Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

OD KATARAK SENILIS MATUR


OS KATARAK SENILIS INSIPIEN

Pembimbing :
dr. Sutrisno Sp.M

Disusun oleh :

Rina Fatimah Nurillah


09310128

UPF ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN MALAHAYATI LAMPUNG
RSUD CIAMIS

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-
Nyalah, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul OD Katarak Senilis
Matur dengan baik. Penulisan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat mengikuti
ujian Program Pendidikan Profesi di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Ciamis. Penulis
berharap laporan kasus ini dapat bermanfaat untuk kepentingan pelayanan kesehatan,
pendidikan, penelitian dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak
yang berkepentingan.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih kepada:

1. dr. Sutrisno, Sp.M selaku dokter pembimbing yang telah memberikan


bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini
2. Teman-teman serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan kasus ini
Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak
dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala masukan yang bersifat membangun dari para
penelaah sangat diharapkan demi proses penyempurnaan laporan kasus ini.

Ciamis, November 2014

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .. 1

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................... 3

BAB I. LAPORAN KASUS

1.1 Identitas .................................................................................................... 5

1.2 Anamnesa .................................................................................................. 5

1.3 Pemeriksaan fisik ....................................................................................... 6

1.4 Status oftalmologi....................................................................................... 6

1.5 Resume ....................................................................................................... 10

1.6 Diagnosis banding ....................................................................................... 11

1.7 Diagnosis kerja ............................................................................................ 11

1.8 Usulan pemeriksaan...................................................................................... 11

1.9 Usulan terapi ................................................................................................ 11

1.10 Prognosis ....................................................................................................11

BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................... 12

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi ...................................................................................................... 14

3.2 Etiologi....................................................................................................... 14

3
3.3 Patofisiologi ................................................................................................. 14

3.4 Gejala Klinis................................................................................................ 15

3.5 Diagnosis .................................................................................................... 16

3.6 Diagnosis Banding........................................................................................ 17

3.7 Penatalaksanaan ........................................................................................... 17

3.8 Komplikasi................................................................................................... 19

3.9 Prognosis.......................................................................................................20

LAMPIRAN........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 22

4
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien


Nama : Dedi
Umur : 52 tahun
Alamat : Jatinagara. Kabupaten Ciamis.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petugas keamanan (Security)
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Suku Bangsa : Sunda
No. RM : 383859

1.2 Anamnesa
- Keluhan Utama : Penglihatan kedua mata kabur.
- Keluhan Tambahan : -
- Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poliklinik mata dengan
keluhan penglihatan kedua mata kabur sejak 3 bulan sebelum masuk RS.
Penglihatan mata kanan pasien dirasa telah gelap/buram dibandingkan
dengan mata kirinya, penglihatan mata kanan menjadi gelap/buram sejak 2
minggu sebelum masuk RS namun masih bisa melihat lambaian tangan.
Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat hingga
mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-
benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga
mengeluh pandangan mata kanan menjadi gelap sehingga kesulitan untuk
melihat serta pandangan berbayang pada mata kiri seperti melihat kabut
atau asap.

5
- Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien tidak pernah mengalami hal ini
sebelumnya. Riwayat alergi, trauma, penggunaan kaca mata dan penyakit
sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien.
- Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien tidak ada yang mengalami
keluhan serupa.
- Riwayat Sosial : Pasien sehari-harinya merupakan seorang petugas
keamanan. Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Pertama.
- Riwayat Kebiasaan : Pasien mengaku memiliki kebiasaan merokok.

1.3 Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmHg

1.4 Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi


Okuli Dekstra (OD) Okuli Sinistra (OS)

Kedudukan bola mata Ortho Ortho


Gerak bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

Supra cilia
Madarosis Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada

Palpebra superior
Edema Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Ekteropion Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada

Palpebra inferior
Edema Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Enteropion Tidak ada Tidak ada
Ekteropion Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada

6
Konjungtiva palpebra superior
Sekret mata Tidak ada Tidak ada
Hiperemi Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada
Lain-lain Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva palpebra inferior


Sekret mata Tidak ada Tidak ada
Hipermi Tidak ada Tidak ada
Folikel Tidak ada Tidak ada
Papil Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Benjolan Tidak ada Tidak ada

Konjungtiva bulbi
Kemosis Tidak ada Tidak ada
Hiperemi
- Konjungtiva Tidak ada Tidak ada
- Silier Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Perdarahan di bawah
konjungtiva Tidak ada Tidak ada
Pterigium Tidak ada Tidak ada
Pingueculae

