RSUD SALATIGA
Disusun oleh :
TAHUN 2021/2022
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
NIM : P27228018114
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama/Inisial : Ny. Suj
Usia : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Sisi Dominan : Sinistra ( kiri )
Alamat : Salatiga
B. Diagnosis Pasien
Diagnosis Medis : Frozen Shoulder
Diagnosis Topis : Shoulder Sinistra
Diagnosis Kausatif : Stroke hemoragik
C. DATA SUBJEKTIF
1. Wawancara
Hasil dari wawancara kepada klien pada tangan 9 juli 2021
yaitu pasien berinisial Ny.Suj berusia 63 tahun. Pasien
beralamatkan di salatiga. Ny.suj pada tahun lalu mengalami stroke
karena hipertensi. Saat ini strokenya sudah sembuh namun tinggal
gejala sisa yaitu frozen shoulder pada sisi sinistra. Ny. Suj seorang
pensiunan guru yang memiliki hobi membaca. Ny. Suj memiliki 3
orang anak dan ketiga anaknya telah menikah. Saat di wawancara
Ny. Suj ingin bisa memakai dan melepas kaos secara mandiri tanpa
merasakan nyeri karena pasien suka memakai kaos saat dirumah.
2. Data hasil observasi
Pada saat melakukan observasi pada tanggal 9 juli 2021
diperoleh hasil bahwa saat pasien mememasuki ruangan OT,
pasien tidak memiliki masalah dalam hal mobilisasi. Pasien
berpenampilan cukup rapih dan bersih. Saat sesi wawancara,
pasien terlihat kooperatif menjawab pertanyaan dari terapis yang
menandakan tidak adanya gannguan dalam berkomunikasi dan
kognitif. Ketika terapis menginstruksikan untuk menggerakkan dan
mengangkat tangan pasien mengikutinya dengan baik. Pasien
memiliki control Postural yang kurang baik. Dalam posisi duduk
bahu klien terlihat kurang simetris yaitu tampak tinggi bahu sisi
kanan serta tidak terdapat udema atau pembengkakkan. Saat pasien
diminta untuk melakukan gerakkan fleksi-ekstensi shoulder,
abduksi-adduksi shoulder, internal-eksternal shoulder didapati
hasil bahwa klien merasakan nyeri dan sedikit mengalami
kekakuan saat digerakkan.
3. Data Screening
Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan blanko
evaluasi awal fisik dewasa pada tanggal 9 Juli 2021 didapatkan
hasil bahwa pada tahun 2020 merasakan sakit pada bahu sebelah
kirinya. Awal mula klien merasakan nyeri dan sulit untuk
menggerakan tangan sebelah kiri dikarenakan pernah mengalami
stroke. Klien memiliki riwayat hipertensi. Klien menjalani rawat
jalan di Instalasi Rehabilitasi Medik di RSUD SALATIGA
kemudian mendapatkan penanganan di unit Okupasi Terapi dan
Fisioterapi. Klien seorang Ibu rumah tangga. Dalam melakukan
kegiatan ibu rumah tangga pasien terkadang mengeluh adanya rasa
nyeri jika melakukan aktivitas yang terlalu berat. Pasien
mengeluhkan masih mengalami kesulitan dalam melakukan
aktivitas fungsional seperti mandi, memakai dan melepas kaos,
serta menjemur pakaian. Pada saat terapis meminta pasien untuk
melakukan gerakan menggosok punggung, pasien mengalami
sedikit keterbatasan dalam lingkup gerak sendi akibat rasa nyeri
yang dirasakan pasien.
4. Screening test
Berdasarkan data screening test dari blanko evaluasi awal
fisik dewasa pada tanggal 9 juli 2021, dapat diperoleh bahwa
pasien mengalami kondisi stroke pada bulan oktober 2020 dan
sekarang klien mengalami Frozen Shoulder. Pasien mempunyai
riwayat penyakit hipertensi. Postural pasien kurang baik.
