Susi 10.2009.108 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan terusan arjuna utara No.6, Jakarta 11510 Email: ayin.susy@yahoo.co.id
Pendahuluan Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita. 4
Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan karena cepatnya tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan, atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang. Selain itu ADB ( Anemia Defisiensi Besi) juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat proses pertumbuhan yang cepat, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat menstruasi pada remaja puteri. Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB . Angka kejadian anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%. Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%. 4
Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf yaitu diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolism saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja. 4
2
Skenario Seorang anak perempuan usia 1 tahun dibawa oleh ibunya ke dokter dengan keluhan pucat dan lemas sejak 2-3 bulan yang lalu. Anak hanya mendapat ASI ekslusif dan bubur tim polos. Riwayat perdarahan dan demam tidak ada. Pada PF di temukan BB anak adalah 7 kg, anak tampak pucat dan tidak ikterik.
Anamnesis Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, baik langsung kepada pasien (autoanamnesis) maupun kepada orang tua atau sumber lain (alloanamnesis) misalnya wali atau pengantar. Berdasarkan kasus di atas, berhubungan pasien yang kita hadapi adalah masih anak yang berusia 1 tahun, maka yang kita lakukan adalah alloanamnesis. Adapun yang kita tanya adalah : 1,2
1. Identitas Identitas pasien diperlukan untuk memastikan bahwa benar-benar anak tersebut yang dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Kesalahan identifikasi dapat berakibat fatal, baik secara medik, etika, maupun hukum. 1
Nama : - Dimulai dengan mencantumkan nama anak. Sebaiknya dicantumkan pula nama keluarga/ orang tua di belakangnya. 1
Umur : 1 tahun Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang bisa ditanyakan atau dilihat dari kartu menuju sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya. Kecuali untuk identitas, umur yang tepat perlu sekali diketahui mengingat kurun waktu usia anak (neonatus, bayi, pra sekolah, balita, sekolah, akil balik) mempunyai kekhasannya sendiri dalam kejadian kesakitan dan kematian anak. Usia yang tepat juga diperlukan untuk interpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai dengan umurnya. 1
3
Jenis kelamin : perempuan Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk menilai data pemeriksaan klinis (nilai-nilai baku, insidens seks, penyakit-penyakit sex- linked). 1
Nama orang tua Nama ayah, ibu, atau wali harus ditulis dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama. 1
Alamat Alamat pasien harus ditulis dengan jelas dan lengkap, dengan nomor rumah, nama jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatannya, serta nomor telepon yang dapat dihubungi. Kejelasan alamat ini diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi, misalnya bila pasien menjadi sangat gawat, perlu tindakan operasi segera, perlu pembelian obat/alat yang di rumah sakit tidak ada dan sebagainya. Di samping itu setelah pasien pulang juga mungkin diperlukan kunjungan rumah, misalnya karena pasien tidak kontrol lagi (pasien talasemia, penderita tumor dengan terapi sitostatika, penyakit kronik lain). 1
Umur, pendidikan dan pekerjaan orang tua Dengan informasi pendidikan dan pekerjaan pasien orang tua, sedikit banyak dapat diperkirakan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis. 1
2. Riwayat penyakit Keluhan utama : pucat dan lemas sejak 2-3 bulan yang lalu. Anamnesis tentang penyakitnya sendiri diawali dengan keluhan utama, ialah keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat. 1
Riwayat perjalanan penyakit Pada riwayat penyakit ini disusun cerita yang kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan penderita sejak sebelum ada keluhan sampai anak dibawa berobat. Bila pasien telah mendapat pengobatan sebelumnya, hendaklah ditanyakan 4
kapan berobat, kepada siapa, serta obat apa saja yang telah diberikan dan bagaimana hasil pengobatan tersebut. 1
Pada umumnya, hal-hal yang perlu diketahui mengenai suatu keluhan atau gejala yang mencakup: 1,2 Lama keluhan berlangsung Bagaimana terjadinya gejala: mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus, berupa serangan-serangan, hilang-timbul, berhubungan dengan waktu (misalnya terjadi waktu pagi, siang, sore, malam) Untuk keluhan lokal, lokalisasi dan sifatnya: menetap, menjalar, menyebar, sifat penyebarannya, berpindah-pindah. Keluhan berat-ringannya keluhan dan perkembangannya; apakah menetap, cenderung bertambah berat, cenderung berkurang; Terdapatnya hal yang mendahului keluhan Apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan atau sudah pernah sebelumnya; bila sudah, dirinci apakah intensitas dan karakteristiknya sama atau berbeda, serta selang (interval) antara keluhan-keluhan tersebut; Apakah ada saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang menderita keluhan yang sama; Apakah ada saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang menderita keluhan yang sama. Upaya yang dilakukan dan apa hasilnya.
