Anda di halaman 1dari 14

Imunisasi Rutin untuk Anak

Javier Immanuel-102018102

PBL B13 Skenario 7

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Telp. 021-56942061

Email ; javier.2018fk112@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Penerapan penerapan UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 mewajibkan pemerintah untuk


memberikan imunisasi untuk setiap bayi dan anak. Imunisasi adalah salah satu cara mencegah
suatu penyakit dengan meningkatkan kekebalan seseorang. Tujuannya untuk murunkan angka
kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I. Namun harus juga diketahui KIPI setelah
pasca vaksinasi.

Kata Kunci : Imunisasi, Kekebalan tubuh, KIPI

Abstract

Implementation of the application of the Health Act No. 36 of 2009 requires the government to
provide immunization for all infants and children. Immunization is one way of preventing a
disease by increasing a person's immunity. The goal is to murunkan morbidity, disability and
infant mortality due to PD3I. But it must also be known after the post-vaccination Kipi.

Keywords: Immunization, Immunity, KIPI

Latar Belakang
Dengan penerapan UU Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, setiap bayi dan anak wajib diberikan
imunisasi lengkap dari pemerintah.6 Upaya imunisasi dilakukan dalam rangka menjegah
penyebaran suatu penyakit. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu
Tuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Namun masyarakat
masih ada yang belum memahami pentingnya memberikan imunisasi kepada buah hati. Maka
dilakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai manfaat imunisasi.

Pengertian Imunisasi dan Vaksin

Imunisasi adalah salah satu cara mencegah suatu penyakit dengan meningkatkan
kekebalan seseorang. Imunisasi dilakukan dengan cara memberikan antigen dari suatu virus atau
bakteri yang telah dilemahkan dengan tujuan merangsang tubuh untuk mereproduksi antibodi. 1
Antibodi tersebut dapat mencegah dan mengurangi akibat P3DI.2

Vaksin adalah antigen dari suatu mikroorganisme yang telah dilemahkan atau toksoid
yang diperolah dari pengolahan toksin mikroorganisme.Vaksin memiliki tujuan untuk
memperoleh kekebalan aktif pada saat diberikan kepada seseorang.3 Tindakan untuk member
vaksin disebut vaksinisasi atau imunisasi.

Manfaat Imunisasi

 Untuk anak, mencegah penderitaan yang disebabkan oleh  penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
 Untuk keluarga, menghilangkan kecemasan dan psikologi  pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
 Untuk negara, memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan  bangsa yang kuat dan
berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.

Tujuan Imunisasi

Terdapat dua tujuan dalam pelaksanaan imunisasi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.2
i. Tujuan umum
Turunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I.
ii. Tujuan khusus
a) Tercapainya target Universal Child Immunization(UCI) yaitu cakupan imunisasi
lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di seluruh desa/kelurahan pada tahun
2014.
b) Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per
1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2013.
c) Eradikasi polio pada tahun 2015.
d) Tercapainya eliminasi campak pada tahun 2015.
e) Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis
(safety injection practise and waste disposal management).

Sistem Kekebalan

Terdapat dua jenis kekebalan dalam tubuh yaitu kekebalan alami dan kekebalan pasif. Keduanya
dapat diperoleh secara alami dan buatan.1 Kekebalan tubuh aktif adalah perlindungan yang
dibuat oleh tubuh, secara alami bila didapat secara alami dari suatu penyakit, secara buatan bila
perlindungan didapat melalui imunisasi.2 Kekebalan tubuh pasif adalah perlindungan yang
diperoleh diluar tubuh, secara alami melalui transpalsental, secara buatan melalui antibody yang
diberi setelah baru lahir.1