Kornea
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Keratik presifitat Tidak ada Tidak ada

Bilik Mata Depan


Kedalaman Normal Normal
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada

Iris Pupil
Bentuk Bulat, reguler Bulat, reguler
Letak Ditengah Ditengah
Warna Cokelat kehitaman Cokelat kehitaman
Refleks cahaya langsung + +

7
RAPD - -

Lensa Keruh Keruh


Subluksasi Tidak ada Tidak ada
Dislokasi Tidak ada Tidak ada
Uji bayangan iris - -

Vitreus humor Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Funduskopi Refleks fundus + Refleks fundus +

Uji warna sinar Trikromat Trikromat

Visus dan refraksi


Visus 1/300 6/15
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Tonometri
Tonometri schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan

1.5 Resume
Pasien laki-laki 52 tahun, datang ke poliklinik mata dengan keluhan penglihatan
kedua mata kabur sejak 3 bulan lalu. Penglihatan mata kanan dirasakan lebih
buram/gelap dibanding mata kiri, penglihatan mata kanan gelap dirasakan sejak 2
minggu yang lalu namun masih bisa melihat lambaian tangan. Pasien merasa
lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan
sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan mata kanan menjadi gelap
sehingga kesulitan untuk melihat, serta pandangan berbayang pada mata kiri
seperti melihat kabut atau asap. Pasien memiliki kebiasaan sering merokok sejak
usia muda. Riwayat alergi, trauma, diabetes mellitus dan hipertensi disangkal oleh
pasien. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang serupa.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
OD OS
1/300 Visus 6/15
Normal Palpebra Normal
Tenang Konjungtiva Tenang
Tenang Sklera Tenang

8
Normal Kornea Normal
Normal BMD Normal
Bulat, reguler, Iris Bulat, reguler, bayangan
bayangan iris positif iris positif
Rp (+) Pupil Rp (+)
Keruh komplit Lensa Keruh ringan
(+) Reflek fundus (+)
Tidak dilakukan TIO Tidak dilakukan

1.6 Diagnosis Banding


- Kekeruhan badan kaca
- Endopthalmitis
- Glaukoma kronis

1.7 Diagnosis Kerja


- OD Katarak senilis matur
- OS Katarak senilis insipien

1.8 Usulan Pemeriksaan


- Funduskopi
- Slit lamp

1.9 Usulan Terapi


OD Ekstraksi Lensa

1.10 Prognosis
Ad bonam

9
BAB II
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berumur 52 tahun dengan keluhan utama pasien adalah


penglihatan kedua mata kabur secara perlahan-lahan sejak 3 bulan yang lalu.
Penglihatan mata kanan diarasa lebih gelap/buram dibandingkan mata kiri sejak 2
minggu yang lalu. Keluhan dirasakan semakin memberat hingga mengganggu
aktivitasnya. Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh
dibandingkan dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh pandangan gelap pada mata
kanan hingga kesulitan untuk melihat serta pandangan berbayang pada mata kiri
seperti melihat kabut atau asap. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan
kepustakaan yang menuju kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa
sehingga mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang
dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa pasien
katarak akan semakin cembung akibat proses hidrasi korteks, sehingga indeks refraksi
berubah karena daya biasnya bertambah dan mata menjadi myopia. Usia pasien yang
lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis katarak yang
sesuai adalah katarak senilis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat
kekeruhan pada kedua lensa yang jika disinari dengan menggunakan senter pada
kemiringan 45o menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat

10
masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya
sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan
dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang
sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah yang
gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini disebut
bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan adanya hiperemi
pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada funduskopi, didapatkan reflex
fundus yang (+), Tidak adanya bayangan iris mengarah kepada katarak senilis matur.
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah
katarak senilis matur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
funduskopi dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada lensa
dan segmen posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien.
Penatalaksanaan pada katarak matur adalah dilakukan ekstraksi lensa.
Ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan metode ECCE + IOL atau Fakoemulsifikasi +
IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun
sebelumnya kita harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan
dari masing-masing teknik tersebut. Pada ECCE + IOL, pembedahan yang dilakukan
lebih lebar dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses
penyembuhan akan berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya
astigmatisma juga lebih besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki
komplikasi astigmatisma yang lebih kecil hanya saja biayanya lebih mahal
dibandingkan dengan ECCE.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merupakan suatu
kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan pasien
setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi
Katarak senilis matur merupakan salah satu stadium katarak senilis, dimana
pada stadium ini kekeruhan lensa terjadi disemua bagian lensa akibat deposisi ion
Ca. Pada katarak matur terjadi kekeruhan seluruh bagian lensa yang bila lama
akan mengakibatkan kalsifikasi lensa.1,2

