Proposal
Disusun Oleh :
(102016271)
E1
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Hipotesis…………………......................................................
A. Kerangka Teori.....................................................................
2
Bab I. Pendahuluan
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular dan sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan secara global. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140
mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan istirahat.1 Pada umumnya hipertensi tidak memberikan keluhan dan gejala
yang khas sehingga banyak penderita yang tidak menyadarinya. Hipertensi juga merupakan
faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit kardiovaskular apabila tidak ditangani dengan
baik, hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung merupakan tahap akhir dari
seluruh penyakit yang ada pada jantung dan merupakan penyebab dari peningkatan angka
kematian pasien. Kejadian gagal jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin
bertambahnya usia harapan hidup dan berkembangnya terapi penanganan infark miokard akibat
perbaikan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung. Gagal jantung susah dikenali secara
klinis, karena beragamnya keadaan klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda – tanda
klinis pada tahap awal penyakit seperti yang di tandai oleh keluhan sesak nafas pada saat
istirahat maupun beraktivitas yang disebabkan oleh kelainan pada struktur atau fungsional pada
jantung. Gagal jantung terjadi karena ketidakmampuan jantung untuk memompa darah keseluruh
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 terdapat sekitar 600
juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Prevalensi tertinggi terjadi di wilayah Afrika yaitu
sebesar 30% dan terendah terdapat di wilayah Amerika sebesar 18%. Secara umum, laki-laki
memiliki prevalensi hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan wanita.3 Hipertensi sebagai sebuah
penyakit kronis dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor resiko terjadinya hipertensi terbagi
3
dalam faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia.
Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu obesitas, kurang berolahraga atau
Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia (lansia), usia di atas
60 tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80% dari populasi lansia. Keadaan ini
didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring
dengan pertambahan usia. Di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar
29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 tahun sebesar 65%. Dibandingkan
usia 55-59 tahun, pada usia 60- 64 tahun terjadi peningkatan risiko hipertesi.sebesar 2,18 kali,
usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70 tahun 2,97 kali. 4 Karena masih tingginya angka
hipertensi dan gagal jantung, peneliti ingin mengambil penelitian yang akan membahas apakah
terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian gagal jantung pada orang tua lansia. 3
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, Karena masih tingginya angka hipertensi
dan gagal jantung, maka dirumuskan permasalahan yang diangkat pada proposal ini yaitu
“Apakah ada hubunngan antara hipertensi dengan kejadian gagal jantung pada lansia di RSUD
1.3 Hipotesis
4
Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan tekanan darah dengan kejadian gagal jantung
Hasil penelitian ini dapat memperkuat teori-teori yang ada tentang hubungan hipertensi
sehat terutama mengontrolkan secara rutin tekanan darah pada pasien hipertensi.
b. Manfaat bagi Universitas Kristen Krida Wacana sebagai referensi dan literature
dan hipertensi.
Gagal jantung
5
Gagal jantung merupakan suatu sindroma klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang
disebabkan oleh kelainan structural atau fungsi jantung dimana jantung tidak mampu / gagal
untuk memompa darah secara adekuat sesuai dengan kebutuhan jaringan. Gagal jantung lebih
sering terjadi pada orang-orang dengan riwayat diabetes melitus, hipertensi, riwayat merokok
yang bertahun-tahun, dan lain sebagainya. Ada beberapa klasifikasi gagal jantung seperti gagal
Gagal jantung kronis adalah kondisi jantung yang tidak memiliki kemampuan untuk
memompa darah yang telah diderita lama, dan telah mencapai fase yang paling parah. Kondisi
pasien gagal jantung tergantung dari sejauh mana tingkat keparahannya. Namun secara umum
pasien dari gagal jantung kronis sering mengalami sesak nafas dan kelelahan. Biasanya pasien
sering mengalami ketidak mampuan untuk bernafas jika berbaring akibat adanya cairan yang
tertahan di dalam jantung.5 Guna kepentingan praktis, gagal jantung kronik didefinisikan sebagai
sindrom klinik yang komplek yang disertai keluhan gagal jantung berupa sesak, fatik,edema,
seperti terlihat pada tabel dibawah ini.Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1 kriteria
6
Tabel 1. Kriteria Framingham.4
Gagal jantung akut merupakan keadaan jantung yang tidak bisa memompa darah dengan
gejala sesak nafas hebat secara tiba-tiba. Penderita gagal jantung akut pada umumnya tidak
menyadari dirinya mengalami kematian otot jantung sebelum terkena serangan gagal jantung
akut. Sebelum mengetahui gagal jantung akut, pasien tidak akan menyadari bahwa dirinya
