Anda di halaman 1dari 31

Anatomi, Fisiologi dan Pemeriksaan Fisik

Pendengaran dan Keseimbangan

Dokter Pembimbing:

dr. Eka Dian Safitri, Sp.THT-KL

Disusun oleh:
Bella Kartika 2017730025
Nadiah Wardahati Budiana 2017730082
Annisa Vika Augustia 2018730014
Nur Rahmah Sari 2018730081

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT THT-KL


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

KATA PENGANTAR 2

BAB I

Anatomi Dan Fisiologi Organ Pendengaran Dan Keseimbangan 3

a. Anatomi Telinga 3

b. Fisiologi Pendengaran 9

c. Fisiologi Keseimbangan 11

BAB II

Pemeriksaan Fisik Pendengaran 3

a.Anamnesis Gangguan Pendengaran 3

b. Pemeriksaan Dasar Telinga 3

Pemeriksaan Pendengaran 4

Pemeriksaan Audiologi 4

Pemeriksaan Fisik Keseimbangan 10

a. Pemeriksaan Keseimbangan di Telinga Dalam (Perifer) 10

Uji Romberg 10

Uji Romberg Dipertajam 10

Tendem Gait 11

Stepping Test (Tes Berjalan) 11

Posturografi 11

b. Pemeriksaan Keseimbangan di Serebelum (Sentral ) 12

Pemeriksaan Nistagmus 13

Pemeriksaan Schellong 15

DAFTAR PUSTAKA 16
1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT, dengan Rahmat,
Anugerah dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan. Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan –
Kepala Leher (THT-KL) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta di Rumah
Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih. Tak lupa shalawat dan salam senantiasa dipanjatkan bagi
Nabi Muhammad SAW.

Dalam menyusun laporan ini penulis mendapat banyak bimbingan, dukungan dan
motivasi dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Eka Dian Safitri,
Sp.THT-KL selaku pembimbing dalam penyusunan laporan ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada rekan – rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Tenggorokan – Kepala Leher (THT-KL) Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih
serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sudah memberikan
bantuan dan dukungan kepada penulis. Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kata
sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih, semoga tugas ini dapat berguna
dan memberikan tambahan informasi kepada kita semua.

Jakarta, 15 Januari 2023

Penulis

2
BAB I
Anatomi Dan Fisiologi Organ Pendengaran Dan Keseimbangan

Anatomi Telinga

Anatomi telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Bagian luar
dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari udara ke telinga dalam yang berisi
cairan, di mana energi suara mengalami penguatan dalam proses ini. Telinga dalam berisi dua
sistem sensorik berbeda: koklea, yang mengandung reseptor untuk mengubah gelombang
suara menjadi impuls saraf sehingga kita dapat mendengar; dan aparatus vestibularis yang
penting bagi keseimbangan.

Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani.
Telinga luar atau pinna merupakan gabungan dari tulang rawan yang diliputi kulit. Daun
telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga (meatus akustikus eksternus)
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, di sepertiga bagian
luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat =
kelenjar serumen) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. Pada
dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen, dua per tiga bagian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 - 3 cm.

Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah rambut, kelenjar sebasea, dan sejenis

3
kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar
apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang menghasilkan zat lemak setengah padat berwarna
kecoklat-coklatan yang dinamakan serumen (minyak telinga). Serumen berfungsi menangkap
debu dan mencegah infeksi. Pada satu per tiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen (kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh kulit
liang telinga. Pada dua per tiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.

Telinga Tengah

Telinga tengah berbentuk kubus dengan :


Batas luar : Membran timpani
● Batas depan : Tuba eustachius

● Batas bawah : Vena jugularis (bulbus jugularis)


● Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis.
● Batas atas : Tegmen timpani (meningen / otak )
● Batas dalam : Berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis
horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan
terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaccida (membran
shrapnell), sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membrane propia). Pars flaccida
hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam
dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai
satu lapis lagi ditengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin
yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut umbo.
Pada membran timpani terdapat 2 macam serabut, yaitu sirkuler dan radier. Serabut inilah
yang menyebabkan timbulnya reflek cahaya yang berupa kerucut. Membran timpani dibagi
dalam 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang
tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas - depan, atas - belakang,
bawah - depan serta bawah - belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani.
Di dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar ke
dalam, yaitu maleus, inkus, dan stapes. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling
4
berhubungan. Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada
inkus dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan
dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran merupakan persendian.
Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria
yang tipis yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat
dua otot kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara.
maleus, inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng. Pada pars flaksida terdapat daerah
yang disebut atik. Ditempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan
telinga tengah dengan antrum mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang
menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba
auditiva), yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane
timpani. Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan.
Ketika terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk
mencegah pecahnya membran timpani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka
dan udara akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan
yang sama antara permukaan dalam dan permukaan luar membran timpani.

