Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN PUSTAKA

HIPERTENSI

Cherryl Anandya Salzabilla

2017730027

Pembimbing:

dr. Fanny Trestanita Bahtiar

KEPANITRAAN KLINIK UMUM

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

PUSKESMAS PUWAHARJA 2 KOTA BANJAR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamiin dan segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
memberikan petunjuk, rahmat, anugerah dan Hidayah-Nya.Tak lupa shalawat serta salam kita
curahkan kepada nabi Muhammad Shalallaahu’alaihi wa sallam sebagai penutup para nabi.
Dengan penuh rasa syukur, penulis dapat menyelesaikan tugas tinjauan pustaka dengan judul
“Hipertensi”.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Dr. Fanny Trestanita Bahtiar yang telah mebimbing dalam penyusunan tinjaun pustaka
ini
2. Dokter, Bidan, Perawat berserta seluruh Staff Puskesmas yang telah membantu
kelancaran penyusunan tinjauan pustaka ini
3. Orangtua yang telah memberikan doa dan support baik moral maupun materil
4. Teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penyusunan tinjauan pustaka ini
5. Dan semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….…..2
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….
…….4
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….……4
1.2 Tujuan Penelitian…………………………………………………………….…4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………..5
2.1 Definisi………………………………………………………………………..5
2.2 Klasifikasi……………………………………………………………………..5
2.3 Etiologi………………………………………………………………………..6
2.4 Epidemiologi………………………………………………………………….6
2.5 Manifestasi klinis……………………………………………………………..7
2.6 Faktor
resiko…………………………………………………………………....7
2.7 Diagnosis…………………………………………………………………….12
2.8 Tatalaksana…………………………………………………………………..12
2.9 Komplikasi…………………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Definisi
Tekanan darah ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu curah jantung (cardiac
output) dan resistensi vaskular perifer (peripheral vascular resistance). Curah jantung
merupakan hasil kali frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup (stroke volume),
sedangkan sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous return) dan kekuatan
kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh kekuatan tonus otot polos
pembuluh darah, elastisitas dinding pembuluh darah dan viskositas darah. Parameter –
parameter tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain sistem saraf simpatis dan
parasimpatis, sistem renin-angiotensin-aldosteron (SRAAs) dan faktor lokal berupa
bahan – bahan vasoaktif yang diproduksi sel endotel pembuluh darah seperti endotelin,
tromboksan A2 dan angiotensin II lokal.
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang.

1.2. Klasifikasi
Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah dan berdasarkan
etiologinya. Klasifikasi hipertensi berdasarkan tekanan darah menurut Joint National
Comittee (JNC)VIII

Klasifikasi tekanan darah pada dewasa (usia > 18 tahun)


Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 DAN <80
Prehipertensi 120-139 ATAU 80-89
Hipertensi derajat 1 140-159 ATAU 90-99
Hipertensi derajat 2 ≥160 ATAU ≥100

4
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi:
a. Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologi yang jelas lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi
esensial.
b. Hipertensi sekunder
Hipetensi sekunder diakibatkan adanya suatu penyakit atau kelainan yang
mendasari, seperti stenosis arteri renalis, penyakit ginjal, feokromoaitoma,
hiperaldosteron.

1.3. Etiologi
Hipertensi esensial disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik mempengaruhi kepekaan terhadap natrium, kepekaan terhadap stress,
reaktivitas pembuluh darah terhadap vasokonstriktor dan resistensi insulin.

1.4. Epidemiologi
Di tahun 2020 sekitar 1.56 Milyiar orang dewasa akan hidup dengan
hipertensi.Hipertensi membunuh hamper 8 Miliyar orang setiap tahun di seluruh dunia
dan hamper 1.5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan.Sekitar
sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi.

Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi


seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal Ginjal dan Kebutaan.
Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada besarnya
peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis
dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata,
jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer itu
sendiri. Selain itu hipertensi banyak terjadi pada umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-54
tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut status ekonominya,
proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah bawah (27,2%) dan menengah

5
(25,9%). Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima)
pada semua umur.

1.5. Faktor resiko


1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a. Usia
Usia mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena
hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup
tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas usia 65 tahun. Pada usia lanjut,
hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan sistolik. Sedangkan menurut
WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam
menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya
umur yang disebabkan oleh perubahaan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga
lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai
akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota
besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar dan Makassar terhadap usia
lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi terbesar 52,5 %.
b. Jenis kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak yang
menderita hipertensi dibandingkan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan
tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat
meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki
manopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Setelah usia 65 tahun, terjadinya
hipertensi pada wanita lebih meningkat dibandingkan dengan pria yang diakibatkan faktor
hormonal.
c. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (essensial).
Tentunya faktor genetik ini juga dipenggaruhi faktor-faktor lingkungan, yang kemudian
menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan

6
metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua
orang tuanya menderita hipertensi, maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila
salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke anak-
anaknya.

