Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL STUDI KASUS


Bab ini merupakan ringkasan asuhan keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan dari 5 responden yang telah
peneliti kaji. Kasus yang dikelola penelitian adalah pengaruh latihan Rom
aktif terhadap kekuatan otot pada penderita stroke non hemoragik. Asuhan
keperawatan dilakukan dari bulan Februari sampai Juli 2021.

1. Gambaran Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Bumiharjo kecamatan
Giriwoyo Wonogiri Jawa Tengah. Letak desanya yaitu sebelah
utara desa gobeh, sebelah selatan desa ngancar, sebelah barat desa
selomarto dan sebelah timur desa tukulrejo.

2. Deskripsi Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil pengumpulan data diperoleh responden
sejumlah 5 orang. Adapun karakteristik responden, usia responden
dan pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik Frekuensi %
1. Perempuan 4 80%
2. Laki-laki 1 20%
Total 5 100%

Berdasarkan table diketahui bahwa responden berjenis kelamin


perempuan sebanyak 4 dan yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 1 . Hal ini dapat diketahui bahwa responden berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan tidak seimbang yaitu lebih
tinggi perempuan.

Tabel Klasifikasi Umur

Karakteristik Frekuensi %
1. 50-60 tahun 3 60%
2. >60 tahun 2 40%
Total 5 100%
Berdasarkan table diketahui bahwa responden berumur 50-60
tahun sebanyak 3 berumur >60 tahun sebanyak 2 . Hal ini dapat
diketahui bahwa semua responden berumur 50-60 tahun dan >60
tahun.

a. Pengkajian
Responden 1
Pengkajian pada responden 1 didapatkan data yang diperoleh
dengan wawancara dan observasi. Ny. T seorang ibu rumah
tangga, beragama islam, suku jawa. Responden dengan ciri-ciri
Tinggi badan 150cm berat badan 40kg warna kulit sawo matang,
wajah oval, rambut keriting. Saat dilakukan pengkajian
responden mengatakan “kulo nate mondok enten rumah sakit
ingkang tahun 2018 menika mergo diarani stroke mbak, kulo
ngalami kaku karo oraiso obah ning perangan awak sisih
nduwur lan ngisor sisih kiwo mbak. Ning keluargo mboten
wonten seng gadah penyakit stroke mbak”
“Saya pernah dirawat di rumah sakit pada tahun 2018 dengan
diagnose stroke mbak, saya mengalami kaku dan tidak bisa
bergerak pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri.
Didalam keluarga tidak mempunyai riwayat stroke “
Keluhan utama yaitu kekakuan pada anggota gerak atas daan
sebelah kiri.Data focus yaitu Data Subjektif Ny.T mengatakan
tangan sebelah kiri merasa kaku, sulit bergerak. Data objektif
Ny.T tampak lemah dengan skala kekuatan otot dua .Hasil
pengkajian TTV Ny.T sebagai berikut 160/80mmHg, suhu
36,0oC, nadi 85x/menit, respirasi 24x/menit.

Responden 2
Pengkajian pada responden 2 didapatkan data yang diperoleh
dengan wawancara dan observasi. Ny. S. Responden dengan ciri-
ciri Tinggi badan 140cm berat badan 40kg warna kulit sawo
matang, wajah oval, rambut lurus. Saat dilakukan pengkajian
responden mengatakan “kulo nate stroke niku ngalami kaku
wonten perangan awak sisih nduwur lan ngisor sisih kiwo mbak,
kulo nggeh nate dirawat teng rs mpun tahun 2019 menika mergo
diarani stroke. Ning kulawarga mboten gadah seng penyakit
stroke mbak”
“Saya pernah menderita stroke mengalami kaku pada anggota
gerak atas dan bawah sebelah kiri mbak, saya juga pernah
dirawat di rumah sakit pada tahun 2019 dengan diagnose stroke.
Di keluarga tidak mempunyai penyakit stroke mbak”
Data focus yaitu Data Subjektif Ny.S mengatakan tangan dan
kaki sebelah kiri merasa kaku, sulit bergerak. Data objektif Ny. S
tampak lemah dengan skala kekuatan otot dua. Hasil pengkajian
TTV Ny.T sebagai berikut 120/80mmHg, suhu 36,0oC, nadi
84x/menit, respirasi 24x/menit.

