Anda di halaman 1dari 26

Pemeriksaan Bayi dan Anak Normal

I. Pendahuluan
Bayi normal adalah bayi yang lahir dari ibu yang sehat, tidak mengalami komplikasi selama
kehamilan dan lahir tanpa disertai penyulit.Dalam melakukan pemeriksaan yang baik untuk
mengetahui apakah termasuk bayi sehat atau tidak sehat, maka diperlukan kriteria bayi dalam batas
normal, diantaranya adalah sebagai berikut :
Masa kehamilan cukup bulan, yaitu 37 - < 42 minggu
Berat badan lahir 2500 - < 4000 gram
Tidak mengalami asfiksia ( APGAR 1 menit 8-10 )
Tidak mempunyai kelainan kongenital yang berat ( a.l gastroschizis, spina bifida, dll )

II. Anamnesis pada Bayi


Sistematika anamnesis sebagai berikut :
1. Keterangan umum
Keterangan umum terdiri dari :
- Nama bayi, nama kecil, tanggal lahir/umur, alamat, pendidikan, anak ke..dari..,
saudara
- Nama ayah/ibu, umur, pekerjaan, status, alamat, no.KTP/SIM/NIP, no.ASKES
Kembangkan logika deduktif/induktif tentang karakteristik subyek dari segi epidemiologi,
termasuk insidensi, etiologi, penyebaran penyakit, faktor predisposisi, hubungan host-agent-
environment.
2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang menyebabkan orang tua membawa anaknya berobat.
Keluhan utama pada dasarnya merupakan fokus masalah, dimana secepatnya kita
kembangkan identifikasi masalah dengan mengembangkan pola pikir berupa logika deduktif
yang menghasilkan diagnosis banding dari keluhan utama. Strategi atau pola pikirnya dapat
menggunakan pendekatan anatomi, etiologi, patofisiologi, atau patologi anatomi. Kemudian
disusun diagnosis banding dan buat prioritasnya. Urutan diagnosis banding ini akan menjadi
penuntun untuk anamnesis selanjutnya.

1
3. Anamnesis khusus
Dalam anamnesis khusus, yang dicari adalah karakteristik keluhan utama yang meliputi :
onset, durasi, frekuensi, sifat, progresifitas, dan sebagainya. Kemudian berdasarkan pola
ilmiah, maka beberapa diagnosis banding sudah dapat disingkirkan sehingga mempersempit
masalah.
4. Anamnesis umum
Melalui anamnesis umum, harus dapat dikumpulkan gejala, tanda penyerta, dan komplikasi
yang mungkin terjadi. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara keluhan utama dengan
diagnosis kemungkinan. Ditanyakan juga mengenai riwayat pengobatan / penyakit
terdahulu.
5. Anamnesis tambahan
Setelah anamnesis umum selesai, selanjutnya masuk ke anamnesis tambahan, terdiri dari :
Riwayat antenatal, persalinan, postnatal
Riwayat penyakit terdahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat imunisasi
Anamnesis makanan
Anamnesis kepandaian, pertumbuhan dan perkembangan
Anamnesis gigi geligi
Para bayi dan anak, tidak jarang riwayat antenatal, persalinan, dan postnatal merupakan
anamnesis tambahan yang cukup penting, seperti :
Bayi dikirim oleh siapa : kamar bersalin, dokter, bidan atau dengan paraji
Riwayat antenatal : kehamilan berapa minggu, HPHT, penggunaan obat, gizi,
komplikasi, PNC ?
Kelahiran sekarang : tempat, tanggal lahir, jam, berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, kelahiran dibantu siapa?
Persalinan :
Spontan ?
Buatan : sectio caesaria, ekstraksi forceps, ekstraksi kaki / bokong, ekstraksi vacuum
Obat yang digunakan selama persalinan
Tanda fetal distress

2
Air ketuban : keruh, berwarna, berbau, jumlah
Lama persalinan
Letak anak, kehamilan tunggal / kembar
Tali pusat : panjang, kelainan, jumlah arteri dan vena
Plasenta : berat, ukuran, jumlah chorion, amnion
Riwayat kehamilan sebelumnya :
Kehamilan ibu : G?P?A?
Anak ke berapa, lahir hidup/mati, kondisi sekarang
Riwayat penyakit yang telah dialami tergantung umur : cacar air, campak, difteri,
batuk rejan, muntaber, kejang, tonsilitis, OMA/OMP, chorea, pneumonia, pleuritis,
malaria, hepatitis, dsb.
Riwayat penyakit keluarga : asma, alergi, diabetes, jantung, ginjal, kanker,
hipertensi, epilepsi, sifilis, dsb.
Riwayat imunisasi dasar-ulangan : BCG, DPT, polio, campak, tifus, hepatitis B, dsb.
Anamnesis makanan : jenis makanan berdasarkan umur, kualitas dan kuantitas
makanan.
Anamnesis kepandaian, pertumbuhan dan perkembangan : berbalik, duduk, berdiri,
berjalan, berbicara, membaca, menulis, sekolah
Anamnesis gigi geligi : gigi pertama, gigi sekarang

Anamnesis tambahan sangat penting untuk memperkuat atau menyokong diagnosis


kemungkinan dan menyingkirkan diagnosis banding serta membantu dalam pengobatan,
prognosis dan pencegahan.

III. Pemeriksaan pada Saat Lahir


Tujuan pemeriksaan pada saat lahir adalah untuk menilai adaptasi neonatus dari kehidupan
intrauterin dan untuk mencari adanya kelainan kongenital, terutama yang perlu penanganan segera.
Penghitungan nilai APGAR telah digunakan di seluruh dunia untuk menilai adaptasi neonatus
terhadap kehidupan ekstrauterin. Nilai APGAR mencakup kriteria laju jantung, usaha bernapas,
tonus otot, refleks terhadap rangsangan, dan warna kulit. Cara penilaian APGAR dapat dilihat pada
tabel 1.

3
Nilai APGAR 7-10 menunjukkan keadaan neonatus normal, 4-6 menunjukkan keadaan
asfiksia ringan sampai sedang, dan nilai 0-3 menunjukkan keadaan asfiksia berat. Penilaian APGAR
perlu diulang setelah 5 menit untuk mengevaluasi apakah tindakan resusitasi kita sudah adekuat.
Nilai APGAR 5 menit ini mempunyai nilai prognostik karena berhubungan dengan morbiditas
neonatal. Nilai <5 menunjukkan prognosa tidak baik dan mempunyai dampak jangka panjang
terhadap perkembangan bayi. Jika nilai APGAR <5 maka neonatus perlu diintubasi dan dijaga agar
tetap hangat.

Tabel 1. Nilai APGAR


Tanda 0 1 2
Denyut jantung Tidak ada < 100 100
Usaha bernapas Tidak ada Lambat Menangis kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremitas fleksi sedikit Gerakan aktif
Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan
Seluruh tubuh Tubuh kemerahan, ekstremitas Seluruh tubuh
Warna kulit
biru/pucat biru kemerahan

Selanjutnya perlu ditentukan umur kehamilan untuk mengetahui apakah bayi lahir prematur,
matur atau postmatur. Penghitungan umur kehamilan dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria
Dubowitz atau Ballard seperti yang tercantum pada Lampiran 1.
Setelah mengetahui umur kehamilan, kita dapat menentukan status gizi dari bayi baru lahir,
apakah bayi tersebut kecil menurut masa kehamilan, sesuai masa kehamilan atau besar menurut
masa kehamilan dengan cara membandingkan umur kehamilan berdasarkan grafik pertumbuhan
dari Lubchenko ( Lampiran 2 ).
Setelah itu perlu diperiksa apakah ada kelainan kongenital atau tidak. Hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya kelainan kongenital perlu diketahui melalui anamnesa. Hal-hal tersebut
antara lain adalah pemakaian obat-obat teratogenik, terkena radiasi atau infeksi virus pada semester
pertama, adanya penyakit ibu yang dapat mengganggu pertumbuhan janin. Anomali seperti
anensefali, omfalokel, dan amelia dapat dilihat dengan jelas, dan perlu dicatat selengkap mungkin.

