Anda di halaman 1dari 11

Laporan Tutorial

Skenario 2
Blok DMS
tutorial 18

Natasya Aurum Alifia Zaini


1518011162
Tatalaksana
medikamentosa

Patogenesis Diagnosis kerja


Dermatitis
merah dan
Kontak Iritan
gatal

Diagnosis
banding

DKI akut DKI kronik


lambat kumulatif
DKI akut

Waktu Waktu Waktu


Gejala Gejala Gejala
klinis klinis klinis
etiologi etiologi etiologi
Learning Object

1. Tatalaksana medikamentosa dan resep serta berikan alasannya


2. Diagnosis Okupasi
3. Tatalaksana non-medikametosa
4. Komplikasi DKI
1. Tatalaksana medikamentosa dan Resep

1. Kortikosteorid sistemik :
- Prednison 30 mg/hari (dalam jangka pendek)
- Methylpredinosolon 2x 4 mg/hari
- Deksametason 2 x 0,5 mg
2. Kortikosteroid Topikal :
- Hydrocortison 0,01% - Prednison
- Betametason 0,05%
Kortikosteroid adalah obat antiinflamasi. Dermatitis adalah salah satu inflamasi (radang).
Pada resep diberikan Methylprednisolon karena efek samping pada metyhlprednisolon lebih rendah dari pada
kortikosteroid yang lainnya.
2. Antibiotik :
- Clyndamicin 150-450 mg/ 6 jam/ hari
Diberikan antibiotik untuk mempercepat penyembuhan dan mengurangi resiko infeksi sekunder.
3. Antihistamin
- Chlorpheniramin Maleat 4mg/ 6 jam
- Citirizine 10 mg
Diberikan antihistamin untuk mengurangi pruritus yang disebabkan oleh dermatitis.
4. Anastesi dan garam Srontium (iritasi sensoris)
Lidokain, prokain, dan beberapa anastesi lokal berguna unuk menurunkan rasa sensai terbakar dan rasa gatal pada
kulit.
5. Kompres dingin dengan Burrow’s solution
Dilakukan untuk mengurangi pembentukan vesikel dan membantu mengurangi pertumbuhan bakteri . Kompres
ini diganti setiap 2-3 jam
Diberikan vitamin c untuk memperbaiki kulit yang rusak
dr. Natasya Aurum Alifia Zaini
SIP. 1518011162
Rumah Sakit Unila
Bandar Lampung, 18 September 2017
R/ Methylprednisolon 4 mg tab No. X
ᶴ 2 dd tab 1 p.c
R/ Chlorpheniramin Maleat 4 mg tab No.X
ᶴ 2 dd tab 1 p.c
R/ Hydrocortison 0,01% cream tube I
ᶴ u.e
R/ Clyndamicin 150 mg tab No X
ᶴ 3 dd tab 1 p.c
R/ Vitamin C 50 mg tab No X
ᶴ 2 dd tab 1 p.c
Pro : Tn. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 40 thn
2. Diagnosis Okupasi

1. Tentukan diagnosis klinisnya. Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan
fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah
diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan
pekerjaan atau tidak
2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini. Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh
tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya.
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut. Apakah terdapat bukti-bukti
ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang
diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ada ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut diatas,
maka tidak dapat ditegakkan diagnose penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu
dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya)
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika
penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tersebut, maka pajanan yang dialami pasien di
tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada
untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
5. Tentukan apakah ada factor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi . apakah ada keterangan dari riwayat
penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD,
riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga resikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitive terhadap pajanan yang
dialami.
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit. Apakah ada factor lain yang dapat
merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan
penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selau dapat digunakan untuk menyingkirkan
penyebab di tempat kerja.
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya. Sesudah menerapkan keenam langkah
di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit,
kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan
pada waktu menegakkan diagnosis.
sumber : Sulistomo, Astrid. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja dan Sistem Rujukan. Cermin dunia kedokteran No. 136,
2002.
3. Tatalaksana non-medikamentosa
1. Memakai APD mengambil langkah-angkah pelindung diri lainnya untuk menghindari kontak kilta dengan zat
kimia (pestisida) atau gigitan serangga.
2. Bekerja dengan hati-hati agar tidak membahayakan diri
3. Mengenali dan mencegah bahan-bahan atau zat-zat yang dapat menimbulkan DKI
4. Mengurangi aktifitas yang berat terutama pada tangan yang terkena DKI untuk meminimalisasi gesekan
terhadap lesi ynag dapat memperlambat penyembuhan
5. Pencucian segera mungkin pada area yang terpapar agen iritan akan mengurangi waktu kontak agen iritan
dengan kulit, dan jika terjadi respon kulit, hal ini dapat membantu untuk mencegah penyebaran dermatitis.
6. Hidropel dan pelembab penghalang kulit hollister dapat digunakan untuk mencegah ICD jika digunakan sebelum
kontak dengan iritan

Sumber : Jurnal Ragil Setiyabudi, S.KM. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Lingkungan Industri. 23 Oktober 2010.
4. Komplikasi Dermatitis Kontak Iritan

– Peningkatan risiko sensitisasi terhadap terapi topikal


– Lesi pada kulit dapat dikolonisasi oleh bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini dipermudah jika terjadi lesi
sekunder, seperti fissure akibat manipulasi yang dilakukan penderita.
– Secondary neurodermatitis (lichen simplex chronicus) akibat penderita dermatitis kontak iritan yang mengalami
stress psikis.
– Pada fase post inflamasi dapat terjadi hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.
– Scar, biasanya setelah terkena agen korosif.
Sumber : perdoski.do.id

Anda mungkin juga menyukai