Responden 3
Pengkajian pada responden 3 didapatkan data yang
diperoleh dengan wawancara dan observasi. Tn. K . Responden
dengan ciri-ciri Tinggi badan160 cm berat badan 60kg warna
kulit sawo matang, wajah oval, rambut keriting. Saat dilakukan
pengkajian responden mengatakan “kula niku pernah dirawat
teng rs tahun 2019 mergo diarani stroke nduk, sing tak rasakne
kaku nggon sisih nduwur karo ngisor sisih kiwo. Ning keluarga
kula sakjane mboten gadah riwayat penyakit stroke. Nggih niki
sing kula ngerasakne kaku bagian anggota gerak nduwur karo
ngisor sisih kiwo”
“saya pernah dirawat dirumah sakit pada tahun 2019 dengan
diagnose stroke nduk, yang saya rasakan kaku pada bagian
anggota gerak atas dan bawah sebelah kiri. Dalam keluarga saya
tidak ada yang mempunyai riwayat stroke”
Data focus yaitu Data Subjektif Tn.K mengatakan tangan dan
kaki sebelah kiri merasa kaku, sulit bergerak. Data objektif Tn.K
tampak lemah dengan skala kekuatan otot dua .Hasil pengkajian
TTV Tn.K sebagai berikut 190/80mmHg, suhu 36,0oC, nadi
84x/menit, respirasi 24x/menit.

Responden 4
Pengkajian pada responden 4 didapatkan data yang diperoleh
dengan wawancara dan observasi. Ny.Y Responden dengan ciri-
ciri Tinggi badan140cm berat badan 40kg warna kulit sawo
matang, wajah oval, rambut lurus. Saat dilakukan pengkajian
responden mengatakan “kula niku pernah dirawat teng rs kira
kira wis 4tahunan mergo diarani stroke nduk, sing tak rasakne
kaku nggon sisih nduwur karo ngisor sisih tengen. Ning
kulawarga mboten gadah riwayat penyakit stroke “
“saya pernah dirawat di rumah sakit kira kira sudah 4 tahun
dengan diagnose stroke nduk, yang saya rasakan kaku sebelah
atas dan bawah sebelah kanan. Di dalam keluarga tidak
mempunyai riwayat penyakit stroke”
Data focus yaitu Data Subjektif Ny. Y mengatakan tangan dan
kaki sebelah kanan merasa kaku, sulit bergerak. Data objektif
Ny.Y tampak lemah dengan skala kekuatan otot dua .Hasil
pengkajian TTV Ny.Y sebagai berikut 140/80mmHg, suhu
36,0oC, nadi 84x/menit, respirasi 24x/menit.

Responden 5

Pengkajian pada responden 5 didapatkan data yang


diperoleh dengan wawancara dan observasi. Ny.M Responden
dengan ciri-ciri Tinggi badan 140cm berat badan 55kg warna
kulit sawo matang, wajah oval, rambut keriting. Saat dilakukan
pengkajian responden mengatakan “kula nate dirawat teng rs
kira kira wis 3tahunan mergo diarani stroke, sing tak rasakne
kaku mboten saget gerak sish nduwur karo ngisor sisih tengen.
Ning kulawarga mboten gadah riwayat penyakit stroke”
“saya pernah dirawat di rumah sakit kira kira sudah 3tahunan
dengan diagnose stroke, yang saya rasakan kaku dan tidak bisa
bergerak pada anggota gerak atas dan bawah sebelah kanan .
Dalam keluarga Ny. tidak ada yang mempunyai riwayat stroke”
Data focus yaitu Data Subjektif Ny. mengatakan tangan dan kaki
sebelah kiri merasa kaku, sulit bergerak. Data objektif Ny.
tampak lemah dengan skala kekuatan otot dua. Hasil pengkajian
TTV Ny.T sebagai berikut 160/80mmHg, suhu 36,0oC, nadi
85x/menit, respirasi 24x/menit.

b. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan masalah kesehatan
potensial atau actual yang diperoleh dari wawancara,
pengamatan, pengkajian dan studi dokumentasi.
Dari data-data tersebut dapat menunjukkan data studi
wawancara dan studi pengkajian yang berbeda yaitu kekakuan
pada otot anggota sebelah kanan dan kiri. Dari data-data tersebut
terdapat kesesuaian batasan karakteristik :
Penurunan waktu reaksi, kesulitan membolak balik posisi,
perubahan cara berjalan. Maka ditegakkan diagnose keperawatan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular. Menurut Nanda 2017.
Tujuan yang ditetapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 minggu diharapkan kelemahan otot berkurang.
c. Intervensi keperawatan
Rencana keperawatan adalah bagaimana perawat
merencanakan suatu tindakan keperawatan agar dalam melakukan
perawatan terhadap pasien efektif dan efisien. Rencana keperawatan
yang dilakukan dalam penelitian ini lebih ditujukan untuk
menghindari terjadinya kelemahan kekuatan otot yaitu dengan
memberikan latihan ROM untuk meningkatkan kekuatan otot.
Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam
proses rehabilitas yang dinilai cukup efektif untuk mencegah
terjadinya kecacatan pada penderita stroke. Latihan ini adalah salah
satu bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan
untuk keberhasilan regimen terapuetik bagi penderita dan dalam
pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada penderita
stroke paska perawatan dirumah sakit, sehingga dapat menurunkan
tingkat ketergantungan penderita pada keluarga, meningkatkan
harga diri dan mekanisme koping (Rantesigi et al., 2020).

d. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik.
Implementasi dilakukan pada pagi dan sore hari selama 15-35
menit. Rahayu(Rantesigi et al., 2020)
Tabel 2.1 Observasi Skala Kekuatan Otot Responden 1

Hari Sebelum Sesudah


Hari 1 2 2
Responden 1 Hari 2 2 2
Hari 3 2 3

Tabel 2.2 Observasi Skala Kekuatan Otot Responden 2

Hari Sebelum Sesudah


Hari 1 2 2
Responden 2 Hari 2 2 2
Hari 3 2 3

Tabel 2.3 Observasi Skala Kekuatan Otot Responden 3

Hari Sebelum Sesudah


Hari 1 2 2
Responden 3 Hari 2 2 2
Hari 3 2 3

Tabel2.4 Observasi Skala Kekuatan Otot Responden 4

Minggu Sebelum Sesudah


Hari 1 2 2
Responden 4 Hari 2 2 2
Hari 3 2 3
Tabel 2.5 Observasi Skala Kekuatan Otot Responden 5

Hari Sebelum Sesudah


Hari 1 2 2
Responden 5 Hari 2 2 2
Hari 3 2 3

Responden 1

Hari pertama penelitian mengajarkan latihan rom sebelum


dilakukan latihan skala kekuatan otot dua yaitu mampu
menggerakkan otot yang lemah sesuai perintah, setelah dilakukan
latihan rom skala kekuatan otot masih dua, hari kedua skala
kekuatan otot dua setelah dilakukan rom kekuatan otot masih dua,
hari ketiga skala kekuatan otot sudah menjadi tiga yaitu mampu
menggerakkan otot dengan tahanan minimal.

Responden 2

Hari pertama penelitian mengajarkan latihan rom sebelum


dilakukan latihan skala kekuatan otot dua yaitu mampu
menggerakkan otot yang lemah sesuai perintah, setelah dilakukan
latihan rom skala kekuatan otot masih dua, hari kedua skala
kekuatan otot dua setelah dilakukan rom kekuatan otot masih dua,
hari ketiga skala kekuatan otot sudah menjadi tiga yaitu mampu
menggerakkan otot dengan tahanan minimal.

