Anda di halaman 1dari 30

Penilaian Status Gizi Anak

Javier Immanuel – 102018112

Kelompok A2 /PBL B21 Skenario 10

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

Email ; javier.2018fk112@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Sebagai petugas kesehatan, sangat penting untuk melakukan penilaian status gizi anak dengan
benar. Penilaian ini sangat penting karena bisa digunakan sebagai rujukan untuk
mengidentifikasi anak-anak yang berisiko gagal tumbuh tanpa menunggu sampai anak menderita
masalah gizi. Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah memberikan Asuhan Nutrisi Anak (ANP), yaitu
suatu pelayanan Kesehatan pencegahan mendasar yang dilakukan untuk anak sehat maupun anak sakit. .
Proses rekan data dilakukan melalui 5 kegiatan yang berurutan dan berulang, yaitu : (1)Diagnosis
masalah nutrisi (Assessment), (2)Menentukan kebutuhan nutrisi (Requirement), (3)Memilih cara
pemberian zat gizi, (4)Memilih bentuk sediaan zat gizi serta melakukan pemantauan , dan
(5)Evaluasi/pengkajian respon.

Kata kunci : weight faltering, Asupan Nutrisi Anak, Standar Antropometri Anak
Abstract
As a health worker, it is very important to provide a child's nutritional status properly. This
assessment is very important because it can be used as a reference to identify children at risk of
failure to thrive without waiting for the child to suffer from nutritional problems. Management
that can be done is to provide Child Nutritional Care (ANP), which is a preventive health
service for healthy and sick children. . Data processing is carried out through 5 sequential and
repetitive activities, namely: (1) Diagnosis of nutritional problems (Assessment), (2)
Determining nutritional needs (Requirements), (3) Choosing the method of giving nutrients, (4)
Choosing nutritional dosage forms as well as making calls, and evaluating / reviewing
responses.

Key words: weight faltering, Children's Nutrition, Children's Anthropometric Standards


Pendahuluan

Sebagai petugas kesehatan, sangat penting untuk melakukan penilaian status gizi anak
dengan benar. Penilaian ini sangat penting karena bisa digunakan sebagai rujukan untuk
mengidentifikasi anak-anak yang berisiko gagal tumbuh tanpa menunggu sampai anak menderita
masalah gizi. Selain itu, berdasarkan penilaian tersebut dapat mendukung penerapan suatu
kebijikan kesehatan dan publik terkait dengan pencegahan gangguan pertumbuhan. Oleh karena
itu, sangat penting untuk memahami klasifikasi status gizi serta penilaian status gizi dan tren
pertumbuhan yang membantu dalam mendeteksi dini risiko gagal tumbuh (at risk failure to
thrive) dan kenaikan massa lemak tubuh dini (early adiposity rebound) dan tata laksana segera.1
Maka dilakukan sebuah pelatihan kasus yang berbunyi Seorang anak laki-laki berusia 6
bulan dibawa ibunya ke Puskesmas dengan keluhan dalam 1 bulan pemantauan berat badan
hanya naik sedikit.

Asuhan Nutrisi Anak (ANP)


Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah memberikan Asuhan Nutrisi Anak (ANP), yaitu
suatu pelayanan Kesehatan pencegahan mendasar yang dilakukan untuk anak sehat maupun anak
sakit. Tujuan ANP dilakukan untuk menunjang pencapaian tumbuh kembang yang optimal pada
pasien rawat jalan agar tidak terjadi gagal tumbuh, sedangkan pada pasien rawat inap untuk
mencegah terjadinya malnutrisi rumah sakit (MRS).2
Agar ANP berjalan dengan baik, petugas kesehatan untuk dituntut mampu melakukan
proses rekam (record) data yang benar dan tepat. Proses rekan data dilakukan melalui 5 kegiatan
yang berurutan dan berulang. Lima kegiatan yang dimaksud berupa :
1. Diagnosis masalah nutrisi (Assessment),
2. Menentukan kebutuhan nutrisi (Requirement),
3. Memilih cara pemberian zat gizi,
4. Memilih bentuk sediaan zat gizi serta melakukan pemantauan ,dan
5. Evaluasi/pengkajian respon.
Langkah-langkah Asuhan Nutrisi Pediatrik
I. Pengkajian Data (Assessment)
Dalam melakukan pengkajian data, petugas kesehatan harus menggali data yang meliputi dua
data penting, yaitu : data subjektif dan objektif. Pengkajian data dimulai dengan mengumpulkan
data melalui riwayat gizi, pengukuran antropometri, data laboratorium, kebiasaan/ perilaku
makan, data pendidikan data sosial ekonomi dan sebagainya. Setelah dikumpulkan, data-data
tersebut dikelompokkan berdasarkan jenis data yang terkait. Sumber data dapat berupa data
primer maupun sekunder (rekam mendis). Tahap ini sangat penting, karena assessment gizi
merupakan pendekatan yang luas untuk menegakkan status gizi berdasarkan data medis, sosial,
data gizi, riwayat penyakit/pengobatan, data fisik/klinis, antropometri dan data laboratorium.3

