Anda di halaman 1dari 27

Gangguan Tumbuh Kembang pada Bayi

Ria Brillianta Widyarta


NIM: 102010232
Kelompok E 2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta Barat
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
e-mail : anastasia.widyarta@yahoo.com
_________________________________________________________________________

Pendahuluan
Sejak awal manusia hadir di dunia, manusia tidaklah sudah besar. Di dalam hidupnya,
manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan, mulai dari bayi, anak-anak, remaja,
dan lansia. Dalam setiap prosesnya, banyak faktor-faktor yang diperlukan untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan manusia itu sendiri, kebutuhan yang
diperlukan juga berbeda-beda baik saat bayi, anak-anak, remaja, dan lansia. Semua hal ini
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, gizi yang dapat dilihat dari asupannya,
yaitu makanan yang dikonsumsi sehari-hari, tidak hanya itu, faktor asupan gizi ini sudah
menjadi faktor utama semenjak manusia berada di dalam kandungan guna menunjang
pertumbuhan awal yang baik. Selain dalam asupan gizi, juga dapat dipengaruhi dengan
masalah gizi dari setiap tahapan yang dilihat mulai dari usia bayi, balita, anak-anak,
remaja, dewasa, dan lansia. Dalam perkembangannya gizi juga dapat diukur dengan
berbagai cara, salah satunya yang paling mudah adalah dengan antropometri maupun
dietetik dan masih ada yang lain. Selain itu juga, ada beberapa faktor penunjang lainnya,
yaitu dari lingkungan, keadaan sosial, keadaan fisik, maupun masalah personal dan
keadaan dari setiap individu.
1

Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis ada dua cara yaitu dengan autoanamnesis dan aloanamnesis. Karena bayi dan
sebagian besar anak belum dapat memberikan keterangan sendiri, maka dalam bidang
kesehatan anak, aloanamnesis menduduki tempat yang jauh lebih penting daripada
autoanamnesis. Sebagian besar data yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
(diperkirakan tidak kurang dari 80%) diperoleh dari anamnesis. Anamnesis yang lengkap
harus dilakukan pada semua pasien, termasuk terhadap riwayat kehamilan ibu, riwayat
kelahiran pasien, makanan, imunisasi, pertumbuhan dan perkembangan, riwayat keluarga
dan corak reproduksi, dan sebagainya.1
1.1 Riwayat makanan
Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat diperoleh keterangan
tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka pendek (beberapa waktu
sebelum sakit), maupun jangka panjang (sejak bayi). Kemudian dinilai apakah kualitas dan
kuantitas makanan yang dikonsumsi adekuat? Yaitu dapat memenuhi angka kecukupan gizi
yang dianjurkan. Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan, air susu ibu (ASI)
ataukah pengganti air susu ibu (PASI), atau keduanya? Apabila diberikan ASI, apakah ASI
diberikan secara eksklusif (ASI saja sampai usia 4 bulan)? Baik pada ASI maupun PASI
perlu ditanyakan cara pemberiannya, apakah on demand atau ad libitum, ataukah dengan
jadwal tertentu?1
Untuk PASI perlu ditanyakan jenis dan mereknya, takaran, frekuensi pemberian, dan
jumlah setiap kali pemberian untuk tiap umur tertentu. Harus ditanyakan pemberian
makanan tambahan, umur berapa mulai diberikan, jenis dan jumlahnya, serta jadwal
pemberiannya. Dengan demikian maka dapat diperkirakan kuantitas dan kualitas makanan
yang diterima oleh bayi atau anak tersebut selama ini. Pada hakekatnya anamnesis tentang
intake makanan ini merupakan analisis makanan secara kasar. Hasil analisis ini berperan
terutama pada kasus kelainan gizi dan

gangguan tumbuh kembang, serta harus

digabungkan dengan data lain yaitu hasil pemeriksaan fisis, laboratorium, dan
antropometris, sehingga akhirnya dapat disimpulkan status nutrisi pasien secara lebih
akurat.1

1.2 Riwayat Kelahiran


Riwayat kelahiran harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan tempat
kelahiran, siapa yang menolong, cara kelahiran (spontan, ekstraksi cunam, ekstraksi
vakum, bedah caesar), adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, dan
morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Masa kehamilan juga perlu ditanyakan,
apakah cukup bulan, kurang bulan, ataukah lewat bulan. Bila ada, lebih baik dilihat catatan
yang diberikan oleh puskesmas atau rumah bersalin tempat bayi lahir, yang biasanya
memberikan informasi yang diperlukan, termasuk nilai Apgar. Pada persalinan
instrumental (termasuk bedah caesar) ditanyakan apakah indikasi tindakan tersebut.1
Berat dan panjang badan lahir selalu ditanyakan. Dengan data berat badan lahir serta
masa gestasi yang diterapkan pada peta Lubchenko, maka dapat diketahui apakah bayi
pada saat lahir sesuai, kecil atau besar untuk masa kehamilannya (sesuai untuk masa
kehamilan/SMK), kecil untuk masa kehamilan (KMK), atau besar untuk masa kehamilan
(BMK). Keadaan ini terutama pada neonatus dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
turut menentukan diagnosis. Morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama
masa neonatus perlu ditanyakan termasuk asfiksia, trauma lahir, infeksi intrapartum,
ikterus, dan sebagainya yang mungkin berhubungan dengan masalah yang dihadapi
sekarang.1
1.3 Riwayat kehamilan ibu
Hal pertama yang perlu ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu selama hamil, ada
atau tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyakit tersebut.
Dirinci pula berapa kali ibu melakukan kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjungan
antenatal dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum, dokter spesialis). Obat-obat
yang diminum pada usia kehamilan muda (trimester pertama) mungkin dapat
menyebabkan cacat bawaan pada bayinya. Infeksi beberapa jenis virus, misalnya virus
rubela yang terjadi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan cacat bawaan
pada bayi (sindrom rubela). Demikian juga cacat bawaan serta bayi berat lahir rendah
dapat terjadi akibat infeksi kongenital (termasuk TORCH).1
Pada bayi yang lahir kecil untuk masa kehamilan perlu ditanyakan apakah ibu
merokok, atau minum minuman keras, serta anamnesis yang cermat tentang makanan ibu
selama hamil. Bayi yang lahir dengan kondisi BBLR akan meningkat jumlahnya di suatu
daerah, bila kondisi ibu hamil dalam masyarakat mempunyai keadaan kesehatan gizi
3