Responden 3

Hari pertama penelitian mengajarkan latihan rom sebelum


dilakukan latihan skala kekuatan otot dua yaitu mampu
menggerakkan otot yang lemah sesuai perintah, setelah dilakukan
latihan rom skala kekuatan otot masih dua, hari kedua skala
kekuatan otot dua setelah dilakukan rom kekuatan otot masih dua,
hari ketiga skala kekuatan otot sudah menjadi tiga yaitu mampu
menggerakkan otot dengan tahanan minimal.

Responden 4

Hari pertama penelitian mengajarkan latihan rom sebelum


dilakukan latihan skala kekuatan otot dua yaitu mampu
menggerakkan otot yang lemah sesuai perintah, setelah dilakukan
latihan rom skala kekuatan otot masih dua, hari kedua skala
kekuatan otot dua setelah dilakukan rom kekuatan otot masih dua,
hari ketiga skala kekuatan otot sudah menjadi tiga yaitu mampu
menggerakkan otot dengan tahanan minimal.

Responden 5

Hari pertama penelitian mengajarkan latihan rom sebelum


dilakukan latihan skala kekuatan otot dua yaitu mampu
menggerakkan otot yang lemah sesuai perintah, setelah dilakukan
latihan rom skala kekuatan otot masih dua, hari kedua skala
kekuatan otot dua setelah dilakukan rom kekuatan otot masih dua,
hari ketiga skala kekuatan otot sudah menjadi tiga yaitu mampu
menggerakkan otot dengan tahanan minimal.

e. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
diterapkan, dilakukan dengan cara kesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi pada responden 1 yaitu pada Ny.T sebagai
berikut : Subyektif (S) : responden mengatakan kelemahan otot
berkurang setelah dilakukan latihan rom. Obyektif (O) : pasien
tampak lemah, TD: 120/80mmHg, RR: 24x/menit, nadi:
84x/menit. Asesment (A) sebagian masalah teratasi. Planning (P) :
lanjutkan rencana keperawatan yaitu dengan latihan rom secara
rutin dua kali sehari selama 15-35 menit dalam seminggu.
Evaluasi pada responden 2 yaitu pada Ny.S sebagai
berikut : Subyektif (S) : responden mengatakan kelemahan otot
berkurang setelah dilakukan latihan rom. Obyektif (O) : pasien
tampak lemah, TD: 120/80mmHg, RR: 24x/menit, nadi:
84x/menit Asesment (A) sebagian masalah teratasi. Planning (P) :
lanjutkan rencana keperawatan yaitu dengan latihan rom secara
rutin dua kali sehari selama 15-35 menit dalam seminggu.
Evaluasi pada responden 3 yaitu pada Tn.K sebagai berikut:
Subyektif (S) : responden mengatakan kelemahan otot berkurang
setelah dilakukan latihan rom. Obyektif (O) : pasien tampak
lemah, TD: 120/90mmHg, RR: 24x/menit, nadi: 85x/menit.
Asesment (A) sebagian masalah teratasi. Planning (P) : lanjutkan
rencana keperawatan yaitu dengan latihan rom secara rutin dua
kali sehari selama 15-35 menit dalam seminggu.
Evaluasi pada responden 4 yaitu pada Ny.Y sebagai
berikut: Subyektif (S) : responden mengatakan kelemahan otot
berkurang setelah dilakukan latihan rom. Obyektif (O) : pasien
tampak lemah, TD: 140/80x/menit, RR: 24x/menit, nadi:
84x/menit. Asesment (A) sebagian masalah teratasi. Planning (P) :
lanjutkan rencana keperawatan yaitu dengan latihan rom secara
rutin dua kali sehari selama 15-35 menit dalam seminggu.
Evaluasi pada responden 5 yaitu pada Ny.M sebagai
berikut: Subyektif (S) : responden mengatakan kelemahan otot
berkurang setelah dilakukan latihan rom. Obyektif (O) : pasien
tampak lemah, TD: 130/80x/menit, RR: 24x/menit, nadi:
84x/menit. Asesment (A) sebagian masalah teratasi . Planning
(P) : lanjutkan rencana keperawatan yaitu dengan latihan rom
secara rutin dua kali sehari selama 15-35 menit dalam seminggu.