Telinga Dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau puncak koklea disebut

5
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Kanalis semi sirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan membentuk
lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas,
skala timpani sebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli
dan skala timpani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfe. Dasar skala
vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala
media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ korti.
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria,
dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut luar
dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.
Organ corti adalah organ reseptor yang membangkitkan impuls saraf sebagai respons
terhadap getaran membran basilar. Organ corti terletak pada permukaan serabut basilar dan

membran basilar. Reseptor sensorik yang sebenarnya di dalam organ corti adalah dua tipe sel
saraf yang khusus, yang disebut dengan sel rambut: baris tunggal sel rambut interna berjumlah
sekitar 3500 dengan diameter 12 mikrometer, dan tiga sampai empat baris sel rambut eksterna
berjumlah sekitar 12000 dengan diameter hanya 8 mikrometer. Bagian dasar dan samping sel
rambut bersinaps dengan jaringan ujung saraf koklearis. Sekitar 90-95% ujung ini berakhir di
sel-sel rambut dalam, yang memperkuat peranan khusus sel ini dalam mendeteksi suara.

Koklea

Bagian koklea labirin adalah suatu saluran melingkar yang pada manusia panjangnya
35 mm. Koklea bagian tulang membentuk 2,5 kali putaran yang mengelilingi sumbunya.

6
Sumbu ini dinamakan modiolus, yang terdiri dari pembuluh darah dan saraf. Ruang di dalam
koklea bagian tulang dibagi dua oleh dinding (septum). Bagian dalam dari septum ini terdiri
dari lamina spiralis ossea. Bagian luarnya terdiri dari anyaman penyambung, lamina spiralis
membranasea. Ruang yang mengandung perilimfe ini dibagi menjadi : skala vestibuli (bagian
atas) dan skala timpani (bagian bawah). Kedua skala ini bertemu pada ujung koklea. Tempat
ini dinamakan helicotrema. Skala vestibuli bermula pada fenestra ovale dan skala timpani
berakhir pada fenestra rotundum. Mulai dari pertemuan antara lamina spiralis membranasea
kearah perifer atas, terdapat membran yang dinamakan membrane reissner. Pada pertemuan
kedua lamina ini, terbentuk saluran yang dibatasi oleh:
1. Membran reissner bagian atas

2. Lamina spiralis membranasea bagian bawah

3. Dinding luar koklea

Duktus koklearis atau koklea bagian membran berisi cairan endolimfe. Dinding luar
koklea ini dinamakan ligamentum spiralis. Disini terdapat stria vaskularis, tempat
terbentuknya endolimfe.

Di dalam lamina membranasea terdapat 20.000 serabut saraf. Pada membran basilaris
(lamina spiralis membranasea) terdapat alat organ korti. Lebarnya membran basilaris dari
basis koklea sampai keatas bertambah dan lamina spiralis ossea berkurang. Nada dengan
frekuensi tinggi berpengaruh pada basis koklea. Sebaliknya nada rendah berpengaruh dibagian
atas (ujung) dari koklea.

7
Pada bagian atas organ korti, terdapat suatu membran, yaitu membran tektoria.
Membran ini berpangkal pada krista spiralis dan berhubungan dengan alat persepsi pada alat
korti. Pada alat korti dapat di temukan sel-sel penunjang, sel-sel persepsi yang mengandung
rambut. Antara sel-sel korti ini terdapat ruangan (saluran) yang berisi kortilimf. Duktus
koklearis berhubungan dengan sakkulus dengan peralatan duktus reunions. Bagian dasar
koklea yang terletak pada dinding medial cavum timpani menimbulkan penonjolan pada
dinding ini kearah cavum timpani. Tonjolan ini dinamakan promontorium.

Vestibulum

Vestibulum letaknya diantara koklea dan kanalis semisirkularis yang juga berisi
perilimfe. Pada vestibulum bagian depan, terdapat lubang (foramen ovale) yang berhubungan
dengan membran timpani, tempat melekatnya telapak (foot plate) dari stapes. Di dalam
vestibulum, terdapat gelembung-gelembung bagian membran sakulus dan utrikulus.
Gelembung-gelembung sakulus dan utrikulus berhubungan satu sama lain dengan perantaraan
duktus utrikulosakularis, yang bercabang melalui duktus endolimfatikus yang berakhir pada
suatu lipatan dari duramater, yang terletak pada bagian belakang os. piramidalis. Lipatan ini
dinamakan sakus endolimfatikus.
Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang di kelilingi oleh sel-sel penunjang
yang letaknya pada makula. Pada sakulus, terdapat makula sakuli. Sedangkan pada utrikulus,
dinamakan makula utrikuli.

