BAB III
STUDI KASUS
A. Identitas Pasien
sisi sebelah kanan. Pasien merupakan anak pertama. Diagnosis medis pasien yaitu
CP Ataxia, diagnosis topis pasien yaitu pada area cerebellum dan diagnosis
B. Data Subjektif
1. Interview
diperoleh informasi bahwa pasien lahir normal pada usia 9 bulan dengan
dibantu oleh bidan di rumah bersalin. Pada usia 7 bulan pasien mengalami
pasien terkena epilepsy. Keluhan utama orang tua adalah pasien belum mampu
berjalan. Orang tua juga mengeluhkan jika anak belum mampu makan secara
mandiri dan masih di suapi saat makan, hal tersebut dikarenakan anak masih
klinik MIM Ponorogo, orang tua berharap pasien dapat berjalan, mampu makan
2. Observasi
bahwa pasien berpenampilan rapi dan bersih. Pasien kurang kooperatif dan
mampu duduk secara mandiri, namun belum konsisten pada posisi tegak.
Pasien mampu berjalan walaupun masih belum seimbang dan masih dibantu
(digandeng).
dengan lengan supinasi, namun untuk pola tripod pasien belum konsisten.
tonus pasien yang hipotonia dengan gerakan yang kurang terarah. Pasien tidak
3. Screening Test
data bahwa pasien lahir pada usia kehamilan fullterm dengan persalinan normal
di rumah bersalin dan dibantu oleh bidan. Usia 7 bulan pasien mengalami
kejang tanpa ada demam, pasien dibawa ke dokter spesialis dan disarankan
epilepsy. Keluhan utama orang tua pasien adalah pasien belum mampu berjalan.
21
pada usia 4 bulan, berguling pada usia 6 bulan, memindahkan benda dari kanan
ke kiri usia 6 bulan, duduk secara mandiri usia 3 tahun, merangkak maju,
mundur dan ke samping usia 3,5 tahun, kneeling tanpa berjalan usia 3,8 tahun,
berjalan kneeling ke depan, ke belakang usia 4 tahun, berdiri usia 4 tahun, dan
kepala tegak namun tidak pada semua posisi. Kontrol kepala pada posisi pull-
to-sit, duduk dan telungkup pada siku bernilai sedang, dengan arti dapat
Tonus otot pasien hypotonia. Reaksi duduk tegak pasien untuk ke depan,
ke arah belakang dan samping bernilai (+) namun masih belum stabil. Reaksi
tegak pada saat berdiri untuk ke arah depan, samping dan belakang bernilai (+)
namun masih belum stabil. Ekstensi protektif pada saat duduk dan berdiri ke
arah depan, samping dan belakang bernilai (+). Reaksi keseimbangan pada saat
duduk dan berdiri ke arah depan, samping dan belakang bernilai (-). Pada
aktivitas berjalan pasien bernilai sedang yang berarti mampu memulai namun
pasien yaitu biasa saja terhadap stimulus. Pemeriksaan rasa nyeri reaksi pasien
22
yaitu menarik diri di akhir pemeriksaaan dan untuk pemeriksaan tekanan yang
Pada pola menggenggam gerak kasar seperti pola silindris dan berbentuk
tidak dapat menggunakan gerak kasar secara fungsional, sedangkan pada pola
mempertahankan dan menggunakan pola kait tersebut. Pada pola pegang gerak
halus seperti pola pad to pad, tripod, tip to tip dan opposition bernilai sedang
menggunakan gerak halus secara fungsional, sedangkan untuk pola lateral pad
tengah tubuh.
warna primer dan bagian tubuh seperti mata, hidung, mulut, rambut, tangan dan
kaki. Pasien mampu mendiskriminasi kanan dan kiri. Mampu mengenal body
image dan body scheme. Pasien mampu mengikuti perintah sederhana, mampu
23
friendly.
