Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Hipertensi dengan Gagal Jantung pada Lansia di RSUD

A. Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018

Proposal

Disusun Oleh :

Maria Aprillia Weking (102012402), Hanna Maria G (102013340), Muhammad

Imran Amin Bin Md Jelani (102014233), Karlina Handayani (102016010),

Rachael Christin (102016058), Lo Xiao Ling (102016106), Rafael Bimo

(102016132), Vivi Chrisanty (102016180), Nur Fatihah Binti Abd Rahman

(102016271)

E1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................

DAFTAR ISI .....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..........................................................

B. Rumusan Masalah ...................................................................

C. Hipotesis…………………......................................................

D. Tujuan Penelitian ...................................................................

E. Manfaat Penelitian .................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori.....................................................................

B. Kerangka Konsep ................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian .................................................................

B. Subyek Penelitian ..............................................................

C. Tempat dan Waktu penelitian....................................................

D.Teknik Sampling ...........................................................

E. Alat dan Metode Pengumpulan Data ..................................

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ..................................

BAB IV. PENUTUP..................................

2
Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dan sampai saat ini masih menjadi masalah

kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima

menit dalam keadaan istirahat.1 Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala

yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. Hipertensi juga merupakan

faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit kardiovaskular apabila tidak ditangani dengan

baik, hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung merupakan tahap akhir dari

seluruh penyakit yang ada pada jantung dan merupakan penyebab dari peningkatan angka

kematian pasien. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin

bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi penanganan infark miokard akibat

perbaikan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung. Gagal jantung susah dikenali secara

klinis, karena beragamnya keadaan klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda – tanda

klinis pada tahap awal penyakit seperti yang di tandai oleh keluhan sesak nafas pada saat

istirahat maupun beraktivitas yang disebabkan oleh kelainan pada struktur atau fungsional pada

jantung. Gagal jantung terjadi karena ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh

tubuh atau kembali ke jantung.2

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 terdapat sekitar 600

juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu

sebesar 30% dan terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%. Secara umum, laki-laki

memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita.3 Hipertensi sebagai sebuah

penyakit kronis dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor resiko terjadinya hipertensi terbagi

3
dalam faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia.

Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu obesitas, kurang berolahraga atau

aktivitas, merokok, alkoholisme, stress, dan pola makan.2

Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia (lansia), usia di atas

60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80% dari populasi lansia. Keadaan ini

didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring

dengan pertambahan usia. Di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar

29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 tahun sebesar 65%. Dibandingkan

usia 55-59 tahun, pada usia 60- 64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi.sebesar 2,18 kali,

usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70 tahun 2,97 kali. 4 Karena masih tingginya angka

hipertensi dan gagal jantung, peneliti ingin mengambil penelitian yang akan membahas apakah

terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian gagal jantung pada orang tua lansia. 3

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, Karena masih tingginya angka hipertensi

dan gagal jantung, maka dirumuskan permasalahan yang diangkat pada proposal ini yaitu

“Apakah ada hubunngan antara hipertensi dengan kejadian gagal jantung pada lansia di RSUD

A. Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018?”

1.3 Hipotesis

Ho = Tidak terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian gagal jantung

Ha = Terdapat hubungan antarahipertensi dengan kejadian gagal jantung

1.4 Tujuan Penelitian

4
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan tekanan darah dengan kejadian gagal jantung

pada lansia di RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018”

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memperkuat teori-teori yang ada tentang hubungan hipertensi

dengan kejadian gagal jantung pada lansia.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Menambah informasi bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat hidup lebih

sehat terutama mengontrolkan secara rutin tekanan darah pada pasien hipertensi.

b. Manfaat bagi Universitas Kristen Krida Wacana sebagai referensi dan literature

dalam proses pembelajaran.

c. Manfaat bagi peneliti adalah untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman

peneliti dalam melatih kemampuan meneliti.

d. Menambah ilmu, wawasan, pengalaman, dan pemahaman tentang gagal jantung

dan hipertensi.

e. Memenuhi tugas Problem Beased Learning di Fakultas Kedokteran Ukrida

f. Mengaplikasikan hasil belajar di Fakultas Kedokteran UKRIDA.

g. Mengetahui metode penelitian yang baik dan benar.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teori

Gagal jantung

5
Gagal jantung merupakan suatu sindroma klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang

disebabkan oleh kelainan structural atau fungsi jantung dimana jantung tidak mampu / gagal

untuk memompa darah secara adekuat sesuai dengan kebutuhan jaringan. Gagal jantung lebih

sering terjadi pada orang-orang dengan riwayat diabetes melitus, hipertensi, riwayat merokok

yang bertahun-tahun, dan lain sebagainya. Ada beberapa klasifikasi gagal jantung seperti gagal

jantung akut dan gagal jantung kronik.4

Gagal jantung kronik

Gagal jantung kronis adalah kondisi jantung yang tidak memiliki kemampuan untuk

memompa darah yang telah diderita lama, dan telah mencapai fase yang paling parah. Kondisi

pasien gagal jantung tergantung dari sejauh mana tingkat keparahannya. Namun secara umum

pasien dari gagal jantung kronis sering mengalami sesak nafas dan kelelahan. Biasanya pasien

sering mengalami ketidak mampuan untuk bernafas jika berbaring akibat adanya cairan yang

tertahan di dalam jantung.5 Guna kepentingan praktis, gagal jantung kronik didefinisikan sebagai

sindrom klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik,edema,

tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.

Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang

seperti terlihat pada tabel dibawah ini.Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria

major dan 2 kriteria minor.4

Kriteria Major Kriteria Minor


Paroksismal nokturnal dyspnea Edema ekstremitas
Distensi vena leher Batuk malam hari
Ronki paru Dispnea d'effort
Kardiomegali Hepatomegali
Edema paru akut Efusi pleura
Gallop S3 Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Peninggian tekanan vena jugularis Takikardia (>120/menit)
Refluks hepatojugular

6
Tabel 1. Kriteria Framingham.4

Gagal Jantung Akut

Gagal jantung akut merupakan keadaan jantung yang tidak bisa memompa darah dengan

gejala sesak nafas hebat secara tiba-tiba. Penderita gagal jantung akut pada umumnya tidak

menyadari dirinya mengalami kematian otot jantung sebelum terkena serangan gagal jantung

akut. Sebelum mengetahui gagal jantung akut, pasien tidak akan menyadari bahwa dirinya

menderita gagal jantung kategori akut karena biasanya gejala yang terlihat / dirasakan penderita

adalah sesak nafas terutama saat berbaring. Akan tetapi penderita menganggap ini sebagai

kelelahan biasa sehingga penderita gagal jantung akut umumnya terlambat mendapat penanganan

medis. Pada kondisi otot jantung yang parah dan tidak segera mendapat penanganan, saat

berbaring penderita akan merasakan sesak nafas yang parah secara tiba-tiba kemudian disusul

dengan ketidakmampuan untuk bernafas lalu tubuh menjadi lemas.5

Manifestasi klinis gagal jantung akut memberikan gambaran / kondisi spektrum yang luas

dan setiap klasifikasi tidak dapat menggambarkan secara spesifik. Gejala akut dapat bervariasi,

perburukan dapat terjadi dalam hitungan hari ataupun minggu (misalnya sesak napas yang berat

atau edema) tapi beberapa berkembang dalam hitungan jam sampai menit (misalnya

berhubungan dengan infark miokard akut). Gejala biasanya bervariasi mulai dari edema paru

yang mengancam jiwa atau syok kardiogenik sampai edema perifer yang berat. Gambaran klinis

khas dari gagal jantung akut adalah kongesti paru, walau beberapa pasien lebih banyak

7
memberikan gambaran penurunan cardiac output dan hipoperfusi jaringan lebih mendominasi

penampilan klinis.5

Klasifikasi Gagal Jantung

Klasifikasi berbagai sindrom gagal jantung dibuat berdasarkan gambaran umum yang

mendominasi sindrom klinis secara keseluruhan. Hal ini bisa membantu diagnosis. Gagal jantung akut

secara garis besar sama dengan gagal jantung kiri dan disebabkan olehkegagalan mempertahankan curah

jantung yang terjadi mendadak. Tidak terdapat cukup waktu untuk terjadinya mekanisme kompensasi dan

gambaran klinisnya didominasi oleh edema paru akut. Gagal jantung kronis secara garis besar sama

dengan gagal jantung kanan. Curah jantung menurun secara bertahap, gejala, dan tanda tidak terlalu jelas,

dan didominasi oleh gambaran yang menunjukkan mekanisme kompensasi. Yang membingungkan,

sering terjadi gagal jantung kiri dan kanan sekaligus, biasanya karena gagal jantung kiri

kronismenyebabkan hipertensi pulmonal sekunder dan gagal jantung kanan. 5

Kelas NYHA Sesak Napas


I Tidak ada batasan aktivitas fisik
II Sedikit batasan pada aktivitas (pada aktivitas

berat)
III Pada aktivitas sedang
IV Saat istirahat

Tabel 2. Klasifikasi menurut New York Heart Association.5

Hipertensi

Hipertensi merupakan manifestasi gangguan keseimbangan hemodinamik sistem

kardiovaskuler, yang mana patofisiologinya adalah multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan

dengan hanya stau mekanisme tunggal. Menurut Kaplan hipertensi banyak menyangkut faktor

genetic, lingkungan dan pusat-pusat regulasi hemodinamik. Kalau disederhanakan sebenarnya

8
hipertensi adalah interaksi cardiac output dan total peripheral resistence. Ada dua macam

hipertensi yaitu hipertensi primer dan sekunder. Tidak ada penyebab yang jelas untuk hipertensi

primer, sekalipun ada beberapa teori yang menunjukkan adanya faktor-faktor genetic, perubahan

hormone, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder adalah akibat dari penyakit atau

gangguan tertentu.6

Table 3. klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII.6

Patofisiologi

Mekanisme terjadinya gagal jantung dikarenakan jantung yang gagal mengkompensasi

kelainan yang dialaminya untuk menyesuaikan kebutuhan supply darah dan Oksigen bagi tubuh.

kelainan atau kerusakan apapun pada jantung mengakibatkan kerja yang berlebih pada ventrikel.