Kanalis semisirkularis
8
Dikedua sisi kepala terdapat kanalis-kanalis semisirkularis yang tegak lurus satu sama
lain. Di dalam kanalis tulang, terdapat kanalis bagian membran yang terbenam dalam perilimfe.
Kanalis semisirkularis horizontal berbatasan dengan antrum mastoideum dan tampak sebagai
tonjolan, tonjolan kanalis semisirkularis horizontalis (lateralis).
Kanalis semisirkularis vertikal (posterior) berbatasan dengan fossa crania media dan
tampak pada permukaan atas os. petrosus sebagai tonjolan, eminentia arkuata. Kanalis
semisirkularis posterior tegak lurus dengan kanalis semi sirkularis superior. Kedua ujung yang
tidak melebar dari kedua kanalis semisirkularis yang letaknya vertikal bersatu dan bermuara
pada vestibulum sebagai krus komunis.
Kanalis semisirkularis membranasea letaknya di dalam kanalis semisirkularis ossea. Di
antara kedua kanalis ini terdapat ruang berisi perilimfe. Di dalam kanalis semisirkularis
membranasea terdapat endolimfe. Pada tempat melebarnya kanalis semisirkularis ini terdapat
sel-sel persepsi. Bagian ini dinamakan ampulla.
Sel-sel persepsi yang ditunjang oleh sel-sel penunjang letaknya pada krista ampularis
yang menempati 1/3 dari lumen ampulla. Rambut-rambut dari sel persepsi ini mengenai organ
yang dinamakan kupula, suatu organ gelatinous yang mencapai atap dari ampulla sehingga
dapat menutup seluruh ampulla.

Fisiologi Pendengaran

Fungsi telinga adalah mengubah energi suara mekanik menjadi sinyal bioelektrik.
Dengan dua telinga yang berfungsi baik, suara dapat dilokalisasi karena gelombang suara
mencapai masing-masing telinga dengan perbedaan waktu dan intensitas yang sedikit.
Gelombang suara menggetarkan membran timpani dan dihantarkan ke sepanjang rangkaian
ossicular padat menuju ke fenestra vestibuli (ovalis). Gelombang ini membuat perilimfe
bergerak di dalam koklea dan menghasilkan getaran ritmik pada membrana basilaris, yang
merangsang sel-sel rambut di neuroepitelium dan membentuk tahapan untuk oenghantaran
sinyal bioelektrik.
Transfer energi suara dari medium gas (udara) ke medium cair (endolimfe)
menyebabkan kehilangan energi netto. Untuk mengatasi kehilanan ini, membran timpati dan
ossicula menyediakan sistem transformer (pengubah) yang berupa suatu aksi hidrolik
(berdasarkan rasio luas bagian getar membran timpani dan luas lempeng kaki stapes) dan sistem
pengungkit (ossicular). Ketika gelombang bunyi melintas dari udara ke cairan, terjadi

9
kehilangan 30 dB, tetapi telinga tengah mengembalikan 27 dB dengan aksi pengubahan ini.
Adanya sebuah jendela di kedua sisi mebran basilaris memungkinkan gelombang tekanan
melintasi suatu cairan yang relatif tidak dapat dikompresi yang terperangkap di dalam sebuah
ruang tulang (koklea), sehingga fenestra koklea bertindak sebagai sebuah katup penetral.
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane reissner yang
mendorong endolimfe, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basilaris dan
membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran
(area 39-40) di lobus temporalis.

10
Fisiologi Keseimbangan

Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea, telinga dalam
memiliki komponen khusus lain, yaitu aparatus vestibularis, yang memberikan informasi yang
penting untuk sensasi keseimbangan dan untuk koordinasi gerakan – gerakan kepala dengan
gerakan – gerakan mata dan postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur
yang terletak di dalam tulang temporalis di dekat koklea – kanalis semisirkularis dan organ
otolit, yaitu utrikulus dan sarkulus.