4
IV. Pemeriksaan Setelah Bayi Stabil
Pemeriksaan berikutnya biasanya dilakukan pada hari ketiga atau bbpada saat bayi berada
dalam keadaan stabil karena saat itu banyak perubahan terjadi yang tidak terdeteksi pada saat
kelahirannya, kulit nampak lembut dan kemerahan, kepala nampak berbentuk normal, rambut
tersisir dan mantap melahap air susunya. Pemeriksaan ini berguna untuk memastikan normalitas
yang ada, mendeteksi adanya kelainan yang ringan dan memeriksa status neurologis. Pemeriksaan
tersebut harus lebih terinci dan sebaiknya dihadiri oleh ayah dan ibunya. Selain itu perlu juga diberi
penjelasan terhadap hasil pemeriksaan tersebut serta setiap pemeriksaan penunjang yang akan
dilaksanakan pada sang bayi. Pemeriksaan tersebut meliputi pemeriksaan keadaan umum dan tanda
vital, ukuran antropometrik, kepala dan wajah, kulit, telinga, mulut, mata, dada, abdomen, genitalia,
sistem muskuloskeletal, tulang belakang, dan susunan saraf pusat.

Penilaian keadaan umum


Penilaian keadaan umum mencakup kesan keadaan sakit, termasuk fasies dan posisi pasien,
kesadaran, dan kesan status gizi. Hal pertama yang harus dinilai adalah kesan keadaan sakit, apakah
pasien tidak tampak sakit, sakit ringan, atau sakit berat. Kesan keadaan sakit ini umumnya bersifat
subyektif dan tidak selalu identik dengan serius atau tidaknya penyakit. Perhatikan pula fasies
pasien, yaitu istilah untuk menunjukkan ekspresi wajah pasien, serta aktivitasnya.
Kesadaran dapat dinilai apabila bayi tidak sedang tidur. Kesadaran dibagi menjadi
komposmentis, somnolen, sopor dan koma. Komposmentis adalah pasien sadar sepenuhnya dan
memberi respon adekuat terhadap semua stimulus yang diberikan. Somnolen yakni tingkat
kesadaran dimana pasien tampak mengantuk, selalu ingin tidur dan tidak responsif terhadap
stimulus ringan, tetapi masih memberikan respon terhadap stimulus yang agak keras kemudian
tertidur lagi. Sopor yaitu keadaan dimana pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang,
tetapi masih memberikan respon terhadap stimulus yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya
masih positif. Sedangkan koma adalah keadaan dimana pasien tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus apapun.
Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan anamnesis (riwayat makanan), pemeriksaan
fisik, data antropometrik dan hasil pemeriksaan laboratorium. Sebagai patokan umum, status gizi
dikelompokkan sebagai berikut :
Gizi cukup atau baik, jika berat badan antara 80-120% dari P50 nilai baku dan tidak terdapat
edema

5
Gizi kurang bila berat badan antara 60-80% dari P50 nilai baku serta tidak terdapat edema
Gizi buruk :
1. Kwashiorkor : berat badan lebih dari 60% dari P50 nilai baku dan terdapat edema
2. Marasmus : berat badan kurang dari 60% dari P50 nilai baku dan tidak terdapat
edema
3. Marasmus kwashiorkor : berat badan kurang dari 60% dari P50 nilai abku dan
terdapat edema
Gizi lebih jika berat badan lebih dari 120% dari P50 nilai baku.
Nilai baku berat badan bayi menurut NCHS dilampirkan dalam Lampiran 3.

Tanda vital merupakan hal yang penting untuk diperiksa, dan meliputi nadi, tekanan darah,
pernapasan dan suhu. Pemeriksaan nadi sebaiknya dilakukan pada keempat ekstremitas dan
mencakup frekuensi, irama, isi dan ekualitas nadi. Frekuensi nadi paling baik dihitung dengan
pasien dalam keadaan tidur. Nilai normal untuk neonatus adalah 100-180 kali per menit pada
keadaan bangun, 80-160 kali per menit dalam keadaan tidur, dan sampai 220 dalam keadaan aktif
atau demam. Pada keadaan normal, irama nadi adalah teratur dan isinya cukup. Ekualitas nadi
maksudnya adalah bahwa isi nadi teraba sama pada keempat ekstremitas.
Tekanan darah pun sebaiknya diperiksa pada keempat ekstremitas ( nadi kedua a.brachialis
atau radialis, dan kedua a.femoralis atau dorsalis pedis ). Apabila pengukuran dilakukan pada satu
ekstremitas, yang biasa digunakan adalah lengan kanan atas. Tekanan darah sebaiknya diperiksa
dalam keadaan tenang di ruangan yang tenang pula. Diusahakan lengan atas berada setinggi
jantung. Lebar manset yang dipakai harus mencakup sampai 2/3 panjang lengan atas atau panjang
tungkai atas, panjang manset harus melingkari setidak-tidaknya 2/3 lingkaran lengan atas atau
tungkai atas. Manset dipasang dengan batas bawah kurang dari 3 cm dari siku atau lipat lutut.
Dengan cepat manset dipompa sampai denyut nadi a.radialis atau dorsalis pedis tidak teraba,
kemudian teruskan dipompa sampai 20-30 mmHg lagi. Sambil mendengarkan dengan stetoskop
pada a.brachialis atau a.poplitea, kosongkan manometer perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mm
perdetik. Tekanan sistolik adalah bunyi yang pertama kali terdengar, berupa bunyi detak yang
perlahan, sedangkan tekanan diastolik adalah saat bunyi tiba-tiba melemah dan hilang. Dalam
keadaan normal, tekanan sistolik lengan lebih rendah 10-15 mmHg dari tekanan sistolik tungkai,
kecuali pada bayi dibawah 1 tahun. Sedangkan tekanan darah diastolik hampir sama baik di lengan
maupun di tungkai. Tekanan darah normal pada neonatus adalah sistolik 8016 dan diastolik 4515.

6
Tanda vital ketiga yang perlu dinilai adalah pernapasan pasien yang mencakup frekuensi,
irama, kedalaman dan tipe atau pola pernapasan. Penghitungan frekuensi pernapasan paling baik
dilakukan pada saat bayi tidur, dan dapat ditentukan dengan cara inspeksi ( dengan melihat gerakan
napas ), dengan palpasi ( tangan pemeriksa diletakkan pada dinding abdomen atau dinding dada
pasien, kemudian dihitung gerakan pernapasan yang terasa pada tangan ) atau dengan cara
auskultasi ( dengan menggunakan stetoskop ). Dalam keadaan normal, pola pernapasan bayi adalah
abdominal atau diafragma. Terdapatnya pernapasan torakal menunjukkan adanya kelainan paru,
kecuali bila pasien sangat kembung. Frekuensi pernapasan normal pada neonatus adalah 30-60
dengan rata-rata waktu tidur adalah 35.
Suhu tubuh diukur dengan menggunakan termometer badan, dan biasanya yang diukur
adalah suhu aksila. Suhu rektum diukur dengan menggunakan termometer rektal yang telah diolesi
vaselin sebelumnya. Bayi diletakkan dalam posisi tidur miring dengan lutut sedikit dibengkokkan,
kemudian masukkan termometer kedalam anus dengan arah sejajar dengan kolumna vertebralis.
Setelah itu lipatan bokong saling dirapatkan.

Ukuran antropometrik
Neonatus cukup bulan yang sesuai untuk masa kehamilan mempunyai ukuran badan sebagai
berikut :
Berat antara 2500 sampai 4000 gram
Panjang 45 sampai 54 cm
Lingkaran kepala 33 sampai 37 cm
Lingkaran dada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkaran kepala
Berat badan bayi ditimbang dengan menggunakan timbangan bayi. Sebelum menimbang,
periksa lebih dahulu apakah alat sudah dalam keadaan seimbang ( jarum menunjuk angka nol ).
Bayi ditimbang dalam posisi berbaring telentang tanpa baju. Sampai umur 1 tahun bayi ditimbang
setiap bulan, kecuali jika terdapat dugaan adanya kelainan atau penyimpangan berat badan.
Alat pengukur tinggi badan terbuat dari kayu, yang salah satu ujungnya mempunyai batas
yang tetap sedangkan ujung yang lainnya mempunyai kayu yang dapat digerakkan. Bayi ditidurkan
telentang tanpa sepatu dan tanpa topi diatas tempat tidur yang keras. Diusahakan agar tubuh bayi
lurus. Panjang badan bayi dapat diukur dengan akurat dengan melekatkan verteks bayi pada kayu
yang tetap, sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi.

