Anda di halaman 1dari 12

GUIDELINE FOR PHYSIOTHERAPY IN ELDERLY WITH

OSTEOARTHRITIS OF KNEE

Oleh Kelompok 47 Gemilang dan Syarifah Nur Azizah Fachir

Latar Belakang

Osteoartritis (OA) dianggap penyakit sendi kronis paling umum di dunia dan

salah satu penyebab paling umum untuk rasa nyeri dan disability pada orang tua

[1]. Setengah dari populasi dunia yang berusia >65 tahun menderita dari OA, dan

80% orang dengan OA simptomatik dengan keterbatasan dalam pergerakan,

sementara 25% tidak bisa melakukan aktivitas normal sehari-hari. Karena OA

terjadi pada orang dewasa tua yang juga berhubungan dengan degeneratif maka

terjadi perubahan usia pada otot, tulang, lemak dan sistem saraf. Ini merupakan

pendekatan umum yang kaitannya dengan degenerasi sehingga diperlukan

pendekatan sistemik untuk lebih memahami hubungan antara degeneratif dan OA

[2]. OA bukan murni masalah mekanis. Sebagai tambahannya seperti faktor usia,

genetik dan nutrisi juga penting; Obesitas mempengaruhi individu pada OA baik

karena alasan mekanis maupun melalui peradangan atau metabolisme mekanisme

[3] OA adalah kelainan multifaktorial yan mana sebab utamanya sering tidak

diketahui. Satu faktor prognostik penting untuk OA hip atau knee adalah faktor

obesitas. Faktor prognostik lainnya adalah: trauma yang melibatkan kerusakan

sendi; operasi hip atau knee (misalnya pada meniscus); gangguan perkembangan

(seperti dislokasi, penyakit Perthes, epifisiolisis hip joint, genu varum atau genu
valgum; pekerjaan atau olahraga yang mengharuskan pasien harus berlutut,

berjongkok, atau mengangkat beban berat (misalnya, pekerjaan pertanian atau

profesional balet). Nyeri karena OA secara signifikan mempengaruhi kualitas

hidup, produktivitas kerja, dan dikaitkan dengan komorbiditas seperti depresi,

kecemasan, dan gangguan tidur. Karena tidak penyembuhan untuk OA, sangat

penting untuk menggunakan perawatan non-farmakologis untuk mengontrol

perkembangannya, meredakan gejala, dan meningkatkan fungsi lutut dan kualitas

hidup.

Alat dan Bahan

Semua orang tua berumur 60 tahun atau lebih dengan OA knee bukan kasus post

op dan kondisi tekanan darah terkontrol, tidak memiliki gangguan mental.

Prosedur

Penilaian awal terdiri dari history taking, pemeriksaan fisik dan analisis. History

taking dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum yang

komprehensif tentang status kesehatan pasien. Penilaian ini termasuk skrining

untuk red flags. Dengan analisis, keterbatasan dan gangguan utama pasien

diprioritaskan, dan tujuan dan treatment dan rencana dirumuskan dengan

kerjasama yang erat dengan pasien. Tujuan yang dibuat berfokus pada limitations

of activity and restriction in participation. Gambaran umum dari masalah

kesehatan yang paling relevan pada pasien OA dibuat berdasarkan International

Classification of Functioning, Disability and Health (ICF) Core Set untuk


Osteoartritis, dilengkapi dengan item yang relevan secara klinis, best practiced

based dan dilengkapi dengan sejumlah faktor pribadi [4]

Siapa yang Melakukan

Semua perawatan dilakukan oleh fisioterapi yang telah teregistrasi

Bagaimana

Intervensi yang rekomendasikan di sini adalah intervensi untuk OA bukan post

operative. Di dalam guideline KNGF post operative memiliki konsep tersendiri

untuk pemberian intervensi termasuk latihan. Exercise therapy bertujuan

mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsional harus diberikan sepanjang

treatment fisioterapi untuk OA. Level evidence base exercise therapy menurut

KNGF adalaah level 1 yang merupakan level paling tinggi atau sangat

direkomendasikan.

Exercise therapy

Kekuatan otot quadriceps merupakan salah satu dari faktor intrinsik yang terlah

terbukti mempengaruhi fungsi dari lutut. Kekuatan ekstremitas bawah memiliki

peran utama dalam redaman kejut sendi knee selama kegiatan menahan beban.

Namun penelitian masih terus berlangsung tentang investigasi peran strengthening

di treatment OA knee. Ada peningkatan resiko dari perkembangan penyakit karna

beban yang berlebihan ataupun beban yang tidak terkontrol pada sendi. Karna itu,

kekuatan quadriceps perlu dipertimbangkan pada study OA knee. Penurunan

kekuatan quadriceps telah terbukti berhubungan dengan terjadinya OA pada knee.