Pengkajian data dilakukan melalui wawancara yang disebut anamnesis. Anamnesis memiliki
tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga membantu menentukan langkah
pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis dapat langsung
dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-
anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai.4 Anamnesis meliputi
asupan makan, pola makan, toleransi makan, perkembangan oromotor, motorik halus dan
motorik kasar, perubahan berat badan, faktor sosial, budaya dan agama serta kondisi klinis yang
mempengaruhi asupan.2

Anamnesis yang baik akan terdiri dari:

1. Identitas
Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pendidikan, pekerjaan, suku bangsam dan agama.

Identitas: anak laki-laki usia 6 bulan.

2. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi
ke dokter.
Keluhan utama: 1 bulan berat badan hanya naik sedikit.
3. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang
berobat.
Riwayat penyakit sekarang: Berat badan dirasakan sulit naik sejak mulai usia 4
bulan.
4. Riwayat penyakit dahulu
Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang
pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.
5. Riwayat penyakit dalam keluarga
Riwayat penyakit keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit herediter,
familial atau penyakit infeksi.
6. Riwayat pribadi
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.
Riwayat pribadi: orang tua berpenghasilan menengah keatas.4

7. Riwayat kelahiran

Tanyakan kapan dan dimana lahir, siapa yang menolong, cara kelahiran, adanya
kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir dan morbiditas pada hari-hari pertama
setelah lahir. Perlu ditanyakan apakah kelahiran kurang bulan, cukup bulan atau lewat
bulan, serta berat dan panjang badan saat lahir.

Riwayat kelahiran: cukup bulan, Berat Badan: 2700 g, Panjang Badan: 48 cm,
Lingkar Kepala: 34 cm.

8. Riwayat imunisasi
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (booster)
harus ditanyakan secara rutin, khususnya imunisasi Hepatitis B, Polio, BCG, DPT,
campak, dan Haemophillus influenza tipe B. jika memungkinkan disertai tanggal dan
tempat imunisasi diberikan. beberapa imunisasi lain juga perlu ditanyakan seperti
Hepatitis A, MMR, Influenza, Varicella, Rotavirus, Pneumokokus dan lainnya.
9. Riwayat tumbuh kembang
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan menggunakan kurva berat badan
terhadap umur dan panjang badan terhadap umur. Perkembangan pasien harus ditelaah
secara rinci untuk mengetahui apakah semua tahapan perkembangan dilalui dengan
mulus atau terdapat penyimpangan. Beberapa patokan (milestones) perkembangan di
bidang motorik kasar, motorik halus, social-personal dan bahasa-adaptif perlu dinilai
terutama pada balita. Pada anak yang lebih besar, perlu dinilai prestasi belajar anak,
status pubertas (menars dan telars) serta adanya kelainan tingkah laku dan emosi.
usia 1 bulan: 3500 g, 3 bulan: 4500 g, 4 bulan: 5100 g, 5 bulan: 5500 g, PB: 60 cm.

Prosedur Peniliaian Status Gizi

Digunakan Standar Antropometri Anak untuk menilai status gizi anak Penilaian status gizi Anak
dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan
dengan Standar Antropometri Anak.1 Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan adalah
grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5
tahun.2

