A. IDENTITAS PASIEN
Pasien dengan inisial Nn. Fio yang berjenis kelamin perempuan, berumur
16 tahun, dan beragama Islam. Sisi dominan pasien adalah kanan. Pasien
merupakan anak ke – 3 dari 3 bersaudara untuk saudara kandung. Pendidikan
terakhir pasien adalah SMA. Status pasien adalah belum menikah. Alamat
pasien di Sragen. Selama sekolah, pasien sempat bekerja di konveksi.
B. DIAGNOSIS PASIEN
Pasien didiagnosis multiaksial dengan aksis I yaitu F31 - Bipolar Affective
Disorder. Aksis II yaitu belum cukup data dan aksis III yaitu tidak ada
diagnosis. Kemudian, aksis IV pasien adalah masalah kepatuhan minum obat
dan aksis V yakni GAF 60-51 pada 13 Desember 2021.
C. DATA SUBJEKTIF
Initial Assessment
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara pada 13 Desember 2021, pasien
memiliki 2 saudara kandung dan 3 saudara tiri. Ayahnya meninggal saat ia
berusia 1 bulan. Ia malu dengan kondisinya yang tidak memiliki ayah.
Kemudian ibunya menikah lagi saat ia masih sekolah dasar. Ia lebih dekat
dengan saudara kandungnya terutama kakak pertamanya. Ia bercerita
bahwa saudara tirinya sudah lama tidak silaturahmi ke rumah semenjak
ibunya meninggal. Pasien bercerita bahwa ibunya sudah 1000 hari
meninggal, namun saat terapis mempersepsikan 1000 hari = 3 tahun,
1
TINDAKAN OT
pasien bingung dan merasa bahwa ibunya meninggal sekitar 1 tahunan ini.
Saat terapis bertanya, apakah bapak tiri dan saudara tirinya masih serumah
dengan mereka--kakak kandung dan pasien—pasien tidak ingin bercerita
karena itu masalah yang menurutnya susah untuk diceritakan.
Ia dibawa ke RSJ oleh kakak kandungnya yang pertama karena
memiliki halusinasi berupa visual berupa arwah mbahnya dan auditori
berupa suara orang meminta tolong. Pasien kesulitan tidur karena. Pasien
bercerita bahwa ini merupakan yang kedua kalinya ia dirawat di RSJ. Kali
ini, awalnya ia hanya pergi ke RSJ untuk kontrol, namun ia diminta untuk
‘mondok’ lagi karena tidak meminum obat. Pasien bercerita selama ia di
bangsal akut ‘sumbadra’, ia diikat karena selalu ingin pergi keluar. Ia juga
diberi gelang kuning karena meminum parfum laundry yang ia kira air
minum.
Selama di bangsal, pasien mengaku melakukan aktivitas makan,
mandi, grooming, toileting, dan membersihkan tempat tidur dengan baik
dan mandiri. Insight/tilikan pasien yakni 4 dengan interpretasi yang mana
pasien sadar bahwa ia memiliki gangguan jiwa berupa halusinasi namun
belum mengetahui penyebabnya. Harapannya, ia ingin segera pulang agar
bisa membuat video tiktok, bernyanyi, dan bermain media sosial. Namun,
pasien masih memiliki kesulitan dalam perencanaan masa depannya
karena saat ditanya “setelah keluar dari rumah sakit, kira-kira kamu bakal
kerja apa?”, pasien menjawab dengan jawaban yang tidak logis seperti
mengikuti audisi indosiar, ingin menjadi soimah, dsb.
b. Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 13 Desember
2021, didapatkan bahwa Pasien sedang berada pada fase manik karena
pasien tampak selalu ceria, banyak bicara sehingga suara sedikit serak,
aktif dan sibuk sepanjang waktu namun kesulitan menyelesaikan aktivitas,
dan senang berdandan. Penampilan pasien rapi, kuku pasien pendek, kulit
wajahnya terdapat panu, bibirnya menggunakan lipstik, pipi dan kelopak
mata juga diberi perona menggunakan lipstik, dan rambutnya sering
2
TINDAKAN OT
3
TINDAKAN OT
posisi tidur di lantai saat terapis menyiapkan ‘error’ pada ACL dan
mengatakan bahwa dirinya mengantuk.
E. DATA OBJEKTIF
Data objektif yang didapatkan dari pemeriksaan menggunakan blangko
Cognitive Abilities Screening Test (CAST), Allen Cognitive Level Screen-5
(ACLS-5), dan Interest Checklist yakni sebagai berikut:
1. Cognitive Abilities Screening Test (CAST)
Berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan instrumen Cognitive
Abilities Screening Test (CAST) pada tanggal 14 Desember 2021, pasien
mendapatkan skor 15 pada atensi, ia mampu mengucapkan kembali
seluruh angka pada seri 1 tanpa kesalahan. Pada kemampuan daya ingat,
pasien mendapatkan skor 3 dimana ia kurang mampu mengingat cerita
tersebut. Pada bagian abstrak, visual pasien mendapatkan skor 12 karena
mampu menyebutkan persamaan dan perbedaan dari seluruh gambar
tersebut, kemudian verbal pasien 6. Saat pasien diminta untuk
menceritakan kembali, pasien mendapatkan skor 6. Pada bagian orientasi,
pasien mendapatkan skor 7, pasien kesulitan dalam mengurutkan nama
bulan secara mundur. Pada bagian menyebutkan nama benda, pasien
mendapatkan skor 10 karena mampu menyebutkan dengan benar. Pada
bagian mengkopi desain pasien mendapatkan skor 3, karena pasien mampu
menggambar tiap elemen dengan benar namun dengan desain yang kurang
4
TINDAKAN OT
5
TINDAKAN OT
6
TINDAKAN OT
G. PRIORITAS MASALAH
Permasalahan pada sosial partisipasi karena toleransi frustasi yang kurang
baik sehingga menyebabkan pasien kesulitan menyelesaikan aktivitas terutama
pada aktivitas yang kompleks.
