Anda di halaman 1dari 19

1

Anemia Defisiensi Besi


Susi
10.2009.108
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan terusan arjuna utara No.6, Jakarta 11510
Email: ayin.susy@yahoo.co.id

Pendahuluan
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah defisiensi nutrien tersering pada
anak di seluruh dunia terutama di negara sedang berkembang termasuk Indonesia. Penyakit
ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh penderita.
4

Secara epidemiologi, prevalens tertinggi ditemukan pada akhir masa bayi dan awal
masa kanak-kanak diantaranya karena terdapat defisiensi besi saat kehamilan dan karena
cepatnya tumbuh masa kanak-kanak yang disertai rendahnya asupan besi dari makanan,
atau karena penggunaan susu formula dengan kadar besi kurang. Selain itu ADB ( Anemia
Defisiensi Besi) juga banyak ditemukan pada masa remaja akibat proses pertumbuhan yang
cepat, asupan besi yang tidak adekuat dan diperberat oleh kehilangan darah akibat
menstruasi pada remaja puteri. Data SKRT tahun 2007 menunjukkan prevalens ADB .
Angka kejadian anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar 40-45%.
Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada
bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan
48,1%.
4

Fungsi zat besi yang paling penting adalah dalam perkembangan system saraf yaitu
diperlukan dalam proses mielinisasi, neurotransmitter, dendritogenesis dan metabolism
saraf. Kekurangan zat besi sangat mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan
pertumbuhan seorang bayi. Besi juga merupakan sumber energi bagi otot sehingga
mempengaruhi ketahanan fisik dan kemampuan bekerja terutama pada remaja.
4



2

Skenario
Seorang anak perempuan usia 1 tahun dibawa oleh ibunya ke dokter dengan keluhan pucat
dan lemas sejak 2-3 bulan yang lalu. Anak hanya mendapat ASI ekslusif dan bubur tim
polos. Riwayat perdarahan dan demam tidak ada. Pada PF di temukan BB anak adalah 7 kg,
anak tampak pucat dan tidak ikterik.

Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara, baik langsung
kepada pasien (autoanamnesis) maupun kepada orang tua atau sumber lain (alloanamnesis)
misalnya wali atau pengantar. Berdasarkan kasus di atas, berhubungan pasien yang kita
hadapi adalah masih anak yang berusia 1 tahun, maka yang kita lakukan adalah
alloanamnesis. Adapun yang kita tanya adalah :
1,2

1. Identitas
Identitas pasien diperlukan untuk memastikan bahwa benar-benar anak tersebut yang
dimaksud, dan tidak keliru dengan anak lain. Kesalahan identifikasi dapat berakibat
fatal, baik secara medik, etika, maupun hukum.
1

Nama : -
Dimulai dengan mencantumkan nama anak. Sebaiknya dicantumkan pula nama
keluarga/ orang tua di belakangnya.
1


Umur : 1 tahun
Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang bisa ditanyakan atau dilihat
dari kartu menuju sehat atau kartu pemeriksaan kesehatan lainnya. Kecuali untuk
identitas, umur yang tepat perlu sekali diketahui mengingat kurun waktu usia anak
(neonatus, bayi, pra sekolah, balita, sekolah, akil balik) mempunyai kekhasannya
sendiri dalam kejadian kesakitan dan kematian anak. Usia yang tepat juga
diperlukan untuk interpretasi apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal
sesuai dengan umurnya.
1





3

Jenis kelamin : perempuan
Jenis kelamin pasien sangat diperlukan, selain untuk identitas juga untuk menilai
data pemeriksaan klinis (nilai-nilai baku, insidens seks, penyakit-penyakit sex-
linked).
1


Nama orang tua
Nama ayah, ibu, atau wali harus ditulis dengan jelas agar tidak keliru dengan orang
lain, mengingat banyak sekali nama yang sama.
1


