedakan penyakit parenkim paru, seperti abses paru. Emboli paru juga dapat
terdeteksi dengan menggunakan zat kontras intra vena. CT scan toraks juga
berguna dalam mengidentifikasi patologi mediastinum dan dalam membedakan
ascites dari efusi pleura subpulmonik yang terlokalisir. (Roberts JR et al, 2014)
Gambar 2.3 Gambaran efusi pleura tampak pada CT scan toraks (Lee YCG, 2013)
4) Biopsi Pleura
Pada kasus efusi pleura yang belum tegak diagnosisnya di mana dicurigai
disebabkan oleh keganasan dan nodul pada pleura tampak pada CT scan dengan
kontras, maka biopsi jarum dengan tuntunan CT scan merupakan metode yang
tepat. Biopsi jarum Abram hanya bermakna jika dilakukan di daerah dengan
tingkat kejadian tuberkulosis yang tinggi, walaupun torakoskopi dan biopsi jarum
dengan tuntunan CT scan dapat dilakukan untuk hasil diagnostik yang lebih
akurat. (Havelock T et al, 2010)
5) Torakoskopi
Torakoskopi merupakan pemeriksaan yang dipilih untuk kasus efusi pleura
eksudat di mana diagnostik dengan aspirasi cairan pleura tidak meyakinkan dan
dicurigai adanya keganasan. (Havelock T et al, 2010)
3.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang utama pada kasus efusi pleura adalah dengan
mengurangi gejala yang ditimbulkan dengan jalan mengevakuasi cairan dari
dalam rongga pleura kemudian mengatasi penyakit yang mendasarinya. Pilihan
terapinya bergantung pada jenis efusi pleura, stadium, dan penyakit yang
mendasarinya. Pertama kita harus menentukan apakah cairan pleura eksudat atau
transudat. (Yu H, 2011)
Penatalaksanaan efusi pleura dapat berupa aspirasi cairan pleura ataupun
pemasangan selang dada. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk tujuan diagnostik
misalnya pada efusi pleura yang tidak diketahui penyebabnya dan terapeutik yaitu
untuk mengevakuasi cairan maupun udara dari rongga pleura ketika pasien tidak
sanggup lagi untuk menunggu dilakukan pemasangan selang dada misalnya pada
pasien tension pneumotoraks. Selain aspirasi cairan pleura dapat juga dilakukan
pemasangan selang dada untuk tujuan terapeutik. Pemasangan selang dada
diperlukan jika terjadi gangguan fungsi fisiologis sistem pernapasan dan
kardiovaskular. (Klopp M, 2013)
Selain torakosentesis, prinsip penanganan efusi pleura adalah dengan
mengobati penyakit yang mendasarinya. Tindakan emergensi diperlukan ketika
jumlah cairan efusi tergolong besar, adanya gangguan pernapasan, ketika fungsi
jantung terganggu atau ketika terjadi perdarahan pleura akibat trauma tidak dapat
terkontrol. Drainase rongga pleura juga harus segera dilakukan pada kasus
empiema toraks.
Efusi pleura minimal yang disebabkan oleh proses malignansi terkadang
akan teratasi dengan sendirinya setelah dilakukan tindakan kemoterapi, namun
tindakan pleurodesis harus tetap dilakukan setelah cairan berhasil dievakuasi pada
kasus di mana efusi pleura berulang atau ketika jumlah cairan dalam rongga
pleura tergolong moderat. (Sato T, 2006)
a. Torakosentesis
Torakosentesis merupakan pilihan pertama dan merupakan tindakan yang
sederhana untuk kasus efusi pleura, bukan hanya untuk diagnosis tapi juga untuk
mengurangi gejala yang ditimbulkan akibat efusi pleura tersebut. Tetapi
bagaimanapun juga, torakosintesis yang berulang bukan pilihan yang tepat untuk
penanganan efusi pleura ganas yang progresif. Torakosintesis hanya mengurangi
gejala untuk sementara waktu dan akan membutuhkan kunjungan yang berulang
ke rumah sakit untuk melakukannya. (Yu H, 2011)
Indikasi Torakosentesis
Indikasi torakosintesis pada kasus efusi pleura meliputi indikasi diagnostik
dan terapeutik
1) Diagnostik
Saat melakukan torakosentesis, sampel cairan pleura dapat diambil dan
diperiksakan untuk menentukan penyebab efusi. Untuk pemeriksaan
laboratorium dibutuhkan 50 – 100 ml. Sebagian besar efusi pleura yang masih
baru terukur lebih dari 10 mm pada foto toraks posisi lateral dekubitus, CT
scan toraks, atau USG toraks.
2) Terapeutik
Tujuan lain dilakukan torakosentesis adalah untuk mengurangi gejala yang
ditimbulkan misalnya meringankan sesak napas yang diakibatkan jumlah
cairan yang besar dan membutuhkan evakuasi segera.
Kontraindikasi torakosentesis
Tidak ada kontraindikasi untuk torakosentesis. Studi terbaru menunjukkan
bahwa jika torakosentesis dilakukan dengan tuntunan USG, maka hal ini aman
untuk dilakukan meskipun terdapat kelainan koagulasi. Perhatikan pasien dengan
kelainan koagulasi, termasuk setelah prosedur. Hindari tempat yang terdapat
selulitis maupun herpes zoster dengan memilih lokasi torakosentesis alternatif.
(Roberts JR et al, 2014)
b. Pemasangan selang dada
Pemasangan selang dada dapat dilakukan pada pasien dengan efusi pleura
ataupun pneumotoraks dengan ukuran moderat sampai large, pasien dengan
riwayat aspirasi cairan pleura berulang, efusi pleura yang berulang, pada pasien
yang dilakukan bedah toraks, pasien dengan pneumotoraks yang berhubungan
dengan trauma, hemotoraks, kilotoraks, empiema, atau pada keadaan lain
misalnya untuk pencegahan setelah tindakan pembedahan untuk evakuasi darah
dan mencegah tamponade jantung. (Klopp M, 2013)
Indikasi pemasangan selang dada. (Dev PS et al, 2007)
1) Pada keadaan darurat
- Pneumothoraks
Pada semua pasien dengan ventilasi mekanik
Pneumotoraks yang luas
Keadaan klinis pasien yang tidak stabil
Pneumotorax ventil
Pada pneumotoraks ventil setelah dekompresi dengan jarum
Pada pneumotoraks berulang atau tetap
Pada pneumothoraks akibat trauma dada
Pada pneumothoraks iatrogenik, jika ukurannya luas dan keadaan
klinisnya signifikan
- Hemopneumotoraks
- Ruptur esophagus dengan kebocoran lambung ke rongga pleura
2) Pada keadaan non-darurat
- Efusi pleura ganas
- Pengobatan dengan agen sklerotik atau pleurodesis
- Efusi pleura berulang
- Efusi parapneumonik atau empiema
- Kilotoraks
- Perawatan pasca operasi (mis: setelah bypass coroner, torakotomi, atau
lobektomi)