Pengurangan rasa sakit dan disability adalah tujuan dalam treatment OA knee.

OARSI merekomendasikan metode non farmakologi termasuk program edukasi

pasien, penurunan berat badan dan progran latihan terapi pada knee OA.

Ada 3 jenis latihan terapi dasar : isotonik, isokinetik dan isometrik. Dari ketiganya

isometrik exercise merupakan yang paling tepat, aman dan mudah dipahami oleh

pasien. Terlebih lagi diantara ketiga exercise tersebut, isometrik exercise paling

sedikit menyebabkan inflamasi intra artikular, tekanan dan kerusakan tulang [5]

Isometric exercise

 Isometric quadriceps treatment

 Straight Leg Raising (LSR)

 Isometric hip adduction exercise

Selain exercise therapy, menurut KNGF pada rekomendasi nomer 9 exercise

therapy harus dikombinasikan dengan manual therapy pada kasus nyeri dan

reversible limitation pada mobilitas sendi. Level evidence based untuk ini adalah

level 2.

Manual Therapy

Manual terapi terdiri dari manipulasi jaringan lunak, pijatan, traksi manual,

manipulasi sendi dan mobilisasi sendi. Mobilisasi pasif dengan kecepatan rendah

yaitu gerakan di dalam atau pada batas jangkauab gerak sendi mengurangi rasa

sakit dengan memodulasi jaringan saraf dan meningkatkan gerak sendi.


Penggunaan mobilisasi sangat dianjurkan dibanyak negara dalam pedoman untuk

manajemen OA knee.

Manual therapy/mobilization dilakukan dengan pedoman midland yaitu antero-

posterior (AP) glide of tibia on femur, and patella glides di semua arah [6]

Dimana

Fisioterapi dapat dilakukan di pusat kesehatan umum seperti rumah sakit,

puskemas atau klinik

Kapan dan Dosis

 Isometric exercises

Latihan dilakukan di ruang treatment fisioteapi selama 5 minggu (5

hari/minggu) dalam satu set terdapat 10x pengulangan exercise.

Pada minggu pertama 1 set, minggu kedua dan ketiga 2 set dan minggu

keempat dan kelima 3 set.

 Manual therapy

Dilakukan di ruang treatment fisioterapi

Manual therapy diberikan sebanyak 2kali seminggu bersamaan dengan

diberikannya exercise therapy

Isometric exercise

 Isometric quadriceps exercise

Posisi pasien : supine lying

Posisi terapis : disamping pasien


Terapis meletakkan handuk yang digulung di bawah lutut pasien, dan

pasien diminta untuk mengaktifkan otot quadriceps secara maksimal

dengan cara meluruskan lutut dan menahan kontraksi selama 5 detik.

 Straight Leg Raising (LSR)

Posisi pasien : Supine lying

Posisi terapis : disamping pasien

Pasien diminta mengkontraksikan otot quadriceps secara isometrik

sebelum fase pengangkatan, kemudian pasien diminta untuk mengangkat

kaki tanpa menekuk lutut hingga 10 cm diatas alas dan tahan kontraksi

selama fase pengangkatan selama 10 detik.

 Isometric hip adduction exercise

Posisi pasien : supine lying

Posisi terapis : disamping pasien

Terapis meletakkan gulungan handuk diantara lutut pasien, terapis

memberikan intruksi untuk melakukan kontraksi adduksi hip isometrik

dengan menekan gulungan handuk diantara lutut dan meminta pasien

menahan kontraksi selama 5 detik.

Manual Therapy

 Posteroanterior tibio-femur

Posisi pasien : supine lying dengan knee fleksi beberapa derajat disupport

dengan bantal.

Posisi terapis : berada di depan kaki yang akan di manual terapi, tangan

terapIs memegang lutut pasien dari kedua sisi lateral dan medial lutut, ibu
jari diletakkan di anterior (bawah patella), sedangakan jari kedua

diletakkan disepanjang permukaan posterior tibia yang berdekatan dengan

garis lipatan lutut.

Gerakan perlahan posteroanterior osilasi dihasilkan oleh tekanan terapis

yang ditransmisikan melalui ujung jari terhadap permukaan posterior tibia

bagian proksimal

 Patella glides di segala arah

Posisi pasien : supine lying, knee ekstensi

Posisi terapis : berada di samping pasien.

Glides medial-lateral

Jari telunjuk terapis di medial patella, ibu jari terapis di lateral patella

pasien, lalu glides patella ke arah medial dan lateral

Glides caudal-chephalad

Heel tangan kiri terapis diletakkan di atas patella, lalu glides ke arah

caudal, heel tangan kanan terapis diletakkan di bawah patella, lalu glides

ke arah chephalad.