Apartus Vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.seperti di koklea,


semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe.
juga, serupa dengan organ korti, komponen vestibuler masing – masing mengandung sel
rambut yang berespon terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh
gerakan – gerakan spesifik endolimfe. seperti sel – sel rambut auditorius,reseptor vestibularis
juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi, tergantung pada arah gerakan cairan.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler atau rotasional
kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar, berjungkir balik, atau memutar kepala.
Setiap telinga memiliki (kanalis semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang-
bidang yang tegak lurus satu sama lain. Sel- sel rambut reseptif di setiap kanalis
semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula, suatu
pembesaran dipangkal kanalis.
Rambut – rambut terbenam dalam suatu lapisan gelatinosa seperti topi diatasnya yaitu

11
kupula yang menonjol kedalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah
gerakan cairan seperti gangang laut yang mengikuti arah gelombang air.
Pada kanalis semisirkularis polarisasi sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis
dan pada rotasi sel-sel dapat tereksitasi dan terinhibisi. Ketiga kanalis ini hampir tegak lurus
satu dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir pada bidang
yang sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapat tiga pasang kanalis
horizontal kiri – horizontal kanan, anterior kiri – posterior kanan, posterior kiri anterior
kanan. pada waktu rotasi salah satu dari pasangan kanalis akan tereksitasi sementara satunya
akan terinhibisi. Misalnya bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan dalam
bidang horisontal yang menimbulkan rotasi ke kanan maka serabu-serabut aferen dari kanalis
horisontal kanan akan tereksitasi sementara serabut serabut yang kiri akan terinhibisi. Jika rotasi
pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi
akan tereksitasi sementara kanalis posterior akan terinhibisi.
Akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) selama rotasi kepala ke segala
arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak disalah satu kanalis semisirkularis
karena susunan tiga dimensi kanalis tersebut. Ketika kepala mulai bergerak saluran
tulang dan bubungan sel rambut yang terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan
kepala.namun cairan didalam kanalis yang tidak melekat ke tengkorak mula – mula tidak ikut
bergerak sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal dibelakang karena adanya inersia (kelembaman).
(karena inersia, benda yang diam akan tetap diam, dan benda yang bergerak akan tetap
bergerak,kecuali jika ada suatu gaya luar yang bekerja padanya dan menyebabkan perubahan).
ketika endolimfe tertinggal saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sebidang
dengan gerakan kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah
gerakan kepala (serupa dengan tubuh anda yang miring ke kanan sewaktu mobil yang anda
tumpangi berbelok ke kiri). Gerakan cairan ini menyebabkan kupula condong kearah yang
berlawanan dengan arah gerakan kepala, membengkokan rambut – rambut sensorik yang
terbenam di bawahnya. Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan gerakan yang sama,
endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama kepala, sehingga rambut – rambut kembali ke
posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan berhenti, keadaan yang sebaliknya
terjadi. :ndolimfe secara singkat melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala,
sementara kepala melambat untuk berhenti. Akibatnya kupula dan rambut- rambutnya secara
sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berla8anan dengan arah
mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe secara bertahap berhenti, rambut –
rambut kembali tegak. Dengan demikian, kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan
12
kecepatan gerakan rotasi kepala. Kanalis tidak berespon jika kepala tidak bergerak atau ketika
bergerak secara sirkuler dengan kecepatan tetap.
Secara morfologi sel rambut pada kanalis sangat serupa dengan sel rambut pada organ
otolit. Rambut – rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari 20-50 stereosilia yaitu
mikrofilus yang diperkuat oleh aktin dan satu silium, kinosilium. Setiap sel rambut berorientasi
sedemikian rupa, sehingga sel tersebut mengalami depolarisasi ketika stereosilianya
membengkok kearah kinosilium pembengkokan kearah yang berlawanan menyebabkan
hiperpolarisasi sel. Sel – sel rambut membentuk sinaps zat perantara kimiawi dengan ujung –
ujung terminal neuron aferen yang akson – aksonnya menyatu dengan akson struktur
vestibularis lain untuk membentuk saraf vestibularis.saraf ini bersatu dengan saraf auditorius
dari koklea untuk membentuk saraf vestibulo koklearis. Depolarisasi sel rambut meningkatkan
kecepatan pembentukan potensial aksi diserat – serat aferen ; sebaliknya, ketika sel – sel
rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi potensial aksi diserat aferen menurun.
Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai perubahan
rotasional gerakan kepala kepada SPP, organ otolit memberikan informasi mengenai posisi
kepala relatif terhadap gravitasi dan mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan liniear
(bergerak dalam garis lurus tanpa memandang arah).
Urtikulus dan sakulus adalah struktur seperti kantung yang terletak di dalam rongga
tulang yang terdapat diantara kanalis semisirkularis dan koklea. rambut - rambut pada sel -
sel rambut reseptif di organ - organ ini juga menonjol kedalam suatu lembar gelatinosa
diatasnya, yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan
perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium karbonat - otolit (batu
telinga) - yang terbenam dalam lapisan gelatinosa, sehingga lapisan tersebut lebih berat dan
lebih lembam (inert) daripada cairan di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak,
rambut- rambut di dalam utikulus berorientasi secara vertikal dan rambut - rambut sakulus
berjajar secara horizontal.