Alamat
Alamat pasien harus ditulis dengan jelas dan lengkap, dengan nomor rumah, nama
jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatannya, serta nomor telepon yang dapat
dihubungi. Kejelasan alamat ini diperlukan agar sewaktu-waktu dapat dihubungi,
misalnya bila pasien menjadi sangat gawat, perlu tindakan operasi segera, perlu
pembelian obat/alat yang di rumah sakit tidak ada dan sebagainya. Di samping itu
setelah pasien pulang juga mungkin diperlukan kunjungan rumah, misalnya karena
pasien tidak kontrol lagi (pasien talasemia, penderita tumor dengan terapi sitostatika,
penyakit kronik lain).
1


Umur, pendidikan dan pekerjaan orang tua
Dengan informasi pendidikan dan pekerjaan pasien orang tua, sedikit banyak dapat
diperkirakan keakuratan data yang akan diperoleh serta dapat ditentukan pola
pendekatan dalam anamnesis.
1


2. Riwayat penyakit
Keluhan utama : pucat dan lemas sejak 2-3 bulan yang lalu.
Anamnesis tentang penyakitnya sendiri diawali dengan keluhan utama, ialah
keluhan atau gejala yang menyebabkan pasien dibawa berobat.
1


Riwayat perjalanan penyakit
Pada riwayat penyakit ini disusun cerita yang kronologis, terinci, dan jelas mengenai
keadaan kesehatan penderita sejak sebelum ada keluhan sampai anak dibawa
berobat. Bila pasien telah mendapat pengobatan sebelumnya, hendaklah ditanyakan
4

kapan berobat, kepada siapa, serta obat apa saja yang telah diberikan dan bagaimana
hasil pengobatan tersebut.
1


Pada umumnya, hal-hal yang perlu diketahui mengenai suatu keluhan atau gejala yang
mencakup:
1,2
Lama keluhan berlangsung
Bagaimana terjadinya gejala: mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus, berupa
serangan-serangan, hilang-timbul, berhubungan dengan waktu (misalnya terjadi
waktu pagi, siang, sore, malam)
Untuk keluhan lokal, lokalisasi dan sifatnya: menetap, menjalar, menyebar, sifat
penyebarannya, berpindah-pindah.
Keluhan berat-ringannya keluhan dan perkembangannya; apakah menetap,
cenderung bertambah berat, cenderung berkurang;
Terdapatnya hal yang mendahului keluhan
Apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan atau sudah pernah
sebelumnya; bila sudah, dirinci apakah intensitas dan karakteristiknya sama atau
berbeda, serta selang (interval) antara keluhan-keluhan tersebut;
Apakah ada saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang menderita
keluhan yang sama;
Apakah ada saudara sedarah, orang serumah atau sekeliling pasien yang menderita
keluhan yang sama.
Upaya yang dilakukan dan apa hasilnya.

3. Riwayat kehamilan ibu
4. Riwayat kelahiran
5. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesan sakit
Kesadaran
5

Kesan status gizi

Tanda Vital
Tekanan Darah
Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk anak,
yang ukurannya lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara
setengah sampai dua per tiga lengan atas. Tekanan darah waktu lahir 60 90
mmHg sistolik, dan 20 60 mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya naik 2
3 mmHg untuk kedua-duanya dan sesudah pubertas mencapai tekanan darah
dewasa.
1

Nadi
Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit), irama,
isi/kualitas nadi dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstrimitas.
1

Nafas
Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola pernafasan.
1

Suhu
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Rectal
Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan kiri, dua jari tangan
kiri memisahkan dinding anus kanan dengan kiri, dan termometer
dimasukkan anus dengan tangan kanan ibu.
1

2. Oral
Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan untuk anak
6 tahun.
1

3. Aksiler
Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus selama 3 menit.
Umumnya suhu yang diperoleh 0,5
o
lebih rendah dari suhu rektal.

Antropometri
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.


6

Jenis Parameter
1. Berat badan
Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi
baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau
BBLR.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan:
1. Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.
2. Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan.
3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.
4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai
dasar pengisian.
1


Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
4. Skala mudah dibaca
5.
Cukup aman untuk menimbang anak balita.
1,2

2. Tinggi Badan
Cara mengukur:
1. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
sehingga tepat 2 meter.
2. Lepaskan sepatu atau sandal.
3. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna.
4. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus
menempel pada dinding.
5. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.