3. Riwayat kehamilan ibu 4. Riwayat kelahiran 5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pemeriksaan fisik 1. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum Kesan sakit Kesadaran 5
Kesan status gizi
Tanda Vital Tekanan Darah Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk anak, yang ukurannya lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara setengah sampai dua per tiga lengan atas. Tekanan darah waktu lahir 60 90 mmHg sistolik, dan 20 60 mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya naik 2 3 mmHg untuk kedua-duanya dan sesudah pubertas mencapai tekanan darah dewasa. 1
Nadi Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit), irama, isi/kualitas nadi dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstrimitas. 1
Nafas Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola pernafasan. 1
Suhu Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara : 1. Rectal Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan kiri, dua jari tangan kiri memisahkan dinding anus kanan dengan kiri, dan termometer dimasukkan anus dengan tangan kanan ibu. 1
2. Oral Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan untuk anak 6 tahun. 1
3. Aksiler Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus selama 3 menit. Umumnya suhu yang diperoleh 0,5 o lebih rendah dari suhu rektal.
Antropometri Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
6
Jenis Parameter 1. Berat badan Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan: 1. Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat. 2. Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. 3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas. 4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur 5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisian. 1
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan: 1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain. 2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya. 3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg 4. Skala mudah dibaca 5. Cukup aman untuk menimbang anak balita. 1,2
2. Tinggi Badan Cara mengukur: 1. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar sehingga tepat 2 meter. 2. Lepaskan sepatu atau sandal. 3. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna. 4. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding. 5. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
7
3. Lingkar Lengan Atas 1. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat pengujian memadai untuk digunakan di Indonesia. 2. Kesalahan pengukuran LLA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada tinggi badan. 3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.
Cara mengukur: Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Lengan dalam keadaan ber gan-tung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkaran lengan.
4. Lingkar Kepala Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.
Alat dan tehnik pengukuran: Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal, caranya dengan melingkarkan pita pada kepala.
5. Lingkar Dada Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.
Alat dan tehnik pengukuran: Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah, biasanya terbuat dari serat kaca (fiber glas). Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran (pembaca), karena pernapasan anak yang tidak teratur.
8
2. Kulit Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma, nevus, bercak caf au kait, pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan stria.
3. Kelenjar Limfe Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher, ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak.
4. Kepala Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri, sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah, rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.
5. Muka Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada sinus.
6. Mata Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis, eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan. 1
7. Hidung Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung, mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus. 1
9. Tenggorok Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan ah yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, paradangan, eksudat, kripte) 1
10. Telinga Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi telinga, nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan menggunakan heat lamp dan spekulum telinga. 1
Pada pemeriksaan Status Generalisata di temukan, antara lain : Konjungtiva anemis, sklera tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati stomatitis angularis, atrofi papil lidah Ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung
Diagnosis kerja Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan gejala klinis yang sering tidak khas.
Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan ADB ( Anemia Defisiensi Be-si) : Kriteria diagnosis ADB ( Anemia Defisiensi Besi ) menurut WHO: 10
1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia 2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (N:32-35%) 3. Kadar Fe serum <50 ug/dl (N:80-180ug/dl) 4. Saturasi Transferin <15% (N:20-50%)
Dasar diagnosis ADB menurut Cook dan Monsen 1. Anemia hipokrom mikrositik 2. Saturasi transferin < 16% 3. Nilai FEP > 100 % Ug/dl eritrosit 4. Kadar feritin serum<12 ug/dl
Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria ( ST, feritin serum dan FEP ) harus dipenuhi.
Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium meliputi : Hemoglobin dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat 3
Diagnosis Banding 1. Anemia Defisiensi Asam Folat etiologi Gejala klinis Hasil laboratorium
Anemia 1.Kekurangan makanan Misalnya pada kehamilan dapat terjadi anemia megalobalstik yang disebabkan karena diet yang kurang, sedangkan kebutuhan asam folat dari janin bertambah - Penderita tampak pucat - Nafsu makan menurun - Iritabilitas - Mudah lelah - Diare - Susah berjalan - Rasa baal di tangan dan kaki - Lemah otot - Kadar hemoglobin rendah dan - Gambaran darah tepi makrositik serta terdapat hipersegmentasi neutrofil. - Aktifitas asam folat dalam serum rendah (normal 2,1- 2,8 ng/ml) dan bila aktifitas asam folat lebih rendah dari 3 ng/ml, maka pemeriksaan FIGLU dalam urin akan 11
Defisiensi Asam Folat
2. Gangguan asam folat Misalnya pada steatore idiopatik, tropical sprue, dan beberapa penyulit gastrointestinal lainnya
3. Obat yang bersifat antagonistic terhadap asam folat Misalnya metrotreksat, 6- merkaptopurin, pirimetamin, derivate barbiturate. - Glositis (lidah pucat dan licin), - stomatitis angularis - ikterus ringan, - Kegagalan penutupan neural tube dapat terjadi di daerah kranial dan spinal mengakibatkan anensefalus, meningokel, ensefalokel, spina bifida dan hidrosefalus. positif. - Gambaran sumsum tulang memperlihatkan eritripoetik yang megaloblastik, granulopoetik dan trombopoetik menunjukkan hipersegmentasi dan sel raksasa
- Kurang asupan vitamin B12 dari makanan, misalnya pada penganut vegetarian, orang tua, atau pecandu alkohol. - Kurangnya intrinsik faktor, yaitu protein yang membantu penyerapan vitamin B12 di lambung. Faktor ini merupakan penyebab tersering anemia pernisiosa. -Gangguan di usus seperti penyakit Crohn dan infeksi usus.