kurang memuaskan. Bayi dengan BBLR mempunyai resiko kematian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi dengan berat badan normal ketika dilahrikan.1
1.4 Riwayat Imunisasi
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster) harus
secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis-B.
Beberapa imunisasi lain seperti tipa, MMR, hepatitis-A, dan Hib juga ditanyakan. Hal-hal
tersebut, disamping diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang
diperoleh, mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu (misalnya
polio hampir tidak pernah terjadi pada anak yang sudah mendapat imunisasi polio secara
benar).1
1.5 Riwayat Keluarga
Data keluarga pasien perlu diketahui dengan akurat untuk memperoleh gambaran keadaan
sosial-ekonomi-budaya dan kesehatan keluarga pasien. Banyak penyebab kesakitan
maupun kematian yang berlatar belakang pada keadaan sosial-ekonomi keluarga, misalnya
malnutrisi, atau tuberkulosis. Berbagai jenis penyakit bawaan dan penyakit keturunan juga
mempunyai latar belakang sosial budaya maupun mempunyai kecenderungan familial.
Dalam resume riwayat keluarga sebaiknya dibuat pedigri sehingga tergambar dengan jelas
hubungan antara anggota keluarga, terutama apabila ditemukan kelainan yang mempunyai
aspek genetik herediter atau familial.1
1.5 Corak Reproduksi Ibu
Tumbuh kembang, kesehatan, penyebab kesakitan dan kematian anak sangat erat
berhubungan dengan corak reproduksi ibu, yaitu umur ibu pada saat hamil, jarak kelahiran,
dan jumlah kelahiran (paritas). Di samping itu, corak reproduksi ibu merupakan salah satu
determinan penting status kesehatan ibu. Ibu dengan corak reproduksi yang kurang baik
(misalnya melahirkan di kurun usia optimal untuk melahirkan, jarak kelahiran yang terlalu
dekat, atau jumlah kelahiran yang terlalu banyak) akan kurang baik kesehatannya dan
kurang mampu menciptakan suasana pengasuhan anak yang baik. Hal ini akan
mempengaruhi pola kesakitan dan kematian anak. Sering dijumpai ibu yang suatu saat
sekaligus mempunyai 3 anak balita (di bawah 5 tahun) atau 2 batita (dibawah 3 tahun).
Jarak kelahiran yang dekat serta paritas yang tinggi sering berhubungan dengan MEP,
infeksi berulang, serta bayi dengan BBLR.

Yang terakhir ini juga berhubungan dengan ibu perokok atau peminum alkohol. Umur ibu
yang lanjut saat hamil juga berhubungan dengan beberapa jenis kelainan kongenital,
misalnya sindrom down.1
Jadi dalam hal corak reproduksi ibu perlu ditanyakan :1
Berapa umur Ibu saat hamil/melahirkan?
Berapa umur kakak atau adiknya sehingga dapat diketahui jarak kelahiran?
Berapa jumlah persalinan? (termasuk aborsi)
1.6 Data Perumahan
Data perumahan diperlukan untuk mendapatkan gambaran keadaan anak dalam
lingkungannya sehari-hari. Hal ini perlu dalam menentukan pola pendekatan, baik untuk
menegakkan diagnosis maupun penatalaksanaan keadaan sakitnya secara tuntas. Dari data
ini dapat diketahui apakah keluarga pasien termasuk keluarga batuh (keluarga inti) ataukah
keluarga besar yang masing-masing mempunyai implikasi dalam praktek pengasuhan anak.
Sistem keluarga besar biasanya masih mempunyai corak tradisional dibandingkan dengan
sistem kelurga batih yang besifat lebih individual. Pada sistem keluarga besar, meski
kebutuhan biomedik mungkin kurang terpenuhi akan tetapi kebutuhan psikososial dapat
lebih terjamin.1
Pemeriksaan Fisik
2.1 Pemeriksaan Antropometri
Antropometri digunakan untuk menilai pertumbuhan fisik anak dan pemeriksaan ini
sering dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu tergantung umur (age dependence) dan tidak
tergantung umur. Untuk yang tergantung umur, berat badan, tinggi atau panjang badan,
lingkaran kepala dan lingkaran lengan atas akan dibandingkan terhadap umur. Bagi yang
tidak tergantung umur, hasil permeriksaan bisa dibandingkan seperti; berat badan terhadap
tinggi badan, lingkar lengan atas terhadap tinggi badan dan sebagainya.2
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada setiap
kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat badan
merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain
tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator
yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak.
5

Sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif dan tidak memerlukan
banyak waktu. Kerugiannya, indikator berat badan ini tidak sensitif terhadap proporsi
tubuh misalnya pendek gemuk atau tinggi kurus.3
Perlu diketahui, bahwa terdapat fluktuasi wajar dalam sehari sebagai akibat
masuknya (intake) makanan dan minuman dengan keluaran (output) melalui urin, feses,
keringan dan bernafas. Besarnya fluktuasi bergantung pada kelompok umur dan bersifat
sangat individual, yang berkisar antara 100-200 gram, sampai 500-1000 gram bahkan
lebih, sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian. Indikator berat badan dimanfaatkan
dalam klinik untuk :3
1. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang
kronis, tumbuh kembang dan kesehatan.
2. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit
3. Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting.
Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat
terus sampai tinggi maksimal dicapai. Walaupun kenaikan tinggi badan ini berfluktuasi,
dimana tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi, kemudian melambat, dan menjadi
pesat kembali (pacu tumbuh adolesen) <, selanjutnya melambat lagi dan akhirnya berhenti
pada umur 18-20 tahun.2 Untuk anak < 2 tahun, pemeriksaan panjang badan dilakukan
dengan meletakkan bayi/anak terlentang di atas papan ukuran, tanpa sepatu atau topi.
Diusahakan agar tubuh bayi lurus, panjang badan diukur dengan meletakkan verteks bayi
pada kayu yang tetap, sedangkan kayu yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi.
Pengukuran langsung dengan tali pengukuran tidak akurat hasilnya, kecuali ada asisten
yang memegang kaki anak agar tidak bergerak dengan panggul dan lutut lurus. 2
Lingkar kepala harus diperiksa selama 2 tahun pertama kehidupan anak, namun
pengukuran juga dapat berguna pada setiap saat untuk mengetahui pertumbuhan kepala.
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Pengukuran ini bisa dipakai untuk
menaksir pertumbuhan otak. Yang diukur adalah lingkar kepala terbesar. Caranya dengan
meletakkan pita melingkar kepala melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata, dan
bagian belakang kepala bayi yang paling menonjol yaitu protuberensia oksipitalis. Apabila
pertumbuhan otak tidak normal maka kepala akan kecil. Lingkar kepala yang kecil dari
normal (mikrosefali) menunjukkan adanya retardasi mental. Sebaliknya, kalau ada
6

penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan


volume kepala sehingga lingkar kepala lebih besar dari normal.2,4
Setelah melakukan pengukuran terhadap bayi, kita dapat membandingkan hasil
pengukuran yang kita dapat dengan nilai normal yang seharusnya seperti Tabel 1 dan
Grafik 1 di bawah ini :