13
Sinyal - sinyal yang berasal dari berbagai komponen apartus vestibularis diba8a
melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis, satu kelompok badan sel saraf di
batang otak, dan ke sereberum.di sini informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari
permukaan kulit , mata, sendi, dan otot , untuk :
1. Mempertahankan keseimbangan dan postur yang diinginkan
2. Mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap terfikasasi ke titik yang sama
walaupun kepala bergerak; dan
3. Mempersepsikan gerakan dan orientasi.

Reflek vestibularis berjalan menuju SSP dan bersinap pada neuron inti vestibularis di
batang otak. selanjutnya neuron vestibularis menuju kebagian lain dari otak, Sebagian
langsung menuju motoneuron yang mensarafi otot-otot ekstraokular dan motoneuron spinalis
yang lain menju formatia retikularis batang otak, serebelum dan lainnya.
Hubungan-hubungan langsung inti vestibularis dengan motoneuron ekstraokular
merupakan suatu jaras yang penting dalam mengendalikan gerakan mata dan reflek vestibulo-
okularis (RVO). RVO adalah gerakan mata yang mempunyai suatu komponen
‘lambat’ berlawanan arah dengan putaran kepala dan suatu komponen ‘cepat’ yang searah
dengan putaran kepala. Komponen lambat mengkompensasi gerakan kepala dan berfungsi

14
menstabilkan suatu bayangan pada retina. Komponen cepat berfungsi untuk kembali
mengarahkan tatapan ke bagian lain dari lapangan pandangan. Perubahan arah gerakan mata
selama rangsang vestibularis merupakan suatu contoh dari nistagmus normal.
Beberapa individu, karena alasan yang tidak di ketahui, sangat pekak terhadap
gerakan - gerakan tertentu yang mengaktifkan aparatus vestibularis dan menyebabkan gejala
pusing ( dizziness ) dan mual' kepekaan ini disebut mabuk perjalan (motion sickness). Kadang -
kadang ketidakseimbangan cairan di telinga dalam menyebabkan penyakit menier. Karena baik
aparatus vestibularis maupun koklea mengandung cairan telinga dalam yang sama, timbul
gejala keseimbangan dan pendengaran. !enderita mengalami serangan sementara vertigo
( pusing ; keliling ) yang hebat disertai suara berdenging di telinga dan gangguan pendengaran.
selama serangan itu, penderita tidak dapat berdiri tegak dan melaporkan perasaan bahaya
dirinya atau benda - benda di sekelilingnya terasa berputar.

15
BAB II
PEMERIKSAAN FISIK PENDENGARAN DAN KESEIMBANGAN
Pemeriksaan Fisik Keseimbangan
a. Anamnesis Gangguan Pendengaran
2. Identitas
• Nama, usia, jenis kelamin, dan pekerjaan
3. KU/RPS
• Apakah keluhan pada keduanya atau salah satu saja?
• Apakah keluhan timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap dan sudah
berapa lama diderita?
• Apakah mempunyai keluhan yang lain?
• Apakah mempunyai gangguan bicara dari waktu kecil? (saat dokter mengamati)
• Apakah gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau di tempat yang lebih
tenang?
4. RPD
• Apakah pernah mengalami keluhan seperti ini /penyakit telinga sebelumnya?
• Apakah pernah mengalami penyakit infeksi virus, bakteri, parasit, tumor/kanker,
dan penyakit ginjal?
• Apakah mempunyai riwayat trauma kepala, telinga tertampar, dan trauma
akustik?
5. RPO
• Apakah pernah menggunakan obat-obatan yang bersifat ototoksik sebelumnya?
(diberitahu kepada pasien contoh obat-obatanya)
6. RPS
16
• Apakah sering terpajan suara bising?

b. Pemeriksaan Dasar Telinga


Alat:
● Lampu kepala

● Corong telinga

● Otoskop

● Pelilit kapas

● Garputala
Cara pemeriksaan:
● Pasien duduk dengan posisi badan condong sedikit ke depandan kepala lenih tinggi
sedikit dari kepala pemeriksa untuk memudahkan melihat liang telinga dan membran
timpani
● Inspeksi daun telinga dan belakang daun telinga, adalanya tanda-tanda inflamasi atau
sikatriks (operasi)
● Tarik dengan gentle daun telinga (helix) secara superior posterior untuk membuat liang
telinga lurus sehingga dapat memasukkan corong telinga/otoskop
● Inspeksi dan identifikasi luas liang telinga, serumen, dan membran timpani

