A. HASIL
Pada bab ini akan membahas tentang hasil dari studi kasus pengelolaan
pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Stroke Non Hemoragik (SNH) di Rsud
Dr. R Soetijono Blora di ruang teratai. Pengelolaan pada Ny.R dilakukan pada tanggal
04-06 mei 2021. Pengelolaan ini mencakup lima tahap proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, impelementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Hasil pengkajian pada Ny.R didapatkan data sebagai berikut:
Asuhan keperawatan pada Ny.R dilakukan pada tanggal 04-06mei 2021 di
ruang teratai RSUD DR.R SOETIJONO BLORA. Data pengkajian didapatkan
identitas pasien yaitu pasien bernama Ny.R, umur 63 tahun, jenis kelamin
perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, agama islam, status kawin, alamat Desa
jetak 01/01 Kunduran Blora, pasien masuk rumah sakit pada tanggal 03 mei 2021
pukul 08.00 WIB, pasien dikaji pada tanggal 04 mei 2021 pukul 10.30 WIB, No
RM 431300 dengan diagnosa medis stroke non hemoragik. Untuk identitas
penanggung jawab yaitu nama Ny.I, beralamat Desa jetak 01/01 Kunduran Blora
dan memiliki hubungan dengan pasien yaitu anak.
Saat dilakukan pengkajian keluhan utama yaitu pasien mengeluh tangan kiri
dan kaki kirinya terasa lemas sejak 3hari yang lalu.Dalam pengkajian riwayat
penyakit sekarang keluarga pasien mengatakan pasien mengeluh tangan dan kaki
kirinya terasa lemas sejak 3hari yang lalu dan terjadi penurunan bicara (pelo).
Kemudian pasien dibawa oleh keluarganya ke RSUD DR.R SOETIJONO BLORA.
Pasien datang pada tanggal 03 mei 2021 pukul 08.00 WIB. Di IGD RSUD DR.R
SOETIJO BLORA pasien datang dengan keluhan anggota badan bagian kiri lemas
sejak 3 hari yang lalu dan terjadi penurunan bicara (pelo). Dari hasil pemeriksaan
didapatkan, tekanan darah: 197/97mmHg, nadi:100x/menit, SPO2:97%, frekuensi
pernapasan: 20x/menit dan suhu:36,8˚C, pasien diberi terapi injeksi RL 20tpm,
injeksi citicolin 2X500mg iv, injeksi omeprazol 1X1 amp iv, aspilet 1x80mg, asam
folat 3x1 tab, amlodipin 0-0-10mg.
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu, keluarga pasien mengatakan
pasien sudah mengalami stroke sejak 3 tahun yang lalu dan belum perah masuk
atau dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Pada pengkajian riwayat penyakit keluarga, keluarga pasien mengatakan
anggota keluarga nya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
saat ini atau tidak memiliki penyakit menurun.
Pada pengkajian tinjauan sistem, dalam pengkajian nutrisi terdapat
perbedaan antara sebelum sakit dan selama sakit. Sebelum sakit keluarga pasien
mengatakan pasien makan 3X sehari porsi habis. Pasien makan berupa nasi sayur
dan lauk dan untuk minum 5-6 gelas/hari. Selama sakit pasien mengatakan tidak
nafsu makan pasien hanya makan 3-5sendok dalam setiap kali makan dan pasien
minum 3-4 gelas/hari. Dalam pengkajian eliminasi terdapat perbedaan antara
sebelum sakit dan selama sakit. Sebelum sakit keluarga pasien mengatakan BAB
teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses lunak berwarna kuning
kecoklatan. BAK lancar kurang lebih sebanyak 5-6 kali sehari. Selama sakit pasien
mengatakan sudah 2 hari tidak BAB. Untuk BAK pasien terpasang kateter. Urine
berwarna kuning jernih kurang lebih 500cc perhari. Dalam pengkajian aktivitas
terdapat perbedaan antara sebelum sakit dan selama sakit. Sebelum sakit keluarga
pasien mengatakan pasien dirumah melakukan aktivitas secara mandiri, seperti:
makan, minum, mandi, BAB/BAK, dan berpakaian secara mandiri. Selama sakit
pasien dibantu keluarganya seperti makan/minum, mandi, toileting, berpakaian,
ambulasi/ROM, mobilitas ditempat tidur dan berpindah bergantung total. Dalam
pengkajian istirahat dan tidur terdapat perbedaan antara sebelum sakit dan selama
sakit. Sebelum sakit keluarga pasien mengatakan kebutuhan istirahat dan tidur
pasien tercukupi, pasien biasanya tidur dan istirahat selama 6-8 jam sehari. Selama
sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam tidurnya di rumahsakit, selama
sakit pasien banyak beristirahat. Dalam pengkajian kognitif dan persepsi terdapat
perbedaan antara sebelum sakit dan selama sakit. Sebelum sakit keluarga pasien
mengatakan pasien mampu mengatakan pasien mampu menggerakkan badannya
dan tidak terasa lemas dan gangguan penglihatan masih baik. Selama sakit pasien
mengatakan pasien merasa lemas, tangan kiri dan kaki kiri tidak mampu
digerakkan dan penglihatan masih baik. Dalam pengkajian konsep diri terdapat
perbedaanantara sebelum sakit dan selama sakit. Sebelum sakit keluarga pasien
mengatakan pasien jarang menangis. Selama sakit keluarga pasien mengatakan
pasien sering menangis ketika mau meminta bantuan kepada orang lain. Dalam
pengkajian interaksi sosial terdapat perbedaan antara sebelum sakit dan selama
sakit. Sebelum sakit peran pasien sebagai ibu rumah tangga tidak terganggu.