7
Lingkaran kepala yang diukur adalah lingkaran kepala terbesar. Caranya adalah dengan
meletakkan pita melingkari kepala melalui glabella pada dahi, bagian atas alis mata, dan bagian
kepala pasien yang paling menonjol yaitu protuberansia oksipitalis. Pita pengukur diletakkan
sedemikan rupa sehingga kencang melingkari kepala.
Lingkaran dada diukur dengan menggunakan pita dari metal yang fleksibel. Pada umumnya
hanya diukur pada bayi yang berusia kurang dari 2 tahun. Caranya adalah meletakkan pita
mengelilingi dada melalui puting susu dalam keadaan ekspirasi maksimal.
Selain berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan lingkaran dada, ukuran antropometrik
yang umumnya diukur adalah lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit. Lingkaran lengan atas
diukur dengan menggunakan pita. Pita pengukur dilingkarkan pada pertengahan lengan kiri, antara
akromion dan olekranon. Pada bayi baru lahir, lingkaran lengan atas adalah 11 cm.
Pengukur tebal lipatan kulit adalah skinfold calipers. Lipatan kulit yang umumnya diukur
adalah daerah triseps, subskapular atau suprailiaka. Pengukuran dilakukan dengan mencubit kulit
sampai terpisah dari otot dasarnya kemudian lipatan kulit tersebut diukur dengan kaliper.

Kepala
Adanya trauma lokal merupakan sesuatu yang umum terjadi, termasuk kaput suksedaneum
dan benjolan, lecet ringan dari kulit kepala, jejas forsep, memar wajah non spesifik, perdarahan
subkonjungtiva serta kadang-kadang sefal hematom. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih karena molding. Keadaan ini akan normal kembali setelah
beberapa hari sehingga ubun-ubun besar dan kecil mudah diraba. Pada pemeriksaan ubun-ubun
perlu diperhatikan ukuran dan ketegangannya.
Kaput suksedaneum adalah edema pada kulit kepala, lunak, tidak berfluktuasi, batasnya
tidak tegas dan menyebrangi sutura, dan akan hilang dalam beberapa hari. Sefal hematom tidak
tampak pada hari pertama karena tertutup oleh kaput suksedaneum, mempunyai konsistensi lunak,
berfluktuasi, dan berbatas tegas pada tepi tulang tengkorak, sehingga tidak menyebrangi sutura.
Sefal hematom akan mengalami kalsifikasi setelah beberapa hari dan akan menghilang sempurna
dalam 2-6 bulan.
Perdarahan subaponeurotik terjadi karena pecahnya vena yang menghubungan jaringan di
luar dengan sinus-sinus dalam tengkorak dan dapat terjadi pada tiap persalinan yang diakhiri
dengan alat. Biasanya batasnya tidak tegas sehingga bentuk kepala tampak asimetris, pada perabaan

8
sering ditemukan fluktuasi dan juga terdapat edema. Bila berat, kelainan ini dapat menimbulkan
renjatan, anemia, atau hiperbilirubinemia.
Pada kulit kepala perlu diperhatikan adanya erosi, laserasi, dan bruise yang disebabkan oleh
forseps.

Wajah
Wajah neonatus seringkali tampak asimetris karena posisi janin intrauterin, adanya parese
nervus kranialis ke-7, dan penyebab tersering adalah persalinan dengan forseps. Kelainan wajah
yang khas terjadi pada sindroma Down. Untuk melihat apakah wajah asimetris, dapat diperhatikan
pada saat bayi menangis. Pada hipoplasia otot depresor anguli oris terlihat asimetri wajah apabila
bayi menangis, sudut mulut dan mandibula akan tertarik ke bawah dan garis nasolabialis akan
kurang tampak pada daerah yang sehat, dan sebaliknya pada parese N.Fasialis.

Mata
Pemeriksaan mata neonatus seringkali sulit karena biasanya mata tertutup. Dengan
menggoyangkan kepalanya perlahan, mata neonatus akan terbuka, sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan. Pada pemeriksaan ini perlu diperhatikan adanya edema palpebra, mikroftalmia
kongenital, glukoma kongenital, katarak kongenital, trauma pada mata yang dapat terlihat sebagai
edema palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, dan konjungtivitis. Perlu pula diperiksa jarak
antara kedua mata, warna iris, ukuran pupil, ikterik, dan perdarahan sklera.

Telinga
Pemeriksaan telinga bertujuan untuk melihat adanya ukuran, bentuk, posisi, adanya trauma
pada telinga luar. Karena sulit, ada kecenderungan untuk tidak memeriksa membran timpani pada
neonatus, padahal otitis media dapat ditemukan pada hari pertama dan dapat didiagnosis dengan
menggunakan otoskop. Jika terdapat tanda-tanda infeksi, periksalah membran timpani.

Leher
Pemeriksaan leher dimaksudkan untuk melihat gerakan, goiter, tiroid, tiroglosus, dan web
neck.

Mulut

9
Perlu juga dilakukan pemeriksaan mulut untuk mengetahui adanya labio-gnato-
palatoschizis, dan hipersalivasi yang mungkin disebabkan adanya atresia esofagus. Pemeriksaan
esofagus dilakukan dengan memasukkan kateter ke dalam lambung. Jika kateter masuk ke dalam
lambung, masukkan 5-10 ml udara dengan steteskop terdengar bunyi udara terdengar masuk ke
dalam lambung, maka kemungkinan atresia esofagus dapat disingkirkan.

Dada
Pemeriksaan pada dada meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dari inspeksi
dapat dilihat bahwa bentuk dada adalah seperti tong, dinding dada bergerak sama dengan dinding
perut pada respirasi normal, gerakan dada simetris, dan frekuensi napas normal pada neonatus
berkisar antara 40-60 kali per menit. Selain itu perlu juga diperhatikan kelenjar payudara, areola,
dan puting susu pada neonatus.
Dengan palpasi kita dapat mencari fraktur klavikula dan meraba iktus kordis untuk
menentukan posisi jantung. Perkusi dada jarang dilakukan pada neonatus. Dari auskultasi kita dapat
menentukan frekuensi denyut jantung yang normalnya adalah 120-160 kali per menit. Selain itu kita
juga dapat mendengar bunyi napas yang normalnya pada neonatus adalah tipe bronkovesikuler.
Murmur pada masa neonatus jarang, pada bayi dapat ditemukan kelainan jantung yang berat tanpa
disertai adanya murmur, sebaliknya pada penutupan duktus arteriosus dapat ditemukan murmur, tapi
hanya sementara.

Abdomen
Dinding perut neonatus lebih datar daripada dinding dadanya. Hati biasanya teraba 2-3 cm
di bawah arkus aorta kanan. Limpa juga sering teraba 1 cm di bawah arkus aorta kiri, karena masih
terjadi hemopoiesis ekstrameduler. Batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara
garis tengah dan tepi perut. Biasanya bagian ginjal yang dapat diraba sekitar 2-3 cm, namun
terkadang pemeriksaan ini dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman pada neonatus sehingga
jarang dilakukan. Bila terdapat kecurigaan kelainan dalam perut, pemeriksaan USG akan banyak
membantu.

Genitalia

10
Pemeriksaan genitalia pada neonatus selain untuk menentukan adanya kelainan, juga dapat
digunakan untuk mengetahui umur kehamilan berdasarkan kriteria Dubowitz atau kriteria Ballard.
Pada laki-laki dilihat adanya fimosis, hipospadia, skrotum ( sering berukuran besar ),
hidrokel, hernia. Testis harus dipalpasi. Panjang penis harus diukur, jika < 2,5cm maka harus
dievaluasi.
Pada perempuan, kelainan yang sering muncul adalah pembesaran labia mayora, mucosal
tag, vaginal discharge, dan pseudomenses, hernia dan fistula.