● Tentukan keputusan yang diambil dari pemeriksaan tersebut

Pemeriksaan Pendengaran

● Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran melalui Udara dan


melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni.
● Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan di
telinga luar atau telinga tengah
● Kelainan di telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural koklea atau retrokoklea

● Telinga dapat mendengar nada 20 – 18.000 Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang
paling efektif antara 500 – 2000 Hz. Oleh karena itu, untuk memeriksa pendengaran
dipakai garputala 512, 1024 dan 2048 Hz.
Pemeriksaan Audiologi
Audiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk fungsi pendengaran yang erat
hubungannya dengan habilitasi dan rehabilitasi. Audiologi medik dibagi menjadi 2:
17
● Audiologi dasar ialah pengetahuan mengenai nada murni, bising, gangguan pengengaran
serta cara pemeriksaannya
● Audiologi khusus diperlukan untuk membedakan tuli sensorineural koklea dan
retrokoklea, audiometri obyektif, tes untuk tuli anorganik, audiologi anak, audiologi
industri
Audiologi Dasar
● Tes Berbisik
Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitaif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal
yang perlu diperhatikan ialah ruangan cukup tenang, dengan panjang minimal 6 meter. Pada
nilai normal tes berbisik : 5/6-6/6.
● Tes Weber
Tujuan: Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan
Cara pemeriksaan:
o Penala digetarkan
o Dasar penala diletakkan pada garis tengah kepala : ubun-ubun, dagu,
pertengahan gigi seri🡪 paling sensitif)
● Interpretasi:
o Normal: lateralisasi (-)
o Gangguan dengar konduktif : lateralisasi (+) ke telinga yang sakit / tuli
o Gangguan dengar sensorineural : lateralisasi (+) ke telinga yang sehat

● Tes Rinne
Tujuan: membandingkan hantaran melalui tulang dan hantaran melalui udara
Cara pemeriksaan:
Penala digetarkan
Dasar penala diletakan pada prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa
18
Jika pasien tidak mendengar bunyi lagi diinstruksikan mengangkat tangan, penala di
pindahkan ke depan liang telinga, ± 2,5 cm dari liang telinga
Lakukan pada telinga lainnya
Interpretasi:
AC > BC = Normal/SNHL
BC > AC = Tuli Konduktif

● Tes Schwabach
Tujuan : membandingkan hantaran tulang telinga pasien dengan pemeriksa yang
pendengarannya normal
Cara pemeriksaan :
o Penala digetarkan
o Dasarnya diletakkan ada prosesus mastoideus pasien
o Bila sudah tidak didengar lagi, penala dipindahkan pada prosesus mastoideus
pemeriksa
o Bila masih terdengar artinya pendengaran pasien memendek
o Bila pemeriksa juga tidak mendengar ulangi tes kembali.
o Penala digetarkan kembali dan diletakkan di prosesus mastoideus pemeriksa
terlebih dahulu, bila sudah tidak terdengar lagi pindahkan pada pasien
o Bila masih terdengar artinya pendengaran pasien memanjang
Interpretasi:
o Normal apabila BC pasien = BC pemeriksa
o Bila BC pasien < pemeriksa 🡪 Schwabach memendek 🡪 telinga pasien yang
diperiksa tuli saraf (SNHL)
o Bila BC pasien > pemeriksa 🡪 Schwabach memanjang 🡪 telinga pasien yang
diperiksa tuli konduktif
Kesimpulan Tes Penala (Weber, Rinne, Schwabach)
19
Audiologi Subjektif
● Audiometri Nada Murni
Pengertian: merupakan earphone sederhana yang dihubungkan dengan ossilator
elektronik yang mampu memancarkan suara murni dengan kisaran frekuensi rendah
sampai tinggi
Tujuan: untuk menentukan sifat kelainan pendengaran
Kriteria tuli:
Konduktif:
o Ambang BC dalam batas normal (0-25 dB)
o Ambang AC meningkat
o Jarak BC-AC > 10 dB
SNHL:
o Ambang BC meningkat
o Ambang AC meningkat
o Jarak BC-AC < atau = 10 dB

Campuran:
o Ambang BC meningkat
o Ambang AC lebih meningkat
o Jarak BC-AC > 10 dB

20
Interpretasi:
o Normal : 0-25 dB
o Tuli ringan: 25-40 dB
o Tuli sedang: 40-55 db
o Tuli sedang berat: 55-70 dB
o Tuli berat: 70-90 dB
o Tuli sangat berat: >90 dB

Audiologi Objektif
o Audiometri Impedans
Pada pemeriksaan ini diperiksa kelenturan membran timpani dengan tekanan tertentu pada
meatus akustikus eksterna.
Timpanometri, yaitu untuk mengetahui keadaan dalam kavum timpani. Fungsi tuba
Eustachius, untuk mengetahui tuba Eustachius terbuka atau tertutup Refleks stapedius. Pada
telinga normal, refleks stapedius muncul pada rangsangan 8-110 dB di atas ambang dengar.