3. PEMBAHASAN
(1) Hasil kekuatan sebelum dilakukan latihan ROM pada penderita
stroke yaitu:
a) Responden 1 Ny T sebelum diberikan latihan ROM hasil
skala kekuatan otot yaitu 2.
b) Responden 2 Ny S sebelum diberikan latihan ROM hasil
skala kekuatan otot yaitu 2.
c) Responden 3 Tn K sebelum diberikan latihan ROM hasil
skala kekuatan otot yaitu 2.
d) Responden 4 Ny Y sebelum diberikan latihan ROM hasil
skala kekuatan otot yaitu 2.
e) Responden 5 Ny M sebelum diberikan latihan ROM hasil
skala kekuatan otot yaitu 2.
ROM adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan pergerakan sendi
secara normal dan lengkap untuk meningkatkan masa otot dan tonus
otot. Kemampuan pasien penderita stroke dalam melakukan rentang
gerak sendi atau hilangnya rentang gerak sendi dilakukan secara
pasif dan aktif karena keterbatasan sendi fibrosis jaringan penyokong
otot dan kulit menurut Potter & Perry (Umsb, 2019).
(2) Hasil kekuatan sesudah dilakukan latihan ROM pada penderita
stroke yaitu:
a) Responden 1 Ny T sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3.
b) Responden 2 Ny S sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3.
c) Responden 3 Tn K sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3.
d) Responden 4 Ny Y sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3.
e) Responden 5 Ny M sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3.
Berdasarkan skala kekuatan otot dari kelima responden sesudah
dilakukan latihan ROM mengalami perubahan sedang yaitu dengan
nilai 3. Hal ini sesuai yang dijelaskan Wijaya & Putri (Basuki,2018).
Kekuatan otot dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pasien disuruh
menggerakkan ektermitas atau badannya dan petugas menahan
gerakan tersebut, pasien disuruh menggerakkan ekstermitas atau
bagian badannya dan pasien disuruh menahannya selama beberapa
waktu.
(3) Perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM pada
penderita stroke.
a) Responden 1 Ny T sebelum diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 2. sesudah diberikan latihan ROM hasil
skala kekuatan otot yaitu 3. Skala kekuatan otot responden
dipengaruhi faktor fisiologis seperti usia, dan tingkat aktivitas
sehari-hari.
b) Responden 2 Ny S sebelum diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 2.sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3. Skala kekuatan otot responden
dipengaruhi faktor fisiologis seperti usia, dan tingkat aktivitas
sehari-hari.
c) Responden 3 Tn K sebelum diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 2 sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3. Skala kekuatan otot responden
dipengaruhi faktor fisiologis seperti usia, dan tingkat aktivitas
sehari-hari, makanan.
d) Responden 4 Ny Y sebelum diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 2 sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3. Skala kekuatan otot responden
dipengaruhi faktor fisiologis seperti usia, dan tingkat aktivitas
sehari-hari.
e) Responden 5 Ny M sebelum diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 2 sesudah diberikan latihan ROM hasil skala
kekuatan otot yaitu 3. Skala kekuatan otot responden
dipengaruhi faktor fisiologis seperti usis, dan makanan.
Kekuatan otot penting untuk meningkatkan keseluruhan kondisi
fisik secara keseluruhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan otot di atas sejalan dengan (Airlangga 2018).
(4) Resume asuhan keperawatan dengan pengaruh latihan ROM pada
penderita stroke:
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan
pasien. Tarwoto,(“J. Nurs. Client Care,” 2020)
Dari hasil pengkajian yang peneliti lakukan pada 5 responden,
peneliti mengutamakan pegkajian pada perubahan skala kekuatan otot
yang dialami pasien tersebut, hal ini peneliti lakukan karena mengingat
diagnose utama yang penulis angkat adalah peningkatan kekuatan otot
pada penderita stroke.
Pengkajian keluhan utama dari mayoritas responden mengatakan
kesulitan bergerak pada bagian atas dan bawah sebelah kanan dan kiri.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang langsung actual maupun potensial.
Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons
pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. Tim Pokja SDKI DPP PPN(“J. Nurs.
Client Care,” 2020)
Berdasarkan data pengkajian diatas semua keluarga responden
mengatakan akan mengalami kelemahan otot, sehingga dari data
tersebut masalah keperawatan yang ditemukan adalah Hambatan
Mobilitas Fisik Berhubungan Dengan Kerusakan Neuromuskular.
Kekuatan otot adalah ukuran yang digunakan untuk melihat
seberapa besar kemampuan otot saat melakukan aktivitas fisik.
Kekuatan otot sangat berhubungan dengan system neuromuscular
yaitu seberapa besar kemampuan system syaraf mengaktifasi otot
untuk melakukan kontraksi, sehingga semakin banyak serat otot yang
teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan otot yang dihasilkan.
Irfan(Rantesigi et al., 2020)