Anus
Anus pun perlu diperiksa untuk mencari adanya anus imperforata dengan menusukkan
termometer ke dalam anus. Bila ada atresia, perhatikan apakah adanya fistula rekto-vaginal.

Kulit
Warna kulit neonatus yang normal adalah kemerahan, kadang terlihat sianosis pada ujung
jari hari pertama. Sianosis pada seluruh tubuh menunjukkan kemungkinan kelainan jantung bawaan
sianotik atau methemoglobinemia. Warna kulit yang pucat terdapat pada anemia berat atau asfiksia
plida. Pletora tampak pada polisitemia. Warna kulit yang kuning disebabkan kadar bilirubin yang
tinggi dalam serum darah atau pewarnaan oleh mekonium. Ikterus sangat baik dilihat pada sklera,
kulit dan selaput lendir, terutama pada pencahayaan siang hari. Kenaikan kadar bilirubin indirek
memberikan warna kuning-jingga, sedangkan bilirubin direk memberikan warna kuning kehijauan.
Pada neonatus yang berkulit gelap. Sebaiknya pemeriksaan ikterus dilakukan pada mukosa,
sedangkan pada neonatus kulit berwarna dalam keadaan normal dapat dilihat warna kebiruan pada
punggung dan bokong yang disebut Mongolian spots. Deskuamasi umum terjadi pada semua bayi
dan dapat terjadi di seluruh tubuh. Pengelupasan dan retak dapat terjadi pada bayi yang imatur.

Kelenjar Getah Bening


Dengan palpasi dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan diameter < 12
cm di daerah inguinal dan servikal.
Sistem muskuloskeletal
Pemeriksaan terhadap tulang, sendi, ligamen dan persambungannya dengan otot adalah hal
yang amat penting pada bayi baru lahir. Pada pemeriksaan sistem muskuloskeletal dapat dicari
adanya dislokasi sendi panggul, tarsus varus ( suatu keadaan dimana kaki bengkok ke arah dalam

11
dengan berbagai derajat pada sendi tarsalis, dan dapat pulih secara spontan ), kalkaneo vagus,
talipes ekuino varus.

Tulang belakang
Pemeriksaan tulang belakang dilakukan untuk mencari terdapatnya skoliosis, meningokel,
spina bifida, spina bifida okulta, atau sinus pilonidalis. Pemeriksaan ini dilakukan pada neonatus
dalam keadaan tengkurap dan tangan pemeriksa meraba sepanjang tulang belakang.

V. Pemeriksaan Lanjutan
Pada pemeriksaan lanjutan, perlu diperhatikan pernapasan, warna kulit, temperatur yang
diukur pada aksila, pertumbuhan berat badan, BAB dan BAK, tali pusat, pemberian ASI, tanda-
tanda infeksi dan imunisasi. Mengenai pemberian ASI, yang perlu diperhatikan adalah frekuensi
dan teknik pemberiannya. Berat badan neonatus biasanya akan berkurang hingga < 10% dalam hari
pertama, mulai meningkat pada hari ke-7 dan akan mencapai berat badan lahir pada hari ke-14.
Tanda-tanda infeksi mencakup kulit kemerahan atau pus, eksudat dari tali pusat dan mata, suhu
terlalu tinggi atau rendah, problem feeding dan napas, kejang ( bayi dapat mengalami infeksi yang
didapat saat intrapartum ).

VI. Pemeriksaan neurologis pada neonatus


Pemeriksaan neurologis ini berbeda antara bayi dengan anak yang lebih tua. Pemeriksaan ini
merupakan pengukuran terhadap postur dan tonus, pergerakan dan refleks-refleks primer. Oleh
karena itu dibutuhkan beberapa menit untuk mengamati bayi sehingga mendapatkan informasi
tersebut.
Pemeriksaan neurologis pada neonatus meskipun serba terbatas, mencakup pemeriksaan
tonus dan gerakan otot, saraf otak, dan refleks neonatal primer.
Secara umum postur bayi adalah fleksi, kecuali postur abnormal yang terjadi intrauterin
yang dapat menyimpang dari keadaan tersebut, seperti misalnya dahi yang lebar atau kepala yang
defleksi.
Pemeriksaan kepala
Ubun-ubun besar dan sutura diraba secara lembut. Diameter ubun-ubun normal adalah
2,11,5 cm. Dan sutura tidak dapat dimasuki ujung jari. Apabila terdapat sutura yang melebar
dengan ubun-ubun besar menegang dan membonjol, kemungkinan terdapat tekanan intrakranial

12
yang meninggi seperti pada hidrosefalus. Ubun-ubun yang membesar tidak selalu abnormal,
mungkin juga normal dikarenakan adanya edema, molding yang berlebihan, perdarahan subgaleal,
atau bekas infus yang salah.

Pemeriksaan motor
Pemeriksaan motor yang penting ialah pemeriksaan tonus. Yang dimaksud dengan tonus
adalah tahanan otot terhadap regangan. Ada 2 macam tonus, yaitu tonus fasik dan tonus postural.
Tonus fasik diperiksa dengan menguji tahanan anggota gerak untuk bergerak dan aktivitas
refleks tendon. Pada neonatus predominan dalam posisi fleksi dan bila dicoba diluruskan,
tahanannya minimal, mudah diluruskan dan kemudian akan fleksi kembali, namun kadang-kadang
masih tetap dalam posisi ekstensi. Refleks tendon yang selalu ada pada neonatus adalah refleks
patela. Untuk memeriksa refleks patela, kepala neonatus diletakkan dengan muka di garis tengah,
lutut dalam posisi semifleksi, kemudian tendon diketuk dengan jari tengah, dan akan terjadi ekstensi
tungkai bawah. Refleks biseps dan achilles kurang berarti. Klonus pergelangan kaki dapat dipicu
dengan cara : panggul dan lutut bayi dalam keadaan fleksi, kemudian dilakukan dorsofleksi pada
kaki secara tiba-tiba sambil tungkai diluruskan perlahan-lahan.
Tonus postural adalah tahanan terhadap tarikan gaya berat. Terdapat 3 macam pemeriksaan
tonus postural, yaitu reaksi tarikan, suspensi vertikal, dan horisontal.
Reaksi tarikan caranya dengan meletakkan telunjuk di telapak tangan bayi, maka telunjuk
akan dipegang oleh bayi dengan adanya refleks memegang, akan tetapi agar lebih kuat
pegangannya, tangan pemeriksa juga memegang tangan bayi, kemudian ditarik perlahan-lahan ke
arah duduk. Pada bayi normal kepala segera mengikuti dan hanya tertinggal sedikit.
Suspensi vertikal dilakukan dengan cara meletakkan kedua tangan pemeriksa di ketiak bayi
tanpa meraba toraks, kemudian bayi diangkat ke atas lurus. Pada waktu diangkat kepala bayi tetap
tegak sebentar, dan tungkai tetap pada posisi fleksi pada sendi-sendi lutut, panggul, dan pergelangan
kaki. Suspensi horisontal dilakukan dengan memegang toraks bayi kemudian mengangkat
horisontal. Pada bayi normal kepala diangkat bergantian dengan fleksi anggota gerak untuk
menahan gaya berat. Pada bayi abnormal kepala, badan, dan anggota gerak menggantung lemas.
Pemeriksaan saraf otak
Pemeriksaan saraf otak pada bayi tidak usah urut dari saraf otak I, akan tetapi mana yang
lebih dulu dapat diperiksa dilakukan lebih dahulu.