Pada aktivitas berpakaian untuk memakai baju, celana dan kaos kaki
pasien masih dibantu, melepas baju masih dibantu, namun untuk melepas
celana pendek, celana panjang, celana dalam dan kaos kaki pasien mampu
melepas secara mandiri dalam posisi duduk. Untuk aktivitas hygiene dan
toileting masih dibantu, namun pasien mampu memberikan kode saat ingin
memegang dan minum dari botol dot dengan mandiri, namun untuk memegang
dan minum dari botol mineral secara mandiri belum mampu, minum
mengarahkan sendok ke dalam mulut karena tonus otot yang hipotonia dengan
mampu secara mandiri karena pasien masih memegang sendok dengan pola
pegang grasps. Pasien makan disuapi oleh ibu. Pasien tidak diet bahan makanan
swasta. Rumah pasien berlantai satu dengan lantai dari keramik dan tidak dekat
dengan jalan raya. Kamar mandi berada di dalam rumah dengan wc jongkok.
duduk tegak pasien untuk ke depan, ke arah belakang dan samping bernilai (+)
namun masih belum stabil, dikarenakan tonus otot pasien yang hypotonia dan
mampu mandiri karena untuk memegang sendok pasien belum stabil, karena
Activity of Daily Living (ADL) berupa mampu makan secara mandiri dan tidak
berceceran.
oleh kontraksi otot dan kelainan bentuk pada kedua ekstremitas (Rana et al.,
2017).
C. Data Objektif
25
berikut:
didapatkan hasil bahwa tangan dominan pasien yaitu sebelah kanan. Fungsi
masih kurang baik, yang disebabkan karena koordinasi gerak pada lengan yang
kurang terarah.
memindahkan bola dari kanan ke kiri. Pasien tidak memiliki hambatan pada
gerakan supinasi dan pronasi. Pasien mampu memegang dan melepas bola,
manik-manik besar, sedang dan kecil, melepas biji manik-manik besar dan kecil
2. Pemeriksaan WeeFIM
pada area self care dengan score 17, pada area mobility dengan score 13 dan
26
pada area social cognition dengan score 12. Total keseluruhan dari pemeriksaan
WeeFIM yaitu 42 dengan arti usia pasien setara dengan usia dibawah 3 tahun.
(Lampiran 3)
Pada tes Difficulty with Posture pasien mengalami kesulitan pada Prone
(Lampiran 4)
yaitu pasien berada pada level II yang berarti anak-anak CP kesulitan berjalan
pada jarak yang jauh dan kesulitan dalam menyeimbangkan tubuh saat berada
di medan yang tidak rata, miring, di daerah yang ramai atau pada ruangan yang
terbatas. (Lampiran 5)
fungsi sereberal yang digunakan untuk mengetes control motorik dari pasien.
Dari tes tersebut didapatkan hasil bahwa pasien belum mampu melakukan tes
Dysmetria untuk gerakan finger to finger dan finger to nose. Pasien tidak
mengalami temor dan asthenia (mudah lelah). Pada tes Rebound Phenomenon
dilepaskan.
diagnosis topis nya pada area Cerebellum dan diagnosis kausatif pasien karena
hipotonia, reaksi tegak, ekstensi protektif dan reaksi keseimbangan saat duduk
dan berdiri ke arah depan, samping dan belakang bernilai (-), pada pola pegang
berbentuk kait dan lateral pad bernilai kurang dan pada pola pegang pad to pad,
tip to tip, oposisi dan tripod, pasien belum mampu mempertahankan pegangan
dan tangan belum mampu mandiri karena untuk memegang sendok pasien
belum stabil karena terkadang pasien masih memegang sendok dengan pola
kesulitan karena tonus otot yang hipotonia dengan kontrol gerakan yang kurang
terarah.
berjalan pada jarak yang jauh dan kesulitan dalam menyeimbangkan tubuh saat
berada di medan yang tidak rata, miring, didaerah yang ramai atau pada
ruangan yang terbatas. Pasien berjalan dengan bantuan fisik (digandeng) dan
2. Aset
Aset yang dimiliki pasien yaitu pasien berpenampilan rapi dan bersih.
tubuh. Pasien mampu memulai pola genggam silindris, pola pegang pad to pad,
tip to tip, oposisi, tripod dan mampu memegang sendok menggunakan pola
3. Limitasi
Limitasi yang dimiliki pasien yaitu pasien kurang kooperatif, tonus otot
pasien hipotonia. Reaksi duduk tegak pasien untuk ke depan, ke arah belakang
Pada pola pegang pad to pad, tip to tip, oposisi dan tripod, pasien belum
pasien belum stabil karena terkadang pasien masih memegang sendok dengan
kesulitan karena tonus otot yang hipotonia dengan kontrol gerakan yang kurang
Mood pasien tidak stabil, dan sering berubah-ubah. Atensi dan konsentrasi
belum konsisten.