3. Intervensi keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah
perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada pasien berdasarkan analisa pengkajian agar masalah
kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi. Desain perencanaan
ini menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara
menyelesaikan masalah adalah dengan efektif dan efisien. Nurarif
Huda(“J. Nurs. Client Care,” 2020)
Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan latihan ROM
hal ini sesuai dengan jurnal penelitian “ Pengaruh Latihan Rom Aktif
Terhadap Kekuatan Otot Pada Penderita Stroke Non Hemoragik”

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Kegiatan dalam
pelaksanaan juga meliputi penggumpulan data berkelanjutan ,
mengobservasi respon pasien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan serta menilai data yang baru. Potter & Perry(“J. Nurs. Client
Care,” 2020)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kelemahan otot
berkurang setelah diberikan tindakan ROM. Ini membuktikan bahwa
pemberian tindakan ROM efektif untuk menurunkan kelemahan
kekuatan otot.
Latihan ROM merupakan prasyarat bagi tercapainya kemandirian
pasien, karena latihan gerak akan membantu secara berangsur-angsur
fungsi mendekati normal, dan menderita kekuatan pada pasien
tersebut untuk mengontrol aktivitasnya sehari-hari dan dampak
apabila tidak diberi rehabilitasi ROM yaitu dapat menyebabkan
kekakuan otot, aktivitas sehari-hari dari pasien dapat bergantung total
dengan keluarga, pasien sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari,meningkatkan harga diri dan mekanisme koping penderita. Potter
& Perry(“J. Nurs. Client Care,” 2020)
Dari semua responden didapatkan respon yang sama yaitu setelah
dilakukan tindakan ROM selama seminggu diharapkan kelemahan
kekuatan otot berkurang.
Hasil analisa yang dilakukan dari keseluruhan responden
didapatkan data bahwa sebelum dan sesudah dilakukan latihan ROM
responden mengalami perubahan yaitu kelemahan kekuatan otot
berkurang. Dengan demikian masalah teratasi sebagian dan intervensi
dilanjutkan.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya.
Pada penelitian ini evaluasi keperawatan dilakukan setelah pasien
mendapatkan latihan ROM selama kurang lebih 15-35 menit pada
waktu yang telah ditetapkan seminggu. Hasil dari evaluasi
keperawatan mayoritas responden pergerakan kaki dan tangan
menjadi membaik. Hal tersebut sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan peneliti pada tahap perencanaan keperawatan, sehingga
masalah kelemahan kekuatan otot dapat teratasi sebagian dan
intervensi dilanjutkan. Novita(Damayanti et al., 2019)
4. KETERBATASAN STUDI KASUS
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan menggunakan
data primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam.
Keterbatasan pada penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada
peneliti. Penelitian ini tergantung kepada interprestasi peneliti tentang
makna yang tersirat dalam wawancara sehingga kecenderungan bias
masih tetap ada. Untuk mengurangi bias maka dilakukan proses
triangulasi yaitu triangulasi sumber dan metode. Triangulasi sumber
dilakukan dengan cara fakta dari informasi yang berbeda dan dari