Tabel 1: Tabel berat dan tinggi menurut umur anak Indonesia


Sumber:http://2.bp.blogspot.com/yTxqpsPpVI/Tbkzmf7nubI/AAAAAAAAAF4/S54y2QUtSL0/s1600/Tabel
+Tinggi+Berat+Badan+Anak+Terbaru.jpg.5

Grafik 1: Berat dan panjang badan menurut umur


Sumber: http://aufalactababy.files.wordpress.com/2011/04/gc-girl-0-36.jpg.6

2.2 Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


Pemeriksaan nadi harus dilakukan pada keempat ekstremitas. Dalam menilai nadi,
kesalahan yang sering dilakukan adalah pemeriksa hanya menghitung frekuensi nadi per
menit, padahal seharusnya penilaian nadi harus mencakup frekuensi atau laju nadi, irama,
isi atau kualitas, serta ekualitas nadi. Laju nadi yang paling baik dihitung dengan pasien
dalam keadaan tidur. Bila tidak mungkin dilakukan pada anak dalam keadaan tidur, harus
diberikan catatan keadaan anak pada waktu anak diperiksa (bangun tenang, gelisah,
menangis, berontak). Perlu ditekankan bahwa penghitungan nadi harus disertai pula
dengan penghitungan laju jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi,
sehingga laju jantung lebih tinggi dari pada denyut nadi. Takikardia adalah laju denyut
jantung yang lebih cepat dari pada laju normal. Keadaan ini antara lain dapat terjadi pada
keadaan demam, aktivitas fisik, ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal jantung,
dehidrasi, atau renjatan. Pada demam, kenaikan suhu badan tiap 1C diikuti oleh kenaikan
denyut nadi sebanyak 15-20x/menit. Pada pasien demam tifoid kenaikan denyut nadi
tersebut relatif sedikit apabila dibandingkan dengan kenaikan suhu (disebut bradikardia
relatif), sedangkan pada demam reumatik kenaikan denyut nadi lebih tinggi dibandingkan
8

dengan kenaikan suhu (tanpa gagal jantung atau demam, pasien demam reumatik
menunjukkan takikardia). Pada takikardia sinus selalu terjadi variasi 10-15 denyut dari
menit ke menit, akan tetapi pada takikardia supraventrikular paroksismal, di samping nadi
sulit dihitung oleh karena cepatnya (lebih dari 200/menit), laju nadi konstan sepanjang
waktu serangan.1
Bradikardia adalah frekuensi denyut jantung yang lebih lambat dari frekuensi
normal. Keadaan ini bila terjadi pada demam, menyarankan terdapatnya infeksi salmonela.
Bradikardia sinus juga dapat terjadi pada tekanan intrakranial meninggi, sepsis,
hipotiroidisme, anoreksia nervosa, atau intoksikasi digitalis. Pada remaja olahragawan
yang terlatih juga dapat didapatkan bradikardia sinus. Blok jantung komplet adalah contoh
bradikardia yang berbahaya, kelainan ini dapat kongenital atau didapat (misalnya
miokarditis difterika).

Dalam keadaan normal irama nadi adalah teratur. Disritmia

(aritmia) sinus adalah ketidakteraturan nadi yang paling sering dijumpai. Pada keadaan ini
denyut nadi teraba lebih cepat pada waktu inspirasi dan lebih lambat pada waktu ekspirasi.
Hal ini sering terdapat pada anak di atas umur 3 tahun, dan makin jelas pada remaja,
terutama bila laju nadi kurang dari 100/menit. Keadaan ini adalah normal, bahkan
merupakan petunjuk adanya cadangan jantung yang baik. Disritmia sinus jarang terdapat
pada bayi. Adanya disritmia dapat dideteksi dengan perabaan nadi dan auskultasi jantung,
namun jenis disritmia hanya dapat dipastikan dengan EKG. Berbagai jenis ekstrasistole
dapat menyebabkan nadi yang iregular, demikian pula fibrilasi atrium hampir selalu
disertai dengan irama nadi yang tidak teratur. Dapat juga dijumpai ketidakteraturan yang
teratur misalnya nadi teraba sepasang-sepasang (pulsus bigeminus) atau teraba sebagai
kelompok tiga (pulsus trigeminus).1
Isi perabaan nadi yang normal disebut cukup. Pulsus seler (water hammer
pulse/corrigans pulse) adalah nadi yang teraba sangat kuat dan turun dengan cepat, akibat
tekanan nadi (beda sistole dan diastole) yang besar. Keadaan tersebut biasanya disertai
dengan pulsasi kapiler, yang dapat diperiksa dengan cara menekan ujung kuku dengan
ringan (quinkes pulse). Bila didengarkan dengan stetoskop di a. Femoralis, akan terdengar
suara seperti letusan pistol (pistol shot sign), atau dapat terdengar semacam bising sitolik
dan diastolik (durosiez sign). Pulsus seler ini terdapat pada insufisiensi aorta, duktus
arteriosus persisten, fistula arterio-vena, atau pada keadaan hiperkinetik seperti
tirotoksikosis dan anemia. Isi nadi yang kurang atau lemah terdapat pada kegagalan
sirkulasi (renjatan) serta gagal jantung yang berat. Pulsus parvus et tardus (nadi dengan
9