Dalam menilai status gizi anak, harus dilakukan pengukuran yang akurat terlebih dahulu. Umur
yang digunakan pada standar ini merupakan umur yang dihitung dalam bulan penuh, sebagai
contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari maka dihitung sebagai umur 2 bulan. Berat, dalam pound
atau kilogram, harus ditentukan dengan menggunakan skala yang akurat. Untuk bayi dan balita,
berat, panjang, dan lingkar kepala diperoleh. Tindakan ini harus dilakukan dengan bayi
telanjang, dan idealnya, tindakan dilakukan secara berulang dengan peralatan yang sama.
Lingkar kepala ditentukan dengan menggunakan pita pengukur fleksibel yang dijalankan dari
supraorbital ke occiput , pengukuran dijalankan menuju hasil pengukuran terbesar yang bisa
didapat. Panjang/tinggi paling akurat bila diukur oleh dua pemeriksa (satu untuk memposisikan
anak), dengan anak terlentang di atas papan pengukur. Untuk anak yang lebih besar, ukurannya
adalah tinggi badan, diambil tanpa sepatu, menggunakan stadiometer. Pengukuran diperoleh
dengan cara alternatif, seperti pemeriksaan penilaian kertas di kaki dan kepala bayi terlentang,
atau menggunakan grafik pertumbuhan dinding sederhana dengan buku atau penggaris di kepala
dapat menyebabkan ketidakakuratan yang membuat pengukuran tidak berguna. Sangatlah
penting untuk membandingkan pengukuran dengan tren pertumbuhan sebelumnya, mengulangi
pengukuran yang tidak konsisten, dan plot hasil secara longitudinal.1,5
Dalam kasus didapatkan bahwa BB saat ini: 5700 g, PB saat ini: 62 cm dan lain-lain dalam batas
normal.

Indeks Standar Antropometri Anak

Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan panjang/tinggi badan
yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi1:
1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Indeks BB/U ini menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur anak.
Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan kurang (underweight) atau
sangat kurang (severely underweight), tetapi tidak dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan anak gemuk atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa seorang
anak dengan BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan, sehingga
perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau IMT/U sebelum diintervensi.

2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut Umur (PB / U atau
TB / U)
Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak
berdasarkan umurnya. Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted)
atau sangat pendek (severely stunted), yang disebabkan oleh gizi kurang dalam waktu
lama atau sering sakit.
Anak-anak yang tergolong tinggi menurut umurnya juga dapat diidentifikasi. Anak-anak
dengan tinggi badan di atas normal (tinggi sekali) biasanya disebabkan oleh gangguan
endokrin, namun hal ini jarang terjadi di Indonesia.
3. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)
Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan apakah berat badan anak sesuai terhadap
pertumbuhan panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely wasted) serta anak yang
memiliki risiko gizi lebih (possible risk of overweight). Kondisi gizi buruk biasanya
disebabkan oleh penyakit dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut)
maupun yang telah lama terjadi (kronis).
4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

Indeks IMT/U digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi baik,
berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan grafik BB/PB atau BB/TB
cenderung menunjukkan hasil yang sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk
penapisan anak gizi lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD
berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk mencegah terjadinya gizi
lebih dan obesitas.
Tabel 1. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Keterangan:
1. Anak yang termasuk pada kategori ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan, perlu
dikonfirmasi dengan BB/TB atau IMT/U
2. Anak pada kategori ini termasuk sangat tinggi dan biasanya tidak menjadi masalah
kecuali kemungkinan adanya gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi
hormon pertumbuhan. Rujuk ke dokter spesialis anak jika diduga mengalami gangguan
endokrin (misalnya anak yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi orang tua
normal).
3. Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan gizi kurang, kriteria
diagnosis gizi buruk dan gizi kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak Gizi Buruk
menggunakan Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB).

Penentuan status gizi menggunakan cut off Z score WHO 2006 untuk usia 0-5 tahun dan
persentase berat badan ideal sesuai kriteria Waterlow untuk anak di atas 5 tahun.2

Status gizi lebih (overweight)/obesitas ditentukan berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)

Bila pada hasil pengukuran didapatkan, terdapat potensi gizi lebih (>+1 SD ) atau BB/TB>110%,
maka grafik IMT sesuai usia dan jenis kelamin digunakan untuk menentukan adanya obesitas.
Untuk anak <2 tahun, menggunakan grafik IMT WHO 2006 dengan kriteria overweight Z score
> + 2, obesitas > +3, sedangkan untuk anak usia 2-18 tahun menggunakan grafik IMT CDC 2000
(lihat algoritma). Ambang batas yang digunakan untuk overweight ialah diatas P85 hingga P95
sedangkan untuk obesitas adalah lebih dari P95 grafik CDC 2000.2

Pemeriksaan laboratorium dan analisis diet dilakukan sesuai indikasi klinis. Diagnosis klinis
merupakan salah satu pertimbangan dalam memformulasikan rencana pemberian nutrisi.2

Parameter lain digunakan apabila tidak memungkinkan untuk memperoleh berat badan dan
Panjang/tinggi badan secara akurat, misalnya organomegali, edema anasarka, spondilitis atau
kelainan tulang, dan sindrom tertentu. Parameter lain yang dapat dilakukan adalah lingkar lengan
atas, knee height, arm span dan lain lain.2