3.2 Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti
dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak diantaranya adalah:5
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga
mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa
- Faktor imunologik
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan
permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
- Gangguan metabolisme umum

3.3 Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.
Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat sementara
daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan konsentris baru

12
dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini
dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada
lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi high-
molecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba tiba ini
mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga menyebabkan cahaya
menyebar dan penurunan pandangan. Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa
juga menghasilkan pigmentasi progresif yang akan menyebabkan warna lensa
menjadi keruh. Perubahan lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan
penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya konsentrasi
sodium dan calcium.2
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi
lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga
densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel
fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan
serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu,
proses degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas lensa
terhadap air dan molekul-molekul larut air sehingga transportasi air, nutrisi dan
antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang. Peningkatan produk oksidasi dan
penurunan antioksidan seperti vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki
peran penting pada proses pembentukan katarak.6

3.4 Gejala Klinis


Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat
kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan
penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien datang.2
- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan
pasien dengan katarak senilis.
- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan sensitivitas
kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau pada siang hari
hingga silau ketika mendekat ke lampu pada malam hari.

13
- Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan kekuatan
dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang hingga berat.
Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan peningkatan penglihatan
dekat mereka dan kurang membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini
disebut dengan second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second
sight tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area
refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan gambaran
terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau ophtalmoskopi
langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan diplopia monocular yang
tidak dapat dikoreksi dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
- Noda, berkabut pada lapangan pandang.
- Ukuran kaca mata sering berubah

3.5 Diagnosis
Diagnosis katarak senilis matur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis yang
dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis matur biasanya
datang dengan keluhan pandangan mata buram atau gelap. Sementara
pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit lamp
dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada
katarak senilis dan katarak stadium lainnya.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa
masuk) lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka

14
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Pada katarak senilis matur, terdapat kekeruhan pada seluruh bagian lensa yang
menimbulkan gangguan visus namun sudah tidak bisa dikoreksi. Pada lensa
normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada
yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan diseluruh bagian lensa, maka sinar
obliq yang mengenai lensa yang keruh ini, tidak dipantulkan sehingga pada
pemeriksaan terlihat dipupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan
cahaya pada lensa yang keruh, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh.
Keadaan ini disebut shadow test (-).

3.6 Diagnosis Banding


Diagnosis Banding Katarak Senillis Imatur :
Kekeruhan badan kaca
Endopthalmitis
Glaukoma kronis

3.7 Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup
dengan mengganti kacamata sehingga didapatkan penglihatan maksimal. Sejauh
ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun,
aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa
menjadi sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang diteliti
termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol, aspirin, agen
glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.

15
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.
Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik
yaitu Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.7
- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior yang
lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa
subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder
dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE
tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari
40 tahun yang masih mempunyai ligamen hialoidea kapsular. Penyulit
yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis,
endoftalmitis, dan perdarahan.

- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran
isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui robekan. Pembedahan
ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan kelainan endotel,
bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya
prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan
pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

16
- Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah
lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut.
Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan
pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan pasien dapat dengan
cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini
kurang efektif pada katarak senilis padat.

- Small Incision Cataract Surgery SICS


Teknik ini dipandang lebih menguntungkan karena lebih murah dan proses
penyembuhannya lebih cepat.

3.8 Komplikasi
- Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan atau efusi
suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata
kedalam luka serta retinal light toxicity.1,6,7

- Komplikasi dini pasca operatif


COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara
cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, block pupil
dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean
syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih
paling sering)
Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

17
Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi yang
tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan insisi
- Komplikasi lambat pasca operatif
Ablasio retina
Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan virulensi
rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

3.9 Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak
resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam
penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart.

18
LAMPIRAN

Gambar Pemeriksaan Oftalmoskopi Langsung

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3 rd ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000. Oftalmologi
Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from : www.medscape.com.
5. Faradila, Nova. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas
Kedokteran Universitas Riau
6. Zulkifli, MS. 2009. Katarak Senilis. Available from : www.blogsehat.com
7. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asburys General Ophthalmology,
Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston, Singapore,
International Edition 2004.

20

Anda mungkin juga menyukai