2. Faktor risiko yang dapat diubah


Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari
penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat, kurang aktifitas gerak, berat
badan berlebihan/kegemukan, komsumsi alkohol, hiperlipidemia atau hiperkolestrolemia,
stress dan komsumsi garam berlebih sangat berhubungan erat dengan hipertensi.

a. Obesitas
Obesitas adalah presentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam Indeks Massa
Tubuh (IMT) yaitu perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah
dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan IMT berkorelasi langsung dengan tekanan
darah, terutama tekanan darah sistolik. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan
sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight). Obesitas bukanlah penyebab
hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif
untuk menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seorang yang badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%
memiliki berat badan lebih (overweight). Hipertensi pada seseorang yang kurus atau
normal dapat juga disebabkan oleh sistem simpatis dan sistem renin angiotensin. Aktivitas
dari saraf simpatis adalah mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan
denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam.

b. Psikososial dan stress


Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara individu
dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan adanya
perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologis dan sosial) yang
ada pada diri seseorang

7
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut dan
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahaan patologis. Gejala yang muncul dapat
berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi
pada orang kulit hitam di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit
putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka.

c. Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok
yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri
yang mengakibatkan proses artereosklerosis dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi,
dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis pada
seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri.
Menurut Depkes RI Pusat Promkes pada tahun 2008, telah dibuktikan dalam penelitian
bahwa dalam satu batang rokok terkandung 4000 racun kimia berbahaya termasuk 43
senyawa. Bahan utama rokok terdiri dari 3 zat, yaitu 1) Nikotin, merupakan salah satu jenis
obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dengan adanya
penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung, pengerasan pembuluh darah
dan penggumpalan darah. 2) Tar, dapat mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan
menyebabkan kanker. 3) Karbon Monoksida (CO) merupakan gas beracun yang dapat
menghasilkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.

d. Olahraga
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk

8
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa
dari tubuh.
Olahraga dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner melalui mekanisme
penurunan denyut jantung, tekanan darah, penurunan tonus simpatis, meningkatkan
diameter arteri koroner, sistem kolateralisasi pembuluh darah, meningkatkan HDL (High
Density Lipoprotein) dan menurunkan LDL (Low Density Lipoprotein) darah. Melalui
kegiatan olahraga, jantung dapat bekerja secara lebih efisien. Frekuensi denyut nadi
berkurang, namun kekuatan jantung semakin kuat, penurunan kebutuhan oksigen jantung
pada intensitas tertentu, penurunan lemak badan dan berat badan serta menurunkan tekanan
darah. Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat
bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olahraga aerobik
yang teratur dapat menurunkan tekanan darah tanpa perlu sampai berat badan turun.

e. Konsumsi alkohol berlebih


Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga peningkatan
kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alkohol dilaporkan menimbulkan efek terhadap tekanan darah
baru terlihat apabila mengkomsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap
harinya. Di negara barat seperti Amerika, komsumsi alkohol yang berlebihan berpengaruh
terhadap terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh asupan
alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya. Akibatnya, kebiasaan meminum
alkohol ini menyebabkan hipertensi sekunder di usia ini.
Komsumsi alkohol seharusnya kurang dari dua kali per hari pada laki-laki untuk
pencegahan peningkatan tekanan darah. Bagi perempuan dan orang yang memiliki berat
badan berlebih, direkomendasikan tidak lebih satu kali minum per hari.

f. Komsumsi garam berlebihan


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar sel
agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada

9
sekitar 60% kasus hipertensi primer (essensial) terjadi respon penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan rata-rata lebih
tinggi.

1.6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya Angiotensin II dari
Angiotensin I oleh Angiotensin coverting enzyme (ACE).Dimana ACE berperan dalam
mengatur tekanan darah.Darah yang mengandung angiotensinogen yang di produksi di
hati.Selanjutnya angiotensinogen akan diubah oleh hormon renin yang di produksi oleh
ginjal menjadi Angiotensin I.di dalam paru-paru Angiotensi I diubah menjadi Angiotensin II
oleh Angiotensin Co nverting Enzyme (ACE)

Angiotensin II akan meningkatkan sekresi hormon antidiuretic (ADH) yang di produksi


di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolaritas dan volume urin.Dengan
meningkatnya ADH maka akan sangat sedikit urin yang dikeluarkan dan akan
mengakibatkan peningkatan osmolaritas urin,sehingga peningkatan volume cairan
intraseluler yang mengakibatkan meningkatnya volume darah dan peningktan tekanan
darah.