Penilaian Tren Pertubuhan Anak1


Anak dikatakan tumbuh normal apabila kondisi status gizi dan status kesehatan optimal. Selama
pertumbuhan berat anak dipertahankan normal, maka panjang/tinggi badan dan lingkar kepala
juga akan normal. Apabila pertumbuhan berat badan tidak dipertahankan/ mengalami weight
faltering, maka terjadi deselerasi pada panjang/tinggi badan dan lingkar kepala.
Evaluasi dilakukan dengan melakukan pengukuran yang tepat sesuai dengan Langkah-langkah
penilaian status gizi, yaitu dengan grafik pertumbuhan Berat Badan menurut Umur (BB/U), tabel
kenaikan berat badan (weight increment), grafik Panjang/Tinggi Badan menurut Umur (PB/U
atau TB/U), tabel pertambahan panjang badan atau tinggi badan (length/height increment), dan
grafik Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) dengan mempertimbangkan umur, jenis
kelamin, dan hasil pengukuran berat badan dan panjang/tinggi badan.
Penilaian tren pertumbuhan anak dilakukan dengan:
1. Membandingkan Pertambahan Berat Badan dengan Standar Kenaikan Berat Badan
Penilaian tren pertumbuhan anak dengan membandingkan pertambahan berat badan
dengan standar kenaikan berat badan dilakukan dengan menggunakan grafik Berat
Badan menurut Umur (BB/U) dan tabel kenaikan berat badan (weight increment),
sebagai berikut:
a. Penilaian Pertambahan Berat Badan Menggunakan Grafik BB/U
Tren pertumbuhan anak mengindikasikan apakah seorang anak tumbuh normal
atau mempunyai masalah, mempunyai risiko pertumbuhan yang harus dinilai
ulang. Anak yang tumbuh normal, mengikuti kecenderungan yang umumnya
sejajar dengan garis median dan garis-garis Z-score. Sebagian besar anak akan
tumbuh mengikuti salah satu “jalur” pertumbuhan, pada atau diantara garis Z score
dan sejajar terhadap median, jalur pertumbuhan mungkin saja dibawah atau diatas
angka median.
Pada waktu mengintepretasikan grafik pertumbuhan perlu diperhatikan
situasi yang mungkin menunjukan ada masalah atau risiko, yaitu:
1) garis pertumbuhan anak memotong salah satu garis Z-score
2) garis pertumbuhan anak meningkat atau menurun secara tajam
3) garis pertumbuhan terus mendatar, misalnya: tidak ada kenaikan berat badan

b. Penilaian Kenaikan Berat Badan Menggunakan Tabel Kenaikan Berat Badan


(Weight Increment)
Penilaian pertumbuhan merupakan suatu proses berkelanjutan yang dinamis dan
bukan hanya potret satu titik. Artinya pertambahan berat badan harus selalu dinilai
dari waktu ke waktu. Gagal tumbuh atau Failure To Thrive (FTT) atau weight
faltering adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan
yang tidak adekuat atau ketidakmampuan untuk mempertahankan pertumbuhan,
biasanya pada masa kanak-kanak awal gagal tumbuh merupakan tanda awal
kekurangan gizi, harus dicari penyebabnya dan ditatalaksana segera dan bukan
suatu diagnosis. Risiko gagal tumbuh dapat dideteksi melalui penilaian tren
pertumbuhan menggunakan garis pertumbuhan serta pertambahan berat badan dari
waktu ke waktu (weight velocity) dan tabel kenaikan berat badan (weight
increment).