Ketika ventrikel mendapatkan kerja yang berlebih dari biasanya, ia akan memompa lebih keras

untuk mengusahakan tercapainya kebutuhan supply tubuh. kondisi yang terus-menerus ini akan

mengakibatkan ventrikel jantung semakin membesar sebagai kompensasi kerja yang berlebih.

Namun kerja yang berlebih ini seringkali tidak mencukupi kebutuhan supply tubuh , sehingga

sistem saraf simpatis diaktifkan menyebabkan takikardi. Diharapkan kenaikan frekuensi dapat

9
mengkompensasi keadaan yang abnormal ini. Begitu simpatis diaktifkan akan merangsang

pengaktifan sistem RAA yang memberikan efek pengaktifan aldosteron dan ADH. Pengaktifan

ini akan memberikan efek retensi natrium dan air yang semakin memperbanyak filling jantung

sehingga kerjanya semakin berat. Ketika jantung mendapatkan porsi kerja yang semakin besar

ditambah dengan kelainan yang dimilikinya , proses progresif ini akan mengakibatkan jantung

tidak dapat lagi bekerja. Gejala klinis yang ditimbulkan merupakan akibat dari gagalnya

ventrikel memompa sehingga menyebabkan hipoperfusi pada ginjal yang mengakibatkan gagal

ginjal, oedem paru karena aliran darah terbendung di paru serta oedem jaringan. 7

2.3 Kerangka Konsep

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN


10
3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis desain studi cross sectional, yaitu mempelajari hubungan

antara variabel independen (hipertensi) dan variabel dependen (gagal jantung) melalui

pengukuran sesaat atau hanya satu kali saja serta dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Desain cross sectional digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan hipertensi dengan kejadian gagal jantung pada lanjut usia di RSUD A.

Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018.

3.2 populasi penelitian

Semua lansia yang berusia > 60 tahun di RSUD A. Wahab Sjahrani pada tanggal 29 Oktober

2018

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU A. Wahab Syahrani Samarinda pada tanggal 30 Oktober 2017

3.4 Teknik Sampling

Pengambilan sample dilakukan secara Simple Random Sampling yaitu pemilihan

subjek secara random (lottery) dimana populasi studi dianggap homogen. Besar sampel diperoleh

dari jumlah seluruh sampel yang diperoleh.

3.5 Alat dan Pengambilan Data

Data yang digunakan merupakan data primer. dimana peneliti mewawancara langsung

dan memeriksa tekanan darah sebanyak 3x pengukuran dengan menggunakan

sphygmomanometer air raksa pada pasien gagal jantung.

11
3.6 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI

• inklusi : lansia >60 tahun, bersedia diwawancarai, kooperatif dan dapat berkomunikasi

dengan baik.

• eksklusi: Perubahan tingkah laku, memiliki penyakit stroke, menolak berpartisipasi.

BAB IV. PENUTUP

Daftar Pustaka

1. Chobanian AV. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. United state:

Department of Health and Human Services.

2. Yogiantoro M. 2009. Hipertensi Esensial.Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,

Simadibrata M, Setiati S (penyunting). “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V”

selected reading, hlm.1079-1086. Jakarta: Interna Publishing.

3. Mateos-C´aceres PJ, Zamorano-Le JJ, Rodr´ıguez-Sierra P,CarlosMacaya, L´opez- Farr´e

AJ. 2012. New and Old Mechanisms Associated withHypertension in the Elderly.

International Journal of Hypertension. 2012: hlm. 1-10.

4. Ratniya R, Salim S, Alwi I. Anamnesis dan pemeriksaan kardiovaskular. In : Setiati S,

Nafrialdi, Alwi I, Syam AF, Simadibrata M, editors. Anamnesis dan pemeriksaan fisis

komprehensif. Jakarta : Interna Publishing ; 2013.

12
5. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyadi B, Syam AF. Ilmu Penyakit

Dalam. Ed 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014

6. Gunawan L. Hipertensi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius; 2001.

7. Cheitlin Melvin D, sokolow Maurice, McIlory Malcolm B. clinical cardiology, 6 th

edition. USA: prentice-Hall international Inc; 1995.pg 320-354.

13

Anda mungkin juga menyukai