13
Pada waktu bayi bangun, mengernyitkan muka dan menangis, perhatikan mata dan sudut
mulutnya untuk memeriksa saraf otak VII (N.Fasialis). Pada parese N.Fasialis akan terlihat mulut
mencong ke sisi sehat, mata tidak dapat menutup, dan lipatan nasolabialis menghilang pada sisi
yang parese.
Pada waktu menangis dan membuka mulut perhatikan lidah dan langit-langit untuk
memeriksa N.XII dan IX. Pada lidah perhatikan ukurannya dan gerakan simetris atau asimetris,
apakah ada fasikulasi (N.XII). Pada langit-langit perhatikan gerakan arkus faring dan uvula. Pada
parese N.IX akan terlihat arkus sisi parese tertinggal.
Untuk memeriksa N. V, VII dan XII dapat dilakukan refleks isap atau rooting. Reaksi refleks
isap akan terjadi sempurna pada bayi dengan usia kehamilan 32 minggu atau lebih. Pada usia
kehamilan 28 minggu reaksinya lambat dan tidak sempurna. Refleks isap reaksinya tidak selalu
konstan, jika diperiksa sekali dan negatif belum berarti hasilnya abnormal.
Pemeriksaan N.IX dan X dilakukan ketika bayi menghisap. Pada waktu itu akan terjadi
refleks menelan. Ketika terjadi refleks menelan, biasanya mata bayi membuka, dan pada saat inilah
saraf III,IV,VI diperiksa. Saraf tersebut diperiksa dengan cara Dolls eye manuver, yaitu dengan
memutar kepala bayi ke kiri dan ke kanan untuk menilai pergerakan bola mata ke lateral. Pada
waktu diputar ke satu sisi, maka akan terjadi deviasi bola mata ke arah kontralateral.
Pemeriksaan N.VIII bagian vestibular juga dapat dilakukan dengan metode Dolls eye
manuver namun lebih teliti lagi apabila dilakukan dengan elektrofisiologi.
Saraf I dan II kurang begitu nyata penilaiannya dan sukar dinilai secara obyektif meskipun
sudah ada pada neonatus. Sedangkan N.XI sukar dilakukan pada neonatus.

Pemeriksaan refleks neonatal primer


1. Refleks kedip
Ketukan lembut diatas jembatan hidung biasanya memberikan rangsangan refleks kedip. Uji
ini hampir selalu memberikan hasil normal, kecuali pada bayi yang sakit berat
2. Refleks rooting dan sucking
Hal ini secara kolektif merujuk pada perangsangan sensorik pada pipi dan kulit sekitar mulut
dan bibir. Tekanlah 1 jari pada pipi di dekat mulut dan gerakkan pelan-pelan. Hal ini akan
menyebabkan bayi membuka mulutnya dan menengok mencari puting ( ujung yang bisa
disusunya ). Bilamana jari, sesuatu yang lembut diletakkan dalam mulutnya, bayi yang
normal akan segera menghisapnya dengan kuat dan menelannya secara serempak.

14
3. Refleks Moro
Ini adalah suatu kejutan dengan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi. Bayi dalam posisi
telentang, kemudian kepalanya dibiarkan jatuh dengan cepat beberapa sentimeter dengan
hati-hati ke tangan pemeriksa. Reaksinya bayi akan kaget, lengan akan direntangkan dalam
posisi abduksi ekstensi, dan tangan terbuka disusul dengan gerakan lengan adduksi dan
fleksi. Pada bayi prematur, setelah ia merentangkan lengan, tidak selalu diikuti dengan
gerakan fleksi. Gerakan tungkai bukan merupakan bagian yang khas pada refleks Moro.
Kalau tidak ada reaksi merentangkan lengan sama sekali berarti abnormal, demikian pula
kalau rentangan lengan asimetri.
4. Refleks Tonic Neck
Bayi diletakkan dalam posisi telentang, kepala di garis tengah dan anggota gerak dalam
posisi fleksi, kemudian kepala ditengokkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada
anggota gerak sebelah kanan, dan fleksi pada anggota gerak sebelah kiri. Yang selalu terjadi
adalah ekstensi lengan, sedangkan tungkai tidak selalu ekstensi, dan fleksi ada anggota
gerak kontralateral juga tidak selalu terjadi. Setelah selesai, kepala dipalingkan ke kiri.
Tonus ekstensor meninggi pada anggota gerak arah muka berpaling. Tonus fleksor anggota
gerak kontralateral meninggi.
5. Refleks pegang dan traksi ( Palmar Grasp )
Pengertian ini dikaitkan dengan tonus. Uji ini bisa dirangsang timbulnya, unilateral dengan
menempatkan satu jari atau pensil pada telapak tangan bayi. Penempatan benda tersebut
akan menimbulkan gerakan memegang.
6. Plantar Grasp
Refleks ini dilakukan dengan meletakkan sesuatu ( misalnya jari pemeriksa ) pada telapak
kaki pasien, maka akan terjadi fleksi jari-jari kaki.
7. Refleks withdrawl
Pemeriksaan ini dilakukan dengan jarum untuk merangsang telapak kaki, maka akan terjadi
fleksi pada tungkai yang dirangsang dengan terjadi ekstensi pada tungkai kontralateral,
tetapi ekstensi kontralateral ini tidak selalu ada.
8. Refleks lengkung spiral ( refleks Galant )
Caranya adalah dengan memegang bayi pada satu lengan dan kemudian pukul sisi lateral
otot spinalis dari daerah pertengahan dada ke arah bawah. Hasilnya berupa melengkungnya

15
pelvis ke arah sisi yang sama. Hal yang sama juga harus dilakukan pada sisi yang
berlawanan.
9. Refleks ekstensi silang
Caranya adalah dengan menempatkan bayi pada posisi telentang sementara itu kita lakukan
ekstensi pada satu lutut dan kita pukul kaki sisi yang sama. Hal ini akan menghasilkan fleksi
tungkai sisi yang berlawanan, juga abduksi dan kemudian ekstensi seolah-olah menolak
tangan yang memukul tadi.
10. Mendengar
Reaksi mendengar secara sekilas juga bisa dilakukan pada bayi baru lahir. Cara yang paling
mudah adalah kita berkata aaah!, ke telinganya dengan jarak sekitar 3-4 cm ketika ia
sedang menangis. Biasanya ini akan menghentikan tangisannya.
11. Melihat
Bayi baru lahir dapat melihat dan akan cepat mencari sumber cahaya yang diarahkan
kepadanya. Kepalanya mungkin akan ditengokkan ke arah kamar atau jendela. Demikian
pula apabila ia didudukkan seraya dipegangi sehingga posisinya setengah duduk dengan
sudut 30 derajat menghadap ke arah kita bisa didapatkan adanya fiksasi mata pada jarak
sekitar 20 cm.

Pemeriksaan oftalmoskopi
Pemeriksaan ini dilakukan secara indirek dengan obat midriatikum atau secara direk tanpa
obat. Dapat diketahui melalui pemeriksaan ini apakah terdapat perdarahan atau korioretinitis.
Perdarahan retina biasanya berhubungan dengan perdarahan otak, sedangkan korioretinitis
berhubungan dengan infeksi intrauterin.

Pemeriksaan sensibilitas
Pemeriksaan sensibilitas dilakukan dengan pemeriksaan refleks withdrawl, refleks rooting,
refleks sentuhan dan rangsang sakit.