- Denyut jantung yang cepat - Kehilangan selera makan - Kelelahan - Kelemahan otot - Memiliki gangguan koordinasi - Memiliki kesulitan untuk berkonsentrasi - Merasakan ketidaknyamanan atau kegelisahan (malaise atau rasa tidak enak badan) - Pembesaran ujung jari kaki dengan Pansitopenia, Sediaan hapus ddarah tepi makositik, sumsum tlg hiperseluler dgn eritropoiesis hiperaktif
12
kelengkungan kuku yang tidak normal (jari kaki tabuh) - Pucat - Pusing - Sesak nafas
Etiologi Secara umum, penyebabnya adalah : pertumbuhan anak yang cepat sekali Pada tahun-tahun pertama kehidupan, pertumbuhan anak terjadi cepat sekali. Normalnya, kenaikan berat badan rata-rata pada usia bayi setiap bulannya adalah 1 kg. Namun, ada juga bayi yang tumbuhnya cepat sekali, misal, usia 3 bulan berat badannya sudah 8 kg. Pertumbuhan anak yang cepat sebetulnya baik. Diharapkan tumbuh kembangnya juga bagus. Hanya saja hati-hati, apakah si anak kurang zat besi atau tidak.
Jadi, harus dideteksi dan diantisipasi. Sebab, pertumbuhan anak yang terjadi dengan cepat, memerlukan zat besi yang lebih banyak.
Pola makan kurang tepat Misal, bayi usia 7 bulan hanya mengkonsumsi ASI. Padahal, waktu bayi lahir, sumber zat besi yang ada di organ hatinya hanya cukup sampai usia 4-6 bulan. Jadi, setelah usia 6 bulan, bayi harus diberi makanan tambahan yang mengandung cukup zat besi.Itu sebab, pemberian AS Eksklusif pun cuma 6 bulan. Untuk bayi yang oleh suatu sebab tak mendapat ASI Eksklusif, pemberian makanan tambahan dimulai usia 4 bulan. Selanjutnya bayi harus dikenalkan makanan tambahan semisal bubur susu dan buah-buahan. Lalu bubur nasi yang dilanjutkan nasi tim. Setelah satu tahun, makanannya seperti makanan orang dewasa. Makanan tersebut harus bergizi seimbang, beragam, dan bervariasi. 4,6
13
Gambar 1 : Asupan gizi seimbang Penyakit infeksi Misal, anak terkena penyakit saluran nafas. Kuman pada anak yang menderita penyakit infeksi akan menggunakan zat besi di dalam tubuh anak untuk tumbuh dan berkembang biak. Inilah yang menyebabkan anak mudah menderita anemia defisiensi zat besi. 4 Penyebab defisiensi besi menurut umur Bayi kurang dari 1 tahun 1. Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan. 2. Alergi protein susu sapi Anak umur 1-2 tahun 1. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih. 2. Obesitas 3. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis. 4. Malabsorbsi.