7

3. Lingkar Lengan Atas
1. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat
pengujian memadai untuk digunakan di Indonesia.
2. Kesalahan pengukuran LLA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku
dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada tinggi badan.
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.

Cara mengukur:
Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri. Lengan dalam keadaan ber
gan-tung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan
lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkaran lengan.

4. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang
biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan
ukuran kepala.

Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang
dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1
desimal, caranya dengan melingkarkan pita pada kepala.

5. Lingkar Dada
Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan
lingkar dada sama pada umur 6 bulan.

Alat dan tehnik pengukuran:
Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah, biasanya terbuat dari serat
kaca (fiber glas). Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Masalah yang sering
dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran (pembaca), karena pernapasan anak
yang tidak teratur.

8

2. Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda
perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma, nevus,
bercak caf au kait, pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan
kulit, dan stria.

3. Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher, ketiak,
bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil
atau tidak.

4. Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri,
sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah,
rambut, tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu
melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.

5. Muka
Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung dan
mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada
sinus.

6. Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis,
eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan
kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6
bulan.
1


7. Hidung
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung, mukosa,
sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
1



9

8. Mulut
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan, tepi
hiperemis/tidak.
Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.

9. Tenggorok
Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh
mengeluarkan lidah dan mengatakan ah yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan
pada lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya,
warna, paradangan, eksudat, kripte)
1

10. Telinga
Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi telinga,
nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan
menggunakan heat lamp dan spekulum telinga.
1


Pada pemeriksaan Status Generalisata di temukan, antara lain :
Konjungtiva anemis, sklera tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
stomatitis angularis, atrofi papil lidah
Ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung

Diagnosis kerja
Diagnosis anemia defisiensi besi ditegakkan berdasarkan hasil temuan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat mendukung sehubungan dengan
gejala klinis yang sering tidak khas.

Ada beberapa kriteria diagnosis yang dipakai untuk menentukan ADB ( Anemia Defisiensi
Be-si) :
Kriteria diagnosis ADB ( Anemia Defisiensi Besi ) menurut WHO:
10

1. Kadar Hb kurang dari normal sesuai usia
2. Konsentrasi Hb eritrosit rata-rata < 31% (N:32-35%)
3. Kadar Fe serum <50 ug/dl (N:80-180ug/dl)
4. Saturasi Transferin <15% (N:20-50%)

Dasar diagnosis ADB menurut Cook dan Monsen
1. Anemia hipokrom mikrositik
2. Saturasi transferin < 16%
3. Nilai FEP > 100 % Ug/dl eritrosit
4. Kadar feritin serum<12 ug/dl

Untuk kepentingan diagnosis minimal 2 dari 3 kriteria ( ST, feritin serum dan FEP )
harus dipenuhi.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
Hemoglobin dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
3


Diagnosis Banding
1. Anemia Defisiensi Asam Folat
etiologi Gejala klinis Hasil laboratorium










Anemia
1.Kekurangan
makanan
Misalnya pada
kehamilan dapat
terjadi anemia
megalobalstik yang
disebabkan karena
diet yang kurang,
sedangkan kebutuhan
asam folat dari janin
bertambah
- Penderita tampak
pucat
- Nafsu makan
menurun
- Iritabilitas
- Mudah lelah
- Diare
- Susah berjalan
- Rasa baal di
tangan dan kaki
- Lemah otot
- Kadar hemoglobin rendah
dan
- Gambaran darah
tepi makrositik serta terdapat
hipersegmentasi neutrofil.
- Aktifitas asam folat dalam
serum rendah (normal 2,1-
2,8 ng/ml) dan bila aktifitas
asam folat lebih rendah dari
3 ng/ml, maka pemeriksaan
FIGLU dalam urin akan
11