Selama sakit peran pasien sebagai ibu rumah tangga terganggu karena sakit tetapi
peran terhadap keluarga masih baik. Dalam pengkajian hubungan seksual keluarga
pasien mengatakan pasien tidak dapat melakukan hubungan seksual selama sakit.
Dalam pengkajian koping toleransi stress keluarga pasien selalu memberikan
dukungan kepada pasien agar pasien bersemangat dan tidak stress.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum composmentis,
GCS E4V5M6, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah:
197/97mmHg, suhu:36,8˚C, nadi: 100x/menit, pernapasan: 20x/menit.
Pada pemeriksaan fisik secara sistematik terdapat, kulit: tidak ada lesi dan
turgor kulit baik, ekstermitas: ekstermitas atas : tangan kiri mengalami kelemahan
dan tangan kanan bisa digerakkan secara leluasa dan tangan kanan terpasang infus
RL 20tpm. Kuku pasien bersih, ekstermitas bawah: kaki kiri pasien mengalami
kelemhan dan kaki kanan bisa digerakkan secara leluasa, anggota gerak lengkap
tidak terdapat edema dan kuku pada jari kaki pasien terlihat bersih.
Pada pemeriksaan fisik fungsi saraf kranial terdapat ada beberapa
gangguan. Saraf olfaktorius: pasien dapat membedakan bau minyak wangi dan teh,
saraf trigeminus: ada sedikit gangguan dalam mengunya, saraf fasialis: bicara
pasien pelo, saraf glosofaringeus: terdapat gangguan saat menelan, saraf asesorius:
anggota badan sebelah kiri pasien susah digerakkan dan dapat mengangkat bahu
sebelah kanan, saraf hipoglosus: respon lidah tidak baik, pasien tidak bisa
menggerakan lidah dari sisi satu ke yang lain terdapat kesulitan dalam menelan
Pada program terapi terdapat: injeksi RL 20tpm, injeksi citicolin 2X500mg,
injeksi omeprazol 1x1 amp, amlodipin 0-0-10mg, asam folat 3x1tablet dan aspilet
1x80mg.
Pada pemeriksaan diagnostik terdapat pemeriksaan laboratorium darah.
Untuk hasil pemeriksaan darah yang dilakukan pada tanggal 04 mei 2021
didapatkan hasil abnormal pada leukosit: 12,19 10³/dl, granulosit 71,6%, gula
darah 234mg/dl.
2. Diagnosa keperawatan
3. Rencana keperawatan
b. Catatan perkembangan pada Ny.R pada hari ke-2 tanggal 05 mei 2021 pukul
07.45 WIB
Pada hari kedua didapatkan catatan perkembangan pasien dengan S:
pasien mengatakan tangan dan kaki kirinya saat digerakkan terasa lemas. O:
tampak tidak bisa menggerakkan kaki dan tangan kirinya, kekuatan otot pasien
dalam ekstermitas kiri atas dan bawah bernilai 3 dan kekuatan otot pasien dalam
ekstermitas kanan atas dan bawah pasien bernilai 5, sendi-sendi pasien tampak
kaku saat digerakkan. A: masalah belum teratasi. P: melanjutkan intervensi
monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital, kaji kekuatan otot pasien, latih
pasien dalam pergerakan ROM, dampingi dan bantu pasien dalam menggunakan
alat bantu, ajarkan pasien cara mengubah posisi dan kolaborasi dalam
pemberian obat injeksi omeprazol 1x1 amp, aspilet 1x80mg, asam folat 3x1
tablet dan injeksi RL 20 tpm..
c. Catatan Perkembangan pada Ny.R pada hari ke-3 tanggal 06 mei 2021 pukul
09.00 WIB
Pada hari kedua didapatkan catatan perkembangan pasien dengan S:
pasien mengatakan sudah bisa mengangkat tangannya dan dapat melawan
tahanan dengan minimal. O: tampak tidak bisa menggerakkan kaki dan tangan
kirinya, kekuatan otot pasien dalam ekstermitas kiri atas dan bawah bernilai 4
dan kekuatan otot pasien dalam ekstermitas kanan atas dan bawah pasien
bernilai 5, sendi-sendi pasien tampak kaku saat digerakkan. A: masalah teratasi
sebagian. P: melanjutkan intervensimonitor keadaan umum dan tanda-tanda
vital, kaji kekuatan otot pasien, latih pasien dalam pergerakan ROM, dampingi
dan bantu pasien dalam menggunakan alat bantu, ajarkan pasien cara mengubah
posisi dan kolaborasi dalam pemberian obat injeksi omeprazol 1x1 amp, aspilet
1x80mg, asam folat 3x1 tablet dan injeksi RL 20 tpm..