Gambaran hasil timpanometri tersebut adalah:


Tipe A mengindikasikan bahwa kondisi telinga tengah normal;
Tipe B terdapat cairan di telinga tengah; 
Tipe C terdapat gangguan fungsi tuba eustachius;
Tipe AD terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran; dan
Tipe AS terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)

21
o Elektrokokleografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk merekam gelombang-gelombang yang khas dari
evoke electropotential cochlea. Caranya ialah dengan elektrode jarum (needle electrode),
membran timpani ditusuk sampai promontorium, kemudian dilihat grafiknya.

o Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA)


Dikenal juga sebagai Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA), Evoked
Response Audiometri (ERA) atau Auditory Branstem Response (ABR) yaitu suatu
pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N.VIII.  Caranya dengan
merekam potensial listrik yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan mulai
telinga dalam hingga inti-inti tertentu di batang otak.
o OtoAcoustic Emission (OAE)
Emisi otoakustik merupakan respons koklea yang dihasilkan oleh sel-sel rambut luar yang
dipancarkan dalam bentuk energi akustik. Caranya memasukan sumbat telinga (probe) ke
dalam liang telinga luar. Dalam probe tersebut terdapat mikrofon dan pengeras suara
(loudspeaker) yang berfungsi memberikan stimulus suara.  Mikrofon berfungsi menangkap
suara yang dihasilkan koklea setelah pemberian stimulus. Selanjutnya respon dicatat oleh
computer

o Pemeriksaan Tuli Anorganik


Pemeriksaan ini diperlukan untuk memeriksa sesorang yang pura-pura tuli, misalnya untuk
mengkalim asuransi, terdapat cara:
Cara stinger: memeberikan 2 nada yang bersamaan pada kedua telinga, kemudian pada
telinga yang sehat nada dijatuhkan.
Dengan audiometri nada murni secara berulang dalam 1 minggu, hasilnya berbeda-beda.
Dengan impedans.

22
Dengan BERA.

o Tes Stinger
Digunakan untuk pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura tuli).
Menggunakan prinsip masking.  Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya
telinga kiri yang mendengar bunyi; jadi telinga kanan tidak akan mendengr bunyi. Tetapi
bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap mendengar bunyi.
Pemeriksaan Audiometry Anak : Behavioral Observation Audiometric (BOA),
Timpanometri, Audiometri Bermain Anak (Play Audiometric), Otoacoustic Emission
(OAE)
Dan Brainstem Evoked Respon Audiometry (BERA)

23
Pemeriksaan Fisik Keseimbangan

a. Pemeriksaan Keseimbangan di Telinga Dalam (Perifer)


Uji Romberg

Teknik pemeriksaan

1. Berdiri, lengan dilipat di dada, mata ditutup, kaki dirapatkan.

2. Diam dengan posisi tersebut selama 20 – 30 detik.

Interpretasi

● Kelainan vestibular

o Mata tertutup, badan penderita bergoyang dan jatuh.

o Mata terbuka, badan pasien tetap tegak.

● Kelainan sentral
Pada keadaan mata tertutup atau terbuka, badan penderita tetap bergoyang dan
cenderung berdiri dengan kedua kaki lebar (widebase).

Uji Romberg Dipertajam

Teknik pemeriksaan
1. Berdiri, lengan dilipat di dada, mata ditutup, kaki posisi tendem depan- belakang.
2. Diam dengan posisi tersebut selama 30 detik.

Interpretasi

● Pada orang normal dapat bertahan >30 detik.Mata tertutup

● Positif: tidak dapat berdiri selama 30 detik atau lebih.

24
Tendem Gait

Teknik pemeriksaan
Penderita berjalan dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri secara bergantian.

Interpretasi
Kelainan vestibuler: perjalanannya akan menyimpang. Kelainan serebelar: penderita
akan cenderung jatuh.