Kepatuhan yang Direncanakan

Kepatuhan dikontrol dengan memberikan home exercise kepada pasien. Home-

based exercise yaitu modalitas treatment yang efisien dan nyaman untuk pasien

dengan penyakit kronis seperti OA knee. Ini dapat dilakukan oleh pasien secara

individu di rumah, tanpa pengawasan dan tanpa peralatan profesional. Tujuan dari

home-based exercise dan berbasis rumah sakit tidaklah berbeda yaitu untuk
menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan fungsi dengan memperkuat lebih otot

tungkai bawah, meningkatkan kontrol neuromuskuler, dan meningkatkan ROM di

lutut yang terkena. Perbedaan home-based exercise adalah lebih mudah dipelajari

dan lebih aman untuk dilakukan daripada program rumah sakit, terutama untuk

pasien lansia dengan OA knee, karena tidak perlu diawasi oleh fisioterapis secara

langsung.

Pasien penerima home-based exercise program yang mencakup materi tertulis

termasuk latihan dan belajar bagaimana melakukan latihan dengan benar di bawah

pengawasan tidak langsung. Setiap program latihan termasuk ROM,

isometrikototonik quariceps exercise [7]

Latihan 1: Pasien menekuk lutut ke belakang dengan posisi prone lying Latihan 2:

Pasien mengontraksikan otot quadriceps dengan mendorong gulungan handuk

selama enam detik sebelum rest selama lima detik dan lutut diekstensikan dan

pergelangan kaki dorsiflexed posisi duduk di lantai tanpa alas.

Latihan 3: Pasien mengekstensikan tungkai perlahan, tahan selama enam detik

lalu turunkan perlahan saat duduk di kursi.

Latihan 4: Pasien mendorong kaki ke arah satu sama lain dalam posisi silang

selama lima detik dan mengulangi gerakan yang sama dengan mengubah kaki

sambil duduk di kursi.

Latihan direkomendasikan untuk dilakukan dua kali sehari, dengan 10 repetisi

selama satu bulan


Chen et al [8] dalam paper mereka melakukan quasi-experimental trial kefektifan

home-based exercise program. Setiap sesi latihan melibatkan latihan isometric

contractions of the quadriceps, supine straight-leg lifts, leg lifts in the prone

position, resistance knee extension, resistance knee flexion, passive knee flexion,

passive knee extension, and shifting the center of gravity (left and right/before and

after). 9 home-based exercises untuk orang dengan OA. Dosis yang

direkomendasikan 30-40 menit per hari 3x dalam seminggu. Untuk lebih jelasnya

dijabarkan dalam bentuk table di bawah ini


DAFTAR PUSTAKA

1. Li Y, Wei X, Zhou J, Wei L. The age-related changes in cartilage and


osteoarthritis. Biomed Res Int. 2013;2013:916530
2. Castell et al. Osteoarthritis and frailty in elderly individuals across six
European countries: results from the European Project on OSteoArthritis
(EPOSA) BMC Musculoskeletal Disorders (2015) 16:359 DOI
10.1186/s12891-015-0807-8
3. Loeser RF. Aging and osteoarthritis. Curr Opin Rheumatol.
2011;23(5):492–6.
4. Peter, Wilfred & Jansen, M.J. & Bloo, H. & Dekker-Bakker, L.M.M. &
Dilling, R.G. & Kersten-Smit, C. & de Rooij, Mariëtte & Veenhof, Cindy
& Vermeulen, H.M. & Vos, I.. (2016). Revision of the KNGF guideline
osteoarthritis of the hip and knee [Dutch]. Nederlands Tijdschrift
Fysiotherapie. 120. 2-15.
5. Anwer, Shahnawaz, and Ahmad Alghadir. “Effect of isometric quadriceps

exercise on muscle strength, pain, and function in patients with knee

osteoarthritis: a randomized controlled study.” Journal of physical therapy

science vol. 26,5 (2014): 745-8. doi:10.1589/jpts.26.745

6. Ay, Saime, et al. "Compliance to home-based exercise therapy in elderly

patients with knee osteoarthritis." (2016). Turk J Phys Med

Rehab;62(4):323-328 DOI: 10.5606/tftrd.2016.54189

7. Azlin, M.N. & Lyn, K.S.. (2011). Effects of passive joint mobilization on

patients with knee osteoarthritis. Sains Malaysiana. 40. 1461-1465.

8. Chen, Hongbo, et al. "The effects of a home-based exercise intervention

on elderly patients with knee osteoarthritis: a quasi-experimental study."


BMC musculoskeletal disorders 20.1 (2019): 160.

https://doi.org/10.1186/s12891-019-2521-4

Anda mungkin juga menyukai