amplitudo yang rendah dan teraba lambat naik) terdapat pada stenosis aorta yang hebat.
Pulsus alternans ditandai dengan denyut nadi yang berselang-selang kuat dan lemah, hal ini
menunjukkan terdapatnya beban ventrikel kiri yang berat, atau gagal jantung kiri. Pulsus
paradoksus (pulsus paradoksikus) adalah nadi yang jelas teraba lemah pada saat inspirasi
dan teraba normal atau kuar pada saat ekspirasi; hal tersebut harus dikonfirmasi dengan
pengukuran tekanan darah. Pulsus paradoksus terdapat pada tamponade jantung akibat
efusi perikardium atau perikarditis konstriktiva.1
Dalam keadaan normal isi nadi teraba sama pada keempat ekstremitas. Pada
koarktasio aorta, nadi pada ekstremitas atas teraba kuat sedang pada ekstremitas bawah
teraba lemah sampai tidak teraba. Pada penyakit takayasu, yang sering kali mengenai
cabang-cabang arkus aorta, nadi di ekstremitas bawah teraba normal sedangkan nadi di
ekstremitas atas teraba lemah atau tidak teraba. Tromboemboli di arteri perifer
menyebabkan nadi distal dari emboli menjadi tidak teraba atau teraba kecil. Keadaankeadaan tersebut disertai pula dengan perbedaan tekanan darah pada ekstremitas atas dan
bawah.1
Tekanan darah: Idealnya, pada tiap pasien harus diukur tekanan darah pada
keempat ekstremitas. Pemeriksaan pada satu ekstremitas dapat dibenarkan, apabila pada
palpasi teraba denyut nadi yang normal pada keempat ekstrenitas (nadi kedua a. Brakialis
atau radialis dan kedua a. Femoralis atau dorsalis pedis). Apabila terdapat keraguan pada
denyut nadi ke-4 ekstremitas, atau bila terdapat hipertensi pada pengukuran 1 ekstremitas,
maka pengukuran tekanan darah mutlak harus dilakukan pada ke-4 ekstremitas. Apabila
pengukuran tekanan darah dilakukan pada satu ekstremitas, yang biasa dipergunakan ialah
lengan atas kanan, untuk menghindari kesalahan akibat terdapatnya koarktasio aorta
sebelah proksimal dari a. Subklavia kiri yang menyebabkan tekanan darah di lengan kanan
tinggi dan di tempat lain rendah. Pada pengukuran tekanan darah hendaknya dicatat
keadaan pasien waktu tekanan darah diukur (duduk, berbaring tenang, tidur, menangis),
karena keadaan pasien dapat mempengaruhi hasil dan penilaiannya. Tekanan darah sistolik
dan diastolik meninggi pada berbagai kelainan ginjal (hipertensi renal). Tekanan darah juga
dapat meningkat pada keadaan peninggian tekanan intrakranial, hiperfungsi adrenal, dan
intoksikasi vitamin A dan D. Peningkatan tekanan darah sistolik tanpa peningkatan tekanan
diastolik (tekanan nadi besar) terdapat pada pasien duktus arterious persisten, insufisiensi
aorta, fistula arterio-vena, dan keadaan hiperkinetik seperti ansietas atau anemia. Tekanan
darah sistolik yang rendah dengan tekanan diastolik yang normal terdapat pada stenosis
10

aorta. Tekanan sistolik dan diastolik menurun pada keadaan renjatan oleh karena sebab
apapun.1
Pernapasan: Pemeriksaan terhadap pernapasan pasien harus mencakup laju
pernapasan, irama atau keteraturan, kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan. Dalam
keadaan normal, tipe pernapasan bayi ialah abdominal atau diafragmatik. Terdapatnya
pernapasan torakal pada bayi dan anak kecil menunjukkan adanya kelainan paru, kecuali
bila pasien sangat kembung. Makin besar anak, makin jelas komponen torakal pada
pernapasan, dan pada umur 7-8 tahun komponen torakal menjadi predominan
(torakoabdominal). Pada bayi baru lahir, terutama prematur, kadang-kadang terdapat
pernapasan tipe cheyne-stokes yang cepat dan dalam, diikuti oleh periode pernapasan yang
lambat dan dangkal, serta akhirnya periode apne beberapa saat. Pula ini biasaya hilang
setelah bayi berumur beberapa minggu. Pernapasan cheyne-stokes yang patologis terdapat
pada berbagai penyakit yang menyebabkan depresi susunan saraf pusat. Tipe pernapasan
kussmaul adalah tipe pernapasan yang cepat dan dalam; keadaan ini ditemukan pada
asidosis metabolik seperti dehidrasi, hipoksia, atau keracunan salisilat. Tipe pernapasan
biot ditandai dengan irama yang sama sekali tidak teratur, biasanya merupakan petunjuk
terdapatnya penyakit susunan saraf pusat seperti ensefalitis atau poliomielitis bulbaris.
Takipne adalah pernapasan yang cepat yang seringkali terlihat pada berbagai penyakit
paru. Pada bayi dan anak kecil takipne ini merupakan tanda dini gagal jantung. Bradipne,
atau pernapasan yang lambat, terdapat pada gangguan pusat pernapasan, tekanan
intrakranial meninggi, pengaruh obat sedatif, alkalosis, atau keracunan. Hiperpne adalah
pernapasan yang dalam, dapat terjadi asidosis, anoksia, serta kelainan susunan saraf pusat.
Hipopne adalah pernapasan yang dangkal, dan biasanya menunjukkan terdapatnya
gangguan susunan saraf pusat. Pernapasan yang kedalamannya normal disebut eupne.
Dispne berarti kesulitan bernapas yang ditandai oleh pernapsan cuping hidung, retraksi
subkostal, interkostal atau suprasternal, dapat disertai sianosis dan takipne. Perlu
diperhatikan apakah distres terjadi terutama pada isnpirasi atau ekspirasi. Dispne pada
inspirasi lebih mengaraj pada obstruksi tinggi, sedangkan distres pada ekspirasi lebih
mengarah ke obstruksi rendah. Dispne juga terjadi akibat latihan fisis, nyeri, ketakutan,
anemia, atau gagal jantung. Ortopne berarti kesulitan nepas bila pasien berbaring, yang
berkurang apabila pasien duduk atau berdiri; keadaan ini terdapat pada asma, gagal
jantung, edema paru, epiglotitis, croup, dan fibrosis kistik. Dispne nokturnal paroksismal