16
VII. PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI RUANG BERSALIN
Peralihan yang berhasil dari janin yang terendam dalam cairan ketuban dan sepenuhnya
bergantung pada plasenta (ari-ari) untuk pemenuhan kebutuhan makanan dan oksigennya, menjadi
bayi yang menangis keras dan bernafas menghirup udara, merupakan suatu keajaiban. Bayi baru
lahir yang sehat memerlukan perawatan yang baik agar dapat tumbuh secara normal dan sehat.
Segera setelah lahir, dokter atau perawat dengan lembut akan membersihkan lendir dan benda-
benda lain dari mulut, hidung dan tenggorokan bayi dengan alat penghisap dan bayi akan segera
bernafas sendiri. Tali pusat dijepit pada dua tempat dan dipotong diantaranya.
Bayi yang baru lahir selalu dalam keadaan basah akibat cairan amnion sehingga sangat mudah
terserang hipotermi. Mengeringkan bayi dan menggunakan selimut kering dan lampu penghangat
dapat mencegah bayi kehilangan panas yang berlebihan. Dapat juga digunakan topi untuk
melindungi kepala bayi. Salah satu cara yang paling baik adalah meletakkan bayi di dada atau perut
ibunya dengan kontak langsung antara kulit bayi dan kulit ibu.
Perawatan mata pada bayi baru lahir dilakukan dengan mengoleskan salep antibiotik pada kedua
mata bayi antibiotik yang biasa digunakan adalah perak nitrat. Antibiotik ini digunakan sebagai
perlindungan terhadap semua bakteri yang mungkin berasal dari jalan lahir. Bakteri seperti syphilis
dan gonorhoe dapat menyebabkan kebutaan pada neonatus.
Sebelum bayi meninggalkan ruang bersalin, penang yang digunakan sebagai penanda identitas
bayi harus sudah dipakaikan baik kepada ibu maupun bayi tersebut. Pada umumnya bayi memiliki
dua penang yang digunakan pada pergelangan tangan dan kaki. Penang ini harus selalu dicek setiap
kali bayi keluar atau masuk ruangan perawatan untuk menghindari masalah yang mungkin timbul.
Setelah dipindahkan ke ruang perawatan, bayi ditempatkan dalam tempat tidur bayi yang kecil
dalam posisi miring dan menjaganya tetap hangat. Menidurkan bayi dalam posisi miring akan
mencegah penyumbatan saluran pernafasan oleh cairan atau lendir yang bisa menghalangi
pernafasan. Karena semua bayi baru lahir memiliki sedikit jumlah vitamin k, dokter atau perawat
memberikan suntikan vitamin k untuk mencegah perdarahan (penyakit perdarahan pada bayi baru
lahir).
Larutan antiseptik dioleskan pada tali pusat yang baru dipotong untuk mencegah infeksi.
Sekitar 6 jam atau lebih setelah lahir atau setelah suhu tubuh bayi stabil, bayi dimandikan. Perawat
mencoba untuk tidak membersihkan bahan putih berminyak (verniks kaseosa) yang menutupi
hampir seluruh kulit bayi baru lahir, karena bahan ini membantu melindungi terhadap infeksi.

17
VIII. PERAWATAN PADA BEBERAPA HARI PERTAMA
Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran anaknya, orang tua belajar untuk memberi
makan, memandikan dan memakaikan baju bayi dan akan segera terbiasa dengan kegiatan ini.
Meskipun ibu dan bayi harus tinggal selama seminggu bahkan lebih di rumah sakit, dewasa ini
masa perawatan di rumah sakit hanya berkisar antara 2-3 hari saja. Penjepit plastik pada tali pusar
bayi akan dilepas dalam waktu 24 jam. Setelah itu tali pusat yang tersisa harus selalu dibasahi
dengan larutan alkohol, untuk mempercepat pengeringan dan mengurangi resiko terjadinya infeksi.
Penyunatan (sirkumsisi), kalau diinginkan, biasanya dilakukan dalam hari-hari pertama. tetapi
prosedur ini harus ditunda jika penis abnormal, dimana kulit depannya mungkin memerlukan
reparasi melalui bedah plastik. Keputusan untuk melakukan sunat tergantung sepenuhnya pada
keyakinan orang tua bayi. Secara medis tindakan ini dimaksudkan untuk menghilangkan kelebihan
kulit yang bisa menghambat aliran urin. alasan lain seperti mengurangi resiko kanker penis masih
dalam perdebatan.
Sunat bisa beresiko bila dalam keluarga ada riwayat penyakit kelainan darah. Sunat juga harus
ditunda bila selama hamil ibunya mengkonsumsi obat-obatan yang meningkatkan resiko perdarahan
seperti antikoagulan atau aspirin. Dokter akan menunggu sampai semua jenis obat-obatan ini tidak
terdapat lagi dalam sirkulasi bayi. Bayi juga mendapat vitamin k untuk menghalangi anti
pembekuan ini.
Kebanyakan bayi baru lahir akan mengalami ruam kulit dalam minggu-minggu pertama. ruam
biasanya muncul di tempat kulit bergesekan dengan baju seperti lengan, tungkai dan punggung.
tetapi bisa juga muncul di wajah. Ruam ini cenderung menghilang sendiri tanpa pengobatan.
Penggunaan lotion atau bedak, sabun wangi, air panas untuk mandi dan celana plastik untuk bayi
akan memperburuk keadaan ini, terutama pada cuaca panas. pengeringan dan pengelupasan kulit
sering terjadi setelah beberapa hari, terutama di lipatan pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Bayi baru lahir memiliki beberapa benjolan keras dibawah kulitnya (nekrosis lemak subkutaneus),
dimana penekanan tulang merusak beberapa jaringan lemak. Pada persalinan dengan pertolongan
forsep, benjolan tertentu sering ditemukan di kepala, pipi dan leher. Benjolan bisa pecah menembus
permukaan kulit, mengeluarkan cairan kuning jernih, tetapi biasanya akan segera sembuh.Bayi yang
sebetulnya normal akan tampak sedikit kuning pada hari kedua.
yang harus diperhatikan adalah bila kuning muncul sebelum bayi berusia 24 jam. Air kemih
pertama yang dikeluarkan bayi bersifat pekat dan mengandung zat kimia urat yang tampak sebagai
pewarnaan merah muda pada popok. Dokter akan memeriksa penyebabnya, bila bayi belum

18
berkemih dalam 24 jam. Penundaan berkemih lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Penundaan ini
mungkin disebabkan karena kulit depan penisnya terlalu erat atau karena pembengkakan sementara
dari penis setelah disunat.
Tinja yang pertama keluar disebut mekonium, konsistensinya lengket berwarna hitam kehijauan.
Setiap bayi harus mengeluarkan mekonium dalam 24 jam setelah kelahiran. Kegagalan pengeluaran
mekonium biasanya disebabkan mengerasnya mekonium dalam usus bayi, yang biasanya bisa
dikeluarkan dengan satu atau dua enema secara lembut. cacat bawaan bisa menyebabkan
penyumbatan yang lebih serius.
Bayi baru lahir akan kehilangan 5-10% dari berat badannya dalam beberapa hari pertama.
Berat ini akan segera kembali setelah bayi mulai menerima makanan dari luar.
IX. PEMBERIAN AIR SUSU IBU
Air susu ibu adalah makanan yang paling ideal untuk bayi.
kelebihan yang dimiliki asi dibandingkan susu botol adalah:
asi menyediakan zat-zat gizi yang diperlukan bayi dalam bentuk yang paling mudah
dicerna dan paling mudah diserap
asi mengandung antibodi dan sel-sel darah putih yang melindungi bayi terhadap infeksi
asi bisa merubah keasaman tinja dan flora usus sehingga melindungi bayi terhadap diare
karena bakteri.
Karena sifat perlindungan tersebut, bayi yang diberi asi pada umumnya lebih jarang terkena
infeksi dibandingkan bayi yang diberi susu botol. Keuntungan bagi ibu adalah ikatan batin dengan
bayi lebih kuat dan ibu merasa dekat dengan bayinya.
Cairan encer kekuningan, yang disebut kolostrum, mengalir dari puting ibu sebelum asi
diproduksi. kolostrum kaya akan kalori, protein dan antibodi. Antibodi dalam kolostrum akan
sangat berharga bila diserap langsung ke dalam tubuh dari lambung. Dengan jalan ini, bayi
terlindungi dari penyakit yang antibodinya telah dibentuk oleh ibu. Puting ibu tidak memerlukan
persiapan khusus sebelum digunakan untuk menyusui. Mengeluarkan cairan secara manual sebelum
persalinan bahkan pada awal persalinan, bisa menyebabkan infeksi payudara (mastitis). Secara
alami, dihasilkan pelumas untuk melindungi permukaan areola dan puting yang dipersiapkan untuk
diisap. pelumas ini tidak boleh dibersihkan/diseka. Ibu mengambil posisi yang nyaman dan santai,
mungkin berbaring hampir mendatar dan berganti posisi untuk payudara kiri dan kanan. Bayi
menghadap ke ibu. Ibu memegang payudaranya, dengan ibu jari dan telunjuk di puncak payudara
dan jari lainnya di bawah payudara, dan menyentuhkan putingnya ke bibir bawah bayi. Ini akan