Defisiensi
Asam Folat



2. Gangguan asam
folat
Misalnya pada
steatore idiopatik,
tropical sprue, dan
beberapa penyulit
gastrointestinal
lainnya

3. Obat yang bersifat
antagonistic terhadap
asam folat Misalnya
metrotreksat, 6-
merkaptopurin,
pirimetamin, derivate
barbiturate.
- Glositis (lidah
pucat dan licin),
- stomatitis angularis
- ikterus ringan,
- Kegagalan
penutupan neural
tube dapat terjadi di
daerah kranial
dan spinal
mengakibatkan
anensefalus,
meningokel,
ensefalokel, spina
bifida dan
hidrosefalus.
positif.
- Gambaran sumsum tulang
memperlihatkan eritripoetik
yang megaloblastik,
granulopoetik dan
trombopoetik menunjukkan
hipersegmentasi dan sel
raksasa



2. Anemia Pernisiosa ( defisiensi vitamin B12)
etiologi Gejala klinis Hasil laboratorium



















Anemia Pernisiosa
(Defisiensi vitamin
B12)


- Kurang asupan
vitamin B12 dari
makanan, misalnya
pada penganut
vegetarian, orang
tua, atau pecandu
alkohol.
- Kurangnya intrinsik
faktor, yaitu protein
yang membantu
penyerapan vitamin
B12 di lambung.
Faktor ini merupakan
penyebab tersering
anemia pernisiosa.
-Gangguan di usus
seperti penyakit
Crohn dan infeksi
usus.







- Denyut jantung
yang cepat
- Kehilangan selera
makan
- Kelelahan
- Kelemahan otot
- Memiliki
gangguan koordinasi
- Memiliki kesulitan
untuk
berkonsentrasi
- Merasakan
ketidaknyamanan
atau kegelisahan
(malaise atau rasa
tidak enak badan)
- Pembesaran ujung
jari kaki dengan
Pansitopenia,
Sediaan hapus
ddarah
tepi makositik,
sumsum tlg
hiperseluler dgn
eritropoiesis
hiperaktif

12









kelengkungan kuku
yang tidak normal
(jari kaki tabuh)
- Pucat
- Pusing
- Sesak nafas




Etiologi
Secara umum, penyebabnya adalah :
pertumbuhan anak yang cepat sekali
Pada tahun-tahun pertama kehidupan, pertumbuhan anak terjadi cepat sekali.
Normalnya, kenaikan berat badan rata-rata pada usia bayi setiap bulannya adalah 1
kg. Namun, ada juga bayi yang tumbuhnya cepat sekali, misal, usia 3 bulan berat
badannya sudah 8 kg. Pertumbuhan anak yang cepat sebetulnya baik. Diharapkan
tumbuh kembangnya juga bagus. Hanya saja hati-hati, apakah si anak kurang zat
besi atau tidak.

Jadi, harus dideteksi dan diantisipasi. Sebab, pertumbuhan anak yang terjadi dengan
cepat, memerlukan zat besi yang lebih banyak.

Pola makan kurang tepat
Misal, bayi usia 7 bulan hanya mengkonsumsi ASI. Padahal, waktu bayi lahir,
sumber zat besi yang ada di organ hatinya hanya cukup sampai usia 4-6 bulan. Jadi,
setelah usia 6 bulan, bayi harus diberi makanan tambahan yang mengandung cukup
zat besi.Itu sebab, pemberian AS Eksklusif pun cuma 6 bulan. Untuk bayi yang oleh
suatu sebab tak mendapat ASI Eksklusif, pemberian makanan tambahan dimulai
usia 4 bulan. Selanjutnya bayi harus dikenalkan makanan tambahan semisal bubur
susu dan buah-buahan. Lalu bubur nasi yang dilanjutkan nasi tim. Setelah satu
tahun, makanannya seperti makanan orang dewasa. Makanan tersebut harus bergizi
seimbang, beragam, dan bervariasi.
4,6