2. Membandingkan Pertambahan Panjang Badan atau Tinggi Badan dengan Standar


Pertambahan Panjang Badan atau Tinggi Badan
Penilaian tren pertumbuhan anak dengan membandingkan pertambahan panjang
badan atau tinggi badan dengan standar pertambahan panjang badan atau tinggi
badan dilakukan dengan menggunakan grafik Panjang/Tinggi Badan menurut
Umur (PB/U atau TB/U) dan tabel pertambahan panjang badan atau tinggi badan
(length/height increment), sebagai berikut:
a. Penilaian Pertambahan Panjang/Tinggi Badan Menggunakan Grafik PB/U atau
TB/U
Tren pertumbuhan anak mengindikasikan apakah seorang anak tumbuh normal
atau mempunyai risiko pertumbuhan yang harus dinilai ulang. Anak dikatakan
tumbuh normal bila grafik panjang/tinggi badan sejajar dengan garis median.
b. Penilaian Pertambahan Panjang Badan atau Tinggi Badan Menggunakan Tabel
Pertambahan panjang Badan atau Tinggi Badan (length/height increment)
Penilaian pertumbuhan merupakan suatu proses berkelanjutan yang dinamis dan
bukan hanya potret satu titik. Artinya pertambahan panjang badan atau tinggi
badan harus selalu dinilai dari waktu ke waktu sehingga dapat diidentifikasi
segera adanya perlambatan pertumbuhan sebelum terjadi stunting. Perlambatan
pertumbuhan, yang merupakan risiko terjadinya perawakan pendek dapat
dideteksi melalui penilaian tren pertumbuhan menggunakan garis.
3. Menilai Kenaikan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
IMT tidak selalu meningkat dengan bertambahnya umur seperti yang terjadi pada
berat badan dan tinggi badan. Pada grafik IMT/U terlihat bahwa IMT bayi naik
secara tajam, karena terjadi peningkatan berat badan secara cepat relatif terhadap
panjang badan pada 6 bulan pertama kehidupan. Kemudian IMT menurun setelah
bayi berumur 6 bulan dan tetap stabil pada umur 2 sampai 5 tahun.
Penilaian kenaikan indeks massa tubuh dini yang terjadi di antara periode puncak
adipositas (peak adiposity) dan kenaikan massa lemak tubuh (adiposity rebound)
menggunakan grafik Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) berdasarkan
hasil skrining yang menggunakan grafik Berat Badan menurut Umur (BB/U).
Penentuan risiko gizi lebih merupakan upaya deteksi dini yang dilakukan untuk
mengidentifikasi kelompok sasaran dalam rangka pencegahan kejadian gizi lebih
dan obesitas pada anak serta untuk menghindari atau mengurangi dampak
Penyakit Tidak Menular (Non Communicable Diseases) lebih lanjut yang timbul
di kemudian hari. Sulitnya tatalaksana obesitas menyebabkan pencegahan
menjadi prioritas utama.

Deteksi Dini dan Tatalaksana1


Dalam rangka pencegahan masalah gizi pada anak, harus dilakukan deteksi dini di masyarakat
melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) antara lain posyandu, poskesdes,
dan institusi pendidikan. Jika ditemukan risiko gagal tumbuh (at risk failure to thrive), kenaikan
massa lemak tubuh dini (early adiposity rebound) dan risiko perawakan pendek (short stature)
maka wajib segera dilakukan tata laksana sesuai kebutuhan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh
tenaga kesehatan yang kompeten. Deteksi dini melalui UKBM misalnya posyandu, dimulai dari
pemantauan pertumbuhan dengan menggunakan indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U).
Hasil penimbangan berat badan di Posyandu, harus diplot pada grafik BB/U dalam Buku KIA
atau KMS, bila ditemukan:
1. Anak dengan kriteria nilai Z-score BB/U di bawah minus dua standar deviasi atau
di atas satu standar deviasi (<-2 SD atau >+1 SD) maka perlu dikonfirmasi oleh
petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan:
a. penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U,
BB/PB dan atau BB/TB, IMT/U
b. penilaian tren IMT/U pada anak dengan BB/U >+1 SD (anak >7-8
bulan)
2. Anak dengan kriteria nilai Z-score BB/U di antara minus dua standar deviasi
sampai dengan kurang dari sama dengan satu standar deviasi ( -2 ≤ BB/U ≤ +1)
termasuk anak yang normal, namun perlu dilihat tren pertumbuhannya.
a. Bila tren mengikuti garis pertumbuhan (Naik), maka anak dapat kembali
ke Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya pada bulan berikutnya.
b. Bila anak tidak ditimbang bulan sebelumnya atau tren tidak mengikuti
garis pertumbuhan (Tidak Naik), maka anak perlu di dikonfirmasi oleh
petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan:
1) penilaian kenaikan berat badan dibandingkan dengan standar
weight increment (khusus untuk anak 0-24 bulan)
2) penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U,
BB/PB dan atau BB/TB, IMT/U
Jika di Posyandu terdapat sumber daya untuk melakukan pengukuran panjang badan atau tinggi
badan, maka hasil pengukuran harus diplot pada grafik PB/U atau TB/U.
3. Anak dengan kriteria PB/U atau TB/U berada di antara minus dua standar deviasi
sampai dengan 3 standar deviasi ( >+3 SD atau > -2 SD) termasuk anak dengan
kategori tinggi badan normal, namun perlu dilihat tren pertumbuhannya.
a. Bila tren mengikuti garis pertumbuhan (Naik), maka anak dapat kembali
ke Posyandu untuk dipantau pertumbuhannya pada bulan berikutnya.
b. Bila anak tidak diukur bulan sebelumnya atau tren tidak mengikuti garis
pertumbuhan (Tidak Naik), maka anak perlu di dikonfirmasi oleh
petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilakukan:
1) penilaian kenaikan panjang atau tinggi badan dibandingkan dengan
standar length/height increment (khusus untuk anak 0-24 bulan)
2) penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U,
BB/PB dan atau BB/TB, IMT/U.