11

terjadi beberapa jam setelah pasien tidur, biasanya tengah malam, merupakan tanda edema
paru akut misalnya pada stenosis mitral berat.1
Suhu tubuh: Demam adalah manifestasi berbagai penyakit. Suhu tubuh dapat
sedikit meningkat apabila anak menangis, setelah makan, setelah bermain, dan ansietas.
Infeksi bakteri, virus, protozoa, dehidrasi serta heat stroke menyebabkan demam dari yang
ringan sampai hiperpireksia. Demam juga dapat terjadi pada trauma otak, tumor otak,
keganasan, penyakit jaringan ikat, reaksi transfusi, reaksi obat dan lain-lainnya.
Hipertermia (suhu tubuh lebih dari 41C) adalah keadaan yang berbahaya sehingga perlu
penurunan suhu tubuh dengan segera. Hipotermia (suhu tubuh kurang dari 35C) juga
dapat berakibat fatal, terutama pada bayi-bayi prematur. Infeksi berat, termasuk sepsis,
yang pada anak besar disertai dengan demam, pada bayi baru lahir terutama prematur
justru dapat disertai hipotermia. Hipotermia juga terdapat pada dehidrasi dan renjatan.1
2.3 Denver Developmental Screening Test (DDST).
DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai
kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Nama Denver menunjukkan bahwa uji
skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver.7
Selain DDST, sebenarnya ada sejumlah pengkajian perilaku lainnya untuk bayi dan anak
usia dini, diantaranya adalah :
1. Neonatal Behavioral Assessment Scale (NBAS) yang lebih dikenal sebagai
The Brazleton.7
2. Early Language Milestone (ELM) Scale untuk anak 0-3tahun.7
3. Clinical Adaptive Test (CAT) dan Clinical Linguistic and Auditor Milestone
Scale (CLAMS) untuk anak usia 0-3 tahun.7
4. Infant Monitoring System untuk anak usia 4-36 bulan.7
5. Early Screening Inventory untuk anak usia 3-6 tahun.7
6. Peabody Picture Vocabulary Test untuk anak usia 2,5-4 tahun.3

12

DDST yang dikenal dengan Denver Scale adalah tes skrining untuk masalah kognitif dan
perilaku pada anak prasekolah. Tes ini dikembangkan oleh William K. Frankenburg dan
J.B. Dodds. DDST merefleksikan presentase kelompok anak usia tertentu yang dapat
menampilkan tugas perkembangan tertentu. Denver II dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, antara lain :7
1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.7
2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.7
3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala,
kemungkinan adanya kelainan perkembangan.7
4. Memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.7
5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.7
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai
dari 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4
sektor yaitu :7
1. Sektor personal-sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan

pribadi.7
2. Sektor motorik halus-adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan

memainkan dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah.7


3. Sektor bahasa, yaitu mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa.7
4. Sektor motorik kasar, yaitu duduk, berjalan dan melakukan gerakan umum otot

besar lainnya.3
Setelah menyelesaikan tes Denver II, kita perlu melakukan tes perilaku untuk :7
1. Membantu pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif.7
2. Memperoleh

taksiran

kasar

bagaimana

seorang

anak

menggunakan

kemampuannya.7

13

Alat-alat yang digunakan dalam test Denver ini , antara lain :


1. Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam penerapan Denver II :7
a) Benang wol merah
b) Icik-icik dengan gagang kecil
c) Boneka kecil dengan botol susu
d) Cangkir kecil dengan pegangan
e) Kubus dengan rusuk 2,5 cm berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning
dan hijau masing-masing 2 buah.
f) Botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2cm.
g) Manik-manik
h) Lonceng kecil
i) Bola tenis
2. Formulir DDST
Formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas perkembangan
menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu. Pada
bagian depan, terdapat 125 item yang digambarkan dalam bentuk persegi panjang
yang ditempatkan dalam neraca usia yang menunjukkan 25%, 50%, 75% dan 90%
dari seluruh sampel standard anak normal yang dapat melaksanakan tugas tersebut.
Sebagai contoh, item menggosok gigi tanpa bantuan memiliki makna :7
a) Dua puluh lima persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa
bantuan di usia kurang dari 33 bulan
b) Lima puluh persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa
bantuan di usia 42 bulan
c) Tujuh puluh lima persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa
bantuan di usia 51 bulan

14

d) Sembilan puluh persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa
bantuan di usia kurang dari 63 bulan.
Pada beberapa kotak, terdapat catatan kecil angka (misalnya 1,2,3) yang
menujukkan bahwa item tersebut membutuhkan petunjuk khusus yang dapat dilihat
di bagian belakang lembar tes sesuai dengan angka yang tertulis. Pada sejumlah
kotak juga terdapat huruf L yang menandakan bahwa item tersebut dapat dinilai
LULUS/LEWAT berdasarkan laporan dari orang tua atau pengasuh anak. Adapun di
awal disebutkan bahwa penerapan DDST ditujukan untuk menilai perkembangan
anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan tes ini terlebih
dahulu kita harus mengetahui usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita
dapat mengikuti langkah berikut :7
a) Tulis tanggal, bulan dan tahun dilaksanakannya tes.
b) Kurangi dengan cara bersusun dengan tanggal, bulan dan tahun
kelahiran anak.
c) Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang
sesuai dari angka bulan di depannya.
d) Hasilnya adalah usia anak dalam tahun, bulan dan hari
e) Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu
f) Jika pada saat pemeriksaan usia anak dibawah 2 tahun, anak lahir
kurang 2 minggu, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara
mengurangi umur anak dengan jumlah minggu tersebut.
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.7

15

Ga
Gambar 1: Formulir Denver II
Sumber:http://4.bp.blogspot.com/f5MD85wB8Bc/TZ_ZlsrQmMI/AAAAAAAAAAM/VNIPjMmL2K0/s160
0/denver%2BII.png.8

Pelaksanaan tes: Upaya identifikasi perkembangan dilakukan jika anak berisiko


mengalami kelainan perkembangan. Ini dilakukan melalui langkah-langkah berikut.
Pertama, pada setiap sektor, tes dilakukan sedikitnya pada 3 item terdekat di sebelah kiri
garis usia, juga pada semua item yang dilalui garis usia. Kedua, bila anak tidak mampu
melakukan salah satu item (gagal, menolak , tak ada kesempatan), item tambahan
dimasukkan ke sebelah kiri garis usia sampai anak dapat lulus/lewat dari 3 item secara
berturut-turut.7
Pemberian skor: Pada setiap item, kita perlu mencantumkan skor di area kotak
yang berwarna putih (dekat tanda 50%) dengan ketentuan sebagai berikut :7
1. L = Lulus/ Lewat (P= Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau
orang tua melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item
tersebut (item yang bertanda L).7
2. G = Gagal (F= Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang
tua melaporkan terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut.7