4. Prioritas Masalah
tua pasien dan terapis didapatkan prioritas masalah pada kasus ini yaitu
5. Diagnosis OT
gangguan pada area Activity of Daily Living (ADL) yaitu aktivitas makan. Pada
area produktivitas pasien yaitu reaksi tegak pada saat duduk dan berdiri kurang,
badannya. Pada area leisure yaitu pasien belum mampu berjalan secara mandiri
E. Perencanaan Terapi
Pasien mampu makan secara mandiri dan tidak berceceran pada posisi duduk
STG 1: pasien mampu duduk tegak di kursi secara mandiri selama 5 kali sesi
terapi
31
3. Strategi / Teknik
4. Frekuensi
Frekuensi terapi dilakukan sebanyak 2-3 kali sesi terapi dalam seminggu.
5. Durasi
6. Media Terapi
Media terapi yang akan digunakan yaitu meja, kursi, Gym ball, Ballster,
cone, bola kecil, keranjang, balok gradasi ukuran, stick es krim, koin, kaleng,
7. Home Program
32
Home program yang diberikan kepada pasien yaitu diharapkan pasien mau
tua. Diharapkan juga kepada orang tua pasien untuk memberikan support
kepada pasien dengan cara mendampingi pasien saat melakukan latihan untuk
seperti memasukkan bola ke dalam keranjang. Saat dirumah, orang tua juga
diharapkan melatih pasien untuk memegang sendok dengan benar, orang tua
dapat melatih pasien dengan cara meminta pasien memasukkan koin ke dalam
celengan. Memberikan edukasi kepada orang tua agar orang tua memberikan
kesempatan kepada pasien untuk latihan makan secara mandiri saat berada
dirumah.
F. Pelaksanaan Terapi
1. Adjunctive Methods
melakukan terapi. Aktivitas yang dilakukan pada adjunctive methods antara lain:
Sesi terapi dimulai dengan aktivitas berdoa bersama antara terapis dan
pasien. Dilanjutkan dengan pemanasan gerak dan duduk di atas Gym ball.
33
Pemanasan gerak dilakukan pada semua gerakan di area shoulder, elbow dan
wrist dengan cara pasien menirukan gerakan yang di instruksikan terapis. Pada
aktivitas ini terapis memperhatikan posisi tubuh pasien agar tetap seimbang
yang merupakan titik tengah pada tubuh yaitu pada bagian pelvic pasien.
Aktivitas selanjutnya yaitu pasien di duduk kan di atas gym ball, terapis
memberikan tehnik key point of cotrol pada bagian pelvic pasien. Terapis
mengarahkan bola ke samping kanan, kiri, depan dan belakang. Pada aktivitas
ini terapis memperhatikan posisi tubuh pasien agar tetap seimbang dengan
badanya.
Safety precaution pada aktivitas adjunctive yaitu pasien pada posisi duduk
tegak di kursi, dengan terapis berada didepan pasien untuk menjaga kestabilan
2. Enabling
Pada tahap ini aktivitas yang diberikan kepada pasien lebih kompleks tetapi
memasukkan bola dari depan ke keranjang yang berada di sebelah kiri pasien,
menyusun balok yang diberikan terapis dari sebelah kanan disusun di sebelah
a. Menyusun cone
Pasien duduk tegak pada kursi. Pasien diminta untuk menyusun cone
mulai dari selevel dada pasien sampai dengan level kepala pasien. Aktivitas
Pada aktivitas ini terapis memperhatikan posisi tubuh pasien agar tetap
(BOS).
35
Safety precautions pada aktivitas ini yaitu pasien duduk tegak di kursi.
Terapis duduk di depan pasien dan memberikan bantuan kepada pasien jika
keranjang yang berada disebelah kiri pasien setinggi level kepala pasien.
Aktivitas ini bertujuan untuk meningkatkan motor control pada pasien serta
Pada aktivitas ini terapis memperhatikan posisi tubuh pasien agar tetap
(BOS).
Aktivitas lain yang diberikan yaitu menyusun balok yang diberikan oleh
terapis dari depan pasien dan disusun disebelah kiri pasien dengan gradasi
ukuran dari yang terkecil hingga besar, aktivitas ini dilakukan untuk
memfasilitasi tonus otot pasien dengan pemberian gradasi ukuran pada balok.
Pada aktivitas ini terapis memperhatikan posisi tubuh pasien agar tetap
(BOS).