4. Anak dengan kriteria nilai Z-score PB/U atau TB/U dibawah minus dua standar
deviasi atau diatas tiga standar deviasi (<-2 SD atau >+3 SD) perlu dikonfirmasi
oleh petugas kesehatan yang berkompeten untuk dilalukan penilaian status gizi
berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau TB/U, BB/PB dan atau BB/TB, IMT/U.
1. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan berat badan kurang dari standar
weight increment berisiko mengalami gagal tumbuh. Anak ini
wajib ditindaklanjuti dengan evaluasi lengkap melalui Proses
Asuhan Gizi dan dilakukan pemeriksaan untuk kemungkinan
adanya penyakit penyerta atau dirujuk.
2. Anak dengan BB/PB atau BB/TB di bawah minus dua atau di
bawah minus tiga standar deviasi termasuk gizi kurang atau gizi
buruk sehingga wajib mendapatkan intervensi berupa pencegahan
dan tatalaksana gizi buruk pada balita atau dirujuk.

3. Anak dengan IMT/U lebih dari satu standar deviasi (>+1 SD) atau
anak usia lebih dari 7-8 bulan dengan tren IMT meningkat berisiko
mengalami kenaikan lemak tubuh dini (early adiposity rebound).
Anak ini ditindaklanjuti dengan intervensi pencegahan dan
tatalaksana gizi lebih pada balita atau dirujuk.
4. Anak 0-24 bulan dengan kenaikan panjang badan kurang dari
standar length increment berisiko mengalami perlambatan
pertumbuhan linear. Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan evaluasi
lengkap melalui Proses Asuhan Gizi dan dilakukan pemeriksaan
untuk kemungkinan adanya penyakit penyerta atau dirujuk.
5. Anak dengan PB/U atau TB/U dibawah minus dua standar deviasi
(<-2SD) adalah anak dengan perawakan pendek (short stature).
Anak ini wajib ditindaklanjuti dengan tatalaksana stunting dan
dirujuk. Pada anak dengan PB/U atau TB/U terletak di atas tiga
standar deviasi (> +3 SD), artinya anak berperawakan tinggi dan
perlu dirujuk ke fasyankes yang lebih tinggi untuk deteksi dini
penyebabnya sehingga dapat ditatalaksana segera (misalnya anak
yang sangat tinggi menurut umurnya sedangkan tinggi orang tua
normal).
II. Penentuan Kebutuhan
WHO 2008, menganjurkan untuk memberikan makanan pada anak yang mengalami hambatan
pertumbuhan, pendek, dan gizi kurang dengan asupan gizi yang dianjurkan yaitu : lebih rendah
dari rekomendasi untuk anak penderita gizi buruk tetapi lebih tinggi dari anak gizi normal,
dengan kalori sekitar 120-150 kkal/kg/BB atau dengan menghitung BB anak dibagi BB standar
dikalikan Angka Kecukupan Gizi (AKG).3
Untuk kemudahan praktek klinis, kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan:2
I. Kondisi sakit kritis (critical illness) :
Kebutuhan energi=REE x faktor aktivitas x faktor stres
II. Kondisi tidak sakit kritis (non critical illness)
1. Gizi baik/kurang:
Kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan berat badan ideal dikalikan RDA menurut usia tinggi
(height age). Usia-tinggi adalah usia bila tinggi badan anak tersebut merupakan meduan(P50)
pada grafik. Kebutuhan nutrien tertentu secara khusus dihitung pada kondisi klinis tertentu.
a. Tatalaksana Gizi Buruk menurut WHO, atau
b. Berdasarkan perhitungan target BB-ideal:
BB−ideal x RDA menurut usia−tinggi

2. Obesitas:
Target pemberian kalori adalah
BB−ideal x RDA menurut usiatinggi .

Pemberian kalori dikurangi secara bertahap sampai tercapai target.


Catatan:
 Berat badan ideal adalah berat badan menurut tinggi badan pada P50
pertumbuhan
 Pada Obesitas penatalaksanaan tidak akan berhasil tanpa disertai dengan
peningkatan aktifitas fisik dan perubahan perilaku.

Penentuan Kebutuhan : BB−ideal x RDA menurut usia−tinggi


6.5kg x 110-120 kkal/kg/hari =715-780 kalori/hari

III.Cara pemberian nutrisi

Pemberian nutrisi melalui oral atau enteral merupakan pilihan utama. Jalur parenteral
hanya digunakan pada situasi tertentu saja. Kontra indikasi pemberian makan melalui saluran
cerna yaitu obstruksi saluran cerna, perdarahan saluran cerna serta tidak berfungsinya saluran
cerna. Pemberian nutrisi enteral untuk jangka pendek dapat dilakukan melalui pipa nasogastrik
atau nasoduodenal atau nasojejunal. Untuk jangka panjang, nutrisi enteral dapat dilakukan
melalui gastrostomi atau jejunostomi. Untuk nutrisi parenteral jangka pendek (kurang dari 14
hari) dapat digunakan akses perifer, sedangkan untuk jangka panjang harus menggunakan akses
sentral.2
IV. Jenis makanan

Pada pemberian makan melalui oral bentuk makanan disesuaikan dengan usia dan
kemampuan oromotor pasien, misalnya 0-6 bulan ASI dan/formula, 6 bulan-1 tahun ASI
dan/atau formula di-tambah makanan pendamping, 1-2 tahun makanan keluarga ditambah ASI
dan/atau susu sapi segar, dan di atas 2 tahun makanan keluarga. Jenis sediaan makanan untuk
enteral disesuaikan dengan fungsi gastrointestinal dan dapat dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:

 Polimerik, yang terbuat dari makronutrien intak yang ditujukan untuk fungsi
gastrointestinal yang normal, terbagi menjadi formula standar dan formula makanan
padat kalori

 Oligomerik (elemental), biasanya terbuat dari glukosa polimer, protein terhidrolisat,


trigliserida rantai sedang (MCT, medium chain triglyceride)

 Modular, terbuat dari makronutrien tunggal

Pada pemberian parenteral, pemberian jenis preparat sesuai dengan usia, perhitungan
kebutuhan dan jalur akses vena. Untuk neonatus dan bayi beberapa asam amino seperti
sistein, taurin, tirosin, histidin merupakan asam amino yang secara khusus/kondisional
menjadi esensial, sehingga dibutuhkan sediaan protein yang bisa berbeda antara bayi dan
anak.7

V. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan bertujuan untuk adalah membangun kecepatan pertumbuhan yang optimal sambil
mendukung keluarga dalam rencana perawatan. Malnutrisi yang berkepanjangan dapat
berdampak negatif pada potensi pertumbuhan dan perkembangan kognitif. Intervensi awal
menghasilkan parameter pertumbuhan baik dan dapat mengarah ke perkembangan positif. Catch-
up growth terjadi apabila bila berat badan pasien meningkat 2 atau 3 kali dari kenaikan berat
badan rata-rata per umur. Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan anak secara rutin
untuk melakukan penyuluhan dan edukasi keluarga mengenai nutrisi.6
Tabel 3. Median Normal Kenaikan Berat Badan pada Anak
Pemantauan dan evaluasi meliputi pemantauan terhadap akseptabilitas atau penerimaan
makanan, dan toleransi (reaksi simpang makanan). Reaksi simpang yang dapat terjadi pada
pemberian enteral antara lain adalah mual/muntah, konstipasi dan diare. Pada pemberian
parenteral dapat terjadi reaksi infeksi, metabolik dan mekanis. Selain itu, diperlukan pemantauan
efektivitas berupa monitoring pertumbuhan yang dilakukan dari mingguan sampai beberapa
bulan. Pada pasien rawat inap evaluasi dan monitoring dilakukan setiap hari, dengan
membedakan antara pemberian jalur oral/enteral dan parenteral. Pada pasien rawat jalan evaluasi
dilakukan sesuai kebutuhan.2,6
Interpretasi Hasil Plotting
Kurva Berat Badan menurut Umur

Garis terlihat menurun dari jalur menjauh dari median -2 z score dan berada di antara -2 dan -3 z
score mengindikasi bahwa pasien underweight dan tidak ada kenaikan berat badan.
Kurva Panjang Badan terhadap Umur
Status Gizi perawakan pendek (stunted) dan beresiko memburuk.

Kurva Panjang badan terhadap berat badan

Berdasarkan kurva dengan garis berada di bawah -2 z score , diinterpertasi kurus dan garis
berjalan menjauh dari median sehingga adanya risiko/masalah pertumbuhan..

BB saat ini: 5700 g, PB saat ini: 62 cm (BB/PB < -2) : Gizi kurang
Maka dari plotting yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami FTT (failure to
thrive) atau weight faltering.

Failure to Thrive
FTT didefinisikan sebagai pola kenaikan berat badan abnormal yang ditentukan oleh kurangnya
nutrisi yang dapat digunakan dan didokumentasikan oleh penambahan berat badan yang tidak
mencukupi dari waktu ke waktu. Penurunan kecepatan kenaikan berat badan mengakibatkan
anak tersebut terus jatuh dari kurva berat badan yang diharapkan pada grafik pertumbuhan.
Penemuan FTT hanya digunakan sebagai penemuan klinis dan bukan sebagai diagnosis.
Penemuan FTT didasari dari hasil plotting berdasarkan WHO grow charts. Pemeriksaan Fisik
dilakukan untuk mengidentifikasi penyakit akut atau kronik, mungkin ditemukan adanya
dismorfologi yang menandakan kelainan genetic, menilai perkembangan normal, dan mengukur
derajat malnutrisi. Pemeriksaan lab jarang dilakukan karena indikasi tatalaksana FTT hanya
didasari riwayat dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang bila perlu hanya dilakukan
pemeriksaan lab berupa hitung darah lengkap, urinalisis, hitung elektrolit, tes tiroid, dan tes
penyakit celiac. Pemeriksaan lebih spesifik untuk cystic fibrosis, alergi makanan, human
immunodeficiency virus infection, or TBC dilakukan berdasarkan kondisi sekarang. Pemeriksaan
lain harus spesifik untuk diagnosis yang dicurigai berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik.
Rawat inap jarang diindikasi, indikasi rawat inap dianjurkan pada pasien dengan risiko kesehatan
yang berat.6

Etiologi
Penyebab umum FTT adalah kurangnya asupan kalori. Penyebab lain adalah kurang asupan
nutrisi, meningkatnya kebutuhan energi, atau kombinasi mekanik. Berikut adalah table spesifik
penyebab FTT(table 1). Faktor resiko untuk FTT yang secara tradisional diklasifikasikan
sebagai psikososial atau medis(table 2). Meskipun FTT umumnya disebabkan oleh beberapa
faktor kompleks yang disebabkan asupan kalori yang tidak memadai. Prevalensinya bermacam-
macam penyebab FTT mungkin berbeda berdasarkan usia pasien dan penyebab yang mendasari.6
Tabel 1. Penyebab FTT
Tabel 2. Faktor Resiko FTT

Kesimpulan
Disimpulkan bahwa pasien mengalami FTT (failure to thrive) atau weight faltering. Nutrisi yang
dibutuhkan sebanyak 715-780 kalori/hari. Pemberian makan dilakukan secara oral, apabila sulit
dilakukan, dapat diberikan secara enteral. Jenis makanan yang diberikan untuk usia 6 bulan
adalah ASI dan/formula ditambah makanan pendamping. Pemantauan berupa monitoring
pertumbuhan dilakukan beberapa minggu dengan target kenaikan berat badan 300-400g/bulan.
Selain itu, dilakukan pemantauan terhadap akseptabilitas atau penerimaan makanan, dan
toleransi (reaksi simpang makanan). Reaksi simpang yang dapat terjadi pada pemberian enteral
antara lain adalah mual/muntah, konstipasi dan diare. Selain itu, diperlukan pemantauan
efektivitas berupa monitoring pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Menkes RI. 2020. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2020 tentanf Standar
Antropometri Anak.
2. Sjarif DR, Nasar SS, Devaera Y, Tanjung CF. Rekomendasi IDAI Asuhan Nutrisi
Pediatrik. [Internet]. Jakarta. 2011. [Diakses pada 14 November 2020]. Dari:
http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/Rekomendasi-IDAI-
Asuhan-Nutrisi-Pediatrik.pdf
3. WHO. Buku Saku Asuhan Gizi di Puskesmas Pedoman Pelayanan Petugas Kesehatan .
[Internet]. Jakarta 2011. [Diakses pada 14 November 2020]. Dari:
https://www.academia.edu/36318771/ASUHAN_GIZI_DI_PUSKESMAS
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014.
5. Kliegman R, Nelson W. Nelson textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia:
Elsevier/Saunders; 2011.hal e13-1.
6. Homan GJ. Failure to thrive: A practical guide. American Family Physician.2016
Aug.94(4): 295-299

7. Sjarif DR, Lestari ED, Mexitalia M, Nasar SS. Buku ajar nutrisi pediatrik dan penyakit
metabolik. Jilid I. Jakarta: badan Penerbit IDAI; 2011. P. 43-59.

Anda mungkin juga menyukai