Stepping Test (Tes Berjalan)


Teknik Pemeriksaan
1. Pasien menutup mata dan kedua lengan pasien dijulurkan lurus kedepan.
2. Berjalan di tempat 50 langkah.
Interpretasi
Bila terdapat gangguan keseimbangan maka tempat berubah melebihi jarak >1 m dan badan
berputar >30°. Pada kelainan vestibular akan berputar ke arah lesi.

25
Posturografi

Karena keseimbangan merupakan kombinasi antara sensasi vestibular, penglihatan, dan


proprioseptif, telah dirancang beberapa jenis posturografi untuk mengevaluasi secara secara
objektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural. Yang paling sering digunakan saat
ini adalah Computerized Dynamic Posturography.Pasien yang menjadi kandidat tes ini adalah
pasien dengan gangguan keseimbangan yang tidak diketahui penyebabnya, riwayat sering jatuh,
riwayat trauma kepala, atau pusing yang terus menerus walaupun tanpa adanya kegiatan, juga
yang suspek malignansi.
Tes ini mengevaluasi seberapa baiknya pasien dapat menggunakan sistem visual,
vestibular, dan sensorik selama keseimbangan. untuk mendapatkan gambaran yang benar
mengenai gangguan vestibuler pemeriksaan dilakukan dengan memberikan gangguan input
visual dengan menutup mata dan menghilangkan input proprioseptif dengan berdiri diatas
tumpukan alas yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan apabila terlihat
ayunan tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu berpegangan.

b. Pemeriksaan Keseimbangan di Serebelum (Sentral )

1. Past Pointing Test


Teknik Pemeriksaan
● Penderita mengangkat lengannya ke atas dengan jari telunjuk ekstensi dan

26
lengan lurus ke depan.
● Diturunkan sampai menyentuh telunjuk tangan pemeriksa.

● Pemeriksaan dilakukan berulang dengan mata terbuka dan tertutup.


Interpretasi
Kelainan vestibular terjadi penyimpangan lengan ke arah lesi.

2. Finger to Nose Test


Teknik pemeriksaan
1. Penderita diminta menyentuh ujung hidungnya dengan jari telunjuk.
2. Mula – mula dengan gerakan perlahan kemudian gerakan cepat.
3. Pemeriksaan dilakukan berulang dengan mata terbuka dan tertutup.
Interpretasi
Kelainan serebelum terjadi penyimpangan lengan atau tidak dapat menunjuk hidung
dengan benar.

Pemeriksaan Nistagmus
Nistagmus adalah gerakan bola mata yang berulang dan tidak terkendali yang terdiri
dari dua fase yaitu fase cepat dan fase lambat. Fase lambat merupakan reaksi sistem vestibuler
terhadap rangsangan, sedangkan fase cepat adalah kompensasinya. Nistagmus merupakan
parameter yang akurat dalam menentukan aktivitas vestibuler. Nistagmus diberi nama sesuai
dengan arah komponen cepatnya, yaitu nistagmus horizontal, vertikal dan rotatoar. Nistagmus
dibagi menjadi nistagmus spontan, posisi dan kalori.

Pemeriksaan Nistagmus Posisi

Teknik ini disebut juga perasat Dix-Hallpike. Tes ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
27
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV).

Teknik Pemeriksaan
1. Pasien duduk di tempat tidur
2. Kepala dirotasikan 45◦
3. Kepala ditundukan 30◦
4. Secara cepat baringkan pasien dengan kepala menggantung pada tepi tempat tidur
dengan sudut 20◦ di bawah garis horizontal
5. Perhatikan adanya nistagmus

Interpretasi
Kelainan perifer
● Masa laten 2-10 detik.

● Kelelahan.

● Vertigo berat.

● Arah nistagmus menetap.

● Durasi pendek (<1 menit)

Kelainan sentral
● Tidak ditemukan masa laten.

● Tidak ditemukan kelelahan.

● Vertigo ringan.

● Umumnya arahnya vertikal atau berubah-ubah.

● Durasi lama (>1 menit)

28
Pemeriksaan Schellong

Teknik Pemeriksaan
1. Pasien beristirahat dengan posisi supinasi selama 5-10 menit
2. Dilakukan pengukuran tekanan darah
3. Pasien berdiri selama 5-10 menit
4. Dilakukan pengukuran tekanan darah

Interpretasi
Jika terdapat perubahan TD sistolik 20mmHg dan atau diastolic 10mmHg dikatakan hipotensi
ortostatik

29
DAFTAR PUSTAKA

● Iskandar, N., Soepardi, E., & Bashiruddin, J., et al(ed). 2007. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
● Adams GL, Boeis LR, Hilger PA, ed. 2003. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.
● Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.

30

Anda mungkin juga menyukai