Selain itu, Angiotensin II akan menstimulasi sekresi aldosteron di korteks


adrenal.Aldosteron berperan penting pada ginjal dalam mengatur volume cairan
ekstraseluler.Aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara mereabsorpsi dari
tubulus ginjal.Peningkatan konsentrasi NaCl akan meningkatkan volume cairan
ekstraseluler dan akan meningkatkan volume dan tekanan darah..

1.7. Manifestasi Klinis


Gejala hipertensi antara lain sakit kepala bagian belakang, kaku kuduk, sulit tidur, gelisah,
kepala pusing, dada berdebar-debar, lemas, sesak nafas, berkeringat dan pusing .
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan,
saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan

10
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran
hingga koma.

1.8. Pemeriksaan Penunjang


a. Memeriksa komplikasi yang telah atau sedang terjadi :
Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, kadar ureum, kreatinin, gula darah,
lemak darah, elektrolit, kalsium, asam urat dan urinalisis
Pemeriksaan lain : elektrokardiografi, funduskopi, USG ginjal
b.Pemeriksaan penunjang jika ada kecurigaan hipertensi sekunder :
Hipertiroidisme/hipotiroidisme : TSH, FT4, FT3
Hiperparatiroidisme : kadar PTH
Hiperaldosteroidisme : kadar aldosterone plasma

1.9. Kriteria Diagnosis


Nilai tekanan darah diambil dari rerata dua kali pengukuran pada setiap kali kunjungan
ke dokter. Apabila tekanan darah ≥140/90 mmHg pada dua atau lebih kunjungan, maka
hipertensi dapat ditegakkan.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tatalaksana
Tujuan terapi hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
kardiovaskular. Penurunan tekanan sistolik harus menjadi perhatian utama, karena
pada umumnya tekanan diastolic akan terkontrol bersamaan dengan terkontrolnya
tekanan sistolik. Target tekanan darah bila tanpa kelainan penyerta adalah
<140/90mmHg, sedangkan pasien dengan diabetes melitus atau kelainan ginjal,
tekanan darah harus diturunkan dibawah 130/80 mmHg. Target tekanan darah
untuk usia di atas 60 tahun adalah ≤150/90 mmHg.
Strategi pengobatan hipertensi harus dimulai dengan perubahan gaya hidup
berupa diet rendah garam, berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol,
aktivitas fisik yang teratur dan penurunan berat badan bagi pasien dengan berat
badan lebih. Selain dapat menurunkan tekanan darah, perubahan gaya hidup juga
dapat meningkatkan efektivitas dari obat anti hipertensi dan menurunkan risiko
kardiovaskuler.
Untuk hipertensi tingkat 1 dan tanpa target organ damage (TOD) perubahan pola
hidup dapat dilakukan hingga 12 bulan. Sedangkan bila disertai kelainan penyerta
seperti diabetes melitus, gagal jantung, riwayat stroke dan penyakit jantung
koroner maka terapi farmakologi diberikan lebih dini mulai dari hipertensi tingkat
1. Bahkan untuk pasien dengan kelainan ginjal atau diabetes, pengobatan dimulai
pada tahap prehipertensi dengan target tekanan darah <130/80 mmHg.

Terapi Farmakologi
5 kelompok obat lini pertama yang lazim digunakan untuk pengobatan awal
hipertensi, yaitu diuretik, penghambat reseptor beta adrenergik (β-blocker), ACE -
inhibitor, Angiotensin receptor blocker (ARB), antagonis kalsium. Sedangkan
obat lini kedua terdiri dari 3 kelompok, yaitu penghambat saraf adrenergik, agonis
α – blocker dan vasodilator.
12
Terapi lini pertama
1. Diuretik
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natrium, air dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ekstraseluler. Akibatnya
terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah.
Obat Dosis (mg) Pemberian Sediaan
Diuretik tiazid
Hidrokorotiazid 12,5 - 25 1 x sehari Tab 25 dan 50 mg
Klortalidon 12,5 - 25 1 x sehari Tab 50 mg
Indapamid 1,25 – 2,5 1 x sehari Tab 2,5 mg
Bendroflumetiazid 2,5 – 5 1 x sehari Tab 5 mg
Metolazon Tab 2,5; 5 dan 10
2,5 – 5 1 x sehari
mg
Xipamid 10 - 20 1 x sehari Tab 0,5 mg
Diuretik kuat
Furosemid 20 – 80 2 – 3 x sehari Tab 40 mg,
amp 20 mg
Torsemid 1 – 2 x sehari Tab 5, 10, 20, 100
2,5 – 10
mg
Bumetanid 0,5 - 4 2 – 3 x sehari Tab 0,5; 1 dan 2 mg
As. etakrinat 25 - 100 2 – 3 x sehari Tab 25 dan 50 mg
Diuretik hemat kalium
Amilorid 5 – 10 1 – 2 x sehari
Spironolakton 25 – 100 1 x sehari Tab 25 dan 50 mg
Triamteren 25 - 300 1 x sehari Tab 50 dan 100 mg