H. DIAGNOSIS OT:
Pasien kesulitan berpartisipasi sosial karena toleransi frustasi yang kurang
baik saat melakukan tugas/aktivitas hingga selesai terutama tugas/aktivitas
yang kompleks.
I. PROGRAM TERAPI
Tujuan Jangka Panjang (ke arah occupation):
Pasien mampu membuat kerajinan berupa aksesoris hingga selesai dengan
bantuan minimal selama 9 kali sesi terapi.
Tujuan Jangka Pendek (ke arah occupation / occupational component,
sesuai kurun waktu praktik klinik di lahan ybs):
STG.1. Pasien mampu membuat gelang dengan satu layer dengan bantuan
minimal selama 2 kali sesi terapi.
STG.2. Pasien mampu membuat konektor masker dengan satu layer bantuan
minimal selama 3 kali sesi terapi.
STG.3. Pasien mampu membuat gelang dengan dua layer bantuan minimal
selama 4 kali sesi terapi.
STG.4. Pasien mampu membuat strap mask dengan bantuan minimal selama
4 kali sesi terapi.
Strategi / Teknik:
Strategi yang diterapkan dalam pelaksanaan terapi ini adalah dengan merubah
pikiran dan perilaku maladaptive menjadi adaptive dengan edukasi tentang
makna dan manfaat dari aktivitas; modeling and physical guidance dengan
terapis memberi contoh dalam melakukan aktivitas kemudian pasien
mengikuti yang dicontohkan terapis ketika pasien mengalami kesulitan dalam
melakukan aktivitas; listening for must dengan mendorong pikiran pasien
7
TINDAKAN OT
8
TINDAKAN OT
PARAF
HARI, TINDAKAN OKUPASI TERAPI
NO PEMB.
TGL (AKTIVITAS, DURASI, MEDIA TERAPI)
KLINIS
1. Jumat, 17 Aktivitas:
Desember Orientasi
2021 Pemanasan dengan karaoke
Aktivitas inti: Membuat konektor satu layer dari
manik-manik besar
Penutup dengan berdiskusi
Durasi: 45 menit
Media Terapi:
Manik-manik besar, nylon, pengait, tang, gunting,
dan ring besi untuk pengait.
2. Senin, 20 Aktivitas:
Desember Orientasi
2021 Pemanasan dengan karaoke
Aktivitas inti: Membuat gelang satu layer dari
manik-manik besar dan kecil
Penutup dengan berdiskusi
Durasi: 45 menit
Media Terapi:
Manik-manik besar dan kecil, benang karet, dan
gunting.
3. Selasa, 21 Aktvitas:
Desember Orientasi
2021 Pemanasan dengan karaoke
Aktivitas inti: Membuat strap mask dari manik-
manik dan tali
9
TINDAKAN OT
J. HOME PROGRAM
Dibuatkan modul untuk tahapan membuat gelang, konektor, dan
strap mask sehingga bisa membuatnya sendiri di rumah. Dengan kegiatan
ini di rumah pasien diharapkan mampu untuk menjadikan aktifitas ini
sebagai aktivitas leisure pasien agar tidak melamun dan memiliki aktivitas
selain sekolah.
K. PROGNOSIS FUNGSIONAL
Berdasarkan hasil dari proses terapi, dapat diperoleh informasi
bahwa prognosis fungsional pada pasien yaitu masih kesulitan untuk
diajak melakukan aktivitas tingkat kesukarannya tinggi, seperti membuat
gelang dengan dua layer. Akan tetapi terjadi peningkatan pada toleransi
frustasi pada pasien, ia mampu bersabar dan menyelesaikan dengan
dorongan saat diminta membuat gelang satu layer dengan manik-manik
yang lebih kecil. Untuk dapat mencapai keberhasilan tujuan terapi dan
peningkatan kemampuan pasien maka diperlukan intervensi terapi yang
tepat, bergradasi, dan konsisten.
10
TINDAKAN OT
M. REEVALUASI (RE-ASSESSMENT)
M.1. Data Subjektif
Berdasarkan hasil data subjektif yang dilakukan pada tanggal 15 dan
16 Desember 2021, diperoleh data bahwa pasien masih menolak untuk
membuat aksesoris dengan dua layer karena merasa tidak mampu
mengerjakannya. Kemudian, perilaku dalam menyelesaikan tugas juga
meningkat, terutama toleransi rasa frustasinya. Walaupun ia terkadang
masih mengeluh seperti “capek ya mbak” atau “sulit ya mbak” selama
membuat aksesoris dengan satu layer yang terbilang mudah, ia tetap
melanjutkan dan menyelesaikan aktivitas tersebut seperti yang
diperintahkan oleh terapis, tentunya dengan dorongan/motivasi dari terapis
yang menyemangati dan mengingatkan pasien untuk belajar sabar. Pasien
juga bisa mengidentifikasi masalah, walaupun pemecahan masalahnya
11
TINDAKAN OT
12
TINDAKAN OT
13
TINDAKAN OT
sesi terapi yang tidak cukup dan pasien yang masih menolak membuat
aksesoris dua layer karena lebih sulit.
14
TINDAKAN OT
15
TINDAKAN OT
LAMPIRAN
(Terlampir).
16
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN OKUPASI TERAPI
…………., ………………
Okupasi Terapis,
……………………
KOMENTAR :
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................