6. Evaluasi keperawatan
Evaluasi hasil keperawatan pada Ny.R adalah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam pada tanggal 06 mei 2021 pukul 09.00 WIB
didapatkan data subyektif pasien mengatakan sudah bisa mengangkat tangan
dan kaki kirinya dan dapat melawan tahanan dengan minimal. Data obyektif
kekuatan otot dan sendi sedikit tidak kaku, kekuatan otot pasien pada ektermitas
atas dan bawah kiri bernilai 4 dan kekuatan otot pasien pada ekstermitas atas
dan bawah kanan bernilai 5. Analisa perkembangan pasien masalah teratasi
sebagian. Perencenaan lanjutan yaitu melanjutkan intervensi monitor keadaan
umum dan tanda-tanda vital, kaji kekuatan otot pasien, latih pasien dalam
pergerakan ROM, dampingi dan bantu pasien dalam menggunakan alat bantu,
ajarkan pasien cara mengubah posisi dan kolaborasi dalam pemberian
obatinjeksi omeprazol 1x1 amp, aspilet 1x80mg, asam folat 3x1 tablet dan
injeksi RL 20 tpm.
B. PEMBAHASAN
Pada sub bab ini penulis membahas dan menganalisis hasil dari laporan karya
tulis ilmiah gangguan mobilitas fisik pada Ny.R dengan Stroke Non Hemoragik
dimulai pada tanggal 04-06 Mei 2021 di Ruang Teratai Rsud Dr.R Soetijono Blora.
Pengelolaan ini mencakup lima tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan keperawatan,evaluasi
keperawatan.
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang penulis lakukan pada Ny.R didapatkan data yaitu
pada pengkajian keluhan utama pasien. Keluarga pasien mengatakan tangan dan
kaki kirinya terasa lemas sejak 3hari yang lalu. Hal ini didukung teori menurut
Muttaqin (2014) yang menyatakan bahwa keluhan lemas anggota gerak kiri
terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorik korteks bagian frontal,
kerusakan ini bersifat kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer
kanan maka kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan
kontrol otot volunter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan
ekstensi maupun fleksi.
Pada pengkajian aktivitas / istirahat didapatkan data Ny. R memerlukan
bantuan dari orang lain pada semua aktivitasnya seperti makan, minum,
berpakaian, mandi, dan ambulasi dengan nilai ketergantungan 2 menurut
klasifikasi dari Dongoes (2015).
2. Diagnosa keperawatan
Dalam hal ini penulis membahas mengenai kesesuaian dan kesenjangan
antara teori dengan kasus serta alasan penulis dalam
menegakkan diagnosa keperawatan. Masalah yang muncul pada Ny.R sama
sesuai dengan teori menurut SDKI (2016) yaitu gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kerusakan neuromusculer yang ditandai dengan tanda
mayor subjektifnya mengeluh sakit saat menggerakkan ekstremitas dan
objektifnya yaitu kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun.
Sedangkan tanda minor subjektifnya yaitu nyeri saat bergerak, enggan
melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak dan objektifnya yaitu
sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah.
3. Intervensi keperawatan
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang dilakukan penulis menggunakan metode SOAP
(Subjective, Objective, Assesment, Planning). Kriteria hasil dalam evaluasi
penulis belum sepenuhnya tercapai dengan kriteria hasil yang diharapkan pada
teori. Pada kasus Ny.R pasien mengatakan sudah bisa mengangkat tangan dan
kaki kirinya dan dapat melawan tahanan dengan minimal, pasien mengikuti
program ROM, kekuatan
otot pasien pada ekstremitas kiri atas bawah bernilai empat,ekstermitas kanan
kanan atas bawah bernilai lima, sendi-sendi pasien tampak sedikit tidak kaku
saat digerakkan, pasien tampak sudah tidak kesakitan saat digerakkan. Jadi
masalah gangguan mobilitas fisik pada Ny. R teratasi sebagian.
Kesenjangan pada evaluasi ini diakibatkan perencanaan pada kasus
yang disusun oleh penulis selama 3x24 jam kurang efektif dalam mencapai
tujuan gangguan mobilisasi. Sehingga kriteria hasil yang diharapkan tidak dapat
tercapai seluruhnya. Oleh karena itu penulis melakukan pembenaran pada
penderita stroke non hemoragik membutuhkan perawatan lebih lama dan
berkelanjutan untuk mencapai kekuatan otot secara optimal.