2. Penghambat Reseptor Beta (β-blocker)


Berbagai mekanisme penurunan tekanan darah akibat pemberian β-
blocker dapat dikaitkan dengan hambatan reseptor β1, antara lain: (1)
penurunan frekuensi denyut jantung dan kontraktilitas miokard sehingga
menurunkan curah jantung, (2) hambatan sekresi renin di sel – sel

13
jukstaglomerular ginjal dengan akibat penurunan produksi angiotensin II,
(3) efek sentral yang mempengaruhi aktivitas simpatis, perubahan pada
sensitivitas baroreseptor. β-blocker digunakan sebagai obat tahap pertama
pada hipertensi ringan sampai sedang terutama pada pasien dengan
penyakit jantung koroner.
Dosis awal Dosis awal Frekuensi
Obat Sediaan
(mg/hari) (mg/hari) Pemberian
Kardioselektif
Cap. 200 mg, tab.
Asebutolol 200 800 1–2x
400 mg
Atenolol 100 Tab 50 mg, 100
25 1x
mg
Bisoprolol 2,5 10 1x Tab 2,5 mg
Nonselektif
Tab 40 mg,
Propanolol 5 40 2–3x
amp 20 mg
Tab 5, 10, 20, 100
Labetalol 100 300 2x
mg

3. Penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE-Inhibitor)


ACE – inhibitor menghambat perubahan AI menjadi AII sehingga
terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosterone. Selain itu,
degradasi bradykinin juga dihambat sehingga kadar bradikinin dalam
darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACE - inhibitor.
Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah, sedangkan
berkurangnya aldosterone akan menyebabkan ekskresi air dan natrium dan
retensi kalium. Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah hipotensi,
batuk kering, hiperkalemia, proteinuria dan lain – lain.
Obat Dosis (mg/hari) Pemberian Sediaan
Kaptopril 25 - 100 2–3x Tab 12,5 dan 25 mg

14
Benazepril 10 – 40 1–2x Tab 5 dan 10 mg
Enalapril 2,5 – 40 1–2x Tab 5 dan 10 mg
Lisinopril 10 – 40 1x Tab 5 dan 10 mg
Perindopril 4-8 1–2x Tab 4 mg

4. Angiotensin Receptor Blocker (ARB)


ARB sangat efektif menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
dengan kadar renin yang tinggi seperti hipertensi genetic. Pemberian ARB
menurunkan tekanan darah tanpa mempengaruhi frekuensi denyut jantung.
Losartan diabsorpsi dengan baik melalui saluran cerna dengan
bioavailabilitas sekitar 33%. Efek samping yang dapat terjadi adalah
hipotensi dan hyperkalemia.
Obat Dosis (mg/hari) Pemberian Sediaan
Losartan 25 - 100 1–2x Tab 50 mg
Valsartan 80 - 320 1x Tab 40 dan 80 mg
Candesartan 8 - 32 1x Tab 4, 8 dan 16 mg

5. Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium menghambat influks kalsium pada sel otot polos
pembuluh darah dan miokard. Antagonis kalsium terbukti sangat efektif
pada hipertensi dengan kadar renin yang rendah seperti pada usia lanjut.
Nifedipine oral sangat bermanfaat untuk mengatasi hipertensi darurat.
Antagonis kalsium tidak memiliki efek samping metabolik, baik terhadap
lipid, gula darah maupun asam urat. Nifedipine kerja singkat paling sering
menyebabkan hipotensi dan dapat menyebabkan iskemia miokard atau
serebral. Bradiaritmia dan gangguan konduksi terutama akibat verapamil.
Selain itu verapamil juga dapat menyebabkan retensi urin dan konstipasi.
Obat Dosis (mg/hari) Pemberian Sediaan