Berdasarkan hasil interview yang dilakukan pada tanggal 9 Juli
2021, pasien mengeluhkan rasa nyeri, pegal-pegal, dan kaku di
bagian bahu sebelah kiri apabila digerakkan ke atas, bawah,
belakang, samping, depan. Kemudian klien melakukan kontrol
pada dokter dan pasien dirujuk pada instalasi rehabilitasi medik.
Setelah itu pasien mendapatkan penanganan pada unit Okupasi
Terapi dan Fisioterapi. Dengan kondisi pasien tersebut, klien
mengalami kesulitan terutama pada aktivitas yang mengarah
kebelakang maupun ke atas seperti aktivitas memakai kaos ,
menggosok badan serta menjemur pakaian. Pasien berharap dapat
melakukan kembali aktivitas fungsional secara mandiri seperti
memakai dan melepas kaos.
5. Screening task
Dari hasil screening task dapat diperoleh bahwa saat terapis
meminta pasien untuk mengangkat bahu sebelah kiri pasien merasa
kesakitan. Saat melakukan gerakan tersebut, raut wajah pasien
menunjukkan adanya rasa nyeri. Kemudian terapis meminta pasien
untuk menyentuh punggung belakang, namun pasien merasa nyeri
serta mengalami kesulitan melakukan hal tersebut.
D. KERANGKA ACUAN/MODEL/PENDEKATAN
a. Biomekanik
Pada kasus Frozen Shoulder kerangka acuan yang tepat
digunakan yaitu merangka acuan biomekanik. Kerangka acuan
biomekanik merupakan hubungan antara fungsi sistem
muskuloskeletal dan fumgsi tubuh dalam melakukan pekerjaan
sehari-hari. Kerangka acuan biomekanik berguna untuk melatih
dan mengembalikan berbagai gerakan, ketahanan, dan stress yang
akan berpengaruh pada lingkup gerak sendi, meniingkatkan
kekuatan otot, serta meningkatkan daya tahan, sehingga dapat
memperkuat otot yang lemah dengan gerak pasif dan aktif.
(Trumbly 7 Radomski, 2002).
Frozen Shoulder menimbulkan masalah pada area bahu
seperti kekakuan, rasa nyeri sehingga pasien mengalami
keterbatasan dalam lingkup gerak sendi dan kekuatan otot. Tujuan
pemakaian kerangka acuan biomekanik pada kasus Frozen
Shoulder yaitu untuk meningkatkan lingkup gerak sendi, kekuatan
otot, serta ketahanan pasien dalam melakaukan aktivitas
fungsional.
E. Data Objektif
1. FIM
Pada tanggal 12 Juli 2021 terapis menggunakan blangko
pemeriksaan FIM. Blanko pemeriksaan FIM digunakan untuk
mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (ADL). Di dalam balngko
FIM sendiri terdapat beberapa pemeriksaan yang terdiri dari beberapa
subtest. Untuk pertama bagian self-care, dalam bagian self-care
terdapat makan mendapatkan nilai 7, merias diri mendapatkan nilai 6,
mandi mendapatkan nilai 6, berpakaian untuk tubuh bagian atas
mendapatkan nilai 4, berpakaian bagian bawah mendapatkan nilai 6,
toileting mendapatkan hasil 5. Yang kedua terdapat kontrol spincter,
dalam pemeriksaan ini terdapat dua subtest yaitu manajemen bladder
dan manajeman bowel dari masing-masing subtest tersebut pasien
mendapat hasil nilai 6 dengan mandiri dengan modifikasi atau alat
bantu. Yang ketiga terdapat mobility yang terdiri dari tempat tidur,
kursi dan kursi roda mendapatkan nilai 6. Untuk toilet, tempat duduk
mandi, bak mandi, shower dari masing-masing subtest tersebut pasien
juga mendapat hasil 6 dengan pernyataan mandiri dengan modifikasi
alat bantu. Selanjutnya locomotion, dalam pemeriksaan ini terdapat
dua subtest yaitu berjalan dan tangga(naik& turun) dalam pemeriksaan
ini pasien mendapat nilai masing-masing test 6 dengan pernyataan
mandiri dengan modifikasi alat bantu. Selanjutnya komunikasi, dalam
pemeriksaan ini terdapat dua subtest yaitu kemprehensif dan ekspresi.
Dalam pemeriksaan ini pasien pasien mendapatkan nilai masing-
masing test 7 dengan pernyataan mandiri tanpa alat bantu. Dan yang
terkahir yaitu pemeriksaan pada bagian kognitif sosial, terbagi menjadi
beberapa yaitu sosial interaksi, memecahkan masalah, daya ingat,
dalam test ini mendapat hasil masing-masing 7 dengan pernyataan
mandiri tanpa bantuan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, pasien
mendapatkan skor 117 yang berarti pasien tergolong mandiri tanpa
modidikasi alat bantu. Adapun data tersebut terdapat dalam lampiran.
2. LGS dan KO
Berdasarkan hasil pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi pada tanggal
12 juli 2021 pada sendi shoulder sinistra yang diperoleh sebagai
berikut :
Teres major
Eksternal Infraspinatus 4
Rotasi
Teres Minor
- Pelaksanaan Terapi
Pelaksanaan terapi dilakukan dalam empat tahap meliputi
Adjuctive therapy, Enabling activities, Purposeful activity, dan
Occupational Performance. Dalam tahap ini, pasien hanya mampu
melakukan tiga tahap saja dikarenakan masih terdapatnya rasa nyeri
yang dirasakan pada bagian shoulder sinistra saat melakukan aktivitas
ADL berupa memakai dan melepas kaos. Selain itu Occupational
Performance merupakan tahap tertinggi dan paling akhir dari
continuum paradigm yang melibatkan pasien secara langsung pada
okupasi kesehariannya secara mandiri.
1) Adjuctive Therapy
Pada tahap ini, terapis memberikan penguluran berupa gerakan
aktif, pasif, serta assistied pada area shoulder, seperti fleksi shoulder,
ekstensi shoulder, abduksi shoulder, horizontal adduksi, horizontal
abduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi.
2) Enabling Activity
a. Megangkat paralon
Pada tahap ini terapis meminta pasien untuk mengangkat
paralon hingga atas kepala. Kemudian terapis menghitung dengan
2x8 hitungan. Posisi terapis berada di sisi samping pasien. Terapis
memperhatikan ketahanan pasien pada saat pasien melakukan
aktivitas.
b. Mengoper cone ke sisi depan dari sisi belakang dari atas
bahu
Pada tahap ini terapis meminta pasien untuk mengoper cone ke
sisi depan dengan cara meraih coen dari belakang tubuh lewat atas
bahu dalam posisi duduk menggunakan tangan kiri. Terapis berada
pada sisi belakang pasien untuk memegang cone serta
memberikan instruksi.
c. Menempelkan pin pada styrofoem
Pada tahap ini terapis meminta pasien untuk menempelkan pin
yang telah disediakan oleh terapis ke styrofoem dengan posisi
berdiri menggunakan tangan kiri. Terapis meletakkan styrofoem
tepat dihadapan pasien. Kemudian terapis memberikan pin kepada
pasien untuk ditempelkan ke papan. Pasien diinstruksikan
menambil pin dengan tangan kiri lewat atas bahu kiri. Terapis
berada pada sisi belakang pasien.
3) Purposeful Activity
Tahap ini merupakan aktivitas yang bertujuan dan bermakna bagi
pasien yang merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari. Pasien
diberikan tugas simulasi berupa aktivitas memakai kaos. Dengan
tujuan meningkatkan lingkup gerak sendi dan kekuatan otot dan
melatih pasien untuk mencapai kemandiriannya.
4) Occupational Performance
Oocupational performance merupakan tahap tertinggi
ketika melakukan terapi karena pasien mampu melaksanakan
tugas-tugas aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri (pedretti
& Early,2001). Pada tahap ini pasien belum melakukan
Occupational Performance secara maksimal, dikarenakan masih
terdapatnya rasa nyeri pada saat melakukan aktivitas memakai
kaos.
- Frekuensi : terapi dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu
agar LTG dapat tercapai dengan baik.
- Durasi : Durasi terapi dilaksanakan selama 15-25 menit.
- Media terapi :
i. Paralon
ii. Cone
iii. Pin
iv. Styrofoem
2. Program terapi 2
Tujuan jangka panjang 2 :
Pasien mampu melakukan aktivitas melepas kaos secara mandiri
tanpa merasakan rasa nyeri selama 10 kali sesi terapi.
Tujuan jangka pendek 2 :
STG 1 : Pasien mampu memegang dan menarik kaos hingga siku
secara mandiri selama 1 kali sesi terapi.
STG 2 : Pasien mampu melepas tangan kanan dari lubang kaos
dengan bantuan terapis selama 1 kali sesi terapi.
STG 3 : Pasien mampu melepas tangan kanan dari lubang kaos
secara mandiri dan tanpa merasakan nyeri selama 2 kali sesi terapi.
STG 4 : pasien mampu melepas tangan kiri dari lubang kaos
dengan bantuan terapis selama 1 kali sesi terapi.
STG 5 : pasien mampu melepas tangan kiri dari lubang kaos secra
mandiri dan tanpa merasakan nyeri selama 2 kali sesi terapi.
STG 6 : pasien mampu melepas kaos dari kepala secara mandiri
tanpa merasakan nyeri selama 2 kali sesi terapi.
- Strategi / teknik :
1. Passive Stretching (Manual Stretching)
Strategi/Teknik dilakukan dengan cara penguluran (stretching)
secara pasif (passive stretching). Penguluran dilakukan secara
maksimal (beberapa derajat melewati batas nyaman) dan ditahan
beberapa saat (dalam beberapa detik (15-30 detik) (Bandy &
Sanders, 2001). Tujuan dari strategi passive stretching ini untuk
menghilangkan ketegangan (tightness) yang dapat menyebabkan
kontraktur.
Passive stretching yang dilakukan berupa manual stretching
dimana terapis harus menjelaskan prosedur stretching dan
menginformasikan bahwa akan sedikit timbul rasa nyeri pada pasien.
Terapis memberikan stabilisasi pada tulang di proksimal dan distal
sendi yang akan digerakan untuk menghindari gerakan kompensasi.
Terapis menggerakan secara pelan, lembut (gentle) dan pasti sampai
pada batas maximal stretch. Bila mungkin perintahkan pasien untuk
membantu aktif gerak yang dilakukan. Kemudian terapis
mempertahankan posisi maksimal stretch 15-30 detik.
2. Contract / relax
Teknik ini diawali dengan terapis menggerakan sendi hingga
batas limitasi (toleransi) dan ditahan 6-10 detik. Selanjutnya
kontraksi isotonik dengan beban maksimal (sebatas toleransi) pada
otot yang mengalami kontraktur selama 4-6 detik, rileks (disertai
ekpirasi). Saat rileks, dilakukan penguluran secara maksimal dan
ditahan (6-10 detik).
- Pelaksanaan Terapi
Pelaksanaan terapi dilakukan dalam empat tahap meliputi
Adjuctive therapy, Enabling activities, Purposeful activity, dan
Occupational Performance. Dalam tahap ini, pasien hanya mampu
melakukan tiga tahap saja dikarenakan masih terdapatnya rasa nyeri
yang dirasakan pada bagian shoulder sinistra saat melakukan aktivitas
ADL berupa memakai dan melepas kaos. Selain itu Occupational
Performance merupakan tahap tertinggi dan paling akhir dari
continuum paradigm yang melibatkan pasien secara langsung pada
okupasi kesehariannya secara mandiri.
1. Adjuctive Therapy
Pada tahap ini, terapis memberikan penguluran berupa gerakan
aktif, pasif, serta assistied pada area shoulder, seperti fleksi shoulder,
ekstensi shoulder, abduksi shoulder, horizontal adduksi, horizontal
abduksi, internal rotasi dan eksternal rotasi.
2. Enabling Activity
a. Megangkat paralon
Pada tahap ini terapis meminta pasien untuk mengangkat
paralon hingga atas kepala. Kemudian terapis menghitung dengan
2x8 hitungan. Posisi terapis berada di sisi samping pasien. Terapis
memperhatikan ketahanan pasien pada saat pasien melakukan
aktivitas.
b. Mengoper cone ke sisi depan dari sisi belakang dari atas
bahu
Pada tahap ini terapis meminta pasien untuk mengoper cone ke
sisi depan dengan cara meraih coen dari belakang tubuh lewat atas
bahu dalam posisi duduk menggunakan tangan kiri. Terapis berada
pada sisi belakang pasien untuk memegang cone serta
memberikan instruksi.
c. Menempelkan pin pada styrofoem
Pada tahap ini terapis meminta pasien untuk menempelkan pin
yang telah disediakan oleh terapis ke styrofoem dengan posisi
berdiri menggunakan tangan kiri. Terapis meletakkan styrofoem
tepat dihadapan pasien. Kemudian terapis memberikan pin kepada
pasien untuk ditempelkan ke papan. Pasien diinstruksikan
menambil pin dengan tangan kiri lewat atas bahu kiri. Terapis
berada pada sisi belakang pasien.
3. Purposeful Activity
Tahap ini merupakan aktivitas yang bertujuan dan
bermakna bagi pasien yang merupakan bagian dari aktivitas sehari-
hari. Pasien diberikan tugas simulasi berupa aktivitas memakai
kaos. Dengan tujuan meningkatkan lingkup gerak sendi dan
kekuatan otot dan melatih pasien untuk mencapai kemandiriannya.
4. Occupational Performance
Oocupational performance merupakan tahap tertinggi
ketika melakukan terapi karena pasien mampu melaksanakan
tugas-tugas aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri (pedretti
& Early,2001). Pada tahap ini pasien belum melakukan
Occupational Performance secara maksimal, dikarenakan masih
terdapatnya rasa nyeri pada saat melakukan aktivitas memakai
kaos.
- Frekuensi : terapi dilakukan sebanyak tiga kali dalam seminggu
agar LTG dapat tercapai dengan baik.
- Durasi : Durasi terapi dilaksanakan selama 15-25 menit.
- Media terapi :
I. Paralon
II. Cone
III. Pin
IV. Styrofoem
J. Home Program
Untuk mendukung keberhasilan terapi yang telah direncanakan
dalam meningkatkan Lingkup Gerak Sendi dan Kekuatan Otot, maka
peran dukungan keluarga serta motivasi klien sangat diperlukan.
Pasien disarankan untuk tetap melakukan peregangan di rumah serta
berlatih meraih benda dari atas bahu dan saat memakai dan melepas
kaos menerapkan tahapan yang telah di ajarkan terapis guna untuk
meningkatkan dan mempertahankan lingkup gerak sendi dan kekuatan
otot pada bagian bahu sebelah kiri agar mampu mandiri saat
melakukan aktivitas.
K. Prognosis Fungsional
Dalam jangka waktu yang akan datang, diprediksi tujuan terapi
jangka panjang yaitu berpakaian bagian atas dapat tercapai. Hal ini
didukung oleh semangat dan motivasi pasien juga peran keluarga
untuk kesembuhan pasien yang sangat tinggi.
L. Clinical reasoning dalam menentukan problem, tujuan dan kerangka
acuan dan media yang digunakan
Clinical reasoning yang kami gunakan adalah combination
reasoning yang terdiri dari interaktive reasoning dan conditional
reasoning. Interaktive reasoning ketika dilakukannya wawancara dan
klien menyampaikan apa yang mejadi harapannya (client center). Dari
seluruh masalah yang ada, contidional reasoning membantu untuk
memilih yang paling memumngkinkan untuk dicapai karena
disesuaikan dengan kondisi klien yakni asset dan limitasinya.
Tindakan Okupasi Terapi
No Hari, Tanggal Tindakan Okupasi Terapi Paraf
Pembimbing
(Aktivitas, Durasi, Media)
Klinis
- Durasi : 15-25
menit
M. Reevaluasi (Re-Assessment)
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
3. Kesimpulan dan hasil reevaluasi
-------------------, --------------------
Mengetahui, Praktikan,
--------------------------- ------------------------------