13


Gambar 1 : Asupan gizi seimbang
Penyakit infeksi
Misal, anak terkena penyakit saluran nafas. Kuman pada anak yang menderita
penyakit infeksi akan menggunakan zat besi di dalam tubuh anak untuk tumbuh dan
berkembang biak. Inilah yang menyebabkan anak mudah menderita anemia
defisiensi zat besi.
4
Penyebab defisiensi besi menurut umur
Bayi kurang dari 1 tahun
1. Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar,
ASI ekslusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat
dan anemia selama kehamilan.
2. Alergi protein susu sapi
Anak umur 1-2 tahun
1. Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu
murni berlebih.
2. Obesitas
3. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis.
4. Malabsorbsi.


14

Anak umur 2-5 tahun
1. Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau
minum susu berlebihan.
2. Obesitas
3. Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang/kronis baik bakteri, virus ataupun
parasit).
4. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel/poliposis dsb).
Anak umur 5 tahun-remaja
4

1. Kehilangan berlebihan akibat perdarahan(a.l infestasi cacing tambang) dan
2. Menstruasi berlebihan pada remaja puteris
Patogenesis
Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan besi yang berlangsung
lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan menyebabkan
cadangan besi yang berkurang. Ada tiga tahap dari anemia defisiensi besi, yaitu:

1. Tahap petama.
Tahap ini disebut iron depletion atau iron deficiency, ditandai dengan berkurangnya
cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin dan fungsi protein besi lainnya
masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum
menurun sedangkan pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya kekurangan besi masih
normal.
5,6


2. Tahap kedua
Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erytropoietin atau iron
limited erytropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang
eritropoiesis. Dari hasil pemeriksaan laboratoium diperoleh nilai besi serum menurun dan
saturasi transferin menurun sedangkan total iron binding capacity (TIBC) meningkat dan
free erytrocyt porphyrin (FEP) meningkat.
5,6


15

3. Tahap ketiga
Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini
terjadi bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga
menyebabkan penurunan kadar Hb.
5,6

Manifestasi klinis
Menurut Syarif, tingkat anemia bermacam-macam, dari ringan sampai berat.
Anemia zat besi yang ringan dan sedang biasanya menimbulkan gejala pucat, lesu, lelah,
dan pusing. Untuk anak usia sekolah, anak menjadi kurang mampu belajar dan kurang
berprestasi. Sedangkan anemia tingkat berat, akan mengganggu fungsi jantung dan
menimbulkan gejala sesak nafas, berdebar-debar, bengkak di kedua kaki, hingga gagal
jantung.
4

Bila gejala anemia berlangsung dalam jangka waktu relatif lama dapat
mengakibatkan berbagai gangguan organ dan sistem pada tubuh anak. Misal, gangguan
pertumbuhan organ, yang membuat tubuh anak tampak kecil dibanding usianya. Lalu
gangguan kulit dan selaput lendir, gangguan sistem pencernaan karena berkurangnya asam
lambung sehingga selaput tipis di ususnya jadi kecil-kecil atau tak berkembang (atrofi
mukosa lambung), gangguan otot gerak sehingga anak cepat lelah dan lesu, gangguan
sistem kekebalan tubuh sehingga anak mudah sakit, dan gangguan jantung, yakni
berkurangnya kemampuan jantung untuk memompa darah. Terakhir gangguan fungsi
kognitif, antara lain kurang mampu belajar dan kemampuan intelektualnya kurang. Bahkan,
jika defisiensi zat besi berlangsung lama, misal, terjadi sejak usia bayi dan tak dilakukan
koreksi sampai anak usia 2 tahun, bisa menyebabkan gangguan mental. Bila anak sampai
mengalami gangguan mental, sifatnya akan menetap atau tak bisa diubah, meski anemianya
sudah teratasi.
4

Tabel 2. Batas normal kadar hemoglobin menurut WHO
Kelompok Umur Hemoglobin
Anak

Dewasa
6 bulan s/d 6 tahun
6 tahun s/d 14 tahun
Laki-laki
Wanita
Wanita hamil
11
12
13
12
11