19
merangsang bayi untuk membuka mulutnya (refleks mencucur) dan melahap payudara ibu. Ibu
mendorong puting dan areola payudara ke dalam mulut bayi, memastikan bahwa puting berada di
tengah-tengah untuk mencegah terjadinya luka pada puting payudara. Sebelum menjauhkan bayi
dari puting payudara, ibu menghentikan kegiatan menyusui ini dengan memasukkan jarinya ke
dalam mulut bayi dan dengan lembut menekan dagu bayi ke bawah. Pada awalnya, bayi menyusu
hanya beberapa menit setiap kalinya. Refleks umpan balik (refleks let-down) dalam tubuh ibu akan
memacu pembentukan asi. Pengisapan yang berlebihan pada awal menyusui harus dihindari. Puting
yang luka merupakan akibat dari posisi menyusui yang salah dan lebih sulit untuk mengobatinya.
Pada sisi yang lain, produksi asi tergantung pada waktu menyusui yang memadai. waktu
menyusui akan meningkat secara bertahap sampai produksi asi benar-benar stabil. Mulanya bayi
disusui sekitar 10 menit, kemudian disusui selama bayi menginginkannya.Untuk anak pertama,
produksi asi biasanya terjadi dalam 72-97 jam setelah persalinan. Untuk anak berikutnya, asi akan
lebih cepat terbentuk. Jika ibu merasa lelah selama malam-malam pertama, pemberian asi pada
tengah malam (jam 2 malam) bisa diganti dengan air. Tetapi tenggang waktu antara menyusui tidak
boleh lebih dari 6 jam. Menyusui hendaknya berdasarkan kemauan bayi, tidak berdasarkan waktu.
demikian pula halnya dengan lamanya menyusui, harus disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan
bayi.
Ibu harus memeriksakan bayinya ke dokter, terutama pada anak pertama, pada 7-10 hari setelah
persalinan sehingga dokter bisa mengetahui bagaimana proses menyusui berlangsung dan
menjawab berbagai pertanyaan mengenai menyusui. Payudara cenderung membengkak dan
menimbulkan rasa tidak nyaman selama hari-hari pertama menyusui. pembengkakan ini bisa
dikurangi dengan lebih sering menyusui. Mengenakan bra yang nyaman selama 24 jam sehari bisa
membantu mengurangi nyeri. Mengeluarkan asi dengan tangan juga akan mengurangi tekanan.
Ibu mungkin perlu mengeluarkan asinya secara manual sebelum menyusui agar mulut bayi dapat
mencakup daerah areola yang membengkak. Tetapi pengeluaran berlebihan diantara waktu
menyusui cenderung menyebabkan pembengkakan yang berlanjut dan pengeluaran secara manual
seharusnya hanya dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman.Setelah menyusui, asi yang
tersisa di puting dibiarkan mengering dengan sendirinya, jangan dilap atau dicuci. bisa juga
dikeringkan dengan pengering rambut dengan panas yang rendah. Pada iklim yang sangat kering,
lanolin hipoalergenik atau salep bisa dioleskan pada puting. bh yang dilapisi plastik harus dihindari.
Seorang ibu yang menyusukan asinya, memerlukan zat gizi tambahan terutama kalsium. Hasil
olahan susu merupakan sumber kalsium yang sangat baik. Tetapi jika ibu tidak menyukai susu, bisa

20
diganti dengan kacang-kacangan dan sayuran hijau. Atau ibu juga bisa mengkonsumsi kalsium
tambahan dalam bentuk tablet. Vitamin tambahan tidak diperlukan lagi bila kebutuhan gizi sudah
terpenuhi dalam makanan ibu, yang terutama harus mengandung vitamin C, vitamin B6 dan vitamin
B12 yang cukup.
Kapan saatnya bayi disapih (berhenti mendapatkan asi), tergantung kepada kebutuhan dan
keinginan dari ibu dan bayi. pemberian asi selama minimal 6 bulan akan sangat menguntungkan.
Penyapihan secara bertahap akan lebih mudah, baik bagi ibu maupun bayi, dari pada pemberhentian
secara tiba-tiba. Pada saat disapih, biasanya bayi diperkenalkan kepada makanan padat. asi
diberikan sebanyak 8-10 kali/hari, dan makanan padat diberikan sampai 3 kali/hari. Pemberian asi
secara bertahap lalu dikurangi. Bila bayi sudah berumur 7 bulan, satu kali menyusui asi hendaknya
diganti dengan sebotol jus buah, asi yang diperas atau formula. Belajar minum dari gelas
merupakan saat perkembangan yang penting dan biasanya bisa terlaksana pada saat bayi berusia 10
bulan. Beberapa bayi tetap memerlukan 1-2 kali/hari menyusu kepada ibunya sampai berusia 18-24
bulan. Jika menyusui berlangsung lebih lama, anak juga harus diberi makanan padat dan diajari
minum dengan gelas.
XI.PEMBERIAN MAKANAN PADAT
Waktu untuk mulai memberikan makanan padat tergantung pada kebutuhan dan kesiapan bayi.
Biasanya sebelum mencapai umur 6 bulan, bayi tidak memerlukan makanan padat, meskipun
mereka sudah bisa menelan makanan pada usia 3 atau 4 bulan. Kadang-kadang orang tua
memaksakan bayi untuk banyak memakan makanan padat agar tidur lelap di malam hari. Tapi hal
ini tidak akan berhasil dan bisa menimbulkan masalah pemberian makanan di kemudian hari.
Banyak bayi yang mendapatkan makanan padatnya setelah minum susu botol atau asi, sehingga
kebutuhan menghisapnya sudah terpenuhi dan rasa laparnya sudah hilang.
Pertama kali biasanya diberikan bubur gandum, lalu buah-buahan dan sayuran. Alergi atau
sensitivitas terhadap makanan lebih mudah diketahui bila bayi diberikan bubur, buah atau sayuran
yang sama selama beberapa hari. Makanan ini hendaknya diberikan dengan sendok sehingga bayi
belajar cara makan yang baru. Kebanyakan makanan bayi yang diperjualbelikan, terutama jenis
makanan penutup dan sup, mengandung tepung dalam kadar tinggi. tepung tidak mengandung
vitamin atau mineral, kalorinya tinggi dan sulit dicerna oleh bayi. Beberapa makanan bayi instan
juga mengandung natrium dalam kadar sangat tinggi. Makanan yang dibuat di rumah harganya jauh
lebih murah dan nutrisinya jauh lebih baik. Daging dapat diberikan setelah bayi berumur 7 bulan.
Daging lebih baik dibandingkan makanan kaya karbohidrat, karena bayi memerlukan protein dalam

21
jumlah besar.Karena kebanyakan bayi tidak menyukai daging, pemberiannya harus hati-hati dan
penuh perhatian. Banyak anak alergi terhadap gandum, telur dan coklat sehingga pemberiannya
pada bayi sebaiknya ditunda sampai usia 1 tahun. Memberikan makanan ini akan menyebabkan
alergi di kemudian hari. Pemberian madu sebaiknya setelah usia 1 tahun, karena kemungkinan
adanya spora Clostridium botulinum. Spora ini bisa menyebabkan botulisme pada bayi, tapi tidak
berbahaya pada anak yang lebih tua.
XII.PERKEMBANGAN FISIK
Perkembangan fisik bayi tergantung kepada faktor keturunan, gizi dan lingkungan. Kelainan fisik
dan psikis juga bisa mempengaruhi pertumbuhannya. Pertumbuhan optimal memerlukan gizi dan
kesehatan yang optimal pula. Panjang badan bayi bertambah sekitar 30% pada usia 5 bulan dan
lebih dari 50% dalam setahun. Berat badannya akan menjadi dua kali lipat dalam 3 bulan dan tiga
kali lipat dalam 1 tahun.
Organ-organ yang berbeda tumbuh dengan tingkatan yang berbeda. Misalnya sistem reproduksi
berubah sangat sedikit sebelum masa pubertas. Sementara perkembangan otak hampir seluruhnya
terpenuhi selama tahun pertama kehidupan seorang anak. Pada saat dilahirkan ukuran otak kira-kira
1/4 ukurannnya di saat dewasa. Pada usia satu tahun ukurannya 3/4 ukuran dewasa.
Fungsi ginjal pada akhir tahun pertama sudah mencapai fungsi dewasanya. Gigi depan bawah akan
muncul pada umur 5-9 bulan. Gigi depan atas akan muncul pada umur 8-12 bulan.
XIII.PERKEMBANGAN PERILAKU DAN INTELEKTUAL
Tingkat perkembangan perilaku dan intelektual berbeda antara anak yang satu dengan lainnya.
Kadang-kadang terdapat pola tertentu dalam suatu keluarga seperti terlambat berjalan atau terlambat
bicara. Faktor lingkungan seperti kurangnya stimulasi bisa menghambat perkembangan normal.
Faktor fisik seperti tuli juga bisa memperlambat perkembangan bayi. Meskipun perkembangan
anak-anak biasanya terus berkelanjutan, tapi bisa terhenti pada suatu fungsi tertentu, misalnya
bicara. Pada awalnya bayi tidur hampir sepanjang waktu.
Bayi bisa makan, batuk bila saluran nafasnya terganggu dan menangis sebagai reaksi terhadap
gangguan atau ketidaknyamanan. Pada usia 6 minggu bayi akan melihat langsung pada objek yang
berada langsung di depannya dan tersenyum bila diajak bicara. Kepalanya masih bergoyang kalau
bayi ditarik ke posisi duduk. Pada usia 3 bulan bayi tersenyum bila mendengar suara ibunya,
membuat suara-suara pertamanya dan mengikuti objek bergerak. kepala sudah mantap bila bayi
dalam posisi duduk. Bayi akan menggenggam objek dalam tangannya.