hasil penelitian lainnya. Sedangkan triangulasi metode dilakukan
dengan cara menggunakan beberapa metode dalam pengumpulan data
yaitu metode wawancara mendalam dan observasi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan dan pembahasan
yang telah dikemukakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil sebelum dilakukan latihan rom responden mengeluh tangan dan
kaki merasa lemas, susah untuk bergerak dan berjalan. Hasil skala
kekuatan otot responden dengan hasil l Ny. T skala kekuatan otot 2,
Ny.S skala kekuatan otot 2, Tn.K skala kekuatan otot 2, Ny.Y skala
kekuatan otot 2 dan Ny.M skala kekuatan otot 2.
2. Hasil sesudah dilakukan latihan rom selama seminggu tangan dan kaki
terasa lemas, susah untuk bergerak dan jalan, hasil skala kekuatan otot
dari responden Ny. T skala kekuatan otot 3, Ny.S skala kekuatan otot
3, Tn.K skala kekuatan otot 3, Ny.Y skala kekuatan otot 3 dan Ny.M
skala kekuatan otot 3.
3. Perbedaan sebelum dan sesudah dilakukan latihan Rom dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu kurangnya aktivitas fisik merubah gaya
hidup sehat misalnya olahraga dan menggerak-gerakkan kaki dan
tangan.
4. Resume hasil analisis asuhan keperawatan pada penderita stroke
dengan menggunakan latihan Rom.
Pengkajian : Keseluruhan responden mengatakan anggota gerak atas dan
bawah sebelah kiri kaku.
Diagnose : Dari data pengkajian ditemukan masalah keperawatan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuscular.
Intervensi : Rencana keperawatan yang dilakukan peneliti memberikan
latihan Rom pada penderita stroke
Implementasi :Rencana keperawatan yang telah ditetapkan peneliti
dilaksanakan dengan waktu kurang lebih 15-35 menit tiap kali pemberian
Rom. Dan hasil kelemahan otot dari semua respon berkurang.
Evaluasi :
Subjektif : Responden mengatakan kekakuan pada anggota gerak atas dan
bawah berkurang
Objektif : Dari ke lima respon kekakuan otot menurun (berkurang / sudah
bisa digerakkan).
Assament : Masalah teratasi sebagian.
Planning :Intervensi dilanjutkan jika mengalami kekakuan pada otot.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat peneliti berikan
untuk perbaikan dan peningkatan suatu mutu Asuhan Keperawatan adalah:
1. Untuk Responden
Berikan penanganan secara langsung agar responden lebih memahami
dengan baik terkait penelitian keperawatan keluarga dalam efektivitas
latihan rom terhadap penurunan kelemahan skala otot pada penderita
stroke.
2. Untuk Mahasiswa
Tambahan wawasan mahasiswa tentang penatalaksanaan latihan rom
dan memberikan penjelasan efektivitas latihan rom terhadap penurunan
kelemahan skala otot pada penderita stroke.
3. Untuk Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman dalam mengembangkan ilmu keperawatan di masa yang
akan datang dan meningkatkan kompetensi lulusan keperawatan
4. Untuk Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya
dan dilakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor lainnya,
variabel yang berbeda, jumlah sampel yang lebih banyak dan desain
yang lebih tepat. Dapat menambah proses pengkajian yang lebih detail,
menambah pengetahuan dan wawasan tentang penatalaksanaan latihan
rom dan memberikan penjelasan efektivitas latihan rom terhadap
penurunan kelemahan skala otot pada penderita stroke.

Anda mungkin juga menyukai