14
Anak umur 2-5 tahun 1. Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan. 2. Obesitas 3. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis baik bakteri, virus ataupun parasit). 4. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel/poliposis dsb). Anak umur 5 tahun-remaja 4
1. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan(a.l infestasi cacing tambang) dan 2. Menstruasi berlebihan pada remaja puteris Patogenesis Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan besi yang berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan menyebabkan cadangan besi yang berkurang. Ada tiga tahap dari anemia defisiensi besi, yaitu:
1. Tahap petama. Tahap ini disebut iron depletion atau iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya kekurangan besi masih normal. 5,6
2. Tahap kedua Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erytropoietin atau iron limited erytropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis. Dari hasil pemeriksaan laboratoium diperoleh nilai besi serum menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan free erytrocyt porphyrin (FEP) meningkat. 5,6
15
3. Tahap ketiga Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga menyebabkan penurunan kadar Hb. 5,6
Manifestasi klinis Menurut Syarif, tingkat anemia bermacam-macam, dari ringan sampai berat. Anemia zat besi yang ringan dan sedang biasanya menimbulkan gejala pucat, lesu, lelah, dan pusing. Untuk anak usia sekolah, anak menjadi kurang mampu belajar dan kurang berprestasi. Sedangkan anemia tingkat berat, akan mengganggu fungsi jantung dan menimbulkan gejala sesak nafas, berdebar-debar, bengkak di kedua kaki, hingga gagal jantung. 4
Bila gejala anemia berlangsung dalam jangka waktu relatif lama dapat mengakibatkan berbagai gangguan organ dan sistem pada tubuh anak. Misal, gangguan pertumbuhan organ, yang membuat tubuh anak tampak kecil dibanding usianya. Lalu gangguan kulit dan selaput lendir, gangguan sistem pencernaan karena berkurangnya asam lambung sehingga selaput tipis di ususnya jadi kecil-kecil atau tak berkembang (atrofi mukosa lambung), gangguan otot gerak sehingga anak cepat lelah dan lesu, gangguan sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah sakit, dan gangguan jantung, yakni berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa darah. Terakhir gangguan fungsi kognitif, antara lain kurang mampu belajar dan kemampuan intelektualnya kurang. Bahkan, jika defisiensi zat besi berlangsung lama, misal, terjadi sejak usia bayi dan tak dilakukan koreksi sampai anak usia 2 tahun, bisa menyebabkan gangguan mental. Bila anak sampai mengalami gangguan mental, sifatnya akan menetap atau tak bisa diubah, meski anemianya sudah teratasi. 4
Tabel 2. Batas normal kadar hemoglobin menurut WHO Kelompok Umur Hemoglobin Anak
Dewasa 6 bulan s/d 6 tahun 6 tahun s/d 14 tahun Laki-laki Wanita Wanita hamil 11 12 13 12 11
16
Penatalaksanaan 1. medikamentosa Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi yaitu : Mengatasi faktor penyebab Pemberian preparat besi Oral Pemberian Preparat Besi secara Oral Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3 mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dibagi dalam 2 dosis. Diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb ( Hemoglobin) kembali normal Pemberian vitamin C 2x50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi. Pemberian asam folat 2x 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas eritropoiesis Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (teh, susu murni, kuning telur, serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol. Banyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek samping pemberian preparat besi) 2,4,5
Pemberian secara Parenteral Indikasi ( dibeikan apabila) : Adanya malabsorbsi Membutuhkan kenaikan kadar besi yang cepat (pada pasien yang menjalani dialisis yang memerlukan eritropoetin) Intoleransi terhadap pemberian preparat besi oral 2,4
2. Non-medikamentosa Dari segi pendidikan Meningkatkan pengetahuan masyarakat : Tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi dan absorpsi yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging. 17
Kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi tetapi penyerapan/bioavailabilitasnya lebih tinggi (50%). Oleh karena itu pemberian ASI ekslusif perlu digalakkan dengan pemberian suplementasi besi dan makanan tambahan sesuai usia. Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi bakteri/infestasi parasit sebagai salah satu penyebab defisiensi besi Suplementasi besi, Diberikan pada semua golongan umur dimulai sejak bayi hingga remaja 2,5
Komplikasi Bagi bayi dan anak (0-9 tahun) 4
Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi. Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar. Gangguan pada psikologis dan perilaku Bagi Remaja (10-19 tahun) 4
Gangguan kemampuan belajar Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik Dampak negatif terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit infeksi Bagi Orang dewasa pria dan wanita 4
Penurunan kerja fisik dan pendapatan. Penurunan daya tahan terhadap Keletihan Prognosis Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan menifestasi klinis lainnya akan membaik dengan pemberian preparat besi. 18
Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa kemungkinan sebagai berikut: - Diagnosis salah - Dosis obat tidak adekuat - Preparat Fe yang tidak tepat dan kadaluarsa - Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak berlangsung menetap. - Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaiam besi (seperti: infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit tiroid, penyakit karena defisiensi vitamin B12, asam folat) - Gangguan absorpsi saluran cerna (seperti pemberian antasid yang berlebihan pada ulkus peptikum dapat menyebabkan pengikatan terhadap besi. 4,5,6 19
Daftar pustaka 1. Latief abdul, Tumbelaka A.R, Chair Imral, et al. Diagnosis Fisis pada Anak. 1991. FKUI. Jakarta. 2. Pusponegoro H.D, Firmanda D, Rusmil K, et al. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Edisi I. 2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. 3. Bakta, I.M , Hematologi Klinik Ringkas. 2007. Jakarta : EGC 4. Behrman.. NELSON : Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Edisi 15. 1999. EGC. Jakarta. 5. Latief abdul, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.1998. Penerbit FKUI. Jakarta 6. Raspati H., Reniarti L., Susanah S. Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak. Anemia. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005.