16

3. M = Menolak ( R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item


tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang
harus dilakukannya.7
4. Tak = Tak ada kesempatan (No = No opportunity). Anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan.7
Interpretasi hasil untuk tes ini terdiri dari 2 tahap yaitu penilaian per item dan
penilaian tes secara keseluruhan. Adapun untuk penilaian per item dengan kategori sebagai
berikut. Penilaian item lebih (advance). Nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam
penilaian tes secara keseluruhan. Nilai lebih diberikan jika anak dapat lulus/lewat dari item
tes di sebelah kanan gari usia. Anak dinilai memiliki kelebihan karena dapat melakukan
tugas perkembangan yang seharusnya dikuasai oleh anak yang lebih tua. Penilaian item
ok atau normal. Nilai normal ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara
keseluruhan. Nilai ok dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut: Anak gagal (G)
atau menolak (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini
wajar, karena item di sebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak
yang lebih tua. Dengan demikian tidak menjadi masalah jika anak gagal atau menolak
melakukan tugas tersebut karena masih banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan
tugas tersebut jika usianya sudah mencukupi. Anak lulus/lewat (L), gagal (G) atau menolak
(M) melakukan tugas untuk item di daerah putih kotak (daerah 25%-75%). Jika anak lulus,
sudah tentu hal ini dianggap normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di
usia tersebut. Lalu mengapa saat anak gagal atau menolak melakukan tugas masih kita
simpulkan OK? Perlu kita ketahui daerah putih pada kotak menandakan bahwa sebanyak
25%-75% anak di usia tersebut mampu melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih
ada sebagian anak di usia tersebut yang belum berhasil melakukannya. Jadi jika anak gagal
atau menolak hal ini masih dianggap wajar.7
Penilaian item P = peringatan (C = caution). Nilai peringatan diberikan pada anak
jika anak gagal atau menolak melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada
daerah gelap kotak. Mengapa demikian? Hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75%90% anak di usia tersebut sudah berhasil melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain,
mayoritas anak sudah bisa melaksanakan tugas itu dengan baik. Dengan demikian, jika ada
anak yang ternyata belum lulus atau menolak melakukan tugas tersebut, berarti anak
tersebut masuk ke dalam kelompok minoritas. Oleh karena itu anak tersebut mendapatkan
17

hasil penilaian P (peringatan). Pertama, peringata karena anak mengalami kegagalan.


Peringatan jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir suspek.
Penilaian item T = terlambat (D = delayed). Nilai terlambat diberikan jika anak gagal atau
menolak melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut
memang ditujukkan untuk anak yang lebih muda. Perlu diperhatikan ada dua macam T.
pertama, terlambat karena anak mengalami kegagalan, kedua terlambat karena anak
menolak melaksanakan tugas. Penilaian item no opportunity. Nilai ini diberikan jika
anak tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.7
Penilaian keseluruhan: Hasil interpretasi untuk keseluruhan dikategorikan
menjadi normal, suspek dan tak dapat diuji. Interpretasi normal diberikan jika tidak ada
skor terlambat atau maksimal 1 peringatan. Interpretasi suspek diberikan jika terdapat satu
atau lebih skor terlambat atau dua atau lebih skor peringatan. Tidak dapat diuji. Interpretasi
tidak dapat diuji diberikan jika terdapat satu atau lebih skor terlambat dan/atau dua atau
lebih peringatan.7
Pemeriksaan penunjang
3.1 Tes Mantoux
Salah satu cara mendiagnosis TB pada anak adalah dengan tes Mantoux. Zat yang
digunakan

untuk

tes

Mantoux

adalah

sejumlah

kecil

kuman

TB

yang

mati dan telah dimurnikan. Kemudian kuman ini disuntikkan sebanyak 0,1 ml
dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri. Hasil tes Mantoux
sendiri tidak bisa digunakan untuk menegakkan diagnosis karena kadang hasil tes ini
memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Hasil tes ini akan "dibaca" oleh tenaga
kesehatan pada 48-72 jam setelah penyuntikan, untuk dilihat dan diukur tonjolan keras
yang terbentuk. Reaksi yang terjadi terhadap tes Mantoux adalah terbentuknya tonjolan
yang teraba keras dan sekitarnya terlihat merah. Pada kasus-kasus di mana si
anak alergi, warna kemerahan terlihat sangat hebat sehingga tampak menyamarkan hasil
namun sekali lagi, yang diukur dalam tes ini adalah tonjolan yang terbentuk dan bukan
warna kemerahannya sehingga penting sekali melakukan perabaan pada tempat tes dan bila
perlu menandai perbatasan penonjolan dengan tinta untuk kemudian diukur diameternya
untuk dilaporkan dalam ukuran milimeter (bahkan 0 mm). Setelah anak menjalani tes
Mantoux, jangan lupa untuk kembali dalam 2 atau 3 hari untuk mengukur hasil tes.9
18

Jangan menyentuh tempat penyuntikan karena gesekan atau garukan dapat mengakibatkan
daerah tersebut terinfeksi. Plester atau salep dapat mengganggu hasil tes, jadi jagalah
tempat penyuntikan tetap bersih namun tidak perlu ditutup (bisa dengan cara
menggunakan pakaian lengan panjang). Jika terbentuk lepuh pada tempat penyuntikan
jangan dipecahkan. Anak boleh melakukan aktivitas normal seperti biasa, misalnya
sekolah, olah raga, dan mandi. Jangan lupa juga untuk memberi tahu petugas kesehatan
bila anak sudah diimunisasi BCG atau pernah melakukan tes Mantoux dan hasilnya positif.
Jangan pernah ragu untuk bertanya mengenai tes ini kepada petugas yang melakukan tes
ini. Secara umum, tonjolan yang ukuran diameternya kurang dari 5 mm adalah negatif, 5-9
mm adalah meragukan, sedangkan ukuran 10 mm adalah positif. Tes Mantoux bisa
memberikan hasil positif bila :9

Seseorang pernah mengidap TB dan sudah sembuh

Seseorang telah terinfeksi kuman tuberculosis

Pernah mendapat imunisasi BCG (namun biasanya diameter hasil <10 mm, bila
diameter 15mm dan anak berusia 2 tahun maka dianggap anak mendapat
infeksi alamiah)