Klasifikasi Vaksin

Live Attenuated Inactivated


• Derivat dari virus atau •Dari organisme yang
bakteri liar (wild) yang diambil, dihasilkan dari
dilemahkan. menumbuhkan bakteri atau
• Tidak boleh diberikan virus pada media kultur,
kepada orang yang defisiensi kemudian diinaktifkan.
imun. Biasanya, hanya sebagian
• Sangat labil dan dapat (fraksional).
rusak oleh suhu tinggi dan • Selalu memerlukan dosis
cahaya. ulang.
Campak, mumps, rubella, Virus inaktif utuh:
polio, yellow fever, dan cacar influenza, polio, rabies,
air hepatitis A.
•Virus inaktif fraksional:
VIRUS
sub-unit (hepatitis B,
influenza, acellular pertussis,
typhoid injeksi), toxoid (DT
botulinum), polisakarida
murni (pneumococcal,
meningococcal, Hib), dan
polisakarida konjungasi (Hib
dan pneumococcal).
Bakteri inaktif utuh
BAKTERI BCG dan tifoid oral (pertussis, typhoid, cholera,
pes)

Jenis Imunisasi

Imunisasi dapat dikelompokan menjadi beberapa bagian. Berdasarkan penyelengaraannya,


imunisasi dapat dikelompokkan menjadi imunisasi wajib dan pilihan. Berikut adalah penguraian
dari jenis imunisasi berdasarkan sifat penyelenggaraannya. 2

1. Imunisasi Wajib
Imunisasi wajib adalah vaksinasi yang diwajibkan oleh pemerintah. Tindakan ini
diwajibkan untuk melindungi yang bersangkutan dan masyarakat dari suatu penyakit
menular. Imunisasi wajib terdapat imunisasi rutin, tambahan, dan khusus.
a) Imunisasi Rutin
Imunisasi yang diberikan secara rutin. Imunisasi ini juga dikenal dengan
imunisasi dasar lengkap. Imunisasi rutin terdiri atas imunisasi dasar dan
imunisasi lanjutan. 4

i. Imunisasi dasar
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan pada bayi berusai
dibawah 1 tahun.5 Tujuannya adalah untuk melindungi bayi dari
P3DI. Penyakit yang dicegah dengan imunisasi dasar dalam
hepatitis B, TBC, Poliomelitis, difteri, pertusis, tetanus, campak,
dan Haemophyllus Influenza type B (Hib).

ii. Imunisasi lanjutan

Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk


mempertahankan tingkat kekebalan. Tujuan lainnya adalah untuk
memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan
Imunisasi dasar. Imunisasi lanjutan diberikan kepada anak usia
bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, dan wanita usia
subur.2

2. Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok
umur tertentu yang berisiko terkena penyakit. Pemberian imunisasi diberikan sesuai
dengan kajian epidemiologis pada periode waktu penyakit tertentu. Kegiatan yang
merupakan imunisasi tambahan adalah Backlog fighting,Crash program, dan PIN (Pekan
Imunisasi Nasional).2
3. Imunisasi Khusus
Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan masyarakat terhadap
penyakit tertentu pada situasi tertentu. Situasi tertentu berupa persiapan keberangkatan
calon jemaah haji/umroh, persiapan  perjalanan menuju atau dari negara endemis
penyakit tertentu, dan kondisi kejadianluar biasa/wabah penyakit tertentu. Imunisasi
khususberupa Imunisasi terhadap meningitis meningokokus, yellow fever (demam
kuning), rabies, dan poliomyelitis.2

KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)

KIPI adalah setiap kejadian medis yang tidak diinginkan  pada seseorang pasca pemberian
imunisasi. Kejadian ini dapat merupakan reaksi vaksin ataupun bukan. Kejadian yang  bukan
reaksi vaksin dapat merupakan peristiwa koinsidens (peristiwa yang kebetulan terjadi)
bersamaan atau setelah imunisasi.1 Klasifikasi Lapangan KIPI dibagi menjadi 5 kategori, yaitu :2

1. Kesalahan Prosedur (Program)/ Teknik Pelaksanaan (Programmatic Error)


2. Reaksi Suntikan
3. Induksi Vaksin (Reaksi Vaksin)
4. Faktor Koinsiden
5. Penyebab Tidak Diketahui

Imunisasi untuk PD31

Terdapat berbagai vaksin yang dapat mencegah penyakit tertentu. Vaksin tersebut akan
dijelaskan berserta indikasi, dosis dan cara pemberian, kontraindikasi, efek samping, serta
penanganan efek samping.sebagai berikut:1,2

I. BCG (Bacille Calmette-Guerin)


 Vaksin BCG meruapakan vaksin hidup yang diberikan untuk mencegah penyakit
tuberkulosis.
 Indikasi: Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.
 Cara pemberian dan dosis:
 Dosis pemberian: 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
 Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio
musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
 Efek samping: 2–6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul
bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam
waktu 2–4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan
parut dengan diameter 2–10 mm.