16

Penatalaksanaan
1. medikamentosa
Penanganan anak dengan anemia defisiensi besi yaitu :
Mengatasi faktor penyebab
Pemberian preparat besi Oral
Pemberian Preparat Besi secara Oral
Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dosis 3 mg/kgBB sebelum
makan atau 5 mg/kgBB setelah makan dibagi dalam 2 dosis.
Diberikan sampai 2-3 bulan sejak Hb ( Hemoglobin) kembali normal
Pemberian vitamin C 2x50 mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi.
Pemberian asam folat 2x 5-10 mg/hari untuk meningkatkan aktifitas eritropoiesis
Hindari makanan yang menghambat absorpsi besi (teh, susu murni, kuning telur,
serat) dan obat seperti antasida dan kloramfenikol.
Banyak minum untuk mencegah terjadinya konstipasi (efek samping pemberian
preparat besi)
2,4,5

Pemberian secara Parenteral
Indikasi ( dibeikan apabila) :
Adanya malabsorbsi
Membutuhkan kenaikan kadar besi yang cepat (pada pasien yang menjalani dialisis
yang memerlukan eritropoetin)
Intoleransi terhadap pemberian preparat besi oral
2,4

2. Non-medikamentosa
Dari segi pendidikan
Meningkatkan pengetahuan masyarakat :
Tentang gizi dan jenis makanan yang mengandung kadar besi yang tinggi
dan absorpsi yang lebih baik misalnya ikan, hati dan daging.
17

Kandungan besi dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi
tetapi penyerapan/bioavailabilitasnya lebih tinggi (50%). Oleh karena itu
pemberian ASI ekslusif perlu digalakkan dengan pemberian suplementasi
besi dan makanan tambahan sesuai usia.
Penyuluhan mengenai kebersihan lingkungan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi bakteri/infestasi parasit sebagai salah satu penyebab defisiensi
besi
Suplementasi besi, Diberikan pada semua golongan umur dimulai sejak bayi hingga remaja
2,5

Komplikasi
Bagi bayi dan anak (0-9 tahun)
4

Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi.
Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar.
Gangguan pada psikologis dan perilaku
Bagi Remaja (10-19 tahun)
4

Gangguan kemampuan belajar
Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik
Dampak negatif terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan
penyakit infeksi
Bagi Orang dewasa pria dan wanita
4

Penurunan kerja fisik dan pendapatan.
Penurunan daya tahan terhadap
Keletihan
Prognosis
Prognosis baik apabila penyebab anemianya hanya karena kekurangan besi saja
dan diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang adekuat. Gejala
anemia dan menifestasi klinis lainnya akan membaik dengan pemberian preparat besi.
18

Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa
kemungkinan sebagai berikut:
- Diagnosis salah
- Dosis obat tidak adekuat
- Preparat Fe yang tidak tepat dan kadaluarsa
- Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak
berlangsung menetap.
- Disertai penyakit yang mempengaruhi absorpsi dan pemakaiam besi (seperti:
infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit tiroid, penyakit
karena defisiensi vitamin B12, asam folat)
-
Gangguan absorpsi saluran cerna (seperti pemberian antasid yang berlebihan
pada ulkus peptikum dapat menyebabkan pengikatan terhadap besi.
4,5,6
19

Daftar pustaka
1. Latief abdul, Tumbelaka A.R, Chair Imral, et al. Diagnosis Fisis pada Anak. 1991.
FKUI. Jakarta.
2. Pusponegoro H.D, Firmanda D, Rusmil K, et al. Standar pelayanan medis kesehatan
anak. Edisi I. 2004. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
3. Bakta, I.M , Hematologi Klinik Ringkas. 2007. Jakarta : EGC
4. Behrman.. NELSON : Ilmu Kesehatan Anak vol 2. Edisi 15. 1999. EGC. Jakarta.
5. Latief abdul, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.1998. Penerbit FKUI. Jakarta
6. Raspati H., Reniarti L., Susanah S. Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak.
Anemia. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005.

Anda mungkin juga menyukai