menderita gagal jantung kategori akut karena biasanya gejala yang terlihat / dirasakan penderita
adalah sesak nafas terutama saat berbaring. Akan tetapi penderita menganggap ini sebagai
kelelahan biasa sehingga penderita gagal jantung akut umumnya terlambat mendapat penanganan
medis. Pada kondisi otot jantung yang parah dan tidak segera mendapat penanganan, saat
berbaring penderita akan merasakan sesak nafas yang parah secara tiba-tiba kemudian disusul
Manifestasi klinis gagal jantung akut memberikan gambaran / kondisi spektrum yang luas
dan setiap klasifikasi tidak dapat menggambarkan secara spesifik. Gejala akut dapat bervariasi,
perburukan dapat terjadi dalam hitungan hari ataupun minggu (misalnya sesak napas yang berat
atau edema) tapi beberapa berkembang dalam hitungan jam sampai menit (misalnya
berhubungan dengan infark miokard akut). Gejala biasanya bervariasi mulai dari edema paru
yang mengancam jiwa atau syok kardiogenik sampai edema perifer yang berat. Gambaran klinis
khas dari gagal jantung akut adalah kongesti paru, walau beberapa pasien lebih banyak
7
memberikan gambaran penurunan cardiac output dan hipoperfusi jaringan lebih mendominasi
penampilan klinis.5
Klasifikasi berbagai sindrom gagal jantung dibuat berdasarkan gambaran umum yang
mendominasi sindrom klinis secara keseluruhan. Hal ini bisa membantu diagnosis. Gagal jantung akut
secara garis besar sama dengan gagal jantung kiri dan disebabkan olehkegagalan mempertahankan curah
jantung yang terjadi mendadak. Tidak terdapat cukup waktu untuk terjadinya mekanisme kompensasi dan
gambaran klinisnya didominasi oleh edema paru akut. Gagal jantung kronis secara garis besar sama
dengan gagal jantung kanan. Curah jantung menurun secara bertahap, gejala, dan tanda tidak terlalu jelas,
dan didominasi oleh gambaran yang menunjukkan mekanisme kompensasi. Yang membingungkan,
sering terjadi gagal jantung kiri dan kanan sekaligus, biasanya karena gagal jantung kiri
berat)
III Pada aktivitas sedang
IV Saat istirahat
Hipertensi
kardiovaskuler, yang mana patofisiologinya adalah multi faktor, sehingga tidak bisa diterangkan
dengan hanya stau mekanisme tunggal. Menurut Kaplan hipertensi banyak menyangkut faktor
8
hipertensi adalah interaksi cardiac output dan total peripheral resistence. Ada dua macam
hipertensi yaitu hipertensi primer dan sekunder. Tidak ada penyebab yang jelas untuk hipertensi
primer, sekalipun ada beberapa teori yang menunjukkan adanya faktor-faktor genetic, perubahan
hormone, dan perubahan simpatis. Hipertensi sekunder adalah akibat dari penyakit atau
gangguan tertentu.6
Patofisiologi
kelainan yang dialaminya untuk menyesuaikan kebutuhan supply darah dan Oksigen bagi tubuh.
kelainan atau kerusakan apapun pada jantung mengakibatkan kerja yang berlebih pada ventrikel.
Ketika ventrikel mendapatkan kerja yang berlebih dari biasanya, ia akan memompa lebih keras
untuk mengusahakan tercapainya kebutuhan supply tubuh. kondisi yang terus-menerus ini akan
mengakibatkan ventrikel jantung semakin membesar sebagai kompensasi kerja yang berlebih.
Namun kerja yang berlebih ini seringkali tidak mencukupi kebutuhan supply tubuh , sehingga
sistem saraf simpatis diaktifkan menyebabkan takikardi. Diharapkan kenaikan frekuensi dapat
9
mengkompensasi keadaan yang abnormal ini. Begitu simpatis diaktifkan akan merangsang
pengaktifan sistem RAA yang memberikan efek pengaktifan aldosteron dan ADH. Pengaktifan
ini akan memberikan efek retensi natrium dan air yang semakin memperbanyak filling jantung
sehingga kerjanya semakin berat. Ketika jantung mendapatkan porsi kerja yang semakin besar
ditambah dengan kelainan yang dimilikinya , proses progresif ini akan mengakibatkan jantung
tidak dapat lagi bekerja. Gejala klinis yang ditimbulkan merupakan akibat dari gagalnya
ventrikel memompa sehingga menyebabkan hipoperfusi pada ginjal yang mengakibatkan gagal
ginjal, oedem paru karena aliran darah terbendung di paru serta oedem jaringan. 7
Penelitian ini menggunakan jenis desain studi cross sectional, yaitu mempelajari hubungan
antara variabel independen (hipertensi) dan variabel dependen (gagal jantung) melalui
pengukuran sesaat atau hanya satu kali saja serta dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Desain cross sectional digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan hipertensi dengan kejadian gagal jantung pada lanjut usia di RSUD A.
Semua lansia yang berusia > 60 tahun di RSUD A. Wahab Sjahrani pada tanggal 29 Oktober
2018
Penelitian dilakukan di RSU A. Wahab Syahrani Samarinda pada tanggal 30 Oktober 2017
subjek secara random (lottery) dimana populasi studi dianggap homogen. Besar sampel diperoleh
Data yang digunakan merupakan data primer. dimana peneliti mewawancara langsung
11
3.6 KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
• inklusi : lansia >60 tahun, bersedia diwawancarai, kooperatif dan dapat berkomunikasi
dengan baik.
Daftar Pustaka
1. Chobanian AV. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. United state:
Simadibrata M, Setiati S (penyunting). “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V”
AJ. 2012. New and Old Mechanisms Associated withHypertension in the Elderly.
Nafrialdi, Alwi I, Syam AF, Simadibrata M, editors. Anamnesis dan pemeriksaan fisis
12
5. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyadi B, Syam AF. Ilmu Penyakit
13