II. Vaksin DPT-HB-HIB


 Vaksin DTP-HB-Hib adalah vaksin mati digunakan untuk pencegahan terhadap
difteri, tetanus, pertusis
 Cara pemberian :
 Vaksin harus disuntikan secara intramuskular oada anterolateral paha atas
 Satu dosis anak adalah 0,5ml
 Kontra Indikasi : Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau
kelainan saraf serius.
 Efek Samping :
Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan pada lokasi
suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-
kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis
dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.

III. Vaksin Hepatitis B


 Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious,
berasal dari HBsAg.
 Cara pemberian :
 Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, secara intramuskuler, sebaiknya
pada anterolateral paha.
 Pemberian sebanyak 3 dosis
 Dosis pertama usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval minumum 4 minggu
 Kontra indikasi : Penderita infeksi berat yang disertai kejang
 Efek samping :
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari.
IV. Vaksin Polio Oral (Oral Polio Vaccine [OPV])
 Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan
3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
 Indikasi :
Untuk pencegahan poliomyelitis pada bayi dan anak immunocompromised,
kontak di lingkungan keluarga dan pada individu di mana vaksin polio oral
menjadi kontra indikasi.
 Cara Pemberian
 Disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml.
 Dari usia 3 bulan, 3 suntikan berturut-turut harus diberikan pada interval
satu atau 2 bulan
 IPV dapat diberikan setelah usia bayi6, 10, dan 14, sesuai dengan
rekomendasi dari WHO.
 Bagi orang dewasa yang belum diimunisasi diberikan 2 suntikan berturut-
turut dengan interval satu atau dua bulan

 Kontra Indikasi :
 Demam, penyakit akut atau penyakit kronis progresif
 Hipersensitif
 Penyakit demam karena infeksi akut
 Alergi terhadap Streptomicin
 Efek Samping
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi, dan bengkak
bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa bertahan selama
satu atau dua hari.
V. Vaksin Campak
 Vaksin virus hidup yang dilemahkan
 Indikasi : Pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak
 Cara pemberian :
0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha,
pada usia 9–11 bulan
 Konta Indikasi :
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma
 Efek Samping :
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 8–12 hari setelah vaksinasi.

Konseling2

Konseling adalah proses pemberian bantuan seseorang kepada orang lain dalam mengambil
suatu keputusan dengan memberi pemahaman terhadap fakta-fakta, kebutuhan dan perasaan
klien. Klien mempunyai hak untuk menerima dan menolak pelayanan imunisasi. Petugas klinik
berkewajiban untuk membantu klien dalam mengambil keputusan secara arif dan benar. Semua
informasi harus diberikan dengan menggunakan bahasa dan istilah yang mudah dimengerti oleh
klien. Lingkup konseling:

1. Konseling membantu klien agar dapat membuat keputusan tentang imunisasi yang akan
diterima.
2. Konseling mencakup komunikasi dua arah di antara klien dan konselor.
3. Dalam konseling memberikan informasi yang objektif, pemahaman isi informasi dapat
diimplementasikan oleh klien.
4. Empat pesan penting yang perlu disampaikan kepada orangtua, yaitu:
a) Manfaat dari vaksin yang diberikan (contoh BCG untuk mencegah TBC).
b) Tanggal imunisasi dan pentingnya buku KIA disimpan secara aman dan dibawa
pada saat kunjungan berikutnya.
c) Efek samping ringan yang dapat dialami dan cara mengatasinya, serta tidak perlu
khawatir.
d) Lima imunisasi dasar lengkap untuk melindungi si buah hati sebelum usia 1 tahun

Penyuntikan Aman2

 Alat Suntik Auto-Disable (aD)

Alat suntik auto-disable adalah alat suntik yang setelah satu kali digunakan secara
otomatis menjadi rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

1. Keluarkan syringe dari bungkus plastik (lepaskan dan buka ujung piston syringe
dari paket) atau lepaskan tutup plastiknya.