15
Nifedipine 3-4x Tab 10 mg
Nifedipine 30 - 60 1x Tab 30, 60 dan 90 mg
(long acting)
Amlodipin 2,5 – 10 1x Tab 5 dan 10 mg
Nicardipin SR 60 - 120 2x Tab 30, 45 dan 60 mg
Verapamil 80 – 320 2–3x Tab 40, 80 dan 120 mg
Diltiazem 90 - 180 3x Tab 30, 60 mg dan
amp 50 mg

Terapi lini kedua


1. Penghambat Saraf Adrenergik
Pemberian reserpine mengakibatkan penurunan curah jantung dan
resistensi perifer. Frekuensi denyut jantung dan sekresi renin berkurang.
Pada pemakaian jangka panjang sering terjadi retensi air dan
menyebabkan pseudotoleransi. Efek samping yang dapat terjadi adalah
letargi, mimpi buruk dan depresi mental. Guanetidin bekerja pada neuron
adrenergik perifer. Guanetidin menurunkan tekanan darah dengan cara
menurunkan curah jantung dan resistensi perifer.

Penghambat saraf adrenergik Dosis (mg/hari) Pemberian


Reserpin 0,05 1x

Guanetidin 10 - 50 1x

2. Penghambat α – blocker
Alfa bloker bekerja melalui hambatan reseptor a1 yang menyebabkan
vasodilatasi di arteriol dan venula sehingga menurunkan resistensi perifer.
Alfa bloker memiliki keunggulan antara lain efek positif terhadap lipid
darah (menurunkan LDL, trigliserida dan meningkatkan HDL) dan
mengurangi resistensi insulin, sehingga cocok untuk pasien hipertensi
dengan dyslipidemia dan/atau diabetes melitus.

16
Obat Dosis (mg/hari) Pemberian Sediaan
Prazosin 0,5 1-2x Tab 1 & 2 mg

Terazosin 1-2 1x Tab 1 & 2 mg

Bunazosin 1,5 3x Tab 0,5 & 1 mg

Doksazosin 1-2 1x Tab 1 & 2 mg

3. Vasodilator
Hidralazin bekerja langsung merelaksasi otot polos arteriol. Hidralazin
menurunkan tekanan darah berbaring dan berdiri. Karena lebih seektif
bekerja pada arteriol, maka hidralazin jarang menimbulkan hipotensi
ortostatik. Efek samping yang dapat ditimbulkan berupa sakit kepala, mual
takikardi, retensi cairan dan hiperglikemia.
Obat Dosis (mg/hari) Pemberian
Hidralazin 25 - 100 2x

Minoksidil 1,25 1–2x

Diazoksid 50 - 100

17
18
Terapi Non Farmakologi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat
dilakukan
dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh (6 gram/hari),
menurunkan berat badan, menghindari minuman mengandung kafein, rokok, dan
minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat
berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x
per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan
stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter keluarga anda.
Adapun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh penderita hipertensi
adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit,
crackers, keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber
protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram
natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

19
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan
cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak
jenuh, dan rendah serat mulai menjamurterutama di kota-kota besardi Indonesia.
Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan
penderita dapat melakukan pencegahan dan penatalaksanaan dengan modifikasi
diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi yang terjadi dapat
dihindarkan.

20
BAB III
KOMPLIKASI DAN PROGNOSA

3.1 Komplikasi
Hipertensi lama atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan
organ berikut :
a. Jantung : dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri sampai gagal jantung
b. Otak : dapat terjadi strok karena pecahnya pembuluh darah serebral
c. Ginjal : dapat terjadi penyakit ginjal kronik hingga gagal ginjal
d. Mata : dapat terjadi retinopati hipertensif berupa bercak – bercak perdarahan
pada retina dan edema papil nervus optikus
e. Pembuluh darah perifer : aneurisma aorta dan robeknya lapisan intima aorta

3.2 Prognosa
Penuruan tekanan darah terbukti memberikan prognosis baik.Studi metaanalisiss
menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah sistolik 10mmHg dapat menurunkan
risiko komplikasi penyakit jantung iskemik sebesar 17%, gagal jantung sebesar
28% dan stroke sebesar 27%.

21
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Gan Gunawan, Sulistia. 2016. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta : FKUI
2. www.google.co.id/amp/s/gudangilmu.farmasetika.com/10-penyakit-paling-
mematikan-di-indonesia-menurut-who-dan-balitbangkes/amp/
3. http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin-hipertensi.pdf
4. www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagian-besar-penderita-hipertensi-
tidak-menyadarinya.html
5. http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin-hipertensi.pdf
6. http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin-hipertensi.pdf
7. http://indonesia.ibuzzworld.com/panduan-hipertensi-acc-aha-yang-baru-membuat-
130-140-baru/
8. http://digilib.unila.ac.id/2440/9/BAB%20II.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai