STUDI KASUS
A. Identitas Pasien
beragama kristen, sisi dominan pasien kanan. Pasien beralamat di Desa Paulan
B. Data Subyektif
1. Initial Assessment
kanan pasien, masih terjadi kompensasi di area shoulder. Pasien saat ini
saat ini adalah pasien bisa kembali beraktivitas secara mandiri seperti saat
sebelum sakit.
27
28
Riwayat kondisi dahulu, yaitu tiga tahun yang lalu, saat terkena
sebelumnya tidak ada tanda maupun gejala. Pasien lalu dibawa ke rumah
sakit Panti Waluyo, mengalami kelemahan otot pada bagian kanan dan
mendapat intervensi berupa obat dan terapi. Setelah terapi selama 3 bulan
di rumah sakit pasien tidak dapat menggerakan sisi tubuh bagian kanan
Riwayat kondisi sekarang yaitu pasien merasa nyeri dan berat saat
mandiri tanpa bantuan karean saat aktivitas makan pasien masih dibantu.
2. Observasi Klinis
diperoleh hasil bahwa penampilan pasien bersih, rapi, kulit berwarna sawo
matang dan bersih, mulut dan gigi bersih dan tidak bau, tidak ada cacat
3. Screening Test
Februari 2019 diperoleh hasil bahwa tonus otot pasien pada ekstremitas
atas masih lemah, shoulder, elbow dan fingers kaku, kekuatan grips dan
sehari-hari
4. Model Treatment
Berbagai teknik yang dilakukan pada pola gerak dan postur dengan
(Trombly, 2002).
30
C. Data Obyektif
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Kemandirian
berarti pasien perlu set up untuk setiap kegiatan FIM (terlampir). Pada area
untuk tubuh bagian bawah nilai 4 (bantuan minimal) dan toileting nilai 4
(bantuan minimal).
2. Pemeriksaan Neurologi
pada lengan kanan dan pada jari-jari tangan mengalami spastik. Pasien tidak
diperoleh hasil terdapat nyeri pada area shoulders, elbow, wrist mendapat
nilai 2 yang berarti terdapat peningkatan yang lebih pada tonus otot pada
area tersebut. kesulitan gerakan pasif pada hip, knee dan foot dengan nilai 3
yang berarti peningkatan yang sangat tinggi pada tonus otot dan kesulitan
D. Pengkajian Data
pasien saat ini merasa nyeri dan berat saat menggerakkan area shoulder dan
pada wrist dan jari tangan sehingga belum mampu bergerak namun sangat
sering terjatuh. Tonus otot pasien pada ekstremitas atas bagian kanan masih
lemah. Terdapat spastik di jari-jari dan wrist pasien, kekuatan grip dan pinch
2. Aset
Aset yang dimiliki pasien yaitu berpenampilan rapi dan bersih. Pasien
diberikan terapis dengan baik. Memori jangka panjang dan jangka pendek
3. Limitasi
Limitasi yang dimiliki pasien yaitu terdapat rasa nyeri dan berat saat
ekstremitas atas masih lemah. Jari-jari pasien kaku, kekuatan grip dan pinch
penyakit paru-paru dan jantung. Adanya udema pada kaki sebelah kiri
duduk. Control postural pasien masih kurang baik, dilihat saat pasien duduk
hari.
33
4. Prioritas masalah
sesuai dengan masalah yang dialami dan keinginan pasien yaitu pasien
5. Diagnosis OT
aktivitas makan.
E. Perencanaan Terapi
Pasien mampu makan dengan tangan kanan dalam posisi duduk secara
3. Model Treatment
Facilitation (PNF).
34
4. Strategi/teknik
5. Durasi
6. Media Terapi
7. Home Program
F. Pelaksanaan Terapi
1. Adjunctive Method
dalam mengikuti proses terapi. Aktivitas ini dilakukan pada setiap sesi
terapis dan mengucapkan salam, setelah itu terapis menanyakan kabar dan
maupun aktif pada ektremitas atas dan bawah. Pasien diminta untuk
2. Enabling
bagian atas dengan posisi duduk dan bahu bagian atas di pegang
untuk melatih gerakan D1 pola rotasi head and neck ke arah kanan dan
dalam posisi tegak. Terapis menjaga kerucut tetap tegak dan tidak
reflex.
tangan kanan dengan mengambil dari sisi sebelah kiri bawah pasien
stretch reflex.
3. Purposeful
4. Occupational performance
G. Reevaluasi
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Neurologi.
namun setelah terapi terdapat nyeri (dalam batas normal). Pada sub
setelah terapi reflek normal. Pada sub bab tonus otot sebelum
menurun.
menjadi 1+, wrist kanan nilai 2 menjadi 1+, shoulders nilai 2 menjadi
42
c. Pemeriksaan kemandirian
91 menjadi 101 yang berarti pasien perlu set up untuk setiap kegiatan
FIM (terlampir).
dan STG sudah tercapai. Pasien mampu makan dengan tangan kanan
dalam posisi duduk secara mandiri selama duabelas kali sesi terapi
posisi duduk secara mandiri tanpa jatuh selama tiga kali sesi terapi (STG
posisi duduk secara mandiri selama empat kali sesi terapi (STG 2).
dalam posisi duduk secara andiri selama lima kali sesi terapi (STG 3).
43
H. Follow Up
mampu menggerakan sisi tubuh yang sakit agar bisa maksimal saat
berat dikarenakan terdapat udema pada kaki sebalah kiri dan periksa kepada
posisi duduk tegak dan latihan keseimbangan duduk. Disamping itu, pasien
harus memperhatikan posisi yang benar seperti yang telah diajarkan selama
terapi.