2. Pasang jarum pada syringe jika belum terpasang

3. Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum

4. Masukkan jarum ke dalam botol vaksin dan arahkan ujung jarum ke bagian paling
rendah dari dasar botol (di bawah permukaan vaksin).

5. Tarik piston untuk mengisi syringe. Piston secara otomatis akan berhenti setelah
melewati tanda 0,05 ml/0,50 ml dan Anda akan mendengar bunyi “klik”.

6. Tekan/dorong piston hingga isi syringe sesuai dosis 0,05 ml/0,5 ml. Lepaskan
jarum dari botol. Untuk menghilangkan gelembung udara, pegang syringe tegak
lurus dan buka penyumbatnya. Kemudian tekan dengan hatihati ke tanda tutup.

7. Tentukan tempat suntik

8. Dorong piston ke depan dan suntikkan vaksin. Setelah suntikan, piston secara
otomatis akan mengunci dan syringe tidak bisa digunakan lagi. Jangan lagi
menutup jarum setelah digunakan.

9. Buang jarum dan syringe langsung ke dalam safety box.


 Alat Suntik Prefilled Injection Device (PiD)

Alat suntik prefilled injection device adalah jenis alat suntik yang hanya bisa digunakan
sekali pakai dan telah berisi vaksin dosis tunggal dari pabriknya. Alat suntik ini
digunakan terutama untuk hepatitis B pada bayi baru lahir.

 Syringe Sekali buang (Disposable)


Syringe yang hanya bisa dipakai sekali dan dibuang (disposable single-use) tidak
direkomendasikan untuk suntikan dalam imunisasi karena risiko penggunaan kembali
syringe disposable menyebabkan risiko infeksi yang tinggi.

Pencatatan

Pencatatan imunisasi terdiri dari macam-macam bentuk. Catatan yang digunakan pada saat dan
unit pelayanan ini adalah sebagai berikut ;2

1. Posyandu/Pustu/Puskesmas: Buku kohort bayi/ibu, buku KIA, buku register WUS,


format pelaporan vaksin, ADS, dan lain-lain.
2. Unit Pelayanan Swasta/RS: Kartu/buku imunisasi, buku register WUS/kohort ibu, format
pelaporan vaksin, dan lain-lain.
3. Sekolah: Register anak sekolah, kartu tetanus seumur hidup.

Kesimpulan

Imunisasi adalah suatu tindakan pencegahan penyebaran suatu penyakit yang bertujuan
menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dari P3DI yaitu Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,
Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B. Walau manfaat dapat dijamin, tidak dilupakan KIPI
yang terjadi pasca imunisasi.
Daftar Pustaka :

1. Ismoedijanto, Kartasasmita CB, Soedjatmika, et al. Pedoman Imunisasi di Indonesia. 4 th


ed.2011.Jakarta : IDAI :7-8, 24-5, 223-4, 264,284,289-92,303, 367-8

2. Hadianti DN, Mulyati E, Sofiati F, et al. Buku Ajar Imunisasi. 2 th ed. 2015. Jakarta : Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 8-9,11-6,19-27,68-71,109-11
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Inilah Upaya Negara Melindungi Generasi Bangsa
dari Ancaman Penyakit Berbahaya . 2018-(cited 2020 Januari 13). Available from :
http://www.depkes.go.id/article/view/18011500006/inilah-upaya-negara-melindungi-
generasi-bangsa-dari-ancaman-penyakit-berbahaya.html

4. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Berikan Anak Imunisasi Rutin Lengkap, Ini
Rinciannya. 2018-(cited 2020 Januari 15). Available from :
http://www.depkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-imunisasi-rutin-
lengkap-ini-rinciannya.html

5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Penuntun Hidup Sehat.1st ed. 2010. Jakarta :
PBB & Kementrian Kesehatan :97

6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Wajib Imunisasi, Pelanggar Kena Sanksi. 2017-
(cited 2020 Januari 15). Available from :
http://www.depkes.go.id/article/view/17050200003/wajib-imunisasi-pelanggar-kena-
sanksi.html

Anda mungkin juga menyukai