Safety precautions pada aktivitas ini yaitu pasien duduk tegak di kursi.
Terapis duduk di depan pasien dan memberikan bantuan kepada pasien jika
pada tahap ini terapis menggunakan teknik fasilitasi agar anak mampu
abdomen nya untuk menumpu berat badan pasien dan memperhatikan BOS
nya yaitu di lutut pasien. Pada tahap ini pasien diminta untuk meraih benda
yang ada di atas kepalanya. Terapis memberikan stabilisasi pada tangan yang
3. Purpossefull activity
berhubungan dan bermakna bagi pasien. Pada aktivitas ini pasien diminta untuk
berada didepan pasien. Aktivitas ini bertujuan untuk melatih kekuatan otot pada
pola tripod. Aktivitas lain yang diberikan yaitu pasien diminta untuk memegang
pasien.
Pada aktivitas ini terapis memperhatikan posisi tubuh pasien agar tetap
Tehnik yang digunakan pada aktivitas ini yaitu fasilitasi, dengan cara
mulut.
4. Occupation
Pada aktivitas ini terapis memperhatikan posisi tubuh pasien agar tetap
Central of Gravity (COG) yang merupakan titik tengah tubuh yaitu pada pelvic
dari pasien.
G. Re-evaluasi
1. Data Subjektif
bahwa pasien pada posisi duduk sudah lebih bagus dari sebelumnya, pasien
masih belum konsisten, hal ini dikarenakan adanya respon positif pada
41
equilibrium yang dapat dilihat pada saat pasien mampu mempertahankan kepala
dengan pola tripod, namun masih belum konsisten karena terkadang pasien
dalam mulut, pasien masih mengalami sedikit kesulitan karena tonus otot yang
Atensi dan konsentrasi pasien masih belum konsisten. Pasien masih sering
2. Data objektif
Reevaluasi pada data objektif dilakukan pada 22 Maret 2019. Hasil re-
halus didapatkan hasil bahwa tangan dominan pasien yaitu sebelah kanan.
b. Pemeriksaan WeeFIM
hasil pada area self care dengan score 20 mengalami peningkatan pada
aktivitas makan dari nilai 2 menjadi nilai 5, pada area mobility dengan score
13 dan pada area social cognition dengan score 12. Total keseluruhan dari
pemeriksaan WeeFIM yaitu 45 dengan arti usia pasien setara dengan usia
gerak ke atas dan mampu mempertahankan kepala dan upper trunk tegak.
(Lampiran 4)
pada level II, namun pasien sudah mampu menyeimbangkan tubuhnya pada
kali sesi terapi dari total perencanaan 18 kali sesi terapi. Berdasarkan hasil
Dari hasil pencapaian terapi ini didapatkan kesimpulan bahwa pada STG I
belum sepenuhnya tercapai, pasien sudah lebih bagus dari sebelumnya, pasien
mampu mempertahankan kepala dan upper trunk tegak saat duduk meskipun
masih belum konsisten, sehingga terapis masih harus melatih postural control
Pada STG II tercapai yaitu pasien mampu mengontrol gerakan pada lengan
Dan pada STG IV belum sepenuhnya tercapai, yaitu pasien belum mampu
H. Follow Up
1. Tindakan OT selanjutnya
ekstremitas atas, seperti pada shoulder, elbow, wrist dan grasp, dan
bagian lengan kanan. Terapis juga masih harus melatih postural control pasien
agar pasien tidak duduk condong ke arah flexi (membungkuk), terapis dapat
memfasilitasi pasien supaya trunk pasien dalam posisi lurus. Terapis dapat
tetap dalam pengawasan dan melalukan pemanasan gerak saat berada dirumah.
2. Home program
Home program yang diberikan kepada pasien yaitu diharapkan pasien mau
tua. Diharapkan juga kepada orang tua pasien untuk memberikan support
kepada pasien dengan cara mendampingi pasien saat melakukan latihan untuk
seperti memasukkan bola ke dalam keranjang. Saat dirumah, orang tua juga
diharapkan melatih pasien untuk memegang sendok dengan benar, orang tua
dapat melatih pasien dengan cara meminta pasien memasukkan koin ke dalam
celengan. Memberikan edukasi kepada orang tua agar orang tua memberikan
kesempatan kepada pasien untuk latihan makan secara mandiri saat berada
dirumah.