Seseorang sedang mengidap TB

3.2 Laboratorium
Skrining Neonatus yang memiliki tujuan untuk mengidentifikasi bayi beresiko dan
memerlukan pemeriksaan yang lebih definitif, dan jika ditemukan suatu kelainan bisa
diobati sedini mungkin sehingga mencapai pertumbuhan normal serta mengurangi
morbiditas dan mortalitas. Skrining pada bayi lahir sehat dan cukup umur, pengambilan
sampelnya dilakukan pada usia 72 120 jam sejak lahir. Bayi prematur atau yang sakit
dirawat di RS hingga usia 7 hari. Jika diperiksa sebelum 48 jam maka dilakukan
pengambilan sampel ulang sebelum usia 2 minggu.10

19

3.3 Radiologi
Beberapa tindakan radiologi yang kerap diberikan pada bayi :

Rontgen10
Rontgen adalah pemeriksaan pencitraan medis yang menggunakan alat Basic X-ray
Unit (BXU) sebagai sumber radiasi dengan hasil pemeriksaan berupa film rontgen
(film X-Ray). Pada bayi, biasanya dilakukan untuk medical check up maupun untuk
mendiagnosa penyakit. Sebaiknya hindari adanya benda-benda yang menghalangi
proses diagnostik saat akan melakukan tindakan, misalnya melepas aksesoris pada
bayi, seperti peniti. Beberapa keadaan yang mungkin disarankan untuk dilakukan
pemeriksaan ini, adalah :
-

Jika dicurigai adanya trauma pada saat proses persalinan, bisa diperiksa
apakah ada tulang yang patah, misalnya fraktur clavicula (patah tulang
bahu). Bisa terjadi pada janin yang mengalami kelainan letak, seperti
sungsang atau letak lintang.10

Pada saat lahir kepala bayi terlihat besar di luar batas kewajaran dan
dicurigai hidrocephalus. Akan tetapi untuk lebih jelasnya bisa dilakukan
USG untuk melihat keadaan ventrikel pada otak, apakah terisi cairan atau
tidak.10

Pada bayi yang dicurigai menderita DBD (Demam Berdarah Dengue) ada
pemeriksaan foto khusus, yaitu RLD (Right Lateral Decubitus) untuk
melihat apakah ada cairan pada kantung paru-paru (efusi pleura). Jika
ditemukan menandakan derajat keparahan sudah tinggi.10

Bone age (untuk melihat apakah pertumbuhan bayi sesuai dengan usia),
dilakukan jika ada kecurigaan adanya ketidakseimbangan. Misalnya, bayi
usia 1 tahun tetapi pertumbuhannya seperti usia 6 bulan. Namun biasanya
tes ini dilakukan pada anak-anak di atas usia bayi.10

USG10
USG atau ultrasonografi adalah suatu imaging diagnostic menggunakan gelombang
ultrasound dimana dapat diketahui bentuk, ukuran, gerakan serta hubungan dengan
jaringan sekitarnya. Sampai saat ini, USG dianggap pemeriksaan PALING AMAN
20

karena

tidak

menggunakan

sumber

sinar

maupun

magnetik.

Dibagi menjadi USG 2, 3 dan 4 dimensi, semakin tinggi angkanya maka semakin
jelas gambaran yang dihasilkan. Pada bayi biasanya dilakukan saat diduga ada
kelainan di dalam perut (USG Abdomen), diduga adanya hidrosefalus (USG
Kepala) atau adanya cairan di kantung paru (USG paru).

CT Scan10
CT Scan atau Computerized Tomography Scanning adalah pemeriksaan pencitraan
medis yang menggunakan pesawat CT Scan, tabung sumber sinar X dan detektor.
Terbagi menjadi beberapa slice (potongan gambar penampang jaringan), mulai dari
1, 2, 4, 8, 16, 32, 64 sampai 128 slice. Semakin banyak slice akan semakin akurat.
Pemeriksaan ini dipilih untuk mengetahui kelainan yang sulit dideteksi melalui
pemeriksaan rontgen, misalnya hidrocephalus atau untuk memastikan adakah
gangguan pada otak bayi, misalnya pada bayi yang ibunya positif terinfeksi
TORCH sewaktu hamil. Bisa juga dilakukan pada bayi yang mengalami trauma,
seperti terjatuh yang disertai kehilangan kesadaran atau muntah hebat setelah
terjatuh. Pada saat dilakukan pemeriksaan bayi harus dalam posisi tenang, sehingga
tak jarang bayi harus didampingi atau diberikan obat agar tenang.

MRI10
Magnetic Resonance Imaging adalah alat diagnostik canggih yang menggunakan
medan magnet dan gelombang frekuensi radio yang menghasilkan gambaran
potongan tubuh. Dapat dilakukan pada seluruh bagian tubuh, utamanya pada area
kepala dan tulang belakang, yang kadang pada pemeriksaan CT Scan kurang jelas
hasil pemeriksaannya. Dibandingkan pemeriksaan lain, gambar yang dihasilkan
lebih jelas tanpa melibatkan radiasi dan dapat dilihat dari berbagai sisi tanpa harus
mengganti posisi pasien. Prosedur ini tidak membutuhkan persiapan khusus dan
tidak menimbulkan sakit, kerusakan jaringan atau lainnya. Namun karena berada
dalam medan magnet yang memungkinkan menarik benda bersifat logam, penting
untuk melepaskan benda logam sebelum memulai prosedur pemeriksaan.
Sebaliknya, bagi pasien yang memiliki benda logam dalam tubuhnya (seperti
pacemaker pada jantung, pen/wire pada operasi patah tulang, alat bantu dengar dan
lainnya), prosedur MRI dapat dibatalkan karena dikhawatirkan dapat menciderai
pasien.
21

Diagnosis Banding
4.1 Down Syndrom11
o Pemeriksaan Fisik
adanya gambaran dismorfik, hipotoni, refleks tendon menurun, tungkai kelihatan
pendek, jarak ibu jari kaki dengan jari kedua lebar.
o Pemeriksaan Penunjang
analisa kromosom (dianjurkan)
o Etiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom adalah:
Genetik
Radiasi
Infeksi dan Kelainan Kehamilan
Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu
Bahan Kimia
o Patofisiologi
Sindrom Down terjadi akibat adanya jumlah kromosom yang berlebih.
Diperkirakan bahwa materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian
lengan bawah dari kromosom 21 & interaksinya dengan fungsi gen lainnya
menghasilkan

perubahan

homeostasis

yang

memungkinkan

terjadinya

penyimpangan perkembangan fisik, & susunan syaraf pusat.