22
Pada usia 6 bulan, bayi bisa duduk dengan bantuan dan berguling. Kebanyakan bayi bisa berdiri
dengan bantuan dan bisa memindahkan suatu benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain. Bayi
mengeluarkan suara bila sedang bermain. Pada usia 9 bulan bayi bisa duduk dengan baik dan
merangkak, menarik dirinya ke posisi berdiri dan mengatakan "mama" dan "papa" dengan jelas.
Pada usia 12 bulan bayi biasanya sudah bisa berjalan dengan memegang tangan seseorang dan
mengucapkan beberapa kata.
XIV.PEMERIKSAAN PADA TAHUN PERTAMA
Tes penyaringan (screening test) dimaksudkan untuk mengetahui adanya kelainan pada tahap
awal. Diagnosis dini dan pengelolaan tepat bisa mengurangi atau mencegah kelainan yang akan
mempengaruhi perkembangan kesehatan bayi. Sebelum meninggalkan rumah sakit, bayi baru lahir
diambil darahnya untuk sejumlah pemeriksaan laboratorium. Contohnya untuk mengetahui kadar
hormon tiroid dalam darah, karena kadar yang rendah bisa menyebabkan kretinisme, suatu kelainan
tiroid menahun yang ditandai dengan perkembangan fisik dan mental yang terhambat. Seorang bayi
baru lahir dengan kadar hormon tiroid yang rendah mendapatkan pengobatan hormon tiroid per-oral
(melalui mulut) pada hari ke7-10. Penyakit lainnya, fenilketonuria, jika tidak diobati bisa
menyebabkan keterbelakangan mental.
Banyak tes uji saring lainnya yang bisa dilakukan. Contohnya uji saring terhadap homosistinuria,
penyakit kemih sirup mapel, galaktosemia dan penyakit sel sabit. Kadang-kadang uji saring ini
dilakukan berdasarkan latar belakang suku bangsa dan genetik dari orang tuanya. Panjang badan,
berat badan dan lingkar kepala selalu diperiksa pada setiap kunjungan rutin ke dokter dalam tahun
pertama. Pada setiap kunjungan dokter akan mendengarkan bunyi jantung bayi dengan stetoskop.
Suatu kelainan bunyi bisa menandakan adanya penyakit jantung. Pada setiap kunjungan, dokter juga
akan memeriksa perut bayi karena beberapa kanker yang jarang seperti tumor wilm dan
neuroblastoma dapat diketahui hanya sejalan dengan pertumbuhan bayi. Bayi yang dilahirkan
prematur secara berkala akan menjalani pemeriksaan mata untuk menemukan adanya retinopati
karena prematuritas.

XV. IMUNISASI
Anak-anak harus diimunisasi untuk melindungi mereka terhadap penyakit menular. Vaksin sangat
aman dan efektif, walaupun beberapa anak bisa saja mengalami reaksi ringan setelah diimunisasi.
Kebanyakan vaksin diberikan melalui suntikan dan beberapa melalui mulut, misalnya polio.

23
BCG
Sebaiknya diberikan pada umur 2 tahun. Namun pada jadwal imunisasi PPI, BCG dapat
diberikan pada umur 0-12 bulan dengan tujuan untuk mendapat cakupan imunisasi yang lebih
luas.
Dosis untuk bayi dan anak < 1 tahun adalah 0,05 ml. Cara pemberian intrakutan di daerah
insersio M.deltoideus kanan.
BCG tidak diberikan pada pasien immunocompromise (leukemia, dalam pengobatan steroid
panjang, infeksi HIV, dll)
Hepatitis B
Diberikan sedini mungkin setelah lahir
Pemberian imunisasi Hep B harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan sebagai
berikut
Status HbsAg yang tidak diketahui. Diberikan vaksin rekombinan (HB Vax-II 5g atau
Engerix B 10 g) atau vaksin plasma derived 10 g, IM, dalam waktu 12 jam setelah
lahir. Dosis kedua diberikan umur 1-2 bulan dan dosis ketiga umur 6 bulan. Apabila pada
pemeriksaan selanjutnya diketahi ibu HbsAg-nya positif segera diberikan 0,5 ml HBIG
(sebelum satu minggu)
Status HbsAg positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan, diberikan 0,5
ml HBIG dan vaksin rekombinan, IM di sisi tubuh yang berlainan. Dosis kedua
diberikan 1-2 bulan sesudahnya dan ketiga diberikan pada usia 6 bulan
Status HbsAg negatif, diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived secara
IM pada umur 2-6 bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga
diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertam.
Apabila sampai umur 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi Hep B, maka
secepatnya diberikan (catch-up vaccination)

DPT
DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-6 minggu, DPT 1 diberikan
pada umur 2-4 bulan, DPT 2 pada umur 3-5 bulan dan DPT 3 pada umur 4-6 bulan. Ulangan

24
selanjutnya (DPT 4) diberikan satu tahun setelah DPT 3 (18-24 bulan) dan DPT 5 diberikan
pada saat masuk sekolah umur 5-7 tahun
Dosis DPT/DT 0,5 ml, IM, baik untuk imunisasi dasar atau ulangan

Polio
Imunisasi dasar (polio 1,2,3), vaksin diberikan 2 tetes per-oral dengan interval tidak kurang dari
4 minggu
Polio-0 diberikan saat bayi akan pulang dari rumah sakit
Ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio 4, selanjutnya saat masuk sekolah (5-6
tahun)
Campak
Diberikan pada umur 9 bulan, dalam satu dosis 0,5 ml sub-kutan
Dianjurkan pemberian imunisasi campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun)

Hib (H.influenza tipe b)


Vaksin conjugate H.influenza tipe b yang beredar pertama, PRP-T (poly ribosyribitol
tetanus) yaitu Act Hib. Kedua, PRP-OMC (PRP-outer membrane protein complex) yaitu
Pedvax Hib
Act Hib diberikan pada umur 2, 4 dan 6 bulan sedangkan Pedvax Hib diberikan pada umur 2
dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan ) tidak diperlukan
Ulangan vaksin Hib diberikan pada umur 18 bulan
Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, vaksin Hib hanya diberikan 1 kali
Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, IM

25
DAFTAR PUSTAKA

Bickley, L.S., Hoekelmen, R.A., 2003. Bates Guide to Physical Examination and History Taking.
Eighth Edition. Lippincott. New York

Matondang, C.S., Wahidiyat, I., Sastroasmoro, S., 2003., Diagnosis Fisis Pada Anak. CV Sagung
Seto. Jakarta

Sukadi, A., Usman, A., Effendi, SH., 2002. Diktat Kuliah Perinatologi. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Unpad/RSUP Hasan Sadikin. Bandung

26

Anda mungkin juga menyukai