o Manifestasi Klinis
Bentuk tulang tengkoraknya asimetris atau ganjil
Bagian belakang kepalanya mendatar
Kepalanya lebih kecil daripada normal (mikrosefalus) dan bentuknya abnormal
Hidungnya datar, lidahnya menonjol dan matanya sipit ke atas
Tangannya pendek dan lebar dengan jari-jari tangan yang pendek dan seringkali
hanya memiliki 1 garis tangan pada telapak tangannya
Telinganya kecil dan terletak lebih rendah

22

Retardasi mental
o Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan spesifik pada sindrom down. Anak dengan sindrom down
perlu penanganan secara multidisiplin. Selain penanganan medis & pendidikan juga
perlu mendapat perhatian & partisipasi dari keluarganya.
o Komplikasi
Malnutrisi, gagal tumbuh, rentan infeksi.
Retardasi mental akibat hambatan perkembangan kecerdasan dan psikomotor.
Isolasi sosial
o Prognosis
Tidak dapat disembuhkan, tapi komplikasi dapat dikontrol
Adanya penurunan kadar IgG menyebabkan penderita rentan terhadap infeksi.
Proses penuaan (penyakit Alzheimer) pederita Down Syndrom lebih cepat
Rata-rata penderita Down Syndrom meninggal di usia 50-60 tahun, 44% kasus
sampai usia 60 tahun, 14% sampai umur 68 tahun.
4.2 Cerebral Palsy12
o Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan mata dan pendengaran

Pungsi lumbal

Pemeriksaan Penunjang
-

Foto rontgen

Pemeriksaan EEG

23

o Etiologi
Penyebab cerebral palsy dapat dibagi dalam tiga periode yaitu :
1) Pranatal
a) Malformasi kongenital.
b) Infeksi dalam kandungan yang dapat menyebabkan kelainan janin
c) Radiasi.
2) Natal :
a) Anoksialhipoksia.
b) Perdarahan intra kranial.
c) Trauma lahir.
d) Prematuritas.
3) Postnatal :
a) Trauma kapitis.
o Patofisiologi
Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu
induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral,
berlangsung pada minggu ke 56 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa
mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis,
anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase selanjutnya terjadi proliferasi
neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 24. Gangguan pada fase ini bisa
mengakibatkan mikrosefali, makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium
migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 35.
24

o Manifestasi Klinis
Gangguan motorik berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta kelainan bukan
motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy.
o Penatalaksanaan
Pengobatan kausal tidak ada, hanya simtomatik. Pada keadaan ini perlu kerjasama
yang baik dan merupakan suatu team antara dokter anak, neurolog, psikiater, dokter
mata, dokter THT, ahli ortopedi, psikologi, fisioterapi, occupational therapist,
pekerja sosial, guru sekolah luar biasa, dan orang tua penderita.
o Komplikasi
1) Kontraktur yaitu sendi tidak dapat digerakkan atau ditekuk karena otot
memendek.
2) Skoliosis yaitu tulang belakang melengkung ke samping disebabkan karena
kelumpuhan hemiplegia.
3) Gangguan mental. Anak Cerebral Palsy tidak semua tergangu kecerdasannya,
mereka ada yang memiliki kadar kecerdasan pada taraf rata-rata, bahkan ada
yang berada di atas rata-rata. Komplikasi mental dapat terjadi apabila yang
bersangkutan diperlakukan secara tidak wajar.
o Prognosis
Di negeri yang telah maju misalnya Inggris dan Skandinvia, terdapat 20-25%
penderita Cerebral palsy sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di Institute
Cerebral palsy. Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah
baik; makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya, makin
buruk prognosis.

Kesimpulan
Tumbuh kembang merupakan suatu proses yang sangat penting bagi setiap orang,
terutama anak-anak. Dengan optimalnya proses tumbuh kembang, anak akan memiliki
25

fisik, mental, emosi, dan intelektual yang baik dan sempurna. Proses tumbuh kembang
pada anak dipengaruhi beberapa hal yaitu status gizi, faktor sosial yaitu keluarga dan
lingkungan sekitar, serta imunisasi dasar dan ulangan.
Salah satu aspek yang sangat penting ialah status gizi sang anak. Status gizi anak
adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik energi dan
zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur
secara antroppometri, dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan
indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Terdapat beberapa cara dalam melakukan penilaian status
gizi, salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan
antropometri. Pemeriksaan antropometri pada anak mencangkup pengukuran berat badan,
tinggi badan, lingkar kepala, dan lingkar lengan atas.

Daftar Pustaka
1. Latief A, Tumbelaka A R, Matondang C S. Diagnosis fisis pada anak. Ed 4. Jakarta:
CV Sagung Seto; 2009.h.2-216.
2. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran;
2003.h.37-82.
3. Rudolph M A. Buku ajar pediatri. Jakarta: EGC; 2006.h.3-285.
4. Nah Y S, Santoso M, Winaktu T S. Buku panduan keterampilan klinik. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Ukrida; 2011.h.20-21.
5. Tabel

berat

dan

tinggi

menurut

umur

anak

Indonesia.

Diunduh

dari

http://2.bp.blogspot.com/yTxqpsPpVI/Tbkzmf7nubI/AAAAAAAAAF4/S54y2QUt
SL0/s1600/Tabel+Tinggi+Berat+Badan+Anak+Terbaru.jpg, 10 Januari 2013.
6. Grafik

berat

dan

panjang

badan

menurut

umur.

Diunduh

dari

http://aufalactababy.files.wordpress.com/2011/04/gc-girl-0-36.jpg, 10 Januari 2013.


7. Nugroho H S W. Denver developmental screening test : Petunjuk praktis. Ed 2.
Jakarta: EGC; 2009.h.2-28.
8. Formulir

Denver

II.

Diunduh

dari

http://4.bp.blogspot.com/f5MD85wB8Bc/TZ_ZlsrQmMI/AAAAAAAAAAM/VNI
PjMmL2K0/s1600/denver%2BII.png, 11 Januari 2013.
26

9. Tes Mantoux. Diunduh dari www.tesmantouxuntuktbc.com, 11 Januari 2013.


10. Wulandari H F. Tumbuh kembang pada bayi. Diunduh dari www.nakita.com, 11
Januari 2013.
11. Down Syndrom pada anak. Diunduh dari www.downsyndrom.com, 10 Januari
2013.
12. Cerebral Palsy. Diunduh dari www.cerebralpalsy.com, 10 Januari 2